Anda di halaman 1dari 14

Kemunculan Gerakan Turki Muda merupakan ekspestasi dari sikap kritis di kalangan intelektual

turki yang mengenyam pendidikan barat ketika meliha kondisi negaranyayang carut marut.

Pemikiran-pemikairan barat yang mereka dapatkanselama belajar di eropa dicoba mereka


aplikasikan dalam kehidupan masyarakat turki.

Para tokoh dalam gerakan Turki Muda ini seperti Gokalp maupun Kemal Attaturk berusaha
untuk membuat dan mengkokohkan kosepsi pan turkisme sebagai landasan ideal untuk
kehidupan masyarakat turki. Prinsip dasar dari keduanya adalah sekularisasi artinya memisahkan
kehidupan keagamaan dengan kehidupan Negara sehingga diantara keduanya tidak ada lagi
saling bertrok kepentingan.

Makalah ini mencoba mengurai permasalahan GerakanTurki muda dalam kacamata ilmiah.
Selain itu diuraikan pula sedikit mengenai kehancuran turki usmani dan embrio-embrio gerakan
di tuki sebelum kemunculan turki muda dan ditutup dengan ulasan mengenai pemerintahan turki
di masa msutafa kemal Attaturk.
BAB I

KEHANCURAN KERAJAAN TURKI USMANI

DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN DI KALANGAN MASYARAKAT TURKI

A. Kehancuran Kerajaan Turki Usmani

Sebelum pada akhirnya kerajaan Turki Usmani mengalami fase kehancuran, telah terlebih dahulu
terjadi periode kemunduran. Kemunduran ini dimulai sejak abad ke XVII, ditandai dengan tidak
adanya pengganti yang sepadan sejak Sulaiman Al Qanuni meninggal dunia. Ketiadaan
pemimpin yang memiliki pengaruh kuat ini menyebabkan banyak terjadinya pemberontakan-
pemberontakan, seperti misalnya di Siria dibawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di
bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin.

Selain itu konflik dengan Negara-negara tetangga seperti pasca penyerangan ke wilayah Wina
dan Venezia serta konflik dengan Syah Abbas dari Persia turut memperkeruh keadaan kerajaan.

Moh. Nurhakim dalam bukunya[1], mengutip pernyataan dari Prof. K. Ali (1997: 373-374)
menyatakan beberapa faktor kemunduran Kerajaan Turki Usmani adalah sebagai berikut:

Pertama, luasnya wilayah kekuasaan usmani yang akhirnya tidak mampu dikendalikan dari
pusat.

Kedua, pemberontakan yang dilakukan berkali-kali oleh Jennisary yang bekerjha dengan dinasti
Mamluk di Mesir.

Ketiga, penguasa yang tidak cakap setelah Sulaiman Al Qanuni. Kelemahan ini lebih disebabkan
masuknya sikap hedonism di kalangan istana.

Keempat, akibat sejumlah peperangan yang membawa Turki Usmani pada kekalahan,
menyebabkan perekonomian Usmani semakin terpuruk dari waktu ke waktu. Banyaknya wilayah
yang melepaskan diri berarti mengurangi pemasukan untuk Negara. Sementara biaya militer,
karena sering mengerahkan pasukan, menguras persediaan uang Negara yang semakin menipis.

Kelima, ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan militer
akan keduanya, tidak terlalu berkembang. Hal ini menyebabkan teknik dan peralatan perang
sangat terbatas. Maka tak heran jika Usmani banyak menerima kekalahan dalam perang melawan
Negara-negara eropa.

Keenam, tumbuhnya gerakan nasionalisme di wilayah-wilayah yang selama ini dikuasai oleh
Turki Usmani.
Seperti dijelaskan di atas, bahwa kekuatan kerajaan Turki Usmani mulai goyah sejak abad XVII,
kekalahan perang melawan Negara-negara eropa menghasilkan konklusi wilayah-wilayah yang
selama ini dikuasai oleh turki usmani harus diserahkan kepada Negara eropa atau dibiarkan
memerdekakan diri.

