Anda di halaman 1dari 30

TITIK RAWAN, PELANGGARAN

ADMINISTRATIF & PIDANA DI TAHAPAN


PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN &
REKAPITULASI
BIRO HUKUM & PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN
PENGANTAR

Tempat Pemungutan Suara (TPS) merupakan medan tempur Saksi


untuk mengamankan suara dalam setiap pelaksanaan Pemilihan
Umum (Pemilu). Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah
serentak pada 9 Desember 2015 merupakan target terdekat Badan
Saksi Pemilu Nasional (BSPN) Pusat Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan untuk mengorganisir Saksi secara permanen. Belajar dari
pengalaman Pemilu sebelumnya, mewaspadai tindak pelanggaran
dan kecurangan dalam penyelenggaraan pemungutan, penghitungan
dan rekapitulasi suara, maka Biro Hukum BSPN Pusat menyusun
Panduan Hukum Saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
PILKADA SERENTAK 9 DESEMBER 2015

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, jumlah daerah


yang jabatan kepala daerahnya berakhir di tahun 2015 sebanyak
204 (dua ratus empat) daerah terdiri dari 8 (delapan) provinsi,
170 (seratus tujuh puluh) kabupaten dan 26 (dua puluh enam)
kota. Untuk daerah yang masa jabatan kepala daerahnya
berakhir pada bulan Januari s/d Juni 2016 sebanyak 65 (enam
puluh delapan) daerah, terdiri dari 1 (satu) provinsi, 53 (lima
puluh enam) kabupaten dan (11) kota.
SAKSI DALAM PILKADA

“Saksi adalah orang yang mendapatkan mandat dari pasangan


calon atau tim kampanye untuk melakukan pengawasan
seluruh proses pemungutan, penghitungan suara dari awal
sampai akhir, dan proses rekapitulasi hasil pemungutan suara
secara berjenjang sesuai dengan peraturan undang-undang”.
 
Dasar Hukum:
•Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota Menjadi Undang Undang.
•Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara
•Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 tentang Rekapitulasi Hasil Pemungutan
Suara
TITIK RAWAN PELANGGARAN
ADMINISTRASI SEBELUM
PEMUNGUTAN SUARA DI TPS
TITIK RAWAN – 1

KPPS tidak mengumumkan, menempelkan salinan DPT, DPTb-


1, nama dan foto pasangan calon di TPS, serta tidak
memberikan salinan DPT dan DPTb-1 kepada Saksi dan PPL/
Pengawas TPS

•Dasar Hukum: Pasal 90 ayat (1) huruf b UU No.8/2015 tentang Pilkada, Pasal
26 ayat (2) angka 1, angka 3 dan angka 4 PKPU Nomor 10 tahun 2015 tentang
pemungutan dan penghitungan suara.
•Langkah Pengawasan: melaporkan kejadian kepada pengawas TPS / PPL.
•Bukti yang dibutuhkan: saksi dan bukti visual (jika ada).
TITIK RAWAN – 2

KPPS tidak memisahkan surat pemberitahuan pemungutan


suara berdasarkan jenis kelamin

•Dasar Hukum: Pasal 27 ayat (3) huruf b PKPU No.10/2015 tentang


Pemungutan dan Penghitungan Suara.
•Langkah Pengawasan: meminta KPPS memisahkan surat pemberitahuan
berdasar jenis kelamin.
•Bukti yang dibutuhkan: saksi dan bukti visual (jika ada).
TITIK RAWAN – 3

Kotak suara sudah terbuka sebelum kegiatan pemungutan


suara dilakukan

•Dasar Hukum: Pasal 21 ayat (5) PKPU Nomor 10 tahun 2015 tentang
pemungutan dan penghitungan suara.
•Langkah Pengawasan: melaporkan kejadian kepada petugas pengawas.
•Bukti yang dibutuhkan: saksi dan bukti visual (jika ada).
TITIK RAWAN – 4

KPPS tidak mengeluarkan seluruh isi kotak suara, tidak


memeriksa keadaan seluruh surat suara, dan tidak
menandatangani surat suara yang akan digunakan

