Pada masa lalu, terutama pada pertengahan abad ke-18, Turki dipersepsikan sebagai
bangsa yang mengidap sick man of Europe karena ketertinggalannya diberbagai
bidang terutama bidang militer, ekonomi, dan politik sehingga berakibat pada
kekalahan pada sejumlah peperangan.
Sadar akan kemundurannya, maka sejak abad ke-19 Turki Utsmani mulai melakukan
modernisasi dengan mengadopsi nilai-nilai Eropa di bidang hukum, militer, ekonomi
dan pendidikan. Periode ini dikenal dengan era Tanzimat (Era Reformasi) yang
melibatkan seluruh elemen dalam imperium Turki Utsmani.
Era Turki Utsmani berakhir pada tahun 1924 digantikan oleh sistem republic, seketika
modernisasi diambil alih oleh rezim baru yang dimotori Mustafa Kemal Ataturk
dengan mengintrodusir modernisasi model Barat. Sekularisasi ala Turki mengikuti
model Prancis dengan bentuk yang lebih kaku. Perubahan Adzan dari Bahasa Arab ke
Bahasa Turki, pembubaran Lembaga Syaikhul Islam, Pembubaran sekolah2 imam
Hatip Okul, dan pelarangan jilbab merupakan contohnya. Modernisasi versi negara
berjalan begitu keras karena bersifat dari atas ke bawah.
BAB 1: PENDAHULUAN
Adanya romantisme sejarah bagi umat islam ketika berbicara tentang Turki. Bagi
umat islam seantero dunia, Turki adalah bagian penting dari potongan sejarah
gemilang peradaban islam. Di negeri itu, islam tercatat menjadi pusat kekuasaan
dunia yang tak terkalahkan selam hampir 500 tahun. Jatuhnya Konstantinopel pada
1453 yang kemudian beralih nama menjadi Istanbul, adalah saksi sejarah akan
kebesaran Dinasti Turki Utsmani.
Secara geografis, Turki memiliki letak yang strategis sehingga menjadikannya sebagai
jembatan antara Timur dan Barat. Negara ini terletak diantara dua benua, Asia dan
Eropa. Dengan luas wilayah 814.578 KM2, 95% wilayahnya terletak di benua Asia
dan sisanya 5% berada di wilayah Eropa.
Pada tanggal 3 Maret 1924, Rakyat Turki dengan dimotori oleh Mustafa Kemal
Ataturk, secara resmi menghapus sistem kekhalifahan di Bumi Turki setelah
sebelumnya mendeklarasikan diri berbentuk republik. Dibawah kepemimpinannya,
Turki mendeklarasikan diri sebagai negara sekuler.
Setelah menjadi negara sekuler, otomatis urusan agama terpinggirkan. Agama
digiring menjadi urusan pribadi dan negara berada pada posisi sentral yang
berwenang mengontrol agama. Sekularisme bagi Mustafa Kemal Ataturk, adalah
pilihan paling tepat untuk membawa Turki menjadi negara majudan lebih baik dari
sebelumnya, sejajar dengan negara2 barat, khususnya Eropa.
Setelah Republik berdiri, Mustafa Kemal memimpin proyek modernisasi secara besar-
besaran. Turki pada periode awal republik, Turki mengadopsi sistem hukum dan tata
negara Eropa.
Dalam bidang literasi, alfabet arab yang dipakai sepanjang 500 tahun, diganti dengan
alfabet latin dengan beberapa modifikasi pada beberapa huruf.
Dalam bidang keagamaan, posisi Syaikhul Islam yang sebelumnya memiliki posisi
penting dalam struktur kekhalifahan juga dibubarkan. Atribut-atribut keagamaan yang
menjadi ciri khas Utsmani dihilangkan.
