Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DATA DEMOGRAFI:SUMBER & UKURAN

DOSEN: ANDI MISNAWATI,SKM.,M.kes

DI SUSUN OLEH :

SARNIATI

NIM: M18.02.032

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “DATA DEMOGRAFI ”. Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan
adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal
kebaikannya. Amin.Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya..

Palopo,24 april 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ........................................................................................

DAFTAR ISI. .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN. ..................................................................................

A. LATAR BELAKANG. ............................................................................


B. RUMUSAN MASALAH. ........................................................................
C. TUJUAN . ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN . ...................................................................................
A. SUMBER-SUMBER STATISTIK DAN DEMOKRAFI.....................
B. SUMBER-SUMBER DATA DEMOGRAFI DI INDONESIA. ..........
C. EVALUASI DATA. .................................................................................
D. EVALUASI DATA FERTILITAS. .......................................................
E. UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI. ...................................................
F. IDENTIFIKASI PENDUDUK MENURUT ETNIS DI INDONESIA
G. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN UMUR & J. KELAMIN
BAB III PENUTUP . ...........................................................................................
A. KESIMPULAN. .......................................................................................
B. SARAN. ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Data dan informasi kependudukan telah lama digunakan dan dibutuhkan oleh
masyarakat luas terutama oleh para pembuat kebijakan dan perencana pembangunan
bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan hukum. Pada saat dan yang
akan datang, kebutuhan akan data dan informasi yang terkait dengan situasi penduduk
akan semakin meningkat dengan semakin cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi
pada berbagai bidang pembangunan, khususnya pada indikator-indikator
kependudukan. Penurunan fertilitas dan mortalitas serta peningkatan mobilitas
penduduk telah dan akan mengubah karakteristik penduduk secara signifikan, seperti
struktur penduduk yang semakin menua, prnduduk yang semