Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama bangsa­bangsa yang tersebar di pertengahan bumi
ini yang terbentang dari tepi laut Afrika sampai tepi laut Pasifik Selatan. Tema
makalah kali ini membahas tentang “ Konsep Pembaruan di Turki” yang dipimpin
oleh Mustafa Kemal Ataturk. Makalah ini dibuat agar menambah pengetahuan
para pembaca, sahabat Muslim khususnya tentang perkembangan sejarah Islam di
negara Mesir, merupakan negara yang kaya akan peradabanya yang sudah
terkenal di dunia.
Munculnya pembaruan Islam di Turki adalah pada masa kepemimpinan
Mustafa Kemal Ataturk, seorang panglima perang ketika terjadinya gejolak
pemerintahan Kesulatanan Ottoman. Kemudian nama Kemal Ataturk yang pada
tahun 1934 dikenal sebagai Gazi Mustafa Kemal Pasha mulai melejit ketika
Kekaisaran Ottoman jatuh ke tangan Sekutu. Ia mengambil peranan penting di
dalam gerakan­gerakan nasional Turki yang berjuang untuk kemerdekaaan. Ia
juga berhasil untuk mengajak kelompok militer untuk membentunya
memerdekakan negeri itu. Tahun 1923 Mustafa Kemal mendirikan Republik
Turki dan menjadi presiden pertama.
Dalam pemikiran tentang pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi bukan
oleh ide golongan nasionalis Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat. Turki
dapat maju hanya dengan meniru Barat. Selain itu Mustafa Kemal juga
menerapkan sekularisasi dalam pemerintahanya yakni, memisahkan agama dari
negara. Semua aturan yang berdasarkan syari’at agama telah dihapuskan dan di
gantikan dengan hukum Barat. Tidak hanya dalam bidang hukum, kebudayaan
dan sosial masyarakat Turki juga dihapuskan dan diganti dengan kebudayaan
Barat. Sejak saat itulah berakhirlah Kekhalifahan di dunia Islam hingga saat ini,
dan digantikan dengan Negara Republik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah sosok tokoh pembarauan Islam di Turki?
2. Organisasi apa yang terbentuk pada masa pembaruan Islam di
Turki?
3. Apa saja 3 corak kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk di Turki?
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi tokoh pembaharu Islam di Turki.
2. Mengetahui organisasi atau gerakan yang muncul pada masa
pembaruan Islam di Turki.
3. Mengetahui 3 corak kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk.

2
BAB II
KONSEP PEMBARUAN DI TURKI (MUSTAFA KEMAL
ATATURK)

A. Biogr afi Mustafa Kemal Atatur k


Mustafa Kemal Ataturk lahir 12 Maret 1881 di kota Ottoman, Salonika
sekarang (Thessalonika, di Yunani)1. Ayahnya Ali Reza Efendi seorang pegawai
kecil yang kemudian menjadi pedagang kayu. Orangtuanya hanya memberinya
nama Mustafa. Ayahnya meninggal ketika Mustafa berumur 7 tahun. Ibunya
Zubeyde Hanim meninggal dunia ketika Mustafa menginjak remaja. Pada usia 12
tahun, ia memasuki sekolah militer di Salonika dan Manastir, Yunani tengah yang
berada dalam pemerintahan Turki Ottoman. Di Sekolah Menengah Militer itu,
oleh guru matematikanya ia di panggil “Kemal” yang berarti “Dewasa” dan
“Sempurna”. Bukan nama pasaran. Lulus dari Sekolah Menengah Militer,
Mustafa Kemal belajar di Akademi Militer di Manastir, 1895, dan lulus tahun
1905 dengan pangkat Letnan. Kemal Ataturk ditempatkan di Damaskus, Suriah.
Di pos barunya, ia segera bergabung dengan kelompok revolusioner kecil dan
rahasia yang disebut Vatan ve Hurriyet (Tanah Air dan Kemerdekaan) yang secara
aktif melakukan perlawanan terhadap rezim Ottoman. Tahun 1907, Kemal
Ataturk ditempatkan di Salonika dan bergabung dalam Gerakan Turki Muda yang
mengambil­alih kekuasaan Sultan Abdul Hamid II, (1908). Kemal Ataturk
menjadi figur senior dalam ketentaraan, hingga tahun 1911 dikirim ke Libya
untuk menahan laju invasi Italia ke wilayah itu.
Pada mulanya Mustafa, atas desakan ibunya dimasukkan di madrsah,
tetapi karena tidak merasa senang belajar disana, ia selalu melawan guru. Ia
kemudian dimasukkan orangtuanya ke Sekolah Dasar Modern di Salonika.
Selanjutnya ia memasuki Sekolah Menengah Militer atas usahanya sendiri. Dalam
usia 14 tahun ia tamat belajar di sekolah ini dan meneruskan pelajaran pada

