Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PERENCANAAN KEPENDUDUKAN
(GEL 0308)

ACARA I
PENDAHULUAN

Disusun oleh:
Nama : Katyusha Fiore
NIM : 19/445024/GE/09131
Hari/Tanggal : Selasa
Waktu : 9.55-11.35
Asisten : 1. Unggul Wijanarko
2. Helmi Putri Ramdani

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ESAI PENDAHULUAN
ACARA I

Praktikum perencanaan kependudukan merupakan salah satu mata kuliah pilihan di


Departemen Geografi Lingkungan , Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Mata
kuliah ini merupakan pelajaran praktek dari aplikasi kuliah reguler perencanaan
kependudukan. Materi praktikum yang diberikan pada mata kuliah ini meliputi prorata dan
sprague, pemecahan kelompok umur dengan metode quadratik reorientasi, pengenalan
program spektrum, membangun asumsi pada perencanaan kependudukan, melaksanakan
proyeksi penduduk, melakukan perencanaan pendidikan, melakukan perencanaan
kesehatan, melakukan perencanaan pangan dan penyusunan hasil perencanaan
kependudukan ke dalam tulisan ilmiah. Praktikum ini sangat penting dilakukan untuk
menguatkan keilmuan mahasiswa Geografi Lingkungan, terutama dalam merencanakan isu
kependudukan yang menjadi salah satu kajian strategis dalam pembangunan.
Praktikum Perencanaan Kependudukan ini diharapkan memberikan kemampuan
dasar kepada mahasisiwa sebagai perencana kependudukan. Untuk mendukung hal tersebut
mahasiswa dalam praktikum ini dibekali beberapa kemampuan dasar. Pertama,
kemampuan dasar mengevaluasi data dasar yang akan digunakan. Kemampuan ini
bagaikan sebuah pondasi yang harus dimiliki karena data dasar adalah hal utama yang
dibutuhkan dalam perencanaan kependudukan. Jika data yang digunakan salah, maka
perencanaan yang dilakukan juga akan salah. Maka dibutuhkan kemampuan mengevaluasi
data.
Kemampuan mengevaluasi data akan diberikan pada praktikum cara kedua dan
ketiga. Acara kedua akan diajarkan metode prorata dan sprouge. Metode prorata digunakan
untuk menghilangkan kelompok data “tidak terjawab” pada data penduduk berdasarkan
umur. Metode sprouge digunakan untuk mengubah data penduduk berdasarkan kelompok
umur menjadi data penduduk berdasarkan umur tunggal. acara ketiga adalah tentang
perapihan umur quadratic menggunakan metode splitting.
Kemampuan dasar kedua adalah melakukan proyeksi penduduk. Kemampuan
perencana untuk melakukan proyeksi penduduk sangat penting dilakukan karena data ini
akan menjadi data dasar perencanaan. Jika data proyeksi salah, maka rencana yang dibuat
akan sangat berbeda jauh dengan kondisi riil yang besok terjadi. Untuk itulah, kenapa BPS
senantiasa melakukan perbaikan hasil proyeksi yang dilakukan. Terbaru, BPS
mengeluarkan proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045.
Kemampuan proyeksi penduduk diberikan dalam acara 4-6. Acara 4 dilakukan
pengenalan software untuk membuat proyeksi penduduk. Software yang dimaksud adalah
Spectrum. Dalam acara 5 dilakukan tahap kedua dalam proyeksi penduduk, yaitu
membangun asusmsi dalam membuat proyeksi penduduk. Lalu di acara 6 dilakukan
proyeksi penduduk sesuai dengan apa yang diinstruksikan.
Kemampuan dasar ketiga adalah melakukan perencanaan sektoral. Pada acara ini
mahasiswa akan diajarkan bagaimana melakukan perencanaan sektoral dari isu-isu
kependudukan yang penting. Isu kependudukan yang akan diangkat adalah isu pendidikan,
kesehatan dan pangan. Tahapan ini akan dilakukan pada praktikum perencanaan
kependudukan acara ke-7,8 dan ke-9. Ketiga isu ini hanya contoh, dan tidak menutup
kemungkinan di kemudian hari isu yang akan digunakan sebagai latihan adalah isu
kependudukan lainnya.
Kemampuan terakhir adalah menyusun draft tulisan sebagai satu kesatuan utuh
dalam tulisan ilmiah. Tahapan ini akan dilakukan pada praktikum perencanaan 10
kependudukan acara ke-10. Jika pada cara sebelumnya mahasiswa hanya membahas apa
yang menjadi konten acara yang dibahas, pada acara ke-10 ini mahasiswa akan diajarkan
membuat draft tulisan ilmiah tentang isu kependudukan yang dipilih. Kegiatan ini dipilih
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menuangkan ide/gagasannya ke dalam
artikel ilmiah. Seorang perencana yang baik tentu tidak hanya mampu dalam menyusun
skenario, tetapi tentu saja dapat menuangkannya dalam tulisan ilmiah sehingga
kemampuannya akan komplit dari sisi praktis dan akademis.
LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN KEPENDUDUKAN
(GEL 0308)