Pada periode awal juga, para pemimpin Turki juga telah membangun fondasi kokoh
ideologi negara yang tercantum dalam enam prinsip kebangsaan (altı ilke):
Cumhuriyetçilik (Republik), Miliyetçilik (Nasionalisme) ,Halkçilik (Kedaulatan
Rakyat), Devletçilik (Kenegaraan), Laiklik (Sekularisme), dan
İnkilapçilik/Devremçilik (Revolusionisme).
Sekularisme di Turki berbentuk Asertif, yaitu negara mengintervensi agama dengan
cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya larangan.
Bentuk perlawanan kelompok politik terhadap terhadap hegemoni negara yang
memaksakan sekularisme asertif bisa dilihat dari beberapa pemilu yang berlangsung
setiap lima tahun sekali itu. Pada tahun 1950, Partai Demokrat yang menang saat itu
menjadikan isu kebebasan berekspresi sebagai bahan utama untuk menyerang rezim
CHP dalam kontestasi. Yang selanjutnya keberhasilan terus dilanjutkan oleh partai-
partai baru yang merupakan transformasi dari partai demokrat.
Dari sisi figure, sosok Adnan Menderes, Turgut Özal, Necmettin Erbakan, dan Recep
Tayyip Erdoğan adalah deretan penantang hegemoni rezim sekuler.
Para penantang rezim sekuler bertarung secara ksatria melalui jalur konstitusional.
Mereka mendirikan partai lalu mengikuti pemilu. Sepanjang sejarah Turki Modern,
mereka melalui siklus muncul, menang, dihabisi, dan muncul lagi dalam bentuk
berbeda.
AK Parti merupakan salah satu wajah baru di kancah perpolitikan Turki. Partai ini
termasuk dalam kategori para penantang rezim Kemalis. Sejauh ini nasib baik
berpihak pada mereka. Karena mereka melakukan pendekatan politik yang lebih
modern dan berbeda dari partai pendahulunya seperti partai Refah-nya Necmettin
Erbakan. Sehingga bisa diterima oleh berbagai kalangan.
AK Parti berdiri pada 14 Agustus 2001. Tapi langsung menang pada pemilu pertama
yang diikutinya pada 2002. Prestasi yang fantastis karena dapat mengalahkan partai-
partai lama yang sudah berkecimpung dalam dunia perpolitikan Turki seperti CHP
warisannya Mustafa Kemal Ataturk.
Penulis buku ini berkesimpulan, bahwa kemenangan AK Parti disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain:
o Partai ini merupakan partai baru yang moderat dan menyesuaikan diri dengan
kultur demokrasi militeristik ala Tukri. Dengan komitmen melayani
masyarakat dengan kemasan baru, partai ini dianggap dapat mengakomodir
beragam elemen di Turki.
o Sosok Reccep Tayyip Erdogan cukup berpengaruh dalam perolehan suara.
o Komitmen partai AK Parti akan sekularisme Turki dan program politik yang
ditawarkan -salah satunya menyangkut aksesi keanggotaan Uni Eropa- juga
menjadi daya tawar tersendiri untuk konstituen.
AK Parti hadir sebagai sebuah representasi kelompok islam yang secara kultur sangat
taat beragama di tengah demokrasi militeristik. Kemenangan AK Parti ini juga berarti
kebangkitan semangat islam politik yang selama ini diredam, “diintimidasi” dan
selalu dicurigai oleh rezim sekuler.
b) Tokoh-tokoh AK Parti
1. Reccep Tayyip Erdoğan
Lahir pada tahun 1954 di Kasimpasa, sebuah Kawasan padat penduduk di tengah kota
Istanbul.
Erdogan kecil tumbuh di keluarga yang tidak terlalu berkecukupan. Ayahnya seorang
nahkoda dan ibunya hanyalah ibu rumah tangga. Untuk membantu kebutuhan
keluarga, ia menjual lemon, rempah2, roti, dan air minum di jalanan. Sehingga ia
cukup familiar dengan kehidupan rakyat kecil beserta kesusahannya. Hal ini jugalah
yang menjadi salah satu faktor yang membawa diri dan partainya memenangi
pemilihan kepala daerah.