1
Munif, Achmad, 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia , (Yogyakarta: NARASI, 2007), hal
147.

3
sekolah latihan militer di Monastir. Di tahun 1899, setelah menyelsaikan pelajaran
di Sekolah Menengah Militer, ia memasuki Sekolah Tinggi Militer di Istambul.
Ijazahnya ia peroleh 6 tahun kemudian dan kepadanya diberi pangkat Kapten.
Semasih belajar, Mustafa Kemal sudah mulai kenal dengan politik melalui
seorang sahabatnya yang bernama Ali Fethi2. Teman ini mendorongnya untuk
memperkuat dan memperdalam pengetahuan tentang bahasa Perancis, sehingga ia
dapat membaca karangan­karangan filosof Perancis seperti Rousseau, Voltaire,
Aguste Comte, Montesquieu, dan lain­lain. Di samping itu sejarah dan sastra juga
menarik perhatianya.
Ia dengan temanya Ali Fethi tidak setuju dengan politik Enver, Talat dan
Jemal dan tidak segan mengeluarkan kritik terhadap keyiga pemimpin itu.
Akhirnya di tahun 1913 Fethi dibuang ke Sofia sebagai Duta dan Mustafa Kemal
ikut sebagai Attase Militer. Di sinilah Mustafa Kemal langsung berkenalan
dengan peradaban Barat yang amat menarik perhatianya, terutama pemerintahan
parlementer. Setelah perang dunia I pecah ia dipanggil kembali untuk menjadi
panglima Divisi 19.
Kemudian nama Kemal Ataturk yang pada tahun 1934 dikenal sebagai
Gazi Mustafa Kemal Pasha mulai melejit ketika Kekaisaran Ottoman jatuh ke
tangan Sekutu. Ia mengambil peranan penting di dalam gerakan­gerakan nasional
Turki yang berjuang untuk kemerdekaaan. Ia juga berhasil untuk mengajak
kelompok militer untuk membentunya memerdekakan negeri itu. Tahun 1923
Mustafa Kemal mendirikan Republik Turki dan menjadi presiden pertama.3
Mustafa Kemal Ataturk digelari (bapak bangsa Turki), yang oleh
sejarawan dianggap sebagai keturunan Yahudi Dunamah. Apalagi jika dilihat dari
segala kelakuan bejatnya dan sikap anti Islamnya keterlaluan.

2
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal 143.
3
Achmad, 50 Tokoh Politik..., 147

