BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pengembangan rumah sakit sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia dan peran aktif masyarakat sebagai pemakai pelayanan
kesehatan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prioritas
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD Sejiran Setason Kab. Bangka
Barat sehingga dapat memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan
masyarakat disekitarnya. Bahwa pembangunan kesehatan di daerah baik
Propinsi maupun Kabupaten/Kota sehat dengan menerapkan pembangunan
berwawasan kesehatan dengan didukung SDM kesehatan yang bermutu.
Kebijakan dan strategi dalam pengembangan SDM Kesehatan haruslah
mengedepankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi
SDM Kesehatan sesuai dengan kebutuhan. Dalam kaitan ini perlu dilakukan
peningkatan dan pemantapan perencanaan pengadaan tenaga kesehatan,
pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan untuk jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Diharapkan dalam penyusunan
perencanaan SDM sebaiknya ditetapkan dahulu rencana jangka panjang untuk
mengantisipasi masalah – masalah kesehatan yang mungkin akan terjadi,
karena SDM kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan. Pedoman ini dapat sebagai acuan dalam penyusunan
perencanaan SDM Kesehatan secara menyeluruh (jangka pendek, menengah
dan panjang) di RSUD Sejiran Setason Kab. Bangka Barat.
B. TUJUAN
Tujuan pedoman penyusunan dan perencanaan SDM Kesehatan ini adalah
untuk membantu dalam mewujudkan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM
di RSUD Sejiran Setason Kab. Bangka Barat.
C. PENGERTIAN
1. SDM Kesehatan ( Sumber Daya Manusia ) adalah seseorang yang bekerja
secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun yang tidak untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan uapaya kesehatan.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan / atau keterampilan
melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
3. Kegiatan Standar adalah satu satuan waktu ( atau angka ) yang
diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesinya.
4. Standar Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh sesorang tenaga kesehatan profesional dalam satu
tahun kerja sesuai dengan standar profesional dan telah
memperhitungkan waktu, libur, sakit dan lainnya.
5. Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam
jabatan dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh
organisasi untuk melaksanakan fungsinya.
6. Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya
membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu.
7. Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan
oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana
pelayanan kesehatan.
8. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan
9. Perencanaan Skenario adalah suatu perencanaan yang dikaitkan
dengan keadaan masa depan ( jangka menengah/panjang ) yang mungkin
terjadi.
10. WISN ( Work Load Indikator Staff Need ) adalah indikator yang
menunjukan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan
berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi tenaga akan lebih
mudah dan rasional.
BAB II
DASAR HUKUM DAN POKOK – POKOK
PERENCANAAN SDM KESEHATAN
A. DASAR HUKUM
Selain 4 metode dasar tersebut, terdapat beberapa metode lainnya yang pada
dasarnya merupakan pengembangan dari keempat metode dasar tersebut di
atas yaitu :
a. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan Daftar Susunan Pegawai
(DSP) (“authorized staffing list“).
b. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan WISN ( Work Load Indikator
staf Need / Indikator Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja ).
c. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan SKENARIO / PROYEKSI dari
WHO.
d. Penyusunan kebutuhan tenaga untuk bencana.
BAB IV
LANGKAH POKOK PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN RENCANA
PENGEMBANGAN SDM KESEHATAN
Kebijakan Penyusunan
& rencana pokok
Pembangn 8
RPJPK &
Yayasan Masukan usulan Pyusunan 7
tentang lain kebutuhan Kebijakan
5
pengembang terkait SDM SDMK
an
SDM
2
Pyusunan
3
Akhir &
Rencana
Penyusunan
6 Pengbgn
skenario
SDM RS
Analisa SDM
Situasi
1 Persiapan
pembangunan
& PSDM
4 7
7
Kebijakan
& rencana
tentang
pengembang
an Analisa
SDM dari situasi Pyusunan
Direktur pengadaan Rencana
& SDMK
Pendayagunaan
SDM
PENGAWASAN PELAKSANAAN
PENGENDALIAN DAN PENILAIAN Pgbn PENGEMBANGAN
SDM SDM KESEHATAN
LANGKAH – LANGKAH POKOK PENYUSUNAN
1. PERSIAPAN
Input : 1. Kumpulan dokumen-dokumen kebijakan
2. Kumpulan data dan informasi terkait baik pemerintah maupun
masyarakat
Proses : - Kesepakatan dan persamaan persepsi lintas sektor
melalui pertemuan.