•Dasar Hukum: Pasal 91 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf f UU
No.8/2015 tentang Pilkada
•Langkah Pengawasan: Melaporkan kejadian kepada PPL setempat, meminta
KPPS memeriksa keadaan surat suara dan menandatanganinya
•Bukti yang dibutuhkan: saksi dan bukti visual (jika ada)
TITIK RAWAN TAHAP
PEMUNGUTAN SUARA
PENGERTIAN PEMUNGUTAN SUARA

Pengertian dari pemungutan suara yaitu sebuah proses


pemberian suara oleh pemilih di TPS dengan cara mencoblos 1
(satu) kali pada kolom yang berisi nomor urut, nama, atau pas
foto pasangan calon. Waktu pemungutan suara ditetapkan oleh
KPU secara serentak di TPS, dilakukan pada hari libur atau hari
yang diliburkan mulai pukul 07:00 sampai pukul 13:00 waktu
setempat
TITIK RAWAN – 1

Masih ada alat peraga kampanye (poster, spanduk, stiker,


kaos, mug dan alat peraga lainnya yang mengarahkan pemilih
pada peserta Pemilu tertentu) di TPS atau lingkungan sekitar
TPS
Dasar Hukum: Pasal 30 ayat (3) PKPU No.10/2015

Saksi belum menyerahkan surat mandat tertulis dari pasangan


calon/ tim kampanye kepada KPPS
Dasar Hukum: Pasal 89 ayat (4) UU No.8/2015, Pasal 29 Huruf e PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 2

KPPS tidak mengidentifikasi, memeriksa sampul berisi surat


suara dalam keadaan disegel, tidak memeriksa kondisi kotak
suara termasuk suara cadangan 2,5% dari jumlah Pemilih
sesuai DPT, dan tidak menandatangani surat suara yang akan
digunakan
Dasar Hukum: Pasal 32 ayat (1) Huruf b PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 3

KPPS tidak memberikan penjelasan kepada Pemilih dan Saksi


tentang jumlah surat suara yang diterima dan tata cara
pemberian suara
Dasar Hukum: Pasal 90 ayat (2) huruf d UU No.8/2015, Pasal 32 ayat (1)
Huruf b PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 4

KPPS tidak memberikan surat suara pengganti ke pemilih


sebanyak 1 (satu) kali saat surat suara yang diterima pemilih
rusak
Dasar Hukum: Pasal 92 ayat (3) Perpu No.1/2014

KPPS tidak mencatat jumlah surat suara rusak dan keliru


dicoblos dalam berita acara
Dasar Hukum: Pasal 36 ayat (3) PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 5

Pemilih tidak diperbolehkan menggunakan telepon genggam


dan/atau alat perekam gambar di bilik suara
Dasar Hukum: Pasal 34 ayat (1) Huruf i PKPU No.10/2015

KPPS tidak memberikan surat suara kepada Pemilih dalam


keadaan terbuka
Dasar Hukum: Pasal 35 ayat (1) Huruf c PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 6

KPPS tidak memberikan tanda khusus kepada Pemilih yang


telah memberikan suara, (celup jari ke tinta)
Dasar Hukum: Pasal 93 ayat (1) Perpu No.1/2014

Pemungutan harus berakhir sesuai batas waktu yang


ditentukan (Pukul 13:00 waktu setempat)
Dasar Hukum: Pasal 42 PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN TAHAP
PENGHITUNGAN SUARA
PENGERTIAN PENGHITUNGAN SUARA

Penghitungan suara adalah proses penghitungan surat suara


oleh KPPS untuk menentukan suara sah yang diperoleh
pasangan calon, surat suara yang dinyatakan tidak sah, surat
suara yang tidak digunakan dan surat suara rusak/keliru
dicoblos. Sementara waktu penghitungan suara dilaksanakan
pada hari yang sama dengan pelaksanaan pemungutan suara di
TPS, mulai pukul 13:00 waktu setempat setelah berakhirnya
waktu pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.
TITIK RAWAN – 1