Harun Nasution menjelaskan[2], pada saat itu di Eropa mulai pula timbul Negara-negara yang
kuat, termasuk di Rusia dibawah kepemimpinan Peter yang Agung telah berubah menjadi
Negara yang maju. Kekalahan peperangan Turki usmani menghadapi Negara-negara ini
mengakibatkan daerahnya di eropa mulai mengecil sedikit demi sedikit. Diantaranya Yunani
yang memperoleh kemerdekaannya pada 1829 M dan Rumania lepas pada 1856. Selanjutnya
Negara-negara lain mengikuti sehingga pada akhir perang dunia I daerah Turki Usmani hanya
mencangkup Asia kecil dan sebagian kecil dari daratan eropa timur.

Yang menjaid titik mula kehancuran Kerajaan Turki Usmani adalah campur tangan dari pihak
eropa terutama Inggris dan Prancis.

Sebagaimana diketahui pada akhir abad ke delapanbelas imperium Turki tidak mampu lagi
menghadang kemajuan militer Eropa. Rusia mampu menguasai Crimea dan memperkokoh diri di
Laut Hitam, sementar pihak inggris seletah membantu manggagalkan invasi Napoleon di Mesir
1798 menjadi kekuatan militer dan perdagangan terkuat di Laut tengah. Ternyata rusia
bermaksud merampas wilayah turki yang ada di Balkan di lain pihak inggris ingin menjadikan
imperium Usmani sebagai benteng untuk menghadang ekspansi rusia dan melindungi
kepentingan politik dan komersialnya di laut tengah. Dengan demikian imperium turki sedang
dalam situasi krisis melindungi diri dari keseimbangan kekuatan eropa[3].

Pada tahun 1831, Muhammad Ali yang merupakan serang gubernur Usmani di Mesir yang
independen (1805-1848) melakukan invasi ke Syiria. Sebagai jawabannya usmani emngadakan
perjanjian Unkiar Skelessi (juli, 1833) dimana mereka melepaskan Dardanelles dan Boshporus
kepada armada perang asing sebagai imbalan atas bantuan rusia. Pada 1840, Rusia, Inggris dan
Austria mencapai kesepakatan bahwa Muhammad Ali harus menarik diri dari Syiria, lalu
beberapa kekuatan eropa sepakat bahwasanya tidak boleh ada kapal perang melintasi boshporus
dan Dardanelles selamam masa gencatan senjata.

Melalui persetujuan lanjutan pada 1841, kekuatan rusia dan inggris mengijinkan Muhammad Ali
malakukan rezimnnya secara turun-temurun di mesir. Semua ini meunjukkan adanya campur
tangan eropa untuk ikut menangani urusan usmani. Imperium usmani menjadi pemerintahan
protektorat di eropa dan menjadi imperium gadaian sejumlah kekuatan adikuasa[4].

Perang dunia I menyempurnakan proses kesendirian imperium turki yang pada desember 1914
melibatkan diri dalam perang tersebut dengan bergabung bersama kubu jerman dan Austria. Pada
1918 sekutu eropa berhasil mengalahkan jerman, Austria dan usmani. Imbas dari kekalahan ini
untuk turki usmani adalah kenyataan bahwa sejak tahun 1912-1920 usmani telah kehilangan
seluruh wilayah imperium mereka di Balkan. Kemudian di wilayah timur tengah beberapa
Negara baru terbentuk di libanon, syiria, palestina, Transjordan, dan irak.

Puncak dari kehancuran turki usmani adalah bahwa kerajaan ini lenyap dan sebagai gantinya
timbul republic turki di tahun 1924 M[5]

B. Pembaharuan Pemikiran di Kalangan Masyarakat Turki

Pasca kegagalan Turki Usmani menaklukan Wina dan eropa mencaplok beberapa wilayah
usmani, maka terjadilah pembaharuan di Turki. Pembaharuan ini dalam perkembangannya
mengerucut menjadi terdapat tiga aliran pembaharuan, yaitu aliran barat, aliran islam dan aliran
nasionalis.

