PERENCANAAN KEPENDUDUKAN
(GEL 0308)
ACARA I
PENDAHULUAN
Disusun oleh:
Nama : Katyusha Fiore
NIM : 19/445024/GE/09131
Hari/Tanggal : Selasa
Waktu : 9.55-11.35
Asisten : 1. Unggul Wijanarko
2. Helmi Putri Ramdani
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ESAI PENDAHULUAN
ACARA I
ACARA II
PRORATA DAN PEMECAHAN UMUR SPRAGUE
Disusun oleh:
Nama : Katyusha Fiore
NIM : 19/445024/GE/09131
Hari/Tanggal : Selasa
Waktu : 9.55-11.35
Asisten : 1. Unggul Wijanarko
2. Helmi Putri Ramdani
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
Prorata dan Pemecahan Umur Sprague
I. Latar Belakang
Data kependudukan merupakan salah satu aspek penting di sebuah wilayah
khususnya bagi para perencana dan pengambil kebijaksanaan. Seperti diketahui bahwa
hampir semua rencana pembangunan perlu ditunjang dengan data jumlah
penduduk, persebaran dan susunannya menurut umur penduduk yang relevan dengan
rencana tersebut. Data kependudukan tersebut dapat diperoleh dari sensus
penduduk, survei penduduk dan registrasi penduduk.Data yang diperoleh dari hasil
sensus dan survei biasanya masih mengandung kesalahan. Kesalahan yang paling
sering ditemukan adalah kurang tepatnya pelaporan umur. Hal ini sering terjadi, antara
lain karena banyak penduduk yang tidak melaporkan umur dengan benar.
II. Tujuan
V. Hasil Praktikum
Hasil praktikum acara ini adalah sebagai berikut:
1) Tabel prorata tahun 1980 dan 1990
2) Contoh perhitungan prorata
3) Tabel pemecahan umur Sprague tahun 2000 dan 2010
4) Contoh perhitungan pemecahan umur Sprague
5) Piramida penduduk umur tunggal berdasarkan data Sensus Penduduk
6) Piramida penduduk umur tunggal berdasarkan hasil pemecahan umur Sprague
VI. Pembahasan
Usia dan jenis kelamin adalah dua unsur pada basis data kependudukan yang selalu
dikumpulkan, ditabulasi, dianalisis dan disesuaikan dalam semua kajian demografis
(Ramachandran, 1989). Data umur yang akurat merupakan informasi dasar yang
sangat penting. Kesalahan dalam pencatatan data umur akan berdampak serius dan
luas karena struktur umur menjadi dasar dalam perhitungan berbagai indikator
kependudukan. Oleh karena itu data dasar yang mengandung kesalahan-kesalahan
tersebut perlu dievaluasi kemudian dilakukan perapihan secara cermat dengan tujuan
untuk menghapus atau memperkecil berbagai kesalahan yang ditemukan.
Kesalahan yang sering terjadi pada sensus maupun survei adalah kesalahan
pengukuran umur. Hal tersebut terjadi karena penduduk tidak mengetahui tanggal
kelahirannya atau umurnya, sehingga pelaporan umurnya hanya berdasarkan perkiraan
sendiri atau perkiraan pencacah. Ada pula penduduk yang mengetahui umurnya secara
pasti tetapi karena alasan-alasan tertentu cenderung melaporkan umurnya menjadi lebih
tua atau lebih muda. Biasanya pengelompokkan umur terjadi di umur yang berakhiran
0 dan 5, yang menyebabkan grafik dari umur ini lebih menonjol dibandingkan umur
yang lain.
Penduduk yang tidak mengetahui tanggal lahir atau umurnya biasanya dimasukkan
dalam kelompok tidak tahu (TT). Keadaan ini dapat dilihat pada data penduduk
provinsi Jawa Tengah hasil sensus 1980 dan 1990. Data tersebut menunjukan bahwa
terdapat 2530 penduduk di tahun 1980 dan 155 penduduk di tahun 1990 yang tidak
mengetahui umurnya. Untuk mengatasi kesalahan itu perlu dilakukan evaluasi umur.
Evaluasi umut dapat dilakukan dengan mendistribusikan penduduk TT secara
prorata ke semua kelompok umur. Cara ini dilakukan agar kelompok penduduk tidak
tau dapat tersebar merata ke semua umur.