ACARA II
PRORATA DAN PEMECAHAN UMUR SPRAGUE
Disusun oleh:
Nama : Katyusha Fiore
NIM : 19/445024/GE/09131
Hari/Tanggal : Selasa
Waktu : 9.55-11.35
Asisten : 1. Unggul Wijanarko
2. Helmi Putri Ramdani

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020

ACARA II
Prorata dan Pemecahan Umur Sprague

I. Latar Belakang
Data kependudukan merupakan salah satu aspek penting di sebuah wilayah
khususnya bagi para perencana dan pengambil kebijaksanaan. Seperti diketahui bahwa
hampir semua rencana pembangunan perlu ditunjang dengan data jumlah
penduduk, persebaran dan susunannya menurut umur penduduk yang relevan dengan
rencana tersebut. Data kependudukan tersebut dapat diperoleh dari sensus
penduduk, survei penduduk dan registrasi penduduk.Data yang diperoleh dari hasil
sensus dan survei biasanya masih mengandung kesalahan. Kesalahan yang paling
sering ditemukan adalah kurang tepatnya pelaporan umur. Hal ini sering terjadi, antara
lain karena banyak penduduk yang tidak melaporkan umur dengan benar.

Penyebabnya adalah penduduk tersebut tidak mengetahui tanggal kelahirannya atau


umurnya, sehingga pelaporan umurnya hanya berdasarkan perkiraan sendiri atau
perkiraan pencacah. Ada pula penduduk yang mengetahui umurnya secara pasti
tetapi karena alasan-alasan tertentu cenderung melaporkan umurnya menjadi lebih
tua atau lebih muda. Oleh karena itu untuk keperluan perencanaan, data dasar
yang mengandung kesalahan-kesalahan tersebut perlu dievaluasi dan dirapihkan
secara cermat dengan tujuan untuk menghapus atau memperkecil berbagai kesalahan
yang ditemukan.

II. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengetahui distribusi umur penduduk di provinsi kajian


III. Alat dan Bahan
Alat dann bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ;
1. Data penduduk menurut kelompok umur dan umur tunggal provinsi Jawa Tengah
tahun 1980, 1990, 2000, dan 2010.
 
2. Perangkat lunak Ms. Office Excel
3. Perangkat lunak Ms. Office Word

IV. Metode Penelitian

Data Jumlah Penduduk Data Jumlah Penduduk


Jawa Tengah Umur Jawa Tengah Kelompok
Tunggal dan Jenis Kelamin Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 1990 Tahun 2000 dan 2010

Melakukan pemecahan data


Menghitung evaluasi
penduduk berdasarkan
distribusi penduduk
kelompok umur
menggunakan metode
menggunakan Metode
prorata
Sprague
Keterangan :

Input Proses Output

V. Hasil Praktikum
Hasil praktikum acara ini adalah sebagai berikut:
1) Tabel prorata tahun 1980 dan 1990
2) Contoh perhitungan prorata
3) Tabel pemecahan umur Sprague tahun 2000 dan 2010
4) Contoh perhitungan pemecahan umur Sprague
5) Piramida penduduk umur tunggal berdasarkan data Sensus Penduduk
6) Piramida penduduk umur tunggal berdasarkan hasil pemecahan umur Sprague

VI. Pembahasan

Data kependudukan merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah


negara. Data kependudukan memiliki peran yang strategis untuk menentukan
kebijakan, perencanaan pembangunan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan, baik bagi
pemerintah maupun pihak lain. Ketersediaan data perkembangan kependudukan
menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan program kependudukan. Secara umum
terdapat tiga sumber data kependudukan, yaitu sensus penduduk. Registrasi penduduk
dan survei penduduk (Mantra, 2000).

Usia dan jenis kelamin adalah dua unsur pada basis data kependudukan yang selalu
dikumpulkan, ditabulasi, dianalisis dan disesuaikan dalam semua kajian demografis
(Ramachandran, 1989). Data umur yang akurat merupakan informasi dasar yang
sangat penting. Kesalahan dalam pencatatan data umur akan berdampak serius dan
luas karena struktur umur menjadi dasar dalam perhitungan berbagai indikator
kependudukan. Oleh karena itu data dasar yang mengandung kesalahan-kesalahan
tersebut perlu dievaluasi kemudian dilakukan perapihan secara cermat dengan tujuan
untuk menghapus atau memperkecil berbagai kesalahan yang ditemukan.