Menurut aliran barat turki mundur karena bodoh yang disebabkan oleh syariat yang menguasai
seluruh segi kehidupan bangsa turki. Oleh karena itu turki akan maju apabila meninggalkan
syariat dan berorientasi kepada barat. Pendapat aliran barat ini ditentang oelh aliran islam yang
menyatatakan kemunduran turki ini disebabkan bahwa para pemimpinnya sudah menjauh dari
syariat Islam. Maka kemajuan turki pada selanjutnya sangat bergantung kepada bisa tidaknya
para pemimpin turki untuk memajukan turki dengan berlandaskan syariat islam. Adapun aliran
nasionalis berpendapat bahwa turki mundur disebabkan oleh keengganan umat islam yang tidak
mengakomodir perubahan-perubahan[6]

Reformasi yang digulirkan oleh kerajaan usmani ini yang pertama adalah Tanzimat yang
berlangsung pada 1839 sampai 1876. Pada periode ini focus dari reformasi adalah di bidang
militer dan beberapa bidang lainnya. Dalam bidang militer ini misalnya digunakan untuk
memodernkan kekuatan militer turki agar setara dengan kekuatan militer Negara-negara eropa.
Maka didatangkanlah ke istambul ahli-ahli militer diantaranya De Rochefort dan Comte de
Bonneval alias Humbaraci Pasya dari prancis, MacCarthy dari irlandia, dan Ramsey dari inggris.

Pembaharuan dalam bidang-bidang lain juga dilakukan. Untuk membangkitkan pertanian,


Negara menempuh kebijakan rekalamasi (pembagian tanah) dan resettlement (transmigrasi).
Modernisasi teknis meliputi pembaharuan system pos (1834), telegraf (1855), perkeretaapian,
dan perancangan bangunan lintasan kereta api tahun 1866. Selain itu dilakukan reformasi dalam
bidanghukum, pendidikan dan sosial masyarakat.

Efek dari reformasi tanzimat ini adalah bahwa pembaharuan ini telah memancing sebagian
kalangan untuk berbuat revolusioner dikarenakan tanzimat justru membentuk suatu kelas baru,
yaitu kelompok birokrat yang lahir setelah janissary hancur, melemahnya kekuatan politik ulama
dan dengan penerapan reformasi kekuatan politik turki berpindah ke kalangan birokrat dan
didominasi unsur-unsur kebarat-baratan dan pembaratan sebgaia buah dari pendidikan sebagian
pegawai militer dan biro penerjemah yang dididik di sekolah sekuler di eropa. Kelompok
birokrat ini dipimpin oleh Mustapha rasyid pasya (1800-1856)[7]

Pasca Tanzimat maka lahir suatu kelompok intelegensia baru yang menamakan diri sebagai
Usmani mudfa, yang mengatasnamakan penyatuan tradisi usmani dan reformasi usmani, para
tokohnya diantaranya adalah Namik Kemal (1840-1888) pada satu sisi komitmen terhadap
kontinuitas rezim usmani, revitalisasi islam dan modernisasi yangs ejalan dengan pola-pola
eropa. Ini dikarenakan menurut Laipus[8], lantaran terpesona dengan keberhasilan inggris yaitu
condong untuk membentuk suatu Negara konstitusional. Mereka menyatakan bahwa nilai-nilai
luhur usmani harus sesuai dengan hak asasi manusia dan tak membedakan antara muslim dan
non muslim. Rezim ini tidak akan bertahan kecuali adanya ikatan batin yang kuat antara kerajaan
dengan masyarakatnya. Rezim konstitusional merupakan ekspresi dari nilai-nilai moral dan
politik yang bersifat alamiah, yang segalanya terkandung dalam aspek syariat islam dan terdapat
dalam kultur eropa.. Usmani muda lebih menekankan pada aspek rasional daripada keimanan
secara membabi buta. Dengan demikian mereka berusaha memadukan identitas muslim usmani
dengan kebutuhan modernisasi teknik, militer, politik dan moral meskipun mereka mengkritik
program tanzimat sebagai program yang tidak peka terhadap tuntutan-tuntutan sosial dan
keagamaan, namun mereka komitmen terhadap modernisasi masyarakat islam. pUncak dari
pengaruh Usmani muda adalah ketika tahun 1876 melakukan coup d’etat dan mengantarkan
kekuasaan sultan yang mendesakn dan membatasi konstitusi kekuasaan sultan.
BAB II

