(GEL 0308)
ACARA 8
Disusun oleh :
NIM : 19/445030/GE/09137
2. Muhammad Rafif
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari acara ini adalah:
1. Menghitung perbandingan antara jumlah fasilitas kesehatan dan jumlah penduduk
Provinsi Nusa Tenggara Timur
2. Menganalisis karakteristik sektor kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
3. Menyusun perencanaan kebutuhan sektor kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
METODE PENELITIAN
Cara Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan pada acara ini, yaitu:
Data jumlah dokter, perawat, rumah sakit, puskesmas, dan ranjang Provinsi NTT tahun 2019, program
Spectrum
Mencari rasio pada setiap komponen data kesehatan (rasio penduduk hasil proyeksi tahun terbaru
terhadap jumlah perawat, dokter, RS, puskesmas, dan tempat tidur RS)
Masuk ke program Spectrum yang telah dilakukan proses proyeksi penduduk sampai tahun 2045 di
acara sebelumnya
Memasukkan nilai rasio pada fitur “rapid” program Spectrum bagian “health” di tahun terbaru (2019)
HASIL PRAKTIKUM
Hasil yang diperoleh dari acara ini antara lain:
1. Tabel data fasilitas kesehatan Provinsi NTT (Terlampir).
2. Tabel perencanaan fasilitas kesehatan lima tahunan Provinsi NTT (Terlampir).
3. Grafik proyeksi jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan Provinsi NTT (Terlampir).
4. Tabel kebutuhan fasilitas kesehatan Provinsi NTT (Terlampir).
PEMBAHASAN
Perencanaan kebutuhan kesehatan mencakup upaya penetapan jenis, jumlah,
kualifikasi, dan distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu program wajib pemerintah. Pembangunan
kesehatan merupakan proses menuju ke arah produktifitas penduduk suatu daerah, semakin
banyak penduduk yang sehat semakin produktif pula suatu daerah. Maka dari itu dibutuhkan
informasi mengenai data kesehatan yang akan menjadi dasar perencanaan untuk
pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan cita-cita pembangunan daerah di
masa mendatang.
Tabel 1.1 menginformasikan perbandingan rasio antara jumlah penduduk hasil
proyeksi dengan kebutuhan kesehatan di Provinsi NTT pada tahun 2019. Nilai dari rasio ini
lebih lanjut dapat digunakan sebagai dasar proyeksi kebutuhan tenaga dan fasilitas kesehatan
di masa mendatang. Rasio yang didapatkan dari tabel 1.1 digunakan untuk memperoleh
informasi proyeksi mengenai kebutuhan kesehatan di Provinsi NTT melalui program
Spectrum.
Rasio antara jumlah penduduk terhadap komponen kesehatan ini memberikan
gambaran mengenai kualitas dan efektifitas antara pelayanan kesehatan yang disediakan
dengan jumlah penduduk yang mendiami Provinsi NTT. Didapatkan bahwa angka rasio
untuk dokter sebesar 3.827 jiwa. Angka ini berarti bahwa 1 dokter di wilayah tersebut mampu
melayani kebutuhan kesehatan 3.827 jiwa penduduk. Angka ini dikatakan melebihi standar.
PPSDMK menerangkan bahwa standar rasio untuk dokter sebesar 2.500. dengan demikian
Provinsi NTT di tahun 2019 ketersediaan dokternya kurang mencukupi. Diperlukan
penambahan angkatan dokter di Provinsi NTT agar kebutuhan kesehatan masyarakat dapat
berjalan efektif dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan berjalan optimal.
Rasio tenaga medis per satuan penduduk dikatakan sudah cukup memenuhi. Tidak
diperlukan penambahan tenaga medis karena rasio berada di angka 839 untuk rasio jumlah
perawat. Diharapkan dengan kebutuhan perawat yang telah terpenuhi ini kesenjangan
pelayanan kesehatan di Provinsi NTT minim terjadi. Rasio fasilitas kesehatan per jumlah
penduduk di tahun dasar, yaitu tahun 2019 di angka 1209 untuk ranjang tidur, 109600
penduduk per rumah sakit dan 12894 penduduk tiap puskesmas. Apabila dijadikan ke dalam
1000 penduduk, rasio ranjang tidur per 1000 penduduk adalah 0,827. Angka ini lebih rendah
dari rekomendasi oleh WHO, yang sebesar 5:10000, atau lima tempat tidur perawatan di
rumah sakit untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini sangat jauh dibawah angka rekomendasi
WHO. Ketersediaan ranjang tidur di rumah sakit kemudian perlu ditambah lagi. Dikutip dari
kabar Berita Satu (2020), Indonesia sendiri pun sejatinya belum dapat memenuhi angka
rekomendasi ranjang tidur WHO, DKI Jakarta yang merupakan Ibukota Indonesia hanya
mampu memberikan 2,71 tempat tidur per 1000 penduduknya.
Rasio-rasio yang didapat pada Tabel 1.1 dapat digunakan sebagai indikator untuk
menyusun rencana dalam penyediaan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan,
hingga pendidikan, latihan dan penyebaran tenaga kesehatan yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Dari rasio ini dapat diketahui jumlah penduduk yang harus dilayani oleh seorang
tenaga kesehatan tertentu. Oleh karena itu rasio ini dapat digunakan sebagai indikator untuk
menilai kecukupan penyediaan tenaga kesehatan untuk suatu jenis pelayanan kesehatan.
Proyeksi mengenai kebutuhan fasilitas dan tenaga kesehatan dilakukan menggunakan
program Spectrum dengan asumsi rasio yang digunakan tetap. Asumsi ke-stabilan rasio ini
dapat dakatakan menguntungkan dan kurang menguntungkan. Keuntungan yang didapat
berupa, apabila rasio yang dijadikan tahun dasar telah sesuai standar komponen kesehatan
tertentu maka hasil proyeksi dapat secara langsung dijadikan dasar perencanaan kebutuhan
kesehatan. Tren-tren ke depannya dirasa cukup baik dan tidak dibutuhkan antisipasi berarti
karena rasio yang dijadikan dasar mencukupi kebutuhan untuk pelayanan kesehatan
penduduk.
Kerugian akibat adanya asumsi kestabilan rasio berhubungan dengan angka rasio
yang masih berada di bawah standar. Dengan demikian, maka ketercukupan kebutuhan
kesehatan akan terus berada di bawah angka ideal dari proyeksi tiap tahunnya. Pemerintah
kemudian memerlukan rancangan yang lebih terencana lagi agar di masa mendatang didapat
nilai rasio yang mampu mendekati angka ideal sehingga pelayanan kesehatan ke masyarakat
dapat berjaalan baik dan terpadu.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Djono, Aditya L. 2020. “Rasio Tempat Tidur Dibandingkan Populasi Di RI Masih Rendah.”
Berita Satu. Retrieved November 23, 2020 (https://www.beritasatu.com/aditya-l-
djono/kesehatan/610479/rasio-tempat-tidur-dibandingkan-populasi-di-ri-masih-rendah).
Menkes, RI. 2004. Kepmenkes Nomor: 81/MENKES/SK/I/2004 Tentang Penyusunan
Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kab/Kota Serta Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes Jakarta.