penting untuk tetap senantiasa membuatnya jatuh hati kepada kita. Sehingga ungkapan terlalu cinta menjadi motonya dalam keseharian. Ketiga, data dan informasi pilihan politik masyarakat secara akurat dan terkini menjadi keharusan yang dimiliki oleh kandidat atau tim suksesnya. Seorang pakar manajemen menyatakan bahwa data merupakan 50 persen dari penyelesaian suatu masalah itu sendiri secara keseluruhan. Sehingga untuk memenangkan pilkada diperlukan data dan informasi secara akurat sebagai bagian kredit poin pemenangan seorang kandidat itu sendiri. Keempat, mengingat persaingan antar-kandidat yang cukup ketat, bekerja berbasiskan data akan lebih terarah dan teroganisir secara matang, sehingga kerja-kerja berdasarkan perasaan dan perkiraan tim sukses tanpa data bukanlah zamannya lagi untuk bisa diandalkan. Kelima, tujuan utama dari kampanye dalam pilkada adalah untuk menciptakan efek tertentu pada diri khalayak, sehingga identifikasi akurat terhadap karakteristik para pemilih perlu dilakukan. Hal ini dengan sendirinya akan mengarahkan program kampanye yang disusun dapat dipastikan menjangkau pemilih sasaran yang dituju. Karena setiap pemilih suatu kawasan memiliki kebutuhan yang tidak sama dengan kawasan lainnya. Dan Lebih dalam lagi, merestrukturisasi segmentasi pemilih ke dalam segmen-segmen yang relatif homogen akan semakin memudahkan materi dan saluran komunikasi yang akan digunakan kemudian. Menurut Nedra K. Weinrich, seorang pakar manajemen kampanye dari Universitas Harvard, menyatakan bahwa pelaksanaan program yang didasarkan pada perencanaan yang baik sebenarnya bukan saja memungkinkan anda mencapai orang-orang yang tepat dan tujuan yang diharapkan, tetapi lebih dari itu akan membuat anda dapat bertindak secara sistematis, terarah, dan antisipatif. Keenam, lebih menghemat biaya untuk kampanye. Dengan mengetahui kecenderungan masyarakat, kebijakan menyalurkan dana secara berlebihan untuk program kampanye di suatu desa atau kelurahan akan lebih dapat dikurangi. Jadi dana yang tersedia tidak terbuang percuma untuk kampanye-kampanye yang tidak efektif dan malah mungkin hanya menguatkan dukungan bagi kandidat yang lainnya. Ketujuh, monografi politik bersifat evaluatif, sehingga senantiasa waktu dapat di evaluasi sejauh mana proses, efek dan dampak yang terjadi selama masa waktu berjalannya masa pilkada, sejak masa sosialisasi, kampanye sampai saat pencoblosan. Karena sifatnya yang evaluatif inilah memungkinkan setiap saat arahan dan kebijakan pengintervensian terahadap sikap pilihan politik masyarakat dapat dilakukan oleh kandidat dan tim suksesnya. Inilah bagian yang sangat menarik dari monografi poltik itu sendiri, sehingga apa pun kondisi lapangan secara akurat akan mudah terdeteksi sejak dari awal. Sehingga jauh-jauh hari kita telah memiliki informasi tentang keadaan suatu daerah dan kecendrungan politik masyarakatnya di kawasan tersebut. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan monografi politik itu sendiri yaitu untuk mendapatkan data dan informasi sikap pilihan politik masyarakat secara akurat dan sebagai bahan persiapan yang lebih akseleratif bagi tim sukses atau kandidat, sehingga kesiapan akan langkah-langkah strategis terdepan jaringan mesin politik kandidatakan lebih baik lagi. Ini juga akan sangat bermanfaat untuk dapat digunakan terutama bagi penanganan basis dukungan, baik manfaatnya dalam jangka pendek berkaitan dengan pilkada atau setelahnya untuk kepentingan lain yang
diharapkan. Tentu seorang kandidat sangat mengharapkan jatuh hatinya para pemilih terhadap kandidat tersebut lahir dari konsekuensi logis kepentingan yang lebih baik untuk membangun daerahnya itu, bukan karena sikap money politics (politik uang) atau janji-janji semu pemanis masa kampanye saja. * Penulis adalah mantan Wakil Ketua Panwas Pilkada Aceh 2006. Dosen di Universitas Syiah Kuala.