KEMUNCULAN GERAKAN TURKI MUDA

DAN PENGARUHNYA DALAM MENOPANG PEMERINTAHAN

SEKULER TURKI

A. Gerakan Pembaharuan Pasca Usmani Muda

Sebagaimana telah diketahui, periode usmani muda decade 1860-1870 dibarengi dengan reaksi
dan dominasi rezim otoriter dan dictator yang menentang prinsip-prinsip konstitusional dan
modernis usmani muda. Rezim ini ditegakkan di atas kekuasaan, birokrasi dan kebijakan sultan
yang absolute. Sang sultan dipandang sebagai pimpinan islam, dan mengklaim sebagai otoritas
global atas seluruh muslim.

Namun demikian rezim ini memadukan antara loyalitas inslam yang konservatif dengan
konstitusi reformasi teknik tanzimat. Dalam periode ini diperkenalkan sekolah, kitab perundang-
undangan, lintasan kereta api dan teknik militer yang baru.

B. Kemunculan Gerakan Turki Muda

Setelah masa kekuasaan yang absolute dikendalikan oleh usmani muda maka generfasi
intelektual turki bangit pada sekitar tahun 1880-an dan 1890-an dan melancarkan aksi terhadap
rezim yang konservatif. Serangan-serangan ini adalah sebagai akibat dari pesatnya
perkembangan pendidikan dan perekonomian meningkatkan posisi kalangan akademisi. Pers
menyebarluaskan ide-ide eropa tentang ilmu pengetahuan dan politik serta mempopulerkan
sikap-sikap barat. Meskipun masih ada control pemerintah yang berusaha menekan dan
melakukan penyensoran. Ide-ide tersebut menyebar dari ibukota ke sejumlah wilayah propinsi
lantaran peran para pelajar.

Para jurnalis, penulis, penerbit dan agiator yang mengasingkan diri di paris pada tahun 1889
membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Turki Muda, yang dalam kosepsi gerakannya
mempertahankan persekutuan mereka terhadap dinasti usmani, namun mereka mengagitasi
restorasi sebuah rezim parlementer dan konstitusional[9].

Gerakan ini secara internal terbagi menjadi dua yaitu yang pertama kelompok yang dipimpin
oleh Ahmad Riza, kelompok ini menghendaki seorang sultan yang kuat, pemusatan kekuasaan,
dan pengutamaan unsure-unsur muslim-turki dari wwarga usmani; dan sebuah kelompok lainnya
yang dipimpinoleh Sultan Sabbahedin, yang menekankan bentuk-bentuk desentralisasi
pemerintahan usmani, dan menghendaki sebuah masyarakat federasi dengan pemberian otonom
bagi warga Kristen dan warga minoritas lainnya.

Gerakan ini, sekitar tahun 1905 didirikan Fatherland Society atau Masyarakat tanah air oleh
Mustafa Kemal, yang pada saat itu menjabat perwira militer dan kelak akan menjadi presiden
pertama turki. Kemudian sebuah kongrs Turki Muda membentuk Committee for Union and
Progress (CUP) pada tahun 1907. Tahun 1908 cabang CUP di Monastir memberontak dan
menuntut sultan untuk kembali menggunakan UUD 1876.

Konsepsi dari Turki muda adalah pan Turkisme, yang mulanya dicetuskan oleh Yusuf Akcura.
Menurutnya[10] bahwa penciptaan satu bangsa turki dari berbagai usnsur yang ada di kerajaan
adalah ilusi, bahwa Negara-negara colonial akan menghadang upaya apa pun untuk menciptakan
persatuan politis yang dilakukan oleh umat muslim sedunia, tapi Pan-turkisme akan mendukung
semua bangsa turki di asia dan hanya akan menentang rusia.

Pemikiran Akcura ini mendapatkan dukungan dari kalangan kaum intelektual Turki muda namun
ia tidak memperoleh pengakuan Negara sampai meletusnya perang Balkan tahun 1913.

