Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM Nilai

TEKNIK ANALISIS REGIONAL



Laboratorium Kewilayahan
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
2021
Nama: Zahra Hanifa Candra NIM: 20/455026/GE/09260
Kelas Praktikum: Selasa Pukul: 09:10
Asisten:
1. Salsabila Mihada
2. Yunita Salsabila
Acara I: Analisis Kependudukan dan Ketenagakerjaan

A. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum Analisis Kependudukan dan Ketenagakerjaan adalah:
1. Menghitung jumlah dan distribusi penduduk menurut ruang dan kepadatan (kepadatan
penduduk agraris dan permukiman).
2. Menganalisa keterkaitan antara jumlah dan kepadatan penduduk, baik kepadatan kasar,
kepadatan agraris maupun kepadatan permukiman.
3. Menghitung jumlah penduduk pada akhir tahun tertentu dengan mempertimbangkan
angka kelahiran, kematian, dan migrasi.
4. Menghitung tingkat pertumbuhan penduduk suatu wilayah.
5. Membuat proyeksi terhadap perkembangan jumlah penduduk dengan menggunakan tiga
metode dan membandingkan hasilnya.
6. Menghitung waktu yang diperlukan masing-masing wilayah jika jumlah penduduk berlipat
dua kali lipat.
7. Menganalisa keterkaitan dan implikasi-implikasi yang akan ditimbulkan dari hasil
perhitungan terhadap pembangunan wilayah.

B. Hasil Praktikum
1. Tabel Jumlah dan Distribusi Penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2010 (Terlampir).
2. Tabel Proyeksi Penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2020, 2025, dan 2030
(Terlampir).
3. Tabel Rasio Ketergantungan Kabupaten Kulon Progo tahun 2010 (Terlampir).
4. Tabel Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Kulon
Progo tahun 2010 (Terlampir).

C. Pembahasan
Dalam merencanakan pembangunan, aspek kependudukan memiliki peran penting
didalamnya. Kependudukan berkaitan dengan kelahiran, kematian, dan migrasi yang nantinya
memengaruhi keadaan sosial, ekonomi, budaya maupun politik suatu negara. Data
kependudukan yang lengkap dan akurat akan memudahkan rencana pembangunnan dibuat.
Sebagai contohnya untuk perencanaan sumber daya manusia diperlukan data mengenai jumlah
penduduk usia sekolah, dan hal yang terkait dengan ketenagakerjaan seperti angkatan kerja,
dan permasalahan pengangguran (Gatiningsih dan Sutrisno, 2017). Penduduk merupakan
orang asli Indonesia atau orang asing yang menetap di Indonesia. Menurut (Srijanti dkk, 2009)
penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah, tanpa
mempertimbangkan status kewarganegaraan orang tersebut.
Berdasarkan data jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Kecamatan
Wates menjadi wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi mencapai 39.838 jiwa dan
Kecamatan Temon menjadi wilayah dengan jumlah penduduk paling rendah dengan jumlah
penduduk 23.522 jiwa. Jumlah rumah tangga tani tertinggi ada di Kecamatan Sentolo sebanyak
10.834 dan jumlah rumah tangga tani terendah ada di Kecamatan Galur sebanyak 6.325.
Kecamatan Kokap merupakan wilayah paling besar dengan luas mencapai 7.379,95 ha dan
Kecamatan Wates adalah wilayah paling kecil dengan luas 3.200,24 ha. Luas lahan pertanian
terbesar berada di Kecamatan Wates seluas 5.590,00 ha dan luas lahan pertanian terkecil berada
di Kecamatan Kokap dengan luas 2.181,00 ha. Luas lahan permukiman paling besar berada di
Kecamatan Kokap dengan luas 2.339 ha dan luas lahan permukiman paling kecil berada di
Kecamatan Wates dengan luas 1.014 ha.
Kepadatan penduduk adalah tolak ukur tekanan penduduk pada suatu wilayah. Kepadatan
penduduk adalah perbandingan antara luas tanah dengan jumlah penduduk yang
menempatinya, kepadatan penduduk dinyatakan dalam penduduk per kilometer persegi.
Menurut (Sarwono, 1992) kepadatan penduduk merupakan keadaan semakin padatnya suatu
wilayah bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu melebihi luas ruangan. Kepadatan
penduduk yang dibahas kali ini meliputi kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk
agraris, dan kepadatan lingkungan permukiman.
