Anda di halaman 1dari 6

Teknik dan Metode Perencanaan SDM Kesehatan

Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan


pembangunan kesehatan. Pengadaan sumber daya manusia kesehatan bertujuan untuk
menetapkan jumlah dan jenis tenaga yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila kebutuhan sumber
daya manusia tidak direncanakan dengan baik maka akan terjadi kekurangan tenaga yang
mempengaruhi pelayanan serta kenyamanan pasien dan mengakibatkan beban kerja meningkat
Dalam penyusunan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan, pengadaannya melalui
usulan dari pihak puskesmas dikoordinasikan dengan dinas kesehatan dan dinas kesehatan
mengusulkannnya ke badan kepegawaian dan diklat daerah serta badan kepegawaian negara.
Yang berperan dalam hal pengadaan sumber daya manusia kesehatan ialah dinas kesehatan dan
yang terkait puskesmas dalam hal pengusulan dan koordinasi serta pembiayaan adalah
pemerintah daerah.
Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan (Depkes, 2004):
1. Kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat.
2. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan.
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan.
4. Standar atau ratio terhadap nilai tertentu.
Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM adalah (Depkes,
2004):
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun keadaan sosial
budaya dan keadaan darurat / bencana.
2. Pertumbuhan ekonomi.
3. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan.

Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar yaitu (Depkes, 2004):
1. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan kebutuhan
SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan sebaginya.
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan
berdasarkan kebutuhan wilayah (nasional, propinsi, atau kabupaten/kota) yang
merupakan gabungan antara kebutuhan institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat prabencana,
terjadi bencana dan post bencana, termasuk pengelolaan kesehatan pengungsi