Antara tahun 1913-1918 CUP menempuh program yang agresif dalam mensekulerkan sekolah-
sekolah, lembaga peradilan dan kitab perundang-undangan dan menempuh langkah awal dalam
memeprjuangkan emansipasi wanita. Pada tahun 1916 pemerintahan CUP mereduksi peran
sayikul islam, dan mengalihkan seluruh yurisdiksi peradilan muslim kepada kementrian
kehakiman, dan menyerahkan penanganan perguruan muslim kepada kementrian pendidikan.

Sekitar tahun 1917 diberlakukan UU Keluarga yang berorientasi kepada kultur eropa. Oposisi
sebelumnya yang dikuasasi oleh gerakan usmani muda dengan cepat menjadi kekuasaan Turki
muda yang berhaluan lebih sekuler.

Program CUP memihak kepentingan usmani dan sekularis, tetapi ia juga meningkatkan orientasi
turki. Konsepsi Turki Muda yang mengagkat tema pan turkisme berhasil mengukuhkan
imperium usmani dalam term kebangsaan Turki. Pola pemikiran ini memberikan peluang kepada
Kristen untuk mengusulkan bahwa masyarakat yang memiliki warisan etnik, linguistic dan
keagamaan seharusnya memiliki sebuah Negara territorial sendiri. Puncaknya sekitar akhir abad
kesembilanbelas telah lahir sejumlah kebangsaaan Kristen diantaranya Yunani, Serbia, Rumania,
Bulgaria dan Montenegro. Kesemuannya itu semula adalah bagian dari imperium usmani. Lalu
Albania melancarkan pemberontakan dan Armenia mengklaim sebagai wilayah otonom.

Ziya Gokalp (1875-1924) tampil sebagai sosok Turki Muda yang dominan dan pembawa
semangat nasionalisme yang fanatic. Tanpamenyesali kemunduran imperium usmani, ia
meresmikan kultur rakyat turki dan meyerukan reformasi islam untuk menjadikan islam sebaga
ekspresi dari etos turki. Gokalp mengelar kampanya kebangsaan untuk menyederhanakan bahasa
turki, menjadikannya lebih mudah diterapkan dikalangan masyarakat umum dan meyadarkan
masyarakat umum atas nasionalisme turkinya sendiri.
Ide pemikiran nasionalisme Turki dalam pandangan Gokalp bersumber pada budaya atau
menggunakanpendekatan sosiologis. Bagi Gokalp, suatu perubahan politik tidak akan berarti
apa-apa, kecuali jika diikuti revolusi sosiokultural. Tujuan akhir Turkisme gokalp adalah
menumbuhkan suatu kebudayaan nasional yang bukan pula kebudayaan barat. Tanpa
menumbuhkan kebudayaan,turki sendiri tidak akan menjadi reformis dan modernis yang sejati.
Dengan demikian, nasionalisme dalam pandangan Gokalp bisa disebut Turkisme Kultural, yang
bukan merupakan sebuah partai politik, melainkan gerakan ilmiyah, filosofis, estetis, dan moral.

Dalam pandangannya suatu bangsa merupakan sebuah kelompok atau kolektivitas social yang
terdiri atas para individu yang menerima pendidikan yang sama, memiliki bahasa, emosi, idea-
idea, agama, moralitas, dan rasa estetika yang sama.

Bagi Gokalp, factor religious tidak menjadi hal mutlak dalam criteria nasionalisme turki, agama
menjadi sebuah moralitas dan solidaritas social. Oleh karena itu,pikiran-pikiran teokrasi harus
dibersihkan dari persoalan politik. Sehingga pada akhirnya, ia merekomendasikan sayikul islam
dihapuskan. Dengan demikian secara sederhana dapat dipahami bahwa pemikiran Gokalp adalah
pemisahan antara agama dengan politik.