Output : - Kerangka acuan bersama
- Membentuk tim pengembangan SDM
Pada dasarnya metode WISN ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas
dan sarana kesehatan lainnya atau bahkan dapat digunakan untuk kebutuhan
tenaga di Kantor Dinas Kesehatan. Adapun langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja
tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di rumah sakit selama
kurun waktu satu tahun.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah
sebagai berikut :
1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit atau Peraturan
Daerah setempat, pada umumnya dalam satu minggu adalah 6 hari kerja.
Dalam satu tahun 300 hari kerja (6 hari x 50 minggu ). ( A )
2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari
kerja setiap tahunnya. ( B )
3. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit
untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme
setipa kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti
pelatihan/kursus/seminar/loka karya dalam 6 hari kerja.(C)
4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait
tentang hari libur nasional dan cuti bersama ditetapkan 15 hari kerja dan
4 hari kerja untuk cuti bersama. ( D )
5. Ketidakhadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidakhadiran kerja ( selama
kurun waktu 1 tahun ) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau
tanpa pemberitahuan/ijin. ( E )
6. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah sakit pada
umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam ( 6 hari kerja / minggu
). ( F )
Keterangan :
A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan E = Ketidakhadiran Kerja
C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja
KATEGORI SDM
Kode FAKTOR KETERANGAN
Perawat Dr. Spes. X
A Hari Kerja 300 300 Hari / tahun
B Cuti Tahunan 12 12 Hari / tahun
C Pendidikan & Pelatihan 6 10 Hari / tahun
D Hari Libur Nasional 19 19 Hari / tahun
E Ketidakhadiran Kerja 10 12 Hari / tahun
F Waktu Kerja 7 7 Jam / hari
Waktu Kerja Tersedia 1771 1729 Jam / tahun
Hari Kerja Tersedia 253 247 Hari / tahun
Langkah Kedua
Menetapkan Unit Kerja Dan Kategori SDM
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit
kerja dan kategori SDM yang bertanggungjawab dalam menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan
masyarakat di dalam dan di luar rumah sakit.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori
SDM adalah sebagai berikut:
1. Bagan Struktur Organisasi rumah sakit dan uraian tugas tugas pokok
dan fungsi masing-masing unit dan sub-unit kerja.
2. Keputusan Direktur RSUD Sejiran Setason Kab. Bangka Barat tentang
pembentukan unit kerja struktural dan fungsional, misalnya komite
medik, komite pengendalian mutu, bidang/bagian informasi.
3. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja.
4. PP 32 tahun 1996 tentang SDM Kesehatan.
5. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan fungsional
SDM Kesehatan.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (
SOP ) pada tiap unit kerja.
Analisa Organisasi
Fungsi utama rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan
kesehatan kuratif, rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan pelayanan
preventif dan promotif. Berdasarkan fungsi utama tersebut, unit kerja rumah
sakit dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Unit Kerja Fungsional Langsung adalah unit dan sub-unit kerja yang
langsung terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
perorangan di dalam dan di luar rumah sakit, misalnya : Instalasi Rawat
Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi/Apotek, dll.
2. Unit Kerja Fungsional Penunjang adalah unit dan sub-unit kerja yang
tidak langsung berkaitan dengan penyelenggaraan :
- Pelayanan kesehatan perorangan di rumah sakit, misalnya : Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
- Pelayanan kesehatan Promotif di dalam dan di luar rumah sakit,
misalnya : Unit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM – RS ).
Apabila ditemukan unit atau sub-unit kerja fungsional yang belum diatur
atau ditetapkan oleh Direktur, Depkes perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum
disepakati ditetapkan keberadaannya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan-
kegiatannya dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada.
Setelah unit kerja dan sub-unit kerja di rumah sakit telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau
pendidikan untuk menjamin mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan
kegiatan/pelayanan ditiap unit kerja rumah sakit.
Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan
pengalaman yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat
membantu proses penetapan kategori SDM di tiap unit kerja. Untuk
menghindari hambatan atau kesulitan perhitungan kebutuhan SDM
berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak menggunakan metode analisis
jabatan untuk menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi yang
dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan / kegiatan di tiap unit
kerja.
