Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Kartografi Tematik 2021/2022 Nilai:

Acara IV Waktu Praktikum


Peta Dasar dan Klasifikasi Data Peta Tematik Kamis, 08:40 WIB

Disusun oleh Asisten Praktikum Tanggal Praktikum


Zahra Hanifa Candra 1. Hana Kristina 14 April 2022
20/455026/GE/09260 2. Yanuar Vira
Febiyanti
Pembahasan
ICA (International Cartographic Association) menyebutkan bahwa peta merupakan gambaran
kenampakan nyata dan abstrak di permukaan bumi yang dibuat pada bidang datar, serta memiliki
skala. Peta secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peta umum/peta dasar dan peta
tematik. Menurut (Fyre, 2007) peta dasar merupakan peta yang digunakan sebagai referensi untuk
membuat peta tematik. Peta dasar yang digunakan untuk membuat peta tematik contohnya adalah
peta topografi atau RBI. Sebagai referensi peta tematik, peta dasar menyediakan beberapa informasi,
yaitu batas administrasi, hipsografi, hidrografi, bangunan dan fasilitas umum, transportasi dan utilitas,
toponimi, dan penutup lahan.
Peta tematik menurut (E.S. Bos, 1977) merupakan peta yang menggambarkan informasi kualitatif
dan kuantitatif tentang kenampakan atau konsep spesifik yang ada relasinya dengan detil topografi
tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa tidak semua data pada peta
topografi digunakan untuk membuat tematik, hanya beberapa unsur tertentu saja yang berkaitan
dengan tema yang akan direpresentasikan. Dengan demikian, sebelum menggunakan peta dasar,
diharuskan untuk melakukan proses generalisasi terlebih dahulu. Generalisasi peta merupakan
proses penyederhanaan peta yang dilakukan dengan tetap mempertahankan ciri utamanya.
Dalam pembuatan peta tematik, data akan diklasifikasikan untuk menunjukkan tingkatan atau
kelas data tertentu (Beniger & Robyn, 1978). Pengelompokkan data secara sistematis berdasarkan
karakteristik tertentu akan membuat informasi pada peta menjadi lebih jelas (Kraak dan Ormeling,
2010). Pengklasifikasian data dapat dilakukan dengan berbagai metode perhitungan, yaitu interval
teratur, interval aritmetik, interval geometrik, interval kuantil, dan dispersal graph (Cleveland, 1985).
Interval teratur adalah klasifikasi data dengan nilai selisih yang sama, interval aritmetik adalah
klasifikasi yang didasarkan pada deret aritmatika, interval geometrik adalah klasifikasi data yang
menghasilkan jumlah kuadrat dari batas sebelumnya. Interval kuantil adalah klasifikasi data
berdasarkan pengurutan data, dan dispersal graph adalah klasifikasi data yang berdasarkan
subjektifitas.
Pada praktikum kali ini, data yang digunakan adalah data kepadatan penduduk Indonesia per
provinsi pada tahun 2019 dan shapefile wilayah administrasi Republik Indonesia. Tujuan dari
praktikum kali ini adalah membuat peta terkait kepadatan penduduk tiap wilayah di Indonesia dengan
pengklasifikasian data menjadi kelas-kelas tertentu untuk menunjukkan tingkat kepadatan yang
berbeda pada tiap provinsi. Peta yang menampilkan data kuantitatif seperti kepadatan penduduk
dengan delimitasi area tertentu seperti batas administrasi disebut sebagai peta choropleth.
Berdasarkan data yang yang tersedia, yaitu provinsi di Indonesia, jumlah data adalah 34. Dengan
rumus penentuan jumlah kelas 1+ 3,3 log n, didapatkan hasil jumlah kelasnya adalah 6,053 dan
dibulatkan menjadi 7.
Berdasarkan penghitungan dengan metode interval teratur yang memiliki selisih sama pada tiap
kelasnya, hasil klasifikasinya hanya mencakup dua kelas, yaitu kelas VII untuk Provinsi DKI Jakarta
dan kelas I untuk 33 provinsi lainnya. Hal itu terjadi karena tingkat kepadatan penduduk di Provinsi
DKI Jakarta sangat tinggi apabila dibandingkan dengan 33 provinsi lainnya. Berdasarkan
penghitungan interval aritmetik yang didasarkan pada deret aritmetika, hasil klasifikasinya lebih
menyebar, hingga mencakup tiga kelas, yaitu kelas I, II, dan VII. Pertambahan interval tiap kelas
menggunakan metode aritmetik terlihat lebih proporsional dan masuk akal. Namun, kondisi
kepadatan penduduk di Indonesia yang sangat tidak merata membuat kelas kepadatan penduduknya
tidak menyebar hingga ke seluruh kelas.
Penghitungan dengan metode interval geometrik yang menghasilkan jumlah kuadrat dari batas
atas kelas sebelumnya menghasilkan klasifikasi yang lebih menyebar dari dua metode sebelumnya.
Hasil klasifikasi dengan metode geometrik mencakup semua kelas, kecuali kelas VI. Penghitungan
dengan metode kuantil dilakukan dengan mengurutkan seluruh data lalu membaginya ke dalam
jumlah kelas tertentu. Interval kuantil tidak menggunakan konsep interval, tetapi membagi rata data