Gagasan kebangsaan turki tersebut memperkuat kecenderungan terhadap sekularisme dan


moderitas, sebab gagasan tersebutmembuka kesempatan bagi bangsa turki untuk melepaskan diri
dari islam tanpa harus bersikap kompromis terhadap identitas barat mereka. Konsep Kebangsaan
Turki atau Pan Turkisme member peluang gagasan tersebut menetapkan sebuah kewargaan yang
baru yang menumbuhkan identitas kesejarahan masyarakat turki dan bukan identitas kesejarahan
masyarakat muslim dan dengan demikian ia merupakan identitas modern dan bukan identitas
barat[11]

Ide terbentuknya sebuah pan turkisme terjadi saat berbagai peristiwa politik antara tahun 1908-
1918 yang mengakhiri kelangsungan imperium turki yang multinasional, dan multireligius. Pada
akhir perang dunia I apa yang tersisa dalama imperium turki usmani adalah Anatolia dengan
mayoritas warga turki dan sebagian kecil warga keturunan yunani, kurdi dan Armenia. Realitas
kehidupan politik usmani sekarang ini sejalan dengan konsep nasionalis tentang masyarakat
turki.

Pada tahun 1918 imperium turki usmani telah hancur, namun elit birokratik dan militer telah siap
mengubah komitmen mereka dari sebuah rezim multinasional dan multireligius menjadi sebuah
Negara nasional turki dan sekuler.
BAB III

TURKI DI BAWAH KEPEMIMPINAN KEMAL ATTATURK

DAN KEBIJAKAN-KEBIJAKANNYA

A. Kemunculan Kemal Attaturk

Pasca perang dunia I, Kemal Attaturk (nama lengkapnya dalah Mustafa Kemal Pasya, gelar
Attaturk adalah gelarnya yang dibuat sendiri yang artinya Bapa Bangsa Turki), berusaha
mewujudkan prinsip-prinsip generasi turki muda. Dibawah kepemimpinannya, elit nasional
berhasil memobilisasi masa turki untuk berjuang melawan kedudukan asing dan mendukung ide
kebangsaan.

Ajid Thohir[12] dalam bukunya mengenai Mustafa Kemal, menjelaskan bahwa ia lahir pada
1881 di suatu daerah di Salonika. Masa kecil Mustafa Kemal tidaklah istimewa. Ketika beranjak
dewasa orang tuanya mengirim Mustafa ke sekolah militer dan disinilah dia menemukan jati
dirinya. Kariernya dengan cepat menanjak. Disinilah guru-gurnya member nama Kemal
dibelakang Mustafa yang berarti kesempurnaan. Berkat ketajaman otak dan kekuatan pribadinya,
ia dengan cepat mempunyai pengaruh politik yang kuat, sampai keudian membawanya menjadi
orang nomor satu di Turki.

Sebagai seorang jenius militer ia memimpin bangsanya seperti memimpin sebuah pasukan,
emgeluarkan berbagai perintah untuk menciptakan sebuah Negara barat yang modern. Impiannya
adalah bagaimana Turki bisa menjadi sebuah Negara yang kuat, modern dan dihormati. Menurut
Mustafa kemal satu-satunya jalan untuk mencapai semua itu adalah dengan dilakukan proses
westernisasi. Menurutnya kemajuan turki hanya akan bisa diraih dengan penerimaan barat secara
total.

Prinsip dasar yang menjadi titik tolak Mustafa Kemal sangat identik dengan pemikiran Turki
Muda, ini tidak lepas dari kedekatannya dengan Gokalp yang dikenal sebaga bapak nasionalisme
Turki. Prinsip-prinsip Mustafa Kemal adalah republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme,
sekularisme dan revolusionarisme.

Seperti sudah dijelaskan di atas, pasca kekalahan turki dalam perang dunia I, msutafa Kemal
berusaha melepaskan negaranya dari jeratan penjajahan barat melakukannya. Bersama
denganteman-temannta di Turki Muda ia mulai menentang pemerintahan sultan di istambul
karena menurutnya banyak kebijakan Negara yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional
turki.

Oleh karena itu, Mustafa Kemal membentuk sebuah pemerintahan tandingan di Anatolia dengan
mendeklarasikan pernyataan-pernyataan berikut:
1. Kemerdekaan tanah air dalam bahaya.

2. Sultan tidak dapat menjalankan pemerintahan karena berada di bawah kekuasaan sekutu.

3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.