Langkah Ketiga
Menyusun Standar Beban Kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1
tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya ( rata –
rata waktu ) dan waktu yang tersedia pertahun yang dimiliki oleh masing-
masing kategori tenaga.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit bersifat individu, spesifik dan unik
sesuai karakteristik pasien ( umur, jenis kelamin ) , jenis dan berat ringannya
penyakit, ada tidaknya kompliksi. Di samping itu harus mengacu pada standar
pelayanan dan standar operasional prosedur ( SOP ) serta penggunaan teknologi
kedokteran dan prasarana yang tersedia secara tepat guna. Oleh karena itu
pelayanan kesehatan rumah sakit membutuhkan SDM yang memiliki berbagai
jenis kompetensi, jumlah dan distribusinya tiap unit kerja sesuai beban kerja.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja
masing-masing
kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut :
1. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja rumah sakit sebagaimana
hasil yang telah ditetapkan pada langkah kedua.
2. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku di rumah sakit.
3. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
melaksanakan/menyelesaikan berbagai pelayanan rumah sakit.
4. data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap uit kerja rumah sakit.
Beban kerja masing masing kategori SDM tiap unit kerja rumah sakit adalah
meliputi :
1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.
2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
pokok.
3. Standar beban kerja pertahun masing – masing kategori SDM.
Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar
pelayanan dan standar operasional prosedur ( SOP ) untuk menghasilkan
pelayanan kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan dengan
kompetensi tertentu. Langakh selanjutnya untuk memudahkan dalam
menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan
pokok serta jenis kegiatan pelayanan, yang berkaitan langsung/tidak langsung
dengan pelayanan kesehatan perorangan.
UNIT KERJA /
KEGIATAN KEGIATAN POKOK
KATEGORI SDM
Pasien Baru :
- Anamnese
- Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Pasien Baru
- Pembacaan hasil lab/Ro.
- Penulisan
Poli Penyakit Dalam Dr.
resep/rujukan
Spesialis PD
Pasien Lama
- Anamnese
- Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Pasien Lama
- Pembacaan hasil lab/Ro
- Penulisan
resep/rujukan
Hasil perhitungan standar beban kerja kategori SDM dokter spesialis Penyakit
Dalam dan dokter spesialis Bedah berdasarkan kegiatan pokok di Instalasi
Rawat Inap dan Rawat Jalan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
RATA- STANDAR
KATEGORI UNIT KERJA / KEGIATAN
No. RATA BEBAN
SDM POKOK
WAKTU KERJA
Poli Penyakit Dalam
- Pemeriksaan pasien lama 7’ 14,194
- Pemeriksaan pasien baru 9’ 9,973
Rawat Inap Penyakit
A Dr. Sp. PD
Dalam
- Visite pasien lama 4’ 24,840
- Visite pasien baru 6’ 16,560
- Tindakan medik kecil 15’ 6,624
Poli Bedah
B Dr. Sp. B - Pemeriksaan pasien lama 7’ 14,194
- pemeriksaan pasien baru 9’ 11,040
- Tindakan medik kecil 15’ 6,624
- Tindakan medik sedang 25’ 3,974
Rawat Inap Bedah
- Visite pasien lama 4’ 24,840
- Visite pasien baru 15’ 16,560
- Tindakan medik kecil 15’ 6,624
Langkah Keempat
Penyusunan Standar Kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor
kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu
untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau
dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok / pelayanan.
Pada umumnya kategori SDM Dr. Spesialis Penyakit Dalam dan Dr. Spesialis
Bedah memiliki faktor kelonggaran sebagai berikut :
1. Pertemuan audit medik
2. Mengajar program pendidikan dokter
3. Mengajar program pendidikan dokter spesialis
Langkah Kelima
Perhitungan Kebutuhan Sdm Per Unit Kerja
Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya
jumlah dan jenis/ kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1
tahun. Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM
per unit kerja meliputi :
1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, yaitu :
a. Waktu kerja tersedia
b. Standar beban kerja
c. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.