4
B. Ger akan Tur ki Muda
Paham Nasionalisme telah menyebar di seantero negara Ustmani dengan
wujud yang tegas dan tiada bandungannya di negara lain. Para pengusungnya
adalah orang­orang Islam dan Kristen yang tergoda oleh Eropa4. Umat Kristen
sendiri berusaha menyebarkan paham ini sebagai cara satu­satunya untuk
memperluas hegemoni mereka, juga karena apabila mereka mencoba cara lain,
seperti fanatisme agama misalnya, tentulah mereka tersingkir.
Pasalnya, mereka minoritas jika dibandingkan dengan kaum Muslimin.
Eropa pun mendukung para pengusung gerakan nasionalisme itu, baik melakukan
Kristenisasi ala misionaris maupun dengan membuka negeri­negeri mereka
selebar­lebarnya agar menjadi markas bagi aneka organisasi dan lembaga yang
mengusung paham nasionalisme.
Dan munculnya Paham Nasionalisme yang terjadi di negara Ustmani
diperkuat dengan adanya gerakan “Turki Muda” yang diprakarsai oleh Mustafa
Kemal Ataturk, yang antara tahun 1917 dan 1918 dia dikirim ke Front Kaukasus
untuk menahan kekuatan Rusia dan mendapat beberapa keberhasilan. Ia pergi ke
Hejaz untuk menghancurkan Revolusi Arab, yang mendapat dukungan Inggris
yang melawan kekuasaan Turki Ottoman. Oktober 1918 Kekaisaran Ottoman
menyerah kepada sekutu. Setelah Perang Dunia I berakhir, kekaisaran Ottoman
kehilangan sejumlah besar wilayah. Dalam perjanjian sevres yang ditandatangani
Turki dan Sekutu, Ottaman harus meninggalkan Anatolia dan digantikan oleh
Inggris, Italia, Perancis, dan Yunani. Yang tersisa hanya sebagian kecil wilayah
Anatolia untuk Turki. Sedang Yunani mendapat hak kontrol atas sebagian wilayah
Anatolia. Pendudukan tersebut mendapat perlawanan dari kaum revolusioner dan
tekanan dari kelompok militan lokal serta banyak organisasi oposisi.
Dalam posisi yang demikian itu, Mustafa Kemal seorang pemimpin yang
berhasil menggerakkan “Kuva­i Milliuye” (Kekuatan Nasional) menuju perang
kemerdekaan Turki. Revolusi Nasional yang dipimpin Mustafa dimulai dari

4
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam, (Jakarta: Pustaka AL­
Kautsar, 2013) hal 241.

5
Samsun, ketika ia menjadi inspektur tentara angkatan ke­19. Mulai sadar akan
kekuatanya, mengontak para gubernur provinsi, komandan militer untuk melawan
pendudukan.
Juni 1919 ia bersama teman­temanya mengumumkan “Deklarasi Amasya”
yang tidak mendapat restu Istanbul. Dengan kelompok “Turki Muda”, Mustafa
Kemal mempromosikan pemerintahan dalam pengasingan di Anatolia. Perintah
Istanbul untuk menagkap Kemal datang terlambat. Parlemen baru, Grand National
Assembly terbentuk di Ankara. April 1920. Dewan Nasional menetapkan Mustafa
Kemal sebagai Presiden. Dewan Nasional juga membubarkan pemerintahan
Sultan di Istambul dan juga menolak perjanjian Sevres. Terjadi konflik antara
gerakan Nasionalis dengan kekuatan Inggris, Italia, Perancis, dan Yunani di tiga
front.
Di Sakarya, front Barat, pasukan Kemal berhadapan dengan Yunani.
Agustus 1921, Yunani dikalahkan di front Sakarya. Setahun kemudian pasukan
Kemal menag di Dumlupinar dan bulan berikutnya, september 1922, berhasil
merebut wilayah pantai, Izmir. Mustafa Kemal menandatangani Prjanjian Kars
dengan Uni Soviet, 23 Oktober 1921. Dalam perjanjian persahabatan itu Turki
menyerahkan kota Batuni (kini Georgia) kepada Lenin pemimpin kaum Bolshevik
itu. Sebailknya Lenin menyerahkan kembali kota Kars dan Ardahan yang jatuh ke
tangan Tsar dalam perang Turki­Rusia 1877­1878.
Setelah Kesultanan berakhir, 29 Oktober 1923, Mustafa Kemal
membangun “Turki Baru” dengan memproklamasikan Republik Turki dan
menjadi Presiden pertama5. Sebagai pemimpin besar Turki yang baru, Mustafa
Kemal Ataturk bisa dibilang “sangat nasionalis”, “sangat Turki”, dan “sangat
sekuler”.