Kesalahan yang sering terjadi pada sensus maupun survei adalah kesalahan
pengukuran umur. Hal tersebut terjadi karena penduduk tidak mengetahui tanggal
kelahirannya atau umurnya, sehingga pelaporan umurnya hanya berdasarkan perkiraan
sendiri atau perkiraan pencacah. Ada pula penduduk yang mengetahui umurnya secara
pasti tetapi karena alasan-alasan tertentu cenderung melaporkan umurnya menjadi lebih
tua atau lebih muda. Biasanya pengelompokkan umur terjadi di umur yang berakhiran
0 dan 5, yang menyebabkan grafik dari umur ini lebih menonjol dibandingkan umur
yang lain.

Penduduk yang tidak mengetahui tanggal lahir atau umurnya biasanya dimasukkan
dalam kelompok tidak tahu (TT). Keadaan ini dapat dilihat pada data penduduk
provinsi Jawa Tengah hasil sensus 1980 dan 1990. Data tersebut menunjukan bahwa
terdapat 2530 penduduk di tahun 1980 dan 155 penduduk di tahun 1990 yang tidak
mengetahui umurnya. Untuk mengatasi kesalahan itu perlu dilakukan evaluasi umur.
Evaluasi umut dapat dilakukan dengan mendistribusikan penduduk TT secara
prorata ke semua kelompok umur. Cara ini dilakukan agar kelompok penduduk tidak
tau dapat tersebar merata ke semua umur.

Bila membandingkan antara kedua data hasil sensus tersebut dapat diketahui
bahwa jumlah penduduk kelompok TT provinsi Jawa Tengah telah
mengalami penurunan dari tahun 1980 ke tahun 1990. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas data sensus penduduk tahun 1990 lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya. Artinya salah satu kesalahan dalam proses sensus dapat diminimalisir.

Penduduk yang mengetahui umurnya secara pasti tetapi karena alasan-alasan tu


cenderung melaporkan umurnya menjadi lebih tua atau lebih muda. Wanita yang sudah
dewasa melaporkan usianya lebih rendah dari yang sebenarnya. Sebaliknya, laki-laki
yang sudah dewasa ada kecenderungan melaporkan umurnya lebih tua. (Mamas, 1992).
Selain itu juga ada kebiasaan dari penduduk yang tidak tahu tanggal lahirnya
cenderung melaporkan umurnya pada tahun-tahun dengan akhiran “0” dan “5”.

Kesalahan yang diakibatkan oleh kecenderungan untuk melaporkan umur pada


tahun-tahun berakhiran “0” atau “5” dapat diperkecil dengan
mengelompokkan penduduk dalam selang waktu tertentu, misalnya 5 tahun. Hasilnya
dapat dilihat pada data jumlah penduduk menurut kelompok umur Jawa Tengah tahun
1980 dan 1990. Dalam data tersebut proporsi penduduk di tiap kelompok umur tidak
jauh berbeda. Jumlah penduduk paling banyak ialah pada kelompok umur kecil yaitu
umur 5-9 tahun kemudian terus mengerucut ke umur atas. Jumlah penduduk paling
sedikit ialah pada kelompok umur 70-74.

Data perhitungan prorata penduduk Jawa Tengah tidak menunjukan hasil yang
signifikan dibandingkan data sebelumnya karena prorata hanya digunakan untuk
mengevaluasi umur dengan mendistribusikan kelompok umur TT ke semua umur.
Sehingga penumpukan umur di tahun dengan akhiran “0” dan “5” masih menonjol.
Untuk mengatasi kesalahan tersebut diperlukan perapihan data lebih lanjut dengan
metode lain. Pola umur yang menumpuk di tahun tertentu tersebut
menggambarkan bahwa pelaporan umur dalam dua periode sensus tersebut masih
kurang memuaskan. Jika pelaporan umur itu baik dan tidak ada peristiwa luar biasa
seperti perang atau wabah pada masa lampau maka jumlah penduduk pada usia
tertentu tidak akan jauh berbeda dengan jumlah penduduk pada usia sekitamya.
Penggunaan metode ini dinilai tepat karena mudah dan kesalahan yang timbul
dengan distribusi prorata itu kecil sehingga dapat diabaikan.