KUANTITAS
NO UNIT KERJA/
KEGIATAN POKOK
. KATEGORI POKOK
A B C D
Poli Penyakit Dalam - Pem. Pasien baru
A
(Dr. Sp. PD) - Pem. Pasien lama
- Pem. Pasien baru
Keterangan :
a. Jumlah kegiatan pelayanan selama 7 bulan
b. Rata-rata kegiatan pelayanan perbulan
c. Jumlah pelayanan 5 bulan berikutnya ( b x 5 bulan )
d. Jumlah kumulatif kegiatan pelayanan selama 1 tahun ( A + C )
Untuk menyusun kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap
dibutuhkan data dasar sebagai berikut :
1. Jumlah tempat tidur
2. Jumlah pasien masuk / keluar dalam 1 tahun
3. Rata – rata sensus harian
4. Rata – rata lama pasien dirawat ( LOS )
Contoh tabel perhitungan beban kerja Instalasi Rawat Inap yang diperoleh
dengan cara ekstrapolasi :
KUANTITAS
No. UNIT KERJA / KATEGORI KEGIATAN POKOK
KEGIATAN
INSTALASI RAWAT JALAN
A Poli Penyakit Dalam - Pemeriksan pasien
( Dr. Sp. PD ) baru
- Pemeriksaan pasien
lama
B Poli Bedah - Pemeriksaan pasien
( Dr. Sp. B ) baru
- Pemeriksaan pasien
lama
- Tindakan medik kecil
- Tindakan medik
sedang
INSTALASI RAWAT INAP
A Rawat Inap Penyakit Dalam - Visite pasien baru
( Dr. Sp. PD ) - Visite pasien lama
- Tindakan medik kecil
B Rawat Inap Bedah - Visite pasien baru
( Dr. Sp. B ) - Visite pasien lama
- Tindakan medik kecil
KEBUTUHAN SDM
Data kegiatan Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap yang telah diperoleh dan
standar beban kerja dan standar kelonggaran merupakan sumber data untuk
perhitungan kebutuhan SDM di setiap Instalasi dan unit kerja dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
1. KETENTUAN UMUM
a. Penambahan pegawai dilakukan untuk mengisi formasi yang telah
ditentukan berdasar pada keputusan Direksi.
b. Setiap warga negara yang memenuhi syarat – syarat yang ditentukan
dalam peraturan ini, mempunyai kesempatan yang sama untuk
melamar dan diangkat menjadi pegawai RSUD Sejiran Setason Kab.
Bangka Barat.
2. REKRUTMEN
a. Persyaratan Menjadi Karyawan
Syarat – syarat tersebut adalah :
1) Umum :
a) Warga Negara Indonesia
b) Berusia serendah – rendahnya 17 tahun dan setinggi – tingginya 40
tahun dan untuk dokter Umum dan dokter Gigi paling tinggi usia 40
tahun.
c) Mengajukan permohonan tertulis yang dilampiri dengan
persyaratan lainnya yang telah ditentukan oleh RSUD Sejiran
Setason Kab. Bangka Barat.
d) Tertib administrasi
e) Lulus ujian yang diadakan oleh RSUD Sejiran Setason Kab. Bangka
Barat
f) Dinyatakan sehat untuk bekerja oleh dokter
g) Taat pada peraturan kepegawaian yang telah ditetapkan RSUD
Sejiran Setason
h) Dedikasi tinggi
2) Khusus :
a) Dokter
Komitmen di dalam etik profesi.
Mempunyai kemampuan profesionalisme dibidangnya yang
disahkan secara formal oleh lembaga pendidikan / instansi yang
terkait ( STR ).
Belum pernah mengalami cacat hukum didalam menjalankan
profesinya, serta
taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Memenuhi persyaratan yang diberlakukan oleh Departemen
Kesehatan RI.
Surat keterangan lolos butuh dari departemen Kesehatan (bagi
dokter tetap).
Surat izin praktek (SIP).
Surat penugasan (SP).
Apabila bekerja di Instansi / Rumah Sakit / Klinik di luar RSUD
Sejiran Setason harus ada izin dari Pengurus (bagi dokter tetap).
Surat izin dari atasan langsung (untuk dokter tidak tetap).
b) Perawat / Bidan
Memiliki SIP / SIB
Tidak bekerja di instansi lain.
c) Farmasi, Gizi, Radiologi, Fisioterapi, Analis kesehatan,Sanitasi
Sesuai dengan profesinya
Pendidikan Minimal Sarjana Muda
d) Non – medis dan lain – lain.
Tidak bekerja di instansi lain.
c. Pelaksanaan Ujian
1. Ujian diselenggarakan oleh Tim penerima Pegawai yang dibentuk oleh
Direktur Rumah Sakit.