Hidupnya banyak dipengaruhi oleh 4 faktor; Ayahnya, lingkungan Kasimpasa,
gurunya dan ajaran sufisme.
Ia merupakan tamatan dari SMA Imam Hatip Okul, dan lulusan sarjana Jurusan
Ekonomi dan Perdagangan di Universitas Marmara, Istanbul pada 1980. Selain
Bahasa Turki, ia juga menguasai Bahasa Arab dan Inggris. Ia pernah bekerja sebagai
eksekutif manajer di beberapa perusahaan swasta yang bergerak dibidang penjualan
makanan.
Erdogan mulai tertarik pada dunia politik ketika umurnya 15 tahun. Ia pernah menjadi
pimpinan Partai Refah cabang Beyoglu dan cabang Istanbul. Pada 1994, ia terpilih
menjadi Walikota Istanbul. Kemampuannya dibidang manajemen sangat
membantunya dalam mengemban beban yang ditugaskan padanya. Hal ini juga
membawa angin segar pada partai Refah kala itu. Istanbul yang dipimpinnya menjadi
lebih cerah, bersih, dan berkembang pesat dengan insfratruktur yang memadai. Ketika
menjabat sebagai walikota Istanbul, ia menganggap dirinya sebagai imam kota itu.
Karena baginya, imam dalam islam tidak hanya imam dalam masjid, tapi imam adalah
orang-orang yang memiliki otoritas untuk mengatur dan memimpin.
Pada 1998, Komisi Pemilihan Umum (KPU) membekukan kekuasaan Erdogan karena
telah dianggap melakukan SARA di muka umum dan kejahatan melawan negara.
Karena tuduhan yang diarahkan padanya pula, ia dijebloskan ke dalam penjara. Tapi
berhasil bebas 4 bulan kemudian karena dianggap telah beritikad baik dalam
menjalani masa hukuman.
Di penjara, ia banyak bergaul dengan para narapidana dan mendiskusikan banyak hal
tentang kemungkinan2 yang akan dilakukannya untuk membawa Turki kearah yang
lebih baik. Ia menjelma bak seorang martir sejarah dengan ribuan mendukung. Ia
kemudian mengidentikkan dirinya sebagai Nelson Mandela-nya Turki.
Reccep Tayyip Erdogan dikenal sebagai sosok dengan karakter keislaman yang kuat.
Ia mencoba menegaskan identitas dirinya sebagai muslim dan dalam batas-batas
tertentu, mengikuti alur pemikiran elite sekularisme.
2. Abdullah Gül
Ia lahir pada tahun 1950 di Kayseri. Ia merupakan seorang Ph.D di bidang ekonomi
yang diraihnya dari Universitas Istanbul pada tahun 1983. Ia juga sempat mengenyam
pendidikan di Exter dan London.
Ia lahir dari keluarga menengah keatas. Kayseri, tempat ia lahir memang terkenal
sebagai kota yang melahirkan banyak pengusaha.
Ia sempat menjadi pengajar di Jurusan Teknik Industri Universitas Sakarya pada
rentang tahun 1980-1983. Karirnya mengalami perkembangan ketika bergabung
dengan Islamic Development Bank yang bermarkas di Jeddah antar tahun 1983-1991.
Tahun 1991, Ia terpilih jadi salah satu anggota Komisi Perencanaan dan
Penganggaran di Parlemen Partai Refah. Kemudian seterusnya ia ditunjuk diberbagai
komisi, termasuk komisi urusan Luar Negeri Partai Refah sebagai Ketua. Kemudian
pada 1996-1997, ia dipercaya memegang jabatan Menteri negara dan pemerintah
sekaligus sebagai juru bicara.