Kepadatan Penduduk Kasar (KPK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
keseluruhan terhadap luas wilayah. Kepadatan penduduk kasar tertinggi berada di Kecamatan
Wates, yaitu 12,45 jiwa/km2. Hasil penghitungan tersebut sesuai dengan data bahwa
Kecamatan Wates memiliki jumlah penduduk tertinggi dengan luas wilayah yang paling sempit.
Kepadatan Pendudukan Kasar (KPK) paling rendah berada di Kecamatan Samigaluh, yaitu
4,21 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk Agraris merupakan rasio antara jumlah rumah tangga tani
terhadap luas lahan pertanian. Kepadatan Penduduk Agraris tertinggi berada di Kecamatan
Kokap, yaitu 3,40 jiwa/ha. Hal tersebut sesuai dengan data bahwa luas lahan pertanian di
Kecamatan Kokap merupakan yang paling sempit dibanding kecamatan lain serta jumlah
rumah tangga taninya tertinggi ke-6 sebanyak 7.423 rumah tangga. Kepadatan Penduduk
Agraris terendah berada di Kecamatan Samigaluh, yaitu 1,38 jiwa/ha.
Kepadatan Lingkungan Permukiman (KLP) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
terhadap luas lahan permukiman. Kepadatan Lingkungan Permukiman tertinggi berada di
Kecamatan Wates, yaitu 39,29 jiwa/ha. Hal tersebut sesuai dengan data bahwa Kecamatan
Wates memiliki jumlah penduduk tertinggi dengan luas lahan permukiman paling sempit
dibanding kecamatan lain, yaitu 1.014 ha. Kepadatan Lingkungan Permukiman paling rendah
berada di Kecamatan Samigaluh, yaitu 13,27 jiwa/ha. Berdasarkan analisis 3 jenis kepadatan
diatas terbukti bahwa jumlah penduduk dan luas objek sangat memengaruhi kepadatan
penduduk. Kecamatan Samigaluh merupakan wilayah dengan kepadatan paling rendah, baik
dalam kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk agraris atau kepadatan lingkungan
permukiman.
Proyeksi penduduk merupakan metode ilmiah untuk menghitung jumlah penduduk di
masa depan berdasarkan asumsi dari komponen kelahiran, kematian, dan migrasi. Penentuan
besarnya jumlah penduduk dan struktur umur di masa depan bergantung pada komponen
kelahiran, kematian, dan migrasi. Penentuan masing-masing asumsi memerlukan data mulai
dari masa lampau hingga saat ini, faktor yang memengaruhi komponen, dan hubungan antara
satu komponen dengan yang lain serta target harapan yang ingin dicapai pada masa yang akan
datang. Berdasarkan data yang disediakan, wilayah dengan jumlah penduduk tahun dasar
tertinggi adalah Kecamatan Wates dengan penduduk sebanyak 35.668 jiwa pada tahun 2003
dan 39.838 jiwa pada tahun 2010. Wilayah dengan jumlah penduduk tahun dasar terendah
adalah Kecamatan Temon dengan jumlah penduduk 21.060 jiwa pada tahun 2003 dan 23.522
jiwa pada tahun 2010. Hasil penghitungan komponen tingkat pertumbuhan (kelahiran,
kematian, migrasi) atau hasil jumlah penduduk pada akhir tahun tertentu yang paling tinggi
adalah Kecamatan Wates dengan jumlah 40.174 jiwa. Wilayah dengan komponen tingkat
pertumbuhan penduduk (kelahiran, kematian, migrasi) atau hasil jumlah penduduk akhir tahun
tertentu paling rendah adalah Kecamatan Temon dengan jumlah 23.720 jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu kelahiran,
kematian, dan migrasi. Berdasarkan penghitungan, tingkat pertumbuhan penduduk pada setiap
kecamatan relatif sama, yaitu berkisar 0,016% per tahun. Berdasarkan sistem excel, Kecamatan
Kalibawang menjadi wilayah dengan tingkat pertumbuhan penduduk paling tinggi dan
Kecamatan Temon menjadi wilayah dengan tingkat pertumbuhan paling rendah. Proyeksi
jumlah penduduk dihitung dengan mengalikan jumlah penduduk tahun dasar dengan tingkat
pertumbuhan penduduk ditambah 1 dan dipangkatkan sebanyak jarak antara tahun dasar dan
tahun yang ingin diketahui jumlah proyeksinya. Berdasarkan penghitungan tersebut,
Kecamatan Wates diproyeksikan memiliki jumlah penduduk paling tinggi pada tahun 2020
sebanyak 46.597 jiwa, tahun 2025 sebanyak 50.395 jiwa dan tahun 2030 sebanyak 54.503 jiwa.