4. Gerakan pembela tanah air harus dikoordinasi oleh panitia nasional.

5. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut perlu diadakan konggres[13]

Pemecatan Mustafa Kemal paska pernyataan seperti yang telah disebutkan sebelumnya dari
jabatan militer, justru membuka jalan kepadanya untuk melebarkan sayap politiknya. Ia akhirnya
terpilih sebagai ketua Perkumpulan Pembela Hak-hak Rakyat camabng Emirum. Kongres
pertama diadakan di Emirum dengan rekomendasi untuk membela, mempertahankan keutuhan
tanah air, dan perlu diadakan rapat Majelis Nasional (MN) dalam waktu yang secepatnya.
Kongres kedua diadakan di Sivas. Dalam konggres ii diputuskan bahwa turki harus bebas dari
pengaruh asing dan untuk itu dibentuk Komite Perwakilan Rakyat dan Mustafa Kemal tepilih
menjadi ketuanya. Akhirnya golongan nasoinal menjadi pemenang dalam pemilu, dan Majelis
Nasional Agung (MNA) berhasil dibentuk pada 1920. Dalam sidang MNA di Ankara, Mustafa
Kemal terpilih menjadi ketua[14].

Selain itu beberapa keputusan penting dalam kongres tersebut adalah:

1. Kekuasaan Kedaulatan) tertinggi berada di tangan rakyat turki.

2. MNA adalah perwakilan Rakyat Tertinggi.

3. MNA bertugas sebagai bdadan legislative dan eksekutif.

4. MNA bertugas memilih di antara sesame anggota untuk menjadi anggota Majelis Negara (M)
yang bertugas menjalankan pemerintahan.

5. Ketua MNA merangkap sebagai ketua MN[15].

B. Kebijakan Mustafa Kemal Attaturk Selama Berkuasa

Semboyan Kemal Attaturk selama memerintah Turki adalah westernsasi, sekulerisasi dan
nasoinalisme.

Dalam lapangan agama dan kebudayaan, Mustafa kemal membuat sejumlah kebijakan yang
sama sekali baru. Pada 28 Juni 1928 misalnya ia memperkenalkan bangku gereja serta jam
kamar ke dalammasjid, orang shalat dengan memakai sepatunya, menggunakan bahasa turki
dalam shalat. Dan untuk membuat agar masjid tersebut indah serta memperoleh inspirasi
spiritual maka masjid perlumelatih para musikus dan alat-alat music. Jelas sekali bahwa Mustafa
Kemal membawa unsure-unsur Kristen dalam aspek keagamaan islam yang suci dengan alas an
bahwa sebuah Negara modern yang barat harus memasukan semuaaspek tersebut ke dalam
masjid.

Di samping itu Mustafa Kemal membuat kebijakan-kebijakan yang intinya dalah berupaya
meningkatkan masyarakat turki kepada satu tingkat peradaban kontemporer danuntuk
memelihara karakter secular republic turki[16]. Diantara kebijakan itu adalah:

1. Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan tanggal 3 maret 1924;

2. Undang-undang tentang kopiyah, tanggal 25 november 1925;

3. Undnag-undang tentang pemberhentian petugas jamaah dan makam, penghapusan lembaga


pemakaman, tanggal 30 november 1925;

4. Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 februari1926;

5. Undang-undang pemakaian huruf latin untuk abjad turki dan penghapusan tulisan arab,
tanggal 1 november 1928;

6. Undang-undang tentang larangan menggunakan pakaian tradisional, tanggal 13 desember


1934.

Mustafa Kemal dalam kebijakannya memang dikenal sangat radikal. Mulai tahun 1920 ketika
idenya untuk memisahkan antara agama dengan Negara (sekularisasi) diterima oleh MNA,
yangmengakibatkan kedaulatan sultan menjadi terabatas sebab semuanya kini ada di tangan
rakyat.

Pada tahun 1922 Mustafa Kemal menyatakan bahwa jabatak kekhalifahan masih ada namun
sebatas sebagai jabatan spiritual, sedangkan kewenangan dimuawinya ditiadakan. Sebelum pada
akhirnya jabatan khalifah dihapuskan, sekitar tahun 1923 Mustafa kemal merubah bentuk Negara
dari khilafah menjadi republic dan islam menjadi agama Negara. Maka pada tahun 1924,
tepatnya tanggal 3 maret 1924, Mustafa Kemal melalui MNA menyatakan bahwa jabatan
Khilafah dihapuskan.