Pada Agustus 2001, Ia bersama Reccep Tayyip Erdoğan, mendirikan AK Parti. Ia
kemudian ditunjuk oleh Presiden Ahmet Necdet Sezer sebagai Perdana Menteri Turki
yang baru pada tanggal 16 November 2002.
Selama di lingkaran pemerintahan, Abdullah Gul memiliki pengalaman yang luas. Ia
pernah menjabat sebagai Menteri luar negeri, anggota parlemen, Dewan Pimpinan AK
Parti di bidang politik dan hukum. Serta menjadi salah satu anggota parlemen NATO.
Pada Agustus 2007, ia terpilih sebagai Presiden Turki yang ke-11. Di bidang politik,
sosoknya tidak banyak mendapat sorotan dan permusuhan berlebihan dari lawan
politiknya. Berbeda dengan Reccep Tayyip Erdogan. Namun demikian, mereka
berdua memiliki kesamaan pandangan dalam hal modernisasi nilai-nilai keislaman
dalam konfigurasi perpolitikan warisan Kemalisme-Turkisme yang telah
disalahartikan dan disalahgunakan oleh sebagian besar elite.
3. Bulent Arinç
Ia lahir pada tahun 1948 di Bursa, Turki. Setelah menyelesaikan pendidikan
menengah di Manisa, ia kemudian melanjutkan studinya di Universitas Ankara dan
meraih gelar Sarjana Hukum pada tahun 1970.
Bulent Arinc mulai tertarik bergelut di dunia politik sejak ia berada di lingkungan
universitas. Ia memulai karir politiknya dengan menjabat sebagai Kepala Daerah
Manisa pada pilkada tahun 1995. Kemudian melalui Partai Refah, ia diangkat sebagai
anggota Majlis Permusyawaratan Rakyat Turki. Di Partai Refah, ia duduk di komisi
bidang hukum atau yuridiksi.
Bulent Arinc yang dekat dengan Reccep Tayyip Erdogan menjadi salah satu pelopor
berdirinya AK Parti pada 14 Agustus 2001. Setelah memenagkan pemilu, para kader
AK Parti yang duduk di parlemen kemudian menunjuknya sebagai Ketua Parlemen.
c) Karakteristik AK Parti
Sejak pertama kali muncul ke public, Ak Parti hadir dengan narasi reformis.
Kehadirannya di pentas demokrasi Turki diawali dengan spirit ingin mengubah wajah
Turki yang tertutup menjadi bangsa yang besar serta mampu menjangkau seluruh
penjuru dunia sebagaimana para pendahulu mereka. Dengan semangat hendak
mengubah konstelasi politik Turki, partai ini menawarkan proposal Reformasi
ekonomi dan menjadikan Turki sebagai anggota Uni Eropa.
Secara tampilan, AK Parti dikemas secara professional, berusaha membangun kesan
bahwa AK Parti bukan merupakan penerus partai Refah dan partai2 islam sebelumnya
yang kerap dibubarkan karena dianggap melawan ideologi negara.
AK Parti dijadikan ruang terbuka yang dapat menampung banyak orang dari berbagai
elemen dan latar belakang, baik kaum islamis, sekuler, liberal, maupun kelompok kiri
yang merasa cocok dengan platform yang ditawarkan. Mereka lebih dicitrakan
sebagai partai muslim moderat, yang berada pada garis kanan-tengah. Ia menamakan
ideologinya sebagai konservatif democrat. Sebuah mainstream politik yang
diinginkan generasi baru Turki yang menghargai universalisme versi mayoritas
bangsa di dunia tanpa menafikan atau bahkan menghilangkan sama sekali nilai2
lokalitas warisan sejarah.
Sebagai lambing, AK Parti menggunakan symbol bola lampu yang terang benderang.
Simbol itu merupakan lambang kekuatan untuk keluar dari cahaya gelap menuju jalan
yang terang-benderang.