5
Ahcmad, 50 Tokoh Politik...,149.

6
C. Tiga Gugus Ideologi Kemalisme, Nasionalisme, Wester nisme dan
Sekular isme.
1. Nasionalisme
Kesadaran Nasionalisme Turki di Kerajaan Ustmani mulai timbul baru di
pertengahan kedua dari abad ke­19. Gerakan Nasionalis terbentuk atas usaha
Mustafa Kemal dan teman­temmanya dalam Majllis Nasional Agung di tahun
1920. Dalam sidang di Ankara, yang kemudian menjadi ibu kota Republik Turki,
ia dipilih sebagai ketua. Dalam sidang itu diambil antara lain keputusan­keputusan
berikut:
a. Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.
b. Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan.
c. Majlis Agung Nasional bertugas sebagai badan legislatif dan badan
eksekutif.
d. Majlis negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Nasional Agung
akan menjalankan tugas pemerintah.
e. Ketua Majlis Nasional Agung merangkap jabatan Ketua Majlis
Negara.
Demikianlah, Mustafa Kemal dan teman­temanya dari golongan nasionalis
bergerak terus dan dengan perlahan­lahan dapat menguasai situasi, sehingga
akhirnya sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa defacto dan dejure
di Turki. Pada tanggal 23 juli 1923 ditanda tangani perjanjian Lausanue, dan
pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan Internasional6.

6
Nasution, Pembaruan dalam Islam..., 147.

7
Konferensi Lausanne diselenggarakan pada tahun 1341 H persis tiga hari
setelah Abdul Majid II menjabat sebagai Khalifah. Perwakilan dari pemerintahan
Ankara pun turut menghadirinya dalam konferensi itu, Inggris mengajukan
beberapa syarat agar diakuinya kemerdekaan Turki, yang dikenal sebagai Empat
Syarat Curzon7, yaitu:
1. Dihapuskanya Kekhalifahan Ustmani.
2. Diputuskanya segala hubungan dengn Islam.
3. Diusirnya semua pengusung Kekhalifahan dan Islam dari Turki.
4. Dibuatnya undang­undang sipil sebagai pengganti undang­undang
lama Turki yang berlandaskan Islam.
Sebenarnya masih ada kelompok yang berupaya mendukung sang
Khalifah. Akan tetapi, kala itu Ataturk sudah kuat. Ia dapat menyingkirkan setiap
orang yang coba­coba menghalanginya.
Pada tahun 1342 H, Ataturk mengumumkan penghapusan Kekhalifahan
dan mendeklarasikan berdirinya Rapublik Turki. Ia pun menghapuskan tugas­
tugas keagamaan dari pemerintahan. Bala tentaranya lantas melucuti hijab dari
para penduduk wanita. Salah satu butir undang­undang baru menyatakan bahwa
harus ada patung Ataturk di seluruh pelosok Turki. Selain itu, Adzan diharuskan
dalam bahasa Turki. Penulisan bahasa Turki harus dengan huruf Latin, padahal
sebelumnya adalah dengan huruf Arab. Masih bnyak lagi tindakan kriminal paling
keji lain yang bahkan orang kafir sekalipun tidak berani melakukanya.
Demikianlah, dengan segala duka dan luka yang mendalam, tamatlah
riwayat Kekhalifahan terakhir umat Islam, setelah langgeng semenjak wafatatnya
Rasulullah SAW, dan tidak kunjung berdiri lagi hingga zaman kita sekarang.

7
Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah..., 256.

8
2. Wester nisme
‘Westernisasi’ adalah mengadaptasi gaya hidup Barat, meniru­niru dan
mengambil alih cara hidup Barat. Jadi orang yang meniru­niru, mengambil alih
tata cara hidup Barat, mengadaptasi gaya hidup orang Barat itulah yang lazim
disebut ‘westernisasi’8.
Unsur kebudayaan yang barangkali paling pnting dewasa ini adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang pada mulanya dikembangkan dan berasal dari
dunia Barat. Secara faktual banyak negara yang telah “membeli” teknologi,
mengadaptasi dan mempergunakan teknologi Barat dalam usaha modernisasi yang
dilakukan oleh berbagai bangsa di beberapa belahan dunia.