Penghitungan suara dilakukan secara tidak terbuka di tempat


terang (cukup penerangan cahaya)
Dasar Hukum: Pasal 47 ayat (5) PKPU No.10/2015

KPPS mengumumkan hasil pencoblosan dan perolehan suara


pasangan calon dengan suara yang tidak jelas
Dasar Hukum: Pasal 47 ayat (4) Huruf b PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 2

KPPS tidak melakukan pembenahan/pembetulan jika terjadi


kesalahan penulisan pada formulir Model C1-KWK Plano
berhologram
Dasar Hukum: Pasal 48 ayat (3) PKPU No.10/2015

KPPS tidak memberikan paraf pada pembenahan/pembetulan


kesalahan penulisan pada formulir C1-KWK Plano berhologram
Dasar Hukum: Pasal 48 ayat (6) PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 3

Jika ada ketidaksesuaian dalam penghitungan perolehan suara,


KPPS harus menjelaskan prosedur perolehan suara dan/atau
mencocokkan selisih perolehan suara kepada Saksi (formulir
Model C1-KWK dan lampiran dengan Model C1-KWK Plano)
Dasar Hukum: Pasal 98 ayat (8) UU No.8/2015 dan Pasal 53 ayat (1) dan ayat
(2) PKPU No.10/2015
TITIK RAWAN – 4

KPPS tidak meminta pendapat, tidak meminta rekomendasi


PPL/pengawas TPS dan tidak menindaklanjuti rekomendasi
terhadap Saksi yang masih keberatan terhadap hasil
pembetulan penghitungan perolehan suara
Dasar Hukum: Pasal 53 ayat (6) dan ayat (7) PKPU No.10/2015