AK Parti mencoba meyakini publik bahwa mereka adalah partai pembaruan yang
berkomitmen mengeluarkan Turki dari persoalan ekonomi yang saat itu mengalami
krisis, menjunjung tinggi moralitas, dan berkomitmen pada Kemalisme. Hal ini
dilakukan dengan cara menampilkan Bendera Turki dan foto Mustafa Kemal Ataturk
yang selalu melatarbelakangi bendera partai pada setiap pertemuan.
b. Kebijakan Ekonomi
Turki berharap, dengan bergabungnya mereka dengan Uni Eropa, mereka dapat
masuk ke salah satu pasar terbesar di dunia. Tarif yang mahal akan bisa diatasi.
Produk Turki dapat bersaing di pasar global. Selain itu, mereka juga mulai menarik
investor asing untuk menanam modal mereka di Turki. Untuk memperlancar, izin
mereka dipermudah. Dan para investor juga makin dimanjakan dengan kemajuan
teknologi yang kini jadi perhatian pemerintahan Turki.
Setelah banyaknya investor yang masuk, seakan menjadi angin segar bagi
perekonomian Turki. Banyak muncul Kawasan-kawasan ekonomi baru. Dan pastinya
ini dapat mengurangi permasalahan pekerjaan di Turki.
Parameter impor bergerak signifikan kearah yang lebih baik. Sebab, impor juga
disandingkan dengan tingkat ekspor terus-menerus yang juga meningkat. Kekuatan
industry di Turki juga kian menguat, yang berpotensi mendatangkan investasi dan
jumlah pekerja yang tidak sedikit. Otomatis ini juga berdampak positif pada naiknya
nilai tukar Lira turki.
Turki juga memberi kemudahan visa perjalanan bagi para pelaku bisnis di Kawasan
Uni Eropa yang sebelumnya selalu menghabiskan banyak waktu. Ini bukanlah
masalah ketika mereka telah menjadi anggota Uni Eropa.
c. Kebijakan Sosial-Keagamaan
Untuk kondisi ini, mereka dihadapkan pada situasi sulit. Sebab, di satu sisi, konstituen
yang mereka bela adalah kelompok muslim yang taat beragama. Sementara disisi lain,
mereka harus berhati-hati dengan manuver para penjaga garda sekularisme dari
kelompok militer dan kejaksaan.
Dilema mereka adalah memikirkan cara untuk mengakomodasi aspirasi konstituen
mereka tentang isu jilbab misalnya, tentang sekolah Imam Hatip Okul, serta kursus
pengajaran Al-Qur’an.
Mereka dihadapkan pada situasi, dimana konstituen yang mereka bela berharap besar
pada mereka (tentang isu jilbab, dll). Terlebih kebanyakan istri dan saudara petinggi
AK Parti kebanyakan memakai Jilbab. Sedangkan disisi lain, para Elite Kemalis tanpa
ada kompromi beranggapan bahwa jilbab adalah symbol perlawanan kelompok
konservatif Islam terhadap negara. Dikhawatirkan Jilbab sebagai symbol islamis dapat
membahayakan sekularisme Turki.
Sebagaimana diketahui, isu jilbab merupakan isu sensitif pada masa itu. Bukanlah
gampang untuk menyelesaikan masalah ini karena persoalan jilbab juga merupakan
isu sensitive yang selama ini sering membahayakan partai2 islam di Mahkamah
Konstitusi. MK telah beberapa kali membekukan partai karena isu jilbab, sebut saja
Partai Refah atau Partai Fazilet. Dilema semacam ini juga mereka hadapi ketika
mereka coba menyelesaikan isu Imam Hatip Okul, dan Kursus pengajaran Qur’an.
Namun, dengan perlahan, AK Parti menggunakan pendekatan yang lebih logis dan
moderat dalam mengadvokasi tiga isu tersebut. Mereka menyelesaikannya lewat jalur
legislasi.
1
Vis a vis biasa diterjemahkan sebagai face to face yang mempunyai arti suatu kondisi di mana para pihak
ditempatkan pada kondisi yang saling berhadap-hadapan (tidak saling memihak).