untuk memenuhi semua kelas yang tersedia. Kelas I untuk metode kuantil meliputi data urutan ke-1
hingga ke-5 dan seterusnya sampai ke kelas VII. Namun, penggunaan metode kuantil memungkinkan
data yang perbedaan nilainya sangat jauh bisa berada dalam satu kelas. Sebagai contohnya, Provinsi
DIY dengan kepadatan penduduk 1.227 jiwa/km2 berada satu kelas dengan Provinsi DKI Jakarta
yang memiliki kepadatan penduduk mencapai 15.900 jiwa/km2.
Metode penentuan interval tiap kelas yang terakhir adalah dispersal graph, metode ini digunakan
dengan cara membagi data berdasarkan subjektifitas. Berdasarkan pengamatan, metode dispersal
graph adalah metode terbaik untuk mengklasifikasikan kepadatan penduduk di Provinsi Indonesia
yang besaran nilainya tidak merata. Pembuat peta dapat melihat data dan mengelompokan tiap
provinsi yang memiliki besaran nilai yang mirip dalam satu kelas. Hasil klasifikasi dengan metode
dispersal graph juga memiliki penyebaran data yang merata sehingga memenuhi semua kelas.
Sebagai perbandingan, penghitungan dengan metode interval kuantil juga memenuhi semua kelas.
Namun, pembagiannya tidak memperhatikan nilai absolut kepadatan penduduk tiap provinsi,
sehingga wilayah dengan kepadatan penduduk rendah mungkin dikelompokkan dengan wilayah
dengan kepadatan penduduk tinggi.
Berdasarkan pembagian kelas dengan dispersal graph, pada kelas I terdapat lima provinsi
dengan kepadatan penduduk 9-29 jiwa/km2, yaitu Provinsi Papua Barat, Kalimantan Utara,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Kelas II terdiri dari enam provinsi dengan kepadatan
penduduk 34-72 km2, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Maluku. Maluku Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, dan Jambi. Kelas III terdiri dari empat provinsi dengan kepadatan penduduk 80-
92 jiwa/km2. yaitu Provinsi Riau, Sulawesi Barat, Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan. Kelas IV
terdiri dari enam provinsi dengan kepadatan penduduk 93–130 jiwa/km2, yaitu Provinsi Aceh,
Bengkulu, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat.
Kelas V terdiri dari enam provinsi dengan kepadatan penduduk 181-273 jiwa/km2, yaitu Provinsi
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Kepulauan Riau, dan Nusa Tenggara
Barat. Kelas VI terdiri dari 6 provinsi dengan kepadatan penduduk 750–1.934 jiwa/km2, yaitu Provinsi
Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Banten, dan Jawa Barat. Kelas terakhir, yaitu kelas VII hanya
berisi Provinsi DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk mencapai 15.900 jiwa/km2. Dari hasil
klasifikasi dengan metode dispersal graph tersebut, dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia
mayoritas tinggal di Pulau Jawa, hal itu ditandai dengan kelas VI dan VII yang dipenuhi oleh provinsi
yang berada di Pulau Jawa. Sementara itu, mayoritas provinsi di Pulau Kalimantan dan daerah timur
Indonesia berada dalam kelas I dan kelas II. Hal tersebut terjadi karena luas wilayahnya besar, tetapi
penduduknya masih sangat sedikit.
Kesimpulan
1. Peta dasar yang digunakan dalam penyusunan peta tematik biasanya memiliki unsur hipsografi,
hidrografi, penutup lahan, toponimi, jaringan jalan, dan batas administrasi. Tidak semua unsur peta
dasar digunakan dalam pembuatan peta tematik, sehingga perlu dilakukan generalisasi. Peta dasar
yang dibutuhkan untuk membuat peta tematik kepadatan penduduk adalah batas administrasi
wilayah tiap provinsi di Indonesia.
2. Klasifikasi data secara umum dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu interval teratur, interval
aritmetik, interval geometrik, kuantil, dan dispersal graph. Cara terbaik untuk merepresentasikan data
dengan karakteristik yang tidak merata, yaitu ada data yang sangat tinggi sedangkan yang lainnya
rendah adalah dengan menggunakan metode dispersal graph. Metode dispersal graph bersifat
subjektif, sehingga mencakup semua kelas dan tiap data terbagi mengelompok sesuai dengan nilai
absolutnya.
Referensi
Beniger, J. R. & Robyn, D. L. (1978). Quantitative Graphics in Statistics: A Brief History. The American
Statistician, 32 (1), pp. 1-11.
Bos, E.S. (1977). Thematic Cartography. Yogyakarta: Faculty of Geography, UGM.
Cleveland, W. S. (1985). The Elements of Graphing Data. Pacific Grove: Wadsworth & Advanced
Book Program.
Fyre, C. (2007). What is a basemap? What kind of basemap do you need?. Retrieved 17 April 2022,
from https://www.esri.com/arcgis-blog/products/arcgis-desktop/mapping/what-is-a-basemap-what-
kind-of-basemap-do-you-need/.
Kraak, M. & Ormeling, F. (2010). Cartography: Visualization of Geospatial Data (3rd Edition). Harlow:
Pearson Education Limited.
TUGAS