2. Tugas tim tersebut adalah :
a) Menyiapkan bahan ujian
b) Menentukan tempat dan jadwal ujian
c) Menyelenggarakan ujian
d) Menerima dan menentukan hasil ujian
3. Bahan ujian meliputi antara lain :
a) Pengetahuan umum
b) Pengetahuan teknis mengenai pekerjaan
c) Psiko - tes
4. Ujian diselenggarakan dengan cara tertulis, wawancara dan praktek.
5. Tim menyampaikan hasil ujian kepada Direksi Rumah Sakit Sejiran
Setason Kab. Bangka Barat untuk diambil keputusan. Nama – nama
para pelamar yang akan diterima diumumkan secara terbuka.
3. ORIENTASI
Orientasi Tenaga dilakukan melalui orientasi organisasi yang dilanjutkan dengan
orientasi khusus pada unit kerja yang sesuai dengan kemampuan
pelamar.Ketentuan orientasi Tenaga secara umum adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggara dan Peserta
1) Penyelenggara
Penyelenggara Orientasi Tenaga di Rumah Sakit Umum Daerah Sejiran Setason
Kab. Bangka Barat adalah Bagian Kepegawaian, yang dalam pelaksanaannya
dilakukan oleh Unit di mana Tenaga ditempatkan. Agar orientasi Tenaga dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan, maka Unit yang mendapatkan Tenaga,
perlu menetapkan Tim Pengelola Orientasi Tenaga. Anggota Tim berasal dari
bagian/subbagian yang menangani kepegawaian, dan yang berasal dari bagian/
sub bagian dimana Tenaga akan ditempatkan.
2) Peserta
a) Peserta orientasi organisasi adalah Tenaga Rumah Sakit Umum
Daerah Sejiran Setason yang berasal dari pelamar umum.
b) Peserta praktik kerja adalah peserta yang telah melaksanakan
orientasi organisasi sesuai dengan ketentuan.
Materi Waktu
No Narasumber
Orientasi Umum (Menit)
1 Kedudukan dan struktur organisasi 60 Direktur
2 Visi,misi,tugas dan fungsi organisasi 60 Direktur
3 Budaya dan Nilai – nilai kerja 60 Kepala Bagian
Kepegawaian
Orientasi Khusus
1 Standar Operating Procedures (SOP) 60
2 Pengenalan lingkungan 60 Ka.Ruang/
Instalasi/Bagian/ Instalasi /
Bidang Bidang / Bagian.
3 Uraian Tugas dan Wewenang 60
4 Penugasan pendelegasian 60
c. Prosedur Orientasi
1) Bagian Kepegawaian menyerahkan SK Tenaga kepada masing-masing
unit utama (sekretariat) di Rumah Sakit Umum Daerah Sejiran Setason
Kab. Bangka Barat.
2) Bagian Kepegawaian menetapkan tempat pelaksanaan Orientasi
Tenaga.
3) Bagian Kepegawaian kemudian mengundang satuan kerja yang
mendapatkan Tenaga untuk mendistribusikan SK Tenaga dan
menyepakati pelaksanaan orientasi Tenaga.
4) Bagian Kepegawaian membuat SK Tim Pengelola Orientasi Tenaga yang
terdiri dari unsur- unsur kepegawaian dan bagian/sub bagian/seksi
yang mendapatkan Tenaga sesuai dengan penempatan dan tim
pengelola dapat melibatkan instansi terkait.
5) Tim Pengelola Orientasi Tenaga membuat/menyusun dan menyepakati:
a) Jadwal orientasi organisasi dan praktikkerja.
b) Narasumber yang akan memberikan materi saat orientasi organisasi
c) Pembimbing orientasi khusus di unit kerja yang akan memfasilitasi
Tenaga dalam melaksanakan praktik.
d) Sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk orientasi
organisasi maupun untuk orientasi khusus di unit kerja.
e) Pembagian kelompok Tenaga untuk orientasi khusus di unit kerja.
6) Direktur menunjuk narasumber/ pembimbing/instruktur yang
bertugas untuk membekali Tenaga mengenai materi organisasi
berdasarkan masukkan dari Tim Pengelola Orientasi Tenaga.