Penghapusan ini disusul selanjutnya dengan mendeklarasikan Turki sebagai Negara sekuler dan
menghapus islam sebagai agama Negara tahun 1937. Sebelum menjadi Negara sekuler Mustafa
Kemal telah meniadakan institusi-intsitusi keagamaan dalam pemerintahan yaitu:

1. Penghapusan Biro Syaikul Islam (1924)

2. Penghapusan kementrian syariat;


3. Penghapusan mahkamah syariat.

Pengaruh sekularisai yang dijalankan oleh Mustafa Kemal diakui sebagai kemenangan gerakan
Turki Muda dalam menggulingkankekuasaan khilafah dengan basis westernisasi yang
dijiplaknya habis-habisan maka tidaklah mengherankan bila kebijakan Mustafa Kemala banyak
yang bertentangan dengan kebijakan islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
BAB IV

KESIMPULAN

Para jurnalis, penulis, penerbit dan agiator yang mengasingkan diri di paris pada tahun 1889
membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Turki Muda, yang dalam kosepsi gerakannya
mempertahankan persekutuan mereka terhadap dinasti usmani, namun mereka mengagitasi
restorasi sebuah rezim parlementer dan konstitusional.

Gerakan ini secara internal terbagi menjadi dua yaitu yang pertama kelompok yang dipimpin
oleh Ahmad Riza, kelompok ini menghendaki seorang sultan yang kuat, pemusatan kekuasaan,
dan pengutamaan unsure-unsur muslim-turki dari wwarga usmani; dan sebuah kelompok lainnya
yang dipimpinoleh Sultan Sabbahedin, yang menekankan bentuk-bentuk desentralisasi
pemerintahan usmani, dan menghendaki sebuah masyarakat federasi dengan pemberian otonom
bagi warga Kristen dan warga minoritas lainnya.

Konsepsi dari Turki muda adalah pan Turkisme, yang mulanya dicetuskan oleh Yusuf Akcura.
Menurutnya bahwa penciptaan satu bangsa turki dari berbagai usnsur yang ada di kerajaan
adalah ilusi, bahwa Negara-negara colonial akan menghadang upaya apa pun untuk menciptakan
persatuan politis yang dilakukan oleh umat muslim sedunia, tapi Pan-turkisme akan mendukung
semua bangsa turki di asia dan hanya akan menentang rusia.

Ide pemikiran nasionalisme Turki dalam pandangan Gokalp bersumber pada budaya atau
menggunakanpendekatan sosiologis. Bagi Gokalp, suatu perubahan politik tidak akan berarti
apa-apa, kecuali jika diikuti revolusi sosiokultural. Tujuan akhir Turkisme gokalp adalah
menumbuhkan suatu kebudayaan nasional yang bukan pula kebudayaan barat. Tanpa
menumbuhkan kebudayaan,turki sendiri tidak akan menjadi reformis dan modernis yang sejati.
Dengan demikian, nasionalisme dalam pandangan Gokalp bisa disebut Turkisme Kultural, yang
bukan merupakan sebuah partai politik, melainkan gerakan ilmiyah, filosofis, estetis, dan moral.

Semboyan Kemal Attaturk selama memerintah Turki adalah westernsasi, sekulerisasi dan
nasoinalisme. Pengaruh sekularisai yang dijalankan oleh Mustafa Kemal diakui sebagai
kemenangan gerakan Turki Muda dalam menggulingkankekuasaan khilafah dengan basis
westernisasi yang dijiplaknya habis-habisan maka tidaklah mengherankan bila kebijakan
Mustafa Kemala banyak yang bertentangan dengan kebijakan islam seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.

Ira M. Lapidus. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Zurcher, J Erik. 2003. Sejarah Modern Turki. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dedi Supriyadi, M. Ag. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Jakarta: UI Press.

Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta: UI Press.

Jaih Mubarok. 2005. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Anda mungkin juga menyukai