1. Jelaskan apa yang anda pahami terkait konsep dari figure-ground pada pembuatan peta. Dan
lihatlah gambar berikut, jelaskan mengapa peta berikut memiliki figure-ground yang kurang baik!

Apabila dilihat dari visualisasi dan penempatannya, kedua gambar di atas adalah peta yang ingin
merepresentasikan area daratan dan perairan. Namun, kedua peta tersebut memiliki konsep figure-
ground yang kurang baik karena objek daratan yang ingin ditonjolkan dan objek air sebagai latar
belakangnya tidak memliki perbedaan rona yang signifikan. Sebaiknya, kenampakan air diberi warna biru
sesuai dengan kaidah kartografi yang ditetapkan, dan juga untuk memudahkan interpretasi oleh
pengguna peta. Kemudian, figure daratan dapat diberi warna yang lebih representatif seperti hijau,
cokelat, atau oranye. Selain itu, penambahan unsur label juga dapat digunakan untuk memberikan
penjelas bahwa daratan yang ingin ditonjolkan memiliki toponimi tertentu.

Note: Kak, maaf saya baru sadar ternyata selama 3 acara sebelumnya tahun akademik dan tahun pada
tanggal praktikum yang saya tuliskan salah. Untuk tanggalnya benar, tapi tahunnya saya ketik 2021,
padahal sekarang sudah 2022.
LAMPIRAN

1. Peta dasar hasil salinan dari peta RBI


2. Perhitungan lima metode klasifikasi data

Banyak data (n) = 34


Data terbesar (B) = 15900
Data terkecil (A) = 9
Jumlah kelas
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 5,053
= 6, 053
=7