Perencanaan pembangunan sektoral atau pada sektor tertentu seperti bidang


kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan terkadang amembutuhkan jumlah penduduk
dengan pengelompokkan umur tertentu seperti umur 0, 0-2, 1-4, 4-6, 7- 12, … , 15-64,
dan 60+. Untuk membentuk pengelompokan umur tertentu diperlukan pemecahan dari
data kelompok umur lima tahunan yang telah dipublikasi menjadi umur satu tahunan,
kemudian dikelompokkan kembali sesuai dengan kebutuhan pengguna pada masing-
masing sektor (BAPPENAS, 2014).

Salah satu metode yang digunakan untuk memecah kelompok umur 5 tahunan ke
dalam umur 1 tahunan adalah Spraque. Metode ini menggunakan koefisien interpolasi
untuk ‘memecah’ penduduk dengan kelompok umur lima tahunan agar mendapatkan
jumlah penduduk menurut kelompok umur satu tahunan. Koefisien interpolasi sprague
terdiri atas lima kolom (G1, G2, G3, G4, dan G5) dan terdiri atas lima kelompok panel
(Samosir dan Rajagukguk, 2015).

Secara umum sistem metode ini adalah dengan mengalikan koefisien interpolas
dengan jumlah penduduk tiap tahun. Setelah dilakukan pemecahan umur
data penduduk Jawa Tengah tahun 2000 dan 2010 dapat diketahui bahwa prporsi
umur penduduk lebih banyak di umur produktif, seperti umur 20-an hingga 40-an.
Selain itu hasil pemecahan juga menunjukkan bahwa di dua periode sensus tersebut
masih terjadi penumpukan di umur yang berakhiran angka “0” dan “5”. Hal ini
menandakan kualitas hasil sensus sampai periode tahun 2010 juga masih kurang.
Namun dibandingkan dua periode sebelumnya yaitu tahun 1980 dan 1990 kualitas
pengukuran umur di tahun 2000 dan 2010 jauh lebih baik. Hal ini bisa dilihat dari
proporsi umur tahun yang berakhiran “0” dan “5” tidak begitu mencolok dibandingkan
dengan umur disekitarnya.
Kondisi data umur penduduk Jawa Tengah tahun 2000 dan 2010 sebelum
dipecah dan setelah di pecah bila dibandingkan secara umum memiliki struktur yang
sama. Pada umur awal seperti umur 0-5 tahun-an proporsi penduduk sedikit kemudian
melebar di umur 15-an. Penurunan proporsi penduduk terjadi di umur 20-24 namun
kembali bertambah di umur 30-an kemudian terus menurun hingga umur 70-an. Yang
membedakan adalah di data hasil sprague penumpukan penduduk di umur tertentu
terlihat jelas sedangkan di kelompok umur tidak terlihat. Oleh karena itu metode ini
cukup baik digunakan untuk perapihan umur khususnya untuk pemecahan umur karena
perhitungannya mudah dan keakuratan data mendekati tepat yaitu sebesar 0,0288
(BAPPENAS, 2014).

Ketepatan pelaporan umur erat kaitannya dengan tingkat pendidikan penduduk.


Dengan meningkatnya pendidikan diharapkan pelaporan umur dalam sensus/survai
pada masa yang akan datang akan bertambah baik.Selain itu peranan
kemampuan pencacah untuk memperoleh jawaban yang tepat perlu ditingkatkan
melalui pemilihan petugas sensus yag kompeten demi meminimalisir kesalaha dalam
input data.

VII. Kesimpulan

Distribusi umur penduduk Jawa Tengah cenderung lebih banyak di usia dengan tahun
berakhiran “5” dan “0” yang disebabkan penduduk lupa dengan tanggal lahirnya
maupun alasan tertentu. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan penduduk di usia
tersebut. Akibatnya data menjadi kurang akurat. Sehingga untuk keperluan
perencanaann, evaluasi dan perapihan umur sangat penting dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu dan Umur Satu Tahunan

2010-2025. Jakarta: BAPPENAS.

BPS. 1980. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 1980. Jakarta: BPS.

BPS. 1990. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 1990. Jakarta: BPS.

BPS. 2000. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Jakarta: BPS.

BPS. 2010. Penduduk Jawa Tengah Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010. Jakarta: BPS.

Mamas, S. G. Made. 1992. Sensus Penduduk 1990: Beberapa Catatan Tentang

Keunggulan dan kelemahannya. Jurnal Populasi, 2 (3).

Mantra, Ida, Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Putera Pelajar.

Ramachandran, R. 1989. Urbanization and Urban Systems in India. Britania Raya:


Oxford University Press.

Samosir, Omas Bulan dan Rajagukguk, Wilson. 2015. Demografi Formal. Jakarta:

UKI Press.

Anda mungkin juga menyukai