Dalam pemikiran tentang pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi bukan


oleh ide golongan nasionalis Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat. Turki
dapat maju hanya dengan meniru Barat. Setelah perjuangan kemerdekaan selesai,
demikian Mustafa Kemal, perjuangan baru mulai, yaitu perjuangan untuk
memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Peradaban Barat akan
diambil bukan hanya sebagian­sebagian, tetapi dalam keseluruhanya. Menurut
Ahmed Agouglu9, seorang pengikut Mustafa Kemal, ketinggian suatu peradaban
terletak dalam keseluruhanya, bukan dalam bagian­bagianya yang tertentu.
Peradaban Barat dapat mengalahkan perdaban­perdaban lain, bukan hanya karena
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya saja, tetapi karena keseluruhanya,
keseluruhan unsur­unsurnya, dan bukan unsur baiknya saja tetapi juga unsur tidak
baiknya.
Mustafa Kemal sendiri dalam salah satu pidatonya10 mengatakan bahwa

8
Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis Dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), hal 126.
9
N. Berkes, The Development Of Secularism in Turkey, (Montreal: McGill University
Press, 1964) hal 465.
10
Ibid, hal 464.

9
kelanjutan hidup di dunia peradaban modern menghendaki dari sesuatu
masyarakat supaya mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Di zaman yang
dalamnya ilmu pengetahuan membawa perubahan terus­menerus bangsa yang
berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang, tidak akan dapat
mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat
yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus
dihncurkan.
Dalam upaya Westernisasi di negara Turki, Mustafa Kemal melakukan
perubahan dengan menghilangkan institusi keagamaan yang telah ada dalam
pemerintahan. Di tahun 1924 Biro Syaikh Al­Islam dihapuskan dan begitu pula
Kementrian Syari’at. Di zaman Kerajaan Ustmani Kementrian Syari’at tidak ada
dan kementrian ini didirikan oleh Pemerintah Nasionalis Mustafa Kemal.
Bersamaan dihapuskan pula mahkamah syari’at. Hukum syari’at dalam soal
perkawinan digantikan oleh hukum Swiss. Perkawinan bukan lagi dilakukan
menurut syari’at tetapi menurut hukum sipil. Wanita mendapat hak cerai yang
sama dengan kaum pria. Selanjutnya diadakan hukum baru seperti hukum dagang,
hukum pidana, hukum laut daan hukum obligasi. Dalam pembentukan hukum
baru itu, hukum syari’at dan hukum adat ditinggalkan, dan sebagai model diambil
hukum Barat.
Selain itu dalam hal pakaian, rakyat Turki dilarang memakai terbus, dan
sebagai gantinya dianjurkan pemakaian topi Barat. Pakaian keagamaan juga
dilarang dan rakyat Turki harus mengenakan pakain Barat, baik pria maupun
wanita. Di tahun 1935 dikeluarkan juga undang­undang yang mewajibkan warga
negara Turki mempunyai nama belakang. Hari cuti resmi mingguan dirubah dari
hari jumat menjadi hari minggu.