1. Interval teratur (X)


X = (B-A)/Jumlah Kelas
X = (15900-9)/7
X = 15891/7
X = 2270,14
X = 2271

Kelas I A - (A+x)
9 - (9 + 2271)
9 - 2280
Kelas II (A+x)+1 - (A+x+1)+x
(A+x)+1 – (A+2x+1)
(2280 + 1) – (9 + (2 x 2271) + 1)
2281 - 4552
Kelas III (A+x+1+x)+1 – (A+x+1+x+1)+x
(A+2x+1)+1 – (A+3x+2)
4552 + 1 – (9 + (3 x 2271) + 2)
4553 - 6824
Kelas IV (A+x+1+x+1+x)+1 – (A+x+1+x+1+x+1)+x
(A+3x+2)+1 – (A+4x+3)
6824 + 1 – (9 + (4 x 2271) + 3)
6825 - 9096
Kelas V (A+x+1+x+1+x+1+x)+1 - (A+x+1+x+1+x+1+x+1)+x
(A+4x+3)+1 – (A+5x+4)
9096 + 1 – (9 + (5 x 2271) + 4)
9097 – 11368
Kelas VI (A+x+1+x+1+x+1+x+1+x)+1 - (A+x+1+x+1+x+1+x+1+x+1)+x
(A+5x+4)+1 – (A+6x+5)
11368 + 1 – (9 + (6 x 2771) + 5)
11369 - 13640
Kelas VII (A+x+1+x+1+x+1+x+1+x+1+x)+1 - (A+x+1+x+1+x+1+x+1+x+1+x+1)+x
(A+6x+5)+1 – (A+7x+6)
13640+1 – (9 + (7 x 2771) + 6)
13641 - 15912
2. Interval aritmetik
A + x + 2x + 3x + ... + nx =B
9 + x + 2x + 3x + ... + 7x =15900
9 + 28x = 15900
28x = 15900-9
x = 15891/28
x = 567,53
x = 568

Kelas I A - (A + x)
9 - (9 + 568)
9 - 577
Kelas II (A + x) + 1 – (A + 3x)
577 + 1 – (9 + (3 x 568))
588 - 1713
Kelas III (A + 3x) + 1 – (A + 6x)
1713 + 1 – (9 + (6 x 568))
1714 - 3417
Kelas IV (A + 6x) + 1 – (A + 10x)
3417 + 1 – (9 + (10 x 568))
3418 - 5689
Kelas V (A + 10x) + 1 – (A + 15x)
5689 + 1 – (9 + (15 x 568))
5690 - 8529
Kelas VI (A + 15x) + 1 – (A + 21x)
8529 + 1 – (9 + (21 x 568))
8530 - 11937
Kelas VII (A + 21x) + 1 – (A + 28x)
11937 + 1 – (9 + (28 x 568))
11938 - 15913

3. Interval geometrik
𝑋 𝐵
x= √
𝐴
7 15900
=√ 9
7
= √1767
= 2,90
=3

Kelas I A - Ax
9 – (9 x 3)
9-27
Kelas II (Ax + 1) – Ax2
27 + 1 – (9 x 32)
28 – (9 x 9)
28 – 81
Kelas III (Ax2 + 1) – Ax3
81 + 1 – (9 x 33)
82 – (9 x 27)
82 - 243
Kelas IV (Ax3 + 1) – Ax4
243 + 1 – (9 x 34)
244 – (9 x 81)
244 - 729
Kelas V (Ax4 + 1) – Ax5
729 + 1 – (9 x 35)
730 – (9 x 243)
730 - 2187
Kelas VI (Ax5 + 1) – Ax6
2187 + 1 – (9 x 36)
2188 – (9 x 729)
2188 - 6561
Kelas VII (Ax6 + 1) – Ax7
6561 + 1 – (9 x 37)
6562 – (9 x 2187)
6562 - 19683

4. Interval kuantil
𝒏
x=𝒌
𝟑𝟒
x=
𝟕
x = 4,85
x=5
Kelas I Data 1 - 5
9 - 29
Kelas II Data 6 - 10
34 - 71
Kelas III Data 11 - 15
72 - 92
Kelas IV Data 16 - 20
93 - 112
Kelas V Data 21 - 25
130 - 244
Kelas VI Data 26 - 30
267 - 1058
Kelas VII Data 31 - 34
1227 - 15900
5. Dispersal graph