Keputusan Menteri Kesehatan nomor 81 Tahun 2004 tentang Penyusunan Perencanaan


Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit mengatur
tentang jumlah tenaga kesehatan terendah di puskesmas adalah 17 orang untuk puskesmas rawat
jalan dan 42 orang untuk puskesmas rawat inap.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan berbagai macam metode atau alat ukur
diantaranya:
1. Health Need Method
Metode perencanaan kebutuhan SDM berdasarkan kebutuhan masyarakat terhadap
kesehatan. Kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan didasarkan atas epidemiologi
penyakit utama yang ada pada masyarakat. Data yang dibutuhkan adalah:
a. Penentuan angka kesakitan dan kematian penyakit tertentu.
b. Standar jumlah, jenis, frekuensi dan kualitas pelayanan yang diberikan.
c. Standar waktu yang dibutuhkan SDM kesehatan tertentu dalam memberikan
pelayanan.
d. Data total jam kerja SDM kesehatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan dari proyeksi penduduk tahun sasaran
Health need method dimulai dengan ditetapkannya keperluan kesehatan berdasarkan data
epidemiologi yang ada pada masyarakat di suatu daerah menurut golongan umur, kelamin
dan sebagainya, untuk kemudian dibuatkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun sasaran
menurut kelompok penduduk kemudian diperhitungkan kebutuhan SDM kesehatan untuk
tiap kelompok penduduk pada tahun sasaran (Depkes, 2004). Disamping itu, data lain
yang dibutuhkan pada health need method adalah (hpm.fk.ugm.ac.id):
a. Data umum berupa data fasilitas kesehatan, provider yang terkait serta tugas yang
dilakukan.
b. Data penyedia layanan kesehatan berupa jumlah saat ini dan proyeksi pada tahun
sasaran, distribusi (penyebaran) fasilitas pelayanan kesehatan serta kondisi kerja.
c. Data uraian tugas tenaga kesehatan.
d. Data pasien.
2. Health Services Demand Method
Health services demand method adalah proses perencanaan kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan permintaan pelayanan kesehatan (health services demand method)
sebagai akibat beban pelayanan kesehatan yang perlu disediakan untuk masyarakat. Pada
metode ini, dipertimbangkan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan masyarakat saat ini yang lebih cost efective. Metode ini memerlukan data
rinci pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan serta karakteristik masyarakat yang
dilayani.
Health services demand method dimulai menetapkan permintaan pelayanan
kesehatan pada masyarakat sesuai umur, kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan, dan
sebagainya. Selanjutnya data permintaan pelayanan kesehatan pada tahun sasaran tersebut
dibagi dengan kemampuan SDMK untuk melaksanakan pelayanan kesehatan pada tahun
sasaran epidemiologi (Depkes, 2004).
3. Health Services Targets Method
Services target method adalah metode perencanaan SDM kesehatan berdasarkan
target pelayanan kesehatan yang hendak dicapai pada beberapa tahun mendatang.
Contohnya adalah pada suatu populasi memerlukan program kesehatan dengan sasaran
menurunkan angka kematian bayi menjadi 30/1000 kelahiran hidup pada tahun 2020.
Untuk itu diperlukan strategi dasar yaitu pelayanan antenatal care pada ibu hamil berupa
konsultasi minimal 3 kali kunjungan ke bidan selama kehamilannya. Diperkirakan jumlah
ibu hamil pada tahun 2020 adalah 1 juta orang. Maka diperlukan perhitungan jumlah
bidan pada daerah tersebut pada tahun 2020. Artinya, berapa orang bidan yang diperlukan
untuk mampu mencapai target agar angka kematian bayi dapat diturunkan 30/1000
kelahiran hidup
4. Ratio Method
Ratio method adalah metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
rasio SDM kesehatan terhadap faktor tertentu. Faktor yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam perhitungan rasio tersebut seperti jumlah penduduk, tempat tidur rumah sakit,
puskesmas dan sebagainya. Rasio tersebut kemudian diproyeksikan pada sasaran
sehingga diperoleh jumlah kebutuhan SDM kesehatan (Depkes, 2004).
5. Authorized Staffing List/ Daftar Susunan Pegawai (DSP)
Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam jabatan dan
pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh organisasi kesehatan untuk
melaksanakan fungsinya. Metode DSP adalah metode perhitungan kebutuhan SDMK
dengan memperhatikan susunan pegawai dalam jabatan dan pangkat pada periodoe
tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi organisasi kesehatan (Depkes,
2004). Langkah penyusunan Daftar Susunan Pegawai (DSP) adalah (hpm.fk.ugm.ac.id):
a. Menghitung produktivitas institusi
b. Menghitung output institusi
c. Menghitung kapasitas kerja dan uraian tugas staf institusi dengan time motion
study
d. Menghitung kebutuhan tenaga
Dasar awal dari perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan metode DSP adalah
perhitungan produktivitas puskesmas secara kolektif. Produktivitas puskesmas adalah
daya guna setiap staf puskesmas dengan cara membagi jumlah kunjungan atau pasien
(ouput puskesmas) dengan jumlah staf puskesmas yang sudah dikalikan dengan nilai
konstanta 300. Minimal daya guna staf adalah 5 kunjungan/ staf/ hari (Depkes, 2004).
S = Daya guna staf/ Hari (Minimal 5)
O = Output Puskesmas
N = Jumlah staf Puskesmas
Apabila daya guna staf tinggi akibat output puskesmas yang berlebih karena
tingginya kunjungan masyarakat/pasien atau akibat minimnya jumlah tenaga
kesehatan, maka hal ini disiasati dengan cara mengangkat pegawai baru. Apabila
tidak dapat diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS daerah), maka perlu diangkat
dengan system kontrak atau digaji dengan sumber dana lainnya (Depkes, 2004).
Setelah diketahui jumlah SDM kesehatan, selanjunya adalah menentukan SDM
kesehatan sesuai dengan SK Mendagri no 23 Tahun 1994 tentang struktur orgaanisasi
yang terdiri dari administrasi (kepala bagian tata usaha, statistik, bendahara, supir dan
penjaga puskesmas) dan tenaga teknis yang sudah ada kompetensinya masing-masing
sesuai profesi kesehatan.

6. Workload Indicators of Staffing Need


Suatu metode perhitungan kebutuhan sumber daya manusia berdasarkan beban
kerja yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan pada tiap unit kerja di bagian fasilitas
pelayanan kesehatan. Metode WISN ini mempunyai kelebihan yaitu dapat mudah
dioperasikan, digunakan, diterapkan pada semua kategori tenaga yaitu staf medis, staf
paramedis, dan staf non medis, kelebihan metode WISN yaitu mudah dioperasikan,
mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, kompherenshif dan realistis.