10
3. Sekular isme
Dalam skala global, persoalan pokok yang dihadapi agama memang
masalah sekularisasi. Sekularisasi itu menjelajahi kehidupan sosial dalam dua
bentuk, yakni sekularisasi objektif dan sekularisasi subjektif11. Sekularisasi
objektif bersifat konkret dan radikal, biasanya ditandai dengan pemisahan
urusan/bidang agama­ruhaniah dengan urusan/bidang material­jasmaniah. Praktik
ini mudah kita temukan dalam sejarah kehidupan masyarakat modern, terutama
negara Barat yang mempunyai pengalaman negatif soal hubugan agama (gereja)
dan keilmuan.
Adapun sekularisasi subjektif bersifat halus, biasanya ditandai dengan
perasaan atau keyakinan batin untuk tidak menghubungkan pengalaman pragmatis
sehari­hari dengan pengalam keagamaan. Ia cenderung membebaskan diri dari
kontrol ataupun komitmen terhadap nilai­nilai agama. Begitu halusnya sampai
orang­orang yang mempraktikkannya kadang­kadang tidak menyadarinya.
Barangkali pernah dalam sanubari kita tertanam keyakinan bahwa saya makan
untuk kenyang, bekerja untuk mencari uang, dan meraih prestasi atas dasar
kemampuan dirinya sendiri. Semua steril dari campur tangan atau kepentingan
Tuhan. Kalau keyakinan kita sampai disitu, kita telah mengidap gejala sekularisasi
subjektif.
Sebelum Mustafa Kemal Ataturk berkuasa, Turki dikenal sebagai negara
Islam dimana Hukum Islam dilaksanakan secara konsisten. Konstitusi Turki
dengan tegas menyatakan “agama negara Turki adalah Islam”. Berdasarkan
konstitusi ini, maka Turki tidak menganut pemisahan agama dari masalah­
masalah politik dan kenegaraan. Keberdaan Syaikhul Islam beserta Menteri
Agama dan Wakaf mempertegas Turki sebagai negara yang tidak memisahkan
agama dengan negara.

11
Zubaedi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, (Yogyakarta: AR­Ruzz Media, 2013),
hal 216.

11
Ketika Mustafa Kemal Ataturk berkuasa, perubahan radikal pun terjadi.
Dari tahun 1924 hingga meninggalnya (1938), Kemal Ataturk secara ambisius
melakukan program pembangunan dan “Modernisasi” dengan cara mencontoh
atau menerapkan pola­pola atau konsep Barat. Segala hal yang berbau Islam
dihapus. Kesultanan Turki dihapus pada tahun 1922. Syaikhul Islam, Menteri
Agama dan Wakaf dicopot dari jabatanya. Undang­undang pendidikan dibuat
sekuler, dengan demikian sistem pendidikan islam tradisional tergusur. Di tahun
1924, sistem peradilan agama dilucuti, hakim­hakimnya dipensiunkan dan
jurisdiksinya dilebur ke dalam sistem peradilan sekuler. Pada tahun 1926, hukum
islam secara resmi digantikan dengan sistem hukum yang didasarkan pada sistem
hukum Swiss (Esposito, 1984:199). Pendek kata, Kemalisme membangun dan
menciptakan sebuah negara Turki yang sekuler12.
Salah satu contoh adalah politik sekularisasi dalam bidang pendidikan.
Seperti yang telah disinggung diatas, dengan disahkannya undang­undang
“Penyatuan Pendidikan”13, maka pelajaran agama (Islam) di sekolah secara
berangsur­angsur dikurangi sampai kemudian dihapuskan sama­sekali pada tahun
1935 sapai dengan tahun 1948, dan pendidikan agama menjadi tanggungjawab
masing­masing orang tua murid. Pada tahun 1931 lembaga­lembaga pendidikan
imam dan khatib (negeri) ditutup dan pada tahun 1933 fakultas Theologi di
Istambul juga ditutup.

Kemudian contoh lain atas kebijakan sekuler Mustafa Kemal Ataturk


adalah transformasi status wanita. Program Tanzimat abad 19 telah menyediakan
pendidikan dasar bagi wanita, tetapi pada penghujung abad ini kubu nasionalis
sekuler14 menjadikan permasalahan wanita pusat perhatian yang krusial. Ziya
Gokalp telah menyampaikan teori bahwasanya persamaan wanita merupakan
syarat begi pengembangan sebuah masyarakat Turki modern. Ia memperjuangkan

12
Faisal, Paradigma Kebudayaan..., hal 134.
13
Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:
Universitas Indonesia UI­Press, 1993) hal 226.
14
Lapidus, Ira M. , Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999),
hal 91.