Kelas I Data 1 - 5
9 – 29
1. Papua Barat
2. Kalimantan Utara
3. Papua
4. Kalimantan Tengah
5. Kalimantan Timur
Kelas II Data 6 - 11
34 – 72
1. Kalimantan Barat
2. Maluku
3. Maluku Utara
4. Sulawesi Tengah
5. Sulawesi Tenggara
6. Jambi
Kelas III Data 12 - 15
80 – 92
1. Riau
2. Sulawesi Barat
3. Bangka Belitung
4. Sumatera Selatan
Kelas IV Data 16 – 21
93 – 130
1. Aceh
2. Bengkulu
3. Gorontalo
4. Kalimantan Selatan
5. Nusa Tenggara Timur
6. Sumatera Barat
Kelas V Data 22 - 27
181 – 273
1. Sulawesi Utara
2. Sulawesi Selatan
3. Sumatera Utara
4. Lampung
5. Kepulauan Riau
6. Nusa Tenggara Barat
Kelas VI Data 28 - 33
750 – 1934
1. Bali
2. Jawa Timur
3. Jawa Tengah
4. DI.Yogyakarta
5. Banten
6. Jawa Barat
Kelas VII Data 34
15900
1. DKI Jakarta
3. Tabel perbandingan kelas lima metode klasifikasi.
Provinsi Kepadatan Interval Interval Interval Interval Dispersal
Penduduk teratur aritmatik geometrik kuantil graph
(jiwa/km2)
Aceh 93 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas IV Kelas IV
Bali 750 Kelas I Kelas II Kelas V Kelas VI Kelas VI
Bangka Belitung 91 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas III Kelas III
Banten 1338 Kelas I Kelas II Kelas V Kelas VII Kelas VI
Bengkulu 100 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas IV Kelas IV
Gorontalo 107 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas IV Kelas IV
Jakarta Raya 15900 Kelas VII Kelas VII Kelas VII Kelas VII Kelas VII
Jambi 72 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas III Kelas II
Jawa Barat 1394 Kelas I Kelas II Kelas V Kelas VII Kelas VI
Jawa Tengah 1058 Kelas I Kelas II Kelas V Kelas VI Kelas VI
Jawa Timur 831 Kelas I Kelas II Kelas V Kelas VI Kelas VI
Kalimantan Barat 34 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas II Kelas II
Kalimantan Selatan 110 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas IV Kelas IV
Kalimantan Tengah 18 Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I
Kalimantan Timur 29 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas I Kelas I
Kalimantan Utara 10 Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I
Kepulauan Riau 267 Kelas I Kelas I Kelas IV Kelas VI Kelas V
Lampung 244 Kelas I Kelas I Kelas IV Kelas V Kelas V
Maluku 38 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas II Kelas II
Maluku Utara 39 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas II Kelas II
Nusa Tenggara Barat 273 Kelas I Kelas I Kelas IV Kelas VI Kelas V
Nusa Tenggara Timur 112 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas IV Kelas IV
Papua 11 Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I
Papua Barat 9 Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I Kelas I
Riau 80 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas III Kelas III
Sulawesi Barat 82 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas III Kelas III
Sulawesi Selatan 189 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas V Kelas V
Sulawesi Tengah 49 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas II Kelas II
Sulawesi Tenggara 71 Kelas I Kelas I Kelas II Kelas II Kelas II
Sulawesi Utara 181 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas V Kelas V
Sumatera Barat 130 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas V Kelas IV
Sumatera Selatan 92 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas III Kelas III
Sumatera Utara 200 Kelas I Kelas I Kelas III Kelas V Kelas V
Yogyakarta 1227 Kelas I Kelas II Kelas V Kelas VII Kelas VI
4. Screenshoot 5 peta hasil klasifikasi dan 1 peta (di layout) hasil klasifikasi dengan metode
terbaik. Bahas metode terbaik pilihan anda tersebut di dalam pembahasan.
Interval teratur

Interval Aritmetik
Interval geometrik

Interval kuantil
Dispersal graph (metode terbaik)

Anda mungkin juga menyukai