Berikut ini adalah contoh DSP untuk Puskesmas daerah perkotaan, pedesaan dan daerah
terpencil, yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 81 Tahun 2004 tentang
pedoman penyusunan perencanaan sumber daya manusia kesehatan di tingkat propinsi,
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit (Depkes, 2004).
1. DSP Puskesmas Daerah Terpencil
Jumlah kebutuhan minimal SDM kesehatan untuk daerah terpencil, yaitu sebanyak 17
orang, dengan catatan puskesmas tersebut memiliki 1 buah pustu dan 1 bidan desa.
Disebabkan kondisi daerah terpencil yang sulit ditempuh serta geografis yang tidak
mendukung, apabila jumlah pustu dan bidan desa lebih dari 1, maka jumlah SDM
kesehatan yang ada di puskesmas perlu ditingkatkan.

2. DSP Puskesmas Daerah Pedesaan


Model Puskesmas pedesaan adalah dengan asumsi penduduk 20.000 orang dan output
atau kunjungan puskesmas rata-rata 35.000 kunjungan/ tahun. Produktivitas SDM
kesehatan diasumsikan 5 kunjungan/ staf/ hari, maka sesuai dengan rumus DSP, jumlah
SDM kesehatan yang dibutuhkan adalah 23 orang.

Puskesmas dalam menentukan kebutuhan jumlah dan jenis sumber daya manusia
kesehatan tidak menggunakan satu metode atau alat ukur tersebut, namun hanya berdasarkan
pemberian dari dinas kesehatan, kira-kira, membanding-bandingkan keadaan yang ada di
puskesmas. Ini menyebabkan, tidak ada kesamaan persepsi diantara pengambil kebijakan.
Manajemen puskesmas dan manajemen dinas kesehatan kurang komunikasi dan koordinasi.
Dinas kesehatan tidak melibatkan puskesmas dalam menentukan jumlah dan jenis sumber
daya manusia kesehatan di puskesmas, tidak ada kesamaan persepsi antara dinas kesehatan dan
puskesmas tentang metode dan alat ukur pengadaan sumber daya manusia kesehatan, kurang
kerjasama antara kepala puskesmas dan kepala kepegawaian dinas kesehatan dalam meminta dan
melaporkan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan ke dinas kesehatan maupun dalam
pengembangan kemampuan perencanaan sumber daya manusia kesehatan. Ini merupakan salah
satu penyebab sumber daya manusia kesehatan di puskesmas tidak proporsional.
Hasil penelitian Marlinda (2011) mengemukakan hal yang sama bahwa sistem
perencanaan belum berjalan dengan baik disebabkan karena kurang lengkapnya data yang
tersedia dan data yang ada tidak akurat, kurangnya sosialisasi dan informasi tentang kebijakan
yang digunakan dalam perencanaan tenaga kesehatan serta konsultasi dan koordinasi yang
kurang baik.
Hasil penelitian Raden Mindah Kusumah (2021) tentang Analisis Kebutuhan Tenaga
Kerja Petugas Pendaftaran Berdasarkan Metode Workload Indicator Staffing Need (WISN)
mengemukakan jumlah kebutuhan tenaga sebanyak 3 orang petugas, tetapi untuk saat ini
terdapat 2 orang petugas maka perlu adanya penambahan petugas di bagian pendaftaran
sebanyak 1 orang. Sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat dan pasien tidak terlalu lama dalam
antrian. Sehingga mengakibatkan produktivitas kerja menjadi rendah dan penyelesaian tugas
akan terhambat yang Puskesmas akan berpengaruh terhadap pelayanan pendaftaran kepada
pasien. Tetapi jika dengan adanya penambahan kebutuhan 1 orang petugas pendaftaran maka
pekerjaan atau pelayanan di bagian pendaftaran akan menjadi lebih optimal sehingga pasien bisa
terlayani dengan cepat dan petugas pendaftaran tidak akan mempunyai beban kerja
Secara umum dalam penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia kesehatan di
dinas kesehatan sudah menerapkan beberapa pedoman penyusunan perencanaan kebutuhan
sumber daya manusia kesehatan seperti tercantum dalam Kepmenkes no. 81 tahun 2004, tetapi
masih terdapat kekurangan dalam pedoman analisis jabatan. Dengan demikian sosialisasi tentang
pedoman analisis jabatan dan pedoman Kepmenkes no. 81 tahun 2004 yang dipakai sebagai
standar perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan menjadi sangat diperlukan
sebagai sarana untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perencana baik kepala
puskesmas maupun kepala kepegawaian di dinas kesehatan dalam merencanakan kebutuhan
sumber daya manusia kesehatan pada tahun-tahun berikutnya baik dari jumlah, jenis dan
distribusi dengan menggunakan metode yang ada.

Anda mungkin juga menyukai