Jika keberatan Saksi yang belum atau tidak dapat diterima maka
KPPS harus mencatat pada Model C2-KWK sebagai kejadian khusus
Dasar Hukum: Pasal 53 ayat (8), (9) dan (10) PKPU No.10/2015
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PENGHITUNGAN SUARA
• Pengisian Formulir “Pengisian formulir hanya dilakukan oleh anggota KPPS” (Pasal 48
ayat (7) PKPU No.10/2015)
• Surat Suara Sah “Surat suara sah untuk pemilihan adalah surat yang suara yang
ditandatangani oleh Ketua KPPS dan diberi tanda coblos pada nomor urut atau foto,
atau nama salah satu pasangan calon”. (Pasal 94 UU No.8/2015, Pasal 49 PKPU Nomor
10 Tahun 2015)”
• Dokumentasi “Saksi, PPL/Pengawas TPS dan pemantau pemilihan dalam rapat
penghitungan suara bisa mendokumentasikan formulir Model C1-KWK Plano
berhologram dalam bentuk foto atau video”. (Pasal 47 ayat (7) PKPU No.10/2015)
• Salinan (Asli) Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara “KPPS wajib
memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan
suara kepada saksi calon gubernur, saksi calon bupati, saksi calon walikota, PPL, PPS,
PPK melalui PPS serta menempelkan 1 (satu) eksemplar sertifikat hasil penghitungan
suara pada tempat pengumuman di TPS selama 7 (tujuh) hari.” (Pasal 98 ayat (12) UU
No.8/2015)
TINDAK PIDANA DALAM TAHAP
PENGHITUNGAN SUARA
Tindak Pidana Sanksi Pidana Dasar Hukum
KPPS sengaja tidak memberikan salinan 1 - Penjara minimal 3 bulan, Pasal 193 ayat (4) UU No.8
(satu) eksemplar berita acara pemungutan dan maksimal 12 bulan. Tahun 2015.
penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil - Denda minimal tiga juta
penghitungan suara kepada Saksi. rupiah, maksimal
duabelas juta rupiah.
KPPS tidak menjaga, mengamankan keutuhan - Penjara minimal 6 bulan, Pasal 193 ayat (5) UU No.8
kotak suara, dan menyerahkan kotak suara maksimal 18 bulan. Tahun 2015.
tersegel yang berisi surat suara, berita acara - Denda minimal enam juta
pemungutan suara, dan sertifikat hasil rupiah, maksimal delapan
penghitungan suara kepada PPK. belas juta rupiah.
Perusakan, gangguan, atau distorsi sistem - Penjara minimal 5 tahun, Pasal 195 UU No.8 Tahun
informasi penghitungan suara hasil Pemilihan maksimal 10 tahun 2015
Kepala Daerah. - Denda minimal dua miliar
lima ratus juta rupiah,
maksimal lima miliar
rupiah.
Ketua dan anggota KPPS sengaja tidak - Penjara minimal 1 tahun, Pasal 196 UU N0.8 Tahun
membuat dan/atau menandatangani berita maksimal 3 tahun. 2015
acara perolehan suara. - Denda minimal enam juta
rupiah, maksimal dua
belas juta rupiah.
TITIK RAWAN TAHAP REKAPITULASI
SECARA BERJENJANG (PPK, KPU
KABUPATEN/KOTA, KPU PROVINSI)
Proses Krusial Rekapitulasi Perolehan Suara di PPK Dasar Hukum
PPK tidak meneliti dan membaca dengan cermat dan Pasal 15 ayat (5) huruf e PKPU No. 11/2015.
jelas data jumlah pemilih, penggunaan surat suara,
perolehan suara sah dan suara tidak sah dalam
formulir Model C1-KWK.
PPK tidak membuat berita acara penerimaan setelah Pasal 104 ayat (1) UU No. 8/2015.
menerima berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari KPPS melalui PPS.
PPK tidak memberikan salinan berita acara dan Pasal 104 ayat (7) UU No. 8/2015.
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara
kepada Saksi.
PPK tidak menindaklanjuti jika ada protes, temuan Pasal 104 ayat (4) UU No. 8/2015.
dan laporan yang disampaikan pengawas TPS dan PPL
tentang permasalahan yang belum diselesaikan di
TPS.
Saksi memberikan surat mandat dari tim Pasal 104 ayat (2) UU No. 8/2015.
kampanye/pasangan calon untuk diserahkan kepada
KPU Kabupaten/Kota.
Proses Krusial Rekapitulasi Perolehan Suara di KPU Dasar Hukum
Kabupaten/Kota
KPU Kabupaten/Kota tidak meneliti dan membaca Pasal 29 ayat (1) huruf d PKPU No. 11/2015.
dengan cermat dan jelas data jumlah pemilih,
penggunaan surat suara, perolehan suara sah dan
suara tidak sah dalam formulir Model DA1-KWK.
KPU Kabupaten/Kota tidak membuat berita acara Pasal 105 ayat (1) UU No. 8/2015.
penerimaan setelah menerima berita acara dan
sertifikat hasil penghitungan suara dari PPK.
KPU Kabupaten/Kota tidak memberikan salinan berita Pasal 105 ayat (7) UU No. 8/2015.
acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
suara kepada Saksi.
KPU Kabupaten/Kota tidak menindaklanjuti keberatan Pasal 105 ayat (4) UU No. 8/2015.
saksi.
Saksi memberikan surat mandat dari tim Pasal 105 ayat (2) UU No. 8/2015.
kampanye/pasangan calon untuk diserahkan kepada
KPU Kabupaten/Kota.
Proses Krusial Rekapitulasi Perolehan Suara di KPU Dasar Hukum
Provinsi
KPU Provinsi tidak meneliti dan membaca dengan Pasal 44 ayat (1) huruf d PKPU No. 11/2015.
cermat perolehan suara sah dan suara tidak sah
dalam formulir Model DB1-KWK
KPU Provinsi tidak membuat berita acara penerimaan Pasal 108 ayat (1) UU No. 8/2015.
setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari KPU Kabupaten/Kota.
KPU Provinsi tidak memberikan salinan berita acara Pasal 108 ayat (7) UU No. 8/2015.
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara
kepada Saksi.
KPU Provinsi tidak menindaklanjuti keberatan saksi. Pasal 108 ayat (4) UU No. 8/2015.
Saksi memberikan surat mandat dari tim Pasal 108 ayat (2) UU No. 8/2015.
kampanye/pasangan calon untuk diserahkan kepada
KPU Provinsi.

Anda mungkin juga menyukai