Dalam urusan jilbab sendiri, banyak polemik yang terjadi dalam mengangkat kasus
ini. Utamanya adalah seringnya terjadi kendala Ketika Presiden memberikan hak veto
usulan pembebasan berpakaian karena dianggap bertentangan dengan ideologi negara.
Pada tahun 2004, Presiden Ahmet Necdet Sezer memveto usulan parlemen mengenai
pembebasan Wanita mengenakan jilbab. Veto itu sempat mendapat kritik keras dari
sejumlah media barat, seperti New York Times yang menerbitkan editorial berjudul,
“Mosque and State in Turkey”. Dalam editorial tersebut, menyatakan bahwa Presiden
tidak memiliki itikad baik dalam menjaga demokrasi. Demokrasi seyogyanya
membolehkan setiap individu menjalankan keyakinannya tanpa ada kontrol
berlebihan sebagaimana dilakukan oleh elite Kemalis. Apalagi hal itu menyangkut
urusan hak mendapatkan pendidikan yang setara dan layak bagi setiap warga negara
Turki.
Pada Februari 2008, sejumlah demonstran dari kubu sekuler yang menentang rencana
pemerintah untuk memperbolehkan Wanita mengenakan jilbab di ruang publik,
seperti di kantor2 pemerintah, universitas2 dan sekolah2 non agama. Larangan jilbab
setidaknya telah berlangsung selama dua dasawarsa sejak pelarangan ketat tahun
1980-an.
Parlemen Turki yang mayoritas diisi oleh kader AK Parti telah menyepakati dua
amandemen konstitusi yang memungkinkan kaum Wanita diperkenankan
mengenakan jilbab di universitas. Pemerintah mengatakan, larangan jilbab telah
menghalangi ribuan Wanita menjalani perguruan Tinggi. -FYI, dulu Wanita yang
berpegang teguh pada keyakinannya, cenderung memilih kuliah di luar negeri
daripada melepas jilbab mereka di perguruan tinggi-. Meski terdapat banyak pendemo
penentang di Ankara, namun banyak pihak yang mendukung amandemen ini. Para
pendukung mencoba meyakinkan rakyat Turki bahwa jilbab semata-mata dipakai
untuk menjalankan keyakinan agama, bukan terkait isu politik yang selama ini selalu
distigmatisasi oleh kaum sekuler.
BAB 5: PENUTUP
Dari penelitian penulis, terdapat beberapa poin penting yanh harus digaris bawahi
terkait politik Turki kontemporer setelah rezim AK Parti berkuasa.
o Pertama, secara garis besar, Muslim Turki dapat dicitrakan sebagai
masyarakat yang mengalami proses modernisasi cukup panjang. Setidaknya
pasca deklarasi republik pada 1924. Proses panjang ini memiliki proyeksi dan
harapan besar untuk melahirkan generasi baru yang dekat dengan karakter
barat, sebagaimana mimpi Mustafa Kemal Ataturk
o Kedua, berdirinya AK Parti merupakan proses dialektis antar partai politik
yang sebenarnya memiliki akar yang sama, namun dengan ijtihad yang
berbeda. Mereka cenderung lebih akomodatif jika dibandingkan dengan partai
lain atau partai pendahulunya yang berbasis islam.
o Ketiga, Kemenangan yang diraih oleh AK Parti pada pemilu tahun 2002 dan
2007 menunjukkan sebuah perubahan drastis dalam konfigurasi politik Turki.
Ini adalah fenomena menarik karena partai itu baru berusia setahun sebelum
pemilu dilangsungkan. Mereka berhasil memanfaatkan citra buruk partai
sebelumnya seperti, Korupsi dan buruk dalam diplomasi luar negeri. Mereka
manfaatkan citra ini untuk melakukan manuver politik secara elegan dengan
menawarkan program masa depan yang menjanjikan.