7) Tim Pengelola Orientasi Tenaga melaksanakan Orientasi Organisasi
mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
8) Tim Pengelola Orientasi Tenaga melaksanakan Orientasi khusus di unit
kerja bagi Tenaga yang telah memenuhi syarat saat mengikuti orientasi
organisasi.
9) Bagian Kepegawaian melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
Tenaga yang mengikuti orientasi.
10) Tim Pengelola Orientasi Tenaga memberikan hasil penilaian dan
rekomendasi atas pelaksanaan orientasi khusus di unit kerja yang
dilakukan oleh masing-masing Tenaga sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan kelulusan.
11) Kepala Unit Kerja atau Unit Utama melakukan verifikasi terhadap hasil
Penilaian dan rekomendasi dari Tim Pengelola Orientasi Tenaga.
12) Kepala Unit Kerja atau Unit Utama menerbitkan Surat Keterangan
Orientasi Tenaga yang dilengkapi dengan formulir dengan tembusan
kepada Kepala Bagian Kepegawaian.
13) Kepala Unit Kerja yang menyatakan tidak lulus terhadap Tenaga yang
telah melakukan Praktik Kerja diwajibkan memperpanjang
pelaksanaan orientasi khusus di unit kerja yang difokuskan pada
kompetensi yang belum dimiliki oleh Tenaga. Kegiatan ini dilakukan
sampai Tenaga yang bersangkutan dinyatakan lulus.
14) Bagian Kepegawaian membuat laporan hasil pelaksanaan Orientasi
Tenaga yang merupakan gabungan hasil pelaksanaan Orientasi
Organisasi dengan hasil pelaksanaan praktik kerja.
15) Unit Kerja menyampaikan laporan hasil pelaksanaan orientasi kepada
Unit Utama ditembuskan kepada Bagian Kepegawaian.
4. PENGANGKATAN
a. Berdasarkan laporan hasil orientasi dari pegawai baru dari bagian
kepegawaian Direktur melalui Bagian Kepegawaian menerbitkan Surat
Keputusan Direktur tentang pengangkatan staf menjadi tenaga kontrak di
RSUD Sejiran Setason Kab. Bangka Barat.
b. Pegawai yang kemudian diketahui, bahwa pada waktu melamar dengan
sengaja memberikan keterangan – keterangan / bukti – bukti yang tidak
benar, maka akan diberhentikan tidak dengan terhormat.
c. Hal – hal yang belum diatur dalam ketentuan diatas akan diputuskan lebih
lanjut oleh Direktur.
3. HUKUMAN DISIPLIN
a. Pelanggaran Disiplin
1. Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan karyawan Rumah Sakit yang
melanggar ketentuan yang berlaku di RSUD Sejiran Setason Kab.
Bangka Barat adalah pelanggaran disiplin.
2. Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan RSUD Sejiran
Setason karyawan Rumah Sakit yang melakukan pelanggaran disiplin
dijatuhi hukuman disiplin oleh Pejabat yang berwenang menghukum.
b. Tujuan
Tujuan dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, adalah untuk
memperoleh bahan–bahan pertimbangan yang obyektif dalam
pembinaan karyawan Rumah Sakit.
e. Prosedur Penilaian
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diberikan oleh pejabat
penilai kepada karyawan yang bersangkutan.
2) Apabila karyawan yang dinilai berkeberatan atas nilai dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan, maka ia dapat mengajukan
keberatan disertai dengan alasan–alasannya, kepada atasan
pejabat melalui hirarki dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
3) Pejabat penilai menyampaikan Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan kepada Atasan Pejabat Penilai dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Apabila tidak ada keberatan dari karyawan yang bersangkutan,
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut disampaikan
tanpa catatan khusus.
b. Apabila ada keberatan dari karyawan yang bersangkutan,
daftar penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut disampaiakan
dengan catatan tentang tanggapan pejabat penilai atas
keberatan yang diajukan oleh karyawan yang bersangkutan.
4) Atasan Pejabat Penilai memeriksa dengan seksama daftar
Penilaian Pelaksanaan pekerjaan yang disampaikan kepadanya.
5) Apabila terdapat alasan – alasan yang cukup, Atasan Pejabat
Penilai dapat mengadakan perubahan nilai yang tercantum dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2.
6) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari atasan Pejabat Penilai.
7) Kedudukan Direksi Rumah Sakit sebagai Pejabat Penilai terdiri
dari para Direktur dan pembantu Direktur.
BAB VII
PENUTUP