Bila membandingkan antara kedua data hasil sensus tersebut dapat diketahui
bahwa jumlah penduduk kelompok TT provinsi Jawa Tengah telah
mengalami penurunan dari tahun 1980 ke tahun 1990. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas data sensus penduduk tahun 1990 lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya. Artinya salah satu kesalahan dalam proses sensus dapat diminimalisir.
Data perhitungan prorata penduduk Jawa Tengah tidak menunjukan hasil yang
signifikan dibandingkan data sebelumnya karena prorata hanya digunakan untuk
mengevaluasi umur dengan mendistribusikan kelompok umur TT ke semua umur.
Sehingga penumpukan umur di tahun dengan akhiran “0” dan “5” masih menonjol.
Untuk mengatasi kesalahan tersebut diperlukan perapihan data lebih lanjut dengan
metode lain. Pola umur yang menumpuk di tahun tertentu tersebut
menggambarkan bahwa pelaporan umur dalam dua periode sensus tersebut masih
kurang memuaskan. Jika pelaporan umur itu baik dan tidak ada peristiwa luar biasa
seperti perang atau wabah pada masa lampau maka jumlah penduduk pada usia
tertentu tidak akan jauh berbeda dengan jumlah penduduk pada usia sekitamya.
Penggunaan metode ini dinilai tepat karena mudah dan kesalahan yang timbul
dengan distribusi prorata itu kecil sehingga dapat diabaikan.
Salah satu metode yang digunakan untuk memecah kelompok umur 5 tahunan ke
dalam umur 1 tahunan adalah Spraque. Metode ini menggunakan koefisien interpolasi
untuk ‘memecah’ penduduk dengan kelompok umur lima tahunan agar mendapatkan
jumlah penduduk menurut kelompok umur satu tahunan. Koefisien interpolasi sprague
terdiri atas lima kolom (G1, G2, G3, G4, dan G5) dan terdiri atas lima kelompok panel
(Samosir dan Rajagukguk, 2015).
Secara umum sistem metode ini adalah dengan mengalikan koefisien interpolas
dengan jumlah penduduk tiap tahun. Setelah dilakukan pemecahan umur
data penduduk Jawa Tengah tahun 2000 dan 2010 dapat diketahui bahwa prporsi
umur penduduk lebih banyak di umur produktif, seperti umur 20-an hingga 40-an.
Selain itu hasil pemecahan juga menunjukkan bahwa di dua periode sensus tersebut
masih terjadi penumpukan di umur yang berakhiran angka “0” dan “5”. Hal ini
menandakan kualitas hasil sensus sampai periode tahun 2010 juga masih kurang.
Namun dibandingkan dua periode sebelumnya yaitu tahun 1980 dan 1990 kualitas
pengukuran umur di tahun 2000 dan 2010 jauh lebih baik. Hal ini bisa dilihat dari
proporsi umur tahun yang berakhiran “0” dan “5” tidak begitu mencolok dibandingkan
dengan umur disekitarnya.
Kondisi data umur penduduk Jawa Tengah tahun 2000 dan 2010 sebelum
dipecah dan setelah di pecah bila dibandingkan secara umum memiliki struktur yang
sama. Pada umur awal seperti umur 0-5 tahun-an proporsi penduduk sedikit kemudian
melebar di umur 15-an. Penurunan proporsi penduduk terjadi di umur 20-24 namun
kembali bertambah di umur 30-an kemudian terus menurun hingga umur 70-an. Yang
membedakan adalah di data hasil sprague penumpukan penduduk di umur tertentu
terlihat jelas sedangkan di kelompok umur tidak terlihat. Oleh karena itu metode ini
cukup baik digunakan untuk perapihan umur khususnya untuk pemecahan umur karena
perhitungannya mudah dan keakuratan data mendekati tepat yaitu sebesar 0,0288
(BAPPENAS, 2014).
VII. Kesimpulan
Distribusi umur penduduk Jawa Tengah cenderung lebih banyak di usia dengan tahun
berakhiran “5” dan “0” yang disebabkan penduduk lupa dengan tanggal lahirnya
maupun alasan tertentu. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan penduduk di usia
tersebut. Akibatnya data menjadi kurang akurat. Sehingga untuk keperluan
perencanaann, evaluasi dan perapihan umur sangat penting dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu dan Umur Satu Tahunan
BPS. 1980. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 1980. Jakarta: BPS.
BPS. 1990. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 1990. Jakarta: BPS.
BPS. 2000. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Jakarta: BPS.
BPS. 2010. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010. Jakarta: BPS.
Samosir, Omas Bulan dan Rajagukguk, Wilson. 2015. Demografi Formal. Jakarta:
UKI Press.