12
persamaan wanita dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan keluarga.
Dalam dekade mulai abad ini wanita perkotaan mulai mengenakan pakaian
model Eropa. Lycee pertama bagi wanita didirikan pada tahun 1911, dan sekolah
keguruan, sekolah perawat, sekolah bidan, dan sekolah sekretaris mengalami
perkembangan pesat. Selama tahun­tahun peperangan yang mengurangi jumlah
laki­laki, membawa sejumlah wanita ke dalam profesi baru dan pekerjaan pabrik.
Dan undang­undang keluarga tahun 1916 dan 1917 mengakhiri syari’ah,
mempersulit poligami dan memberi izin kepada wanita mengajukan perceraian
dengan syarat­syarat tertentu.
Demikianlah, langkah awal ini telah mengarah pada prinsip penyamaan
kedudukan wanita di bidang sosial dan hukum, namun semua ini masih perubahan
yang sederhana. Kaum wanita masih ditempatkan di tempat­tempat umum,
termasuk juga dalam hal transportasi. Tempat­tempat pertunjukan, pendidikan,
dan dalam beberapa akitivitas lainya masih berlangsung pemerintahan antara laki­
laki dan perempuan atau mereka dipisahkan dalam ruangan yang berbeda.
Musatafa Kemal meninggal pada tahun 1938, namun rezimnya dilanjutkan
oleh koleganya yang sangat setia kepadanya, Ismet Inonu. Namun periode antara
kematian Kemal dan akhir masa pemerintahan Inonu membuka jalan bagi sebuah
sistem politik yang baru. Amerika Serikat, setelah Perang Dunia ke II menjadi
penjaga utama pengamanan politik dan Pembangunan ekonomi Turki, juga
berusaha mengurangi sistem paternalistik dan cenderung kepada sistem demokrasi
multi­partai. Oleh karena itu, pada tahun 1946 pemerintahan Inonu mengizinkan
pembentukan Democrat Party (Partai Demokrat).

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas, yang membahas tentang “Konsep Pembaruan
di Turki” yang di prakarsai oleh Mustafa Kemal Ataturk dapat disimpulkan bahwa
munculnya gerakan pembaruan di Turki dimulai sejak berkuasanya Mustafa
Kemal di Turki. Yang dengan kepemimpinanya ia mencoba mengubah semua
tatanan negara Turki yang notabene dulu adalah sebuah negara Islam. Pada masa
kepemimpinan Mustafa Kemal, semua tatanan negara diubah, ia menjadikan
negara Turki sebagai negara sekuler yang memisahkan agama dengan negara.
Selain itu ia juga mengadopsi kebudayaan barat baik dari segi kebudayaanya
maupun dari segi politik, karena dia menganggap Turki akan lebih maju dengan
meniru gaya pemerintahan Barat. Sejak itulah berakhirnya Kekhalifahan di Turki
dan menjadi negara Republik pertama setelah berabad­abad sebagai Kekhalifahan
sejak kepemimpinan Sultan yang terdahulu.

B. KRITIK DAN SARAN


Sebagai penutup dari makalah ini, tak luput pula saya ucapkan terimakasih
pada rekan­rekan yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini. Di
samping itu, masih banyak kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan, tetapi
saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah yang amat
sederhana ini. Saya sangat berharap kepada semua rekan­rekan untuk memberi
kritik atau sarannya, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi
lebih baik lagi, seperti yang kita harapkan. Tiada kata yang dapat saya ucapkan,
selain rasa terimakasih atas semua motivasi dan dukungan dari rekan­rekan
sekalian, semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi amal sholeh bagi penulis.

14
Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA
Munif, Achmad, 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia , (Yogyakarta: NARASI,
2007), hal 147.
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal 143.
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam, (Jakarta: Pustaka
AL­Kautsar, 2013) hal 241.
Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis Dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), hal 126.
N. Berkes, The Development Of Secularism in Turkey, (Montreal: McGill
University Press, 1964) hal 465.
Zubaedi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, (Yogyakarta: AR­Ruzz Media,
2013), hal 216.
Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran,
(Jakarta: Universitas Indonesia UI­Press, 1993) hal 226.
Lapidus, Ira M. , Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1999), hal 91.

15

Anda mungkin juga menyukai