Hasil proyeksi jumlah penduduk paling rendah berada di Kecamatan Temon, dengan rincian
tahun 2020 sebanyak 27.513 jiwa, tahun 2025 sebanyak 29.755 jiwa dan pada tahun 2030
sebanyak 32.180 jiwa. Berbanding lurus dengan hasil laju pertumbuhan penduduk, wilayah
dengan nilai N (waktu yang dibutuhkan untuk berlipat dua) paling cepat adalah Kecamatan
Kalibawang dengan nilai 44,31 N dan wilayah dengan nilai N paling lambat adalah Kecamatan
Temon dengan nilai 44,32 N.
Dependency ratio atau rasio ketergantungan adalah komposisi penduduk berdasarakan usia
produktif dan non produktif. Penduduk produktif adalah penduduk yang berusia dalam
rentang 15-64 tahun. Penduduk non produktif adalah penduduk yang berusia kurang dari 15
tahun dan lebih dari 64 tahun. Berdasarkan penghitungan, akumulasi penduduk produktif
paling tinggi ada di Kecamatan Wates sebanyak 25.528 jiwa dan jumlah penduduk produktif
paling rendah ada di Kecamatan Temon sebanyak 15.073 jiwa. Jumlah penduduk non
produktif paling tinggi ada di Kecamatan Wates sebanyak 13.920 jiwa dan penduduk non
produktif ada di Kecamata Temon sebanyak 7.847 jiwa. Angka jumlah penduduk produktif
dan penduduk non produktif penting untuk memperkirakan beban bagi tiap penduduk non-
produktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hasil penghitungan dependency
ratio, Kecamatan Girimulyo memiliki rasio ketergantungan paling tinggi, yaitu 52,07. Wilayah
dengan angka ketergantungan paling rendah adalah Kecamatan Kokap dengan nilai 52,06.
Apabila jumlah penduduk non produktif lebih tinggi daripada penduduk produktif, maka
permasalahan akan muncul dan penduduk usia produktif makin terbebani karena harus
menopang kehidupan penduduk non produktif. Besarnya angka ketergantungan akan
memengaruhi komposisi penduduk. Kondisi angka ketergantungan yang tinggi ini biasanya
terjadi di negara berkembang dan terbelakang. Semakin besar jumlah penduduk non produktif
maka beban akan semakin berat dan rasio ketergantungan semakin tinggi, sebaliknya jika
penduduk non produktif lebih sedikit dari penduduk produktif maka beban akan berkurang
dan angka ketergantungan akan menjadi lebih rendah.
Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan dijelaskan
bahwa ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tenaga kerja baik pada
waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Dalam analisis ketenagakerjaan terdapat
beberapa hal yang memengaruhi hasilnya, yaitu jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk yang
bekerja, usia kerja dan juga permasalahannya seperti jumlah penduduk yang pengangguran.
Keempat hal tersebut nantinya akan digunakan untung menghitung Tingkat Partisipasi
Angakatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Angkatan kerja adalah
penduduk yang tergolong dalam usia produktif atau berusia dalam rentang 15-64 tahun yang
terdiri dari tenaga kerja, sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Wilayah dengan jumlah
angkatan kerja tertinggi adalah Kecamatan Wates, yaitu sebanyak 2.583 jiwa dan wilayah
dengan jumlah angkatan kerja terendah adalah Kecamatan Temon, yaitu 1.525 jiwa.
Wilayah dengan jumlah penduduk yang sudah bekerja atau termasuk tenaga kerja tertinggi
ada di Kecamatan Wates, yaitu 2.421 jiwa dan wilayah dengan jumlah penduduk bekerja
terendah ada di Kecamatan Temon, yaitu 1.430 jiwa. Menurut (Sadono Sukirno, 2006)
pengangguran adalah keadaan saat seseorang yang termasuk angkatan kerja dan ingin bekerja,
tetapi belum dapat memperolehnya. Wilayah dengan penduduk pengangguran tertinggi ada
Kecamatan Wates yang mencapai 155 jiwa dan wilayah dengan penduduk pengangguran
terendah ada di Kecamatan Temon dengan jumlah sebanyak 92 jiwa. Tingginya angka
pengangguran disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak dibarengi
dengan perluasan lapangan pekerjaan. Usia kerja adalah banyaknya jumlah penduduk yang
sudah berusia 15 tahun atau lebih dari itu, wilayah dengan jumlah penduduk usia kerja tertinggi
adalah Kecamatan Wates yang mencapai 3.362 jiwa dan wilayah dengan jumlah penduduk usia
kerja terendah adalah Kecamatan Temon, yaitu 1.985 jiwa.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio atau perbandingan antara jumlah
angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Berdasarkan penghitungan, diketahui
bahwa wilayah dengan tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi ada di Kecamatan Nanggulan
dengan persentase 76,88% dan wilayah dengan tingkat partisipasi angkatan kerja terendah
adalah Kecamatan Temon dengan persentase 76,83%. Kecamatan Temon mendapat nilai
TPAK yang rendah dikarenakan jumlah penduduk usia kerja lebih besar dibandingkan jumlah
penduduk angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja, berdasarkan hasil penghitungan dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka tertinggi ada di Kecamatan Kalibawang
dengan persentase sebesar 6,04% dan tingkat pengangguran terbuka terendah ada di
Kecamatan Panjatan denga persentase sebesar 5,99%.

D. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Analisis Kependudukan dan Ketenagakerjaan adalah:
1. Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dan luas wilayah,
kepadatan penduduk memiliki beberapa jenis, contohnya adalah kepadatan penduduk kasar,
kepadatan penduduk agraris, dan kepadatan lingkungan permukiman. Kepadatan penduduk
kasar merupakan hasil perbandingan jumlah penduduk dan keseluruhan luas wilayah dan
dinyatakan dengan satuan jiwa/km2. Kepadatan Penduduk Kasar tertinggi ada di Kecamatan
Wates yang mencapai 12,45 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk Agraris merupakan hasil dari
perbandingan antara jumlah rumah tangga tani dengan luas wilayah pertanian, KPA tertinggi
berada di Kecamatan Kokap mencapai 3,40 jiwa/ha. Kepadatan Lingkungan Permukiman
merupakan perbandingan dari jumlah penduduk dengan luas lahan permukiman, wilayah
dengan KLP tertinggi adalah Kecamatan Wates yang mencapai 39,29 jiwa/ha. Wilayah yang
memiliki kepadatan terendah dengan rincian KPK 4,21 jiwa/km2, KPA 1,38 jiwa/ha, dan KLP
13,27 ha adalah Kecamatan Samigaluh.
2. Dalam penghitungan Kepadatan Penduduk Kasar, didapatkan kesimpulan bahwa banyaknya
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan wilayah yang luas akan memicu tingginya angka
KPK. Dalam penghitungan Kepadatan Penduduk Agraris, didapatkan kesimpulan bahwa
semakin banyaknya jumlah rumah tangga tani yang tidak dibarengi dengan lahan pertanian
yang luas akan membuat angka KPA tinggi dan muncul kemungkinan eksploitasi berlebihan
terhadap sumberdaya lahan. Dalam penghitungan Kepadatan Lingkungan Permukiman, dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi jumlah penduduk yang tidak disertai besarnya luas
lahan permukiman akan meningkatkan nilai KLP dan muncul kemungkinan kemerosotan
kualitas dari permukiman tersebut.
3. Untuk menghitung tingkat pertumbuhan penduduk, kita harus memperhatikan ketiga
komponennya seperti kelahiran, kematian, dan migrasi. Berdasarkan penghitungan didapatkan
hasil bahwa jumlah penduduk pada akhir tahun tertentu paling tinggi berada di Kecamatan
Wates sebanyak 40.174 jiwa dan yang terendah adalah Kecamatan Temon sebanyak 23.720
jiwa.
4. Tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi dinyatakan dalam persen, berdasarkan hasil
penghitungan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi relatif sama, yaitu 0,016%. Tingkat
pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kalibawang dan tingkat pertumbuhan
penduduk terendah berada di Kecamatan Temon.
5. Proyeksi penduduk adalah penghitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi komponen
kelahiran, kematian, dan migrasi. Berdasarkan hasil penghitungan proyeksi jumlah penduduk,
wilayah yang memiliki jumlah penduduk paling banyak dari tahun 2020, 2025 dan 2030 adalah
Kecamatan Wates. Wilayah yang diproyeksi memiliki jumlah penduduk paling sedikit dari
2020, 2025, dan 2030 adalah Kecamatan Temon. Berdasarkan penghitungan, semakin jauh
perbedaan tahun saat ini dan tahun yang kita proyeksikan maka hasilnya akan semakin tinggi,
hal tersebut terjadi karena jarak tahun saat ini dan tahun yang kita proyeksi akan menjadi
pangkat dari rumus proyeksi penduduk.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk berlipat ganda atau nilai N berbanding lurus dengan hasil
tingkat perumbuhan penduduk. Dari hasil penghitungan didapatkan hasil bahwa wilayah paling
cepat berlipat ganda adalah Kecamatan Kalibawang dengan nilai 44,31 N dan wilayah yang
paling lambat berlipat ganda adalah Kecamatan Temon dengan nilai 44,32 N.
7. Jumlah penduduk produktif dan non produktif penting untuk diketahui sebagai bahan
perhitungan rasio ketergantungan di suatu wilayah. Penduduk produktif adalah penduduk yang
berusia 15-64 tahun, dan penduduk non produktif adalah penduduk yang berusia kurang dari
15 tahun dan lebih dari 64 tahun. Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan kesimpulan
bahwa wilayah dengan jumlah penduduk produktif tertinggi berada di Kecamatan Wates dan
yang terendah berada di Kecamatan Temon. Jumlah penduduk non produktif paling tinggi
juga berada di Kecamatan Wates dan jumlah produktif non produktif terendah berada di
Kecamatan Temon. Berdasarkan data tersebut, dihitunglah rasio ketergantungan dan
membandingkan jumlah penduduk non produktif terhadap jumlah penduduk produktif. Rasio
ketergantungan paling tinggi berada di Kecamatan Girimulyo dengan angka 52,07 dan rasio
ketergantungan terendah berada di Kecamatan Kokap dengan angka 52,06. Dari hasil
penghitungan tersebut, dapat disimpulkan jika jumlah penduduk produktif lebih banyak dari
jumlah penduduk non produktif maka rasio ketergantungan akan rendah, begitu juga
sebaliknya.
Ketenagakerjaan adalah hal yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum, selama dan
sesudah kerja. Aspek ketenagakerjaan terdiri dari jumlah angkatan kerja, jumlah orang yang
bekerja, usia kerja, dan pengangguran, Keempat komponen tersebut akan membantu proses
penghitungan TPAK dan TPT. TPAK adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dan
jumlah usia kerja, wilayah dengan TPAK tertinggi adalah Kecamatan Nanggulan dengan nilai
76,88% dan wilayah dengan TPAK terendah adalah Kecamatan Temon dengan nilai 76,83%.
Dari hasil penghitungan TPAK dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah penduduk
produktif yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maka nilai TPAK akan semakin
tinggi dan tingkat pengangguran akan turun. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah
perbandingan antara jumlah pengangguran dengan jumlah penduduk angkatan kerja, wilayah
dengan TPT tertinggi adalah Kecamatan Kalibawang dengan nilai 6,04% dan wilayah dengan
TPT terendah adalah Kecamatan Panjatan dengan nilai 5,99%. Tingginya nilai TPAK akan
sangat menguntungkan karena jumlah masyarakat yang bekerja dan menghasilkan uang
menjadai lebih banyak, tentunya penghasilan dan pendapatan tinggi dari masyarakat dalam
suatu wilayah akan memengaruhi kemajuan dan pembangunan wilayah.

E. Daftar Pustaka
1. Gatiningsih dan Sutrisno, Eko. (2017). Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Sumedang:
Fakultas Manajemen Pemerintahan.
2. Sarwono, Sarlito. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
3. Srijanti, dkk. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
4. Sukirno, Sadono. (2006). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
5. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI.

Anda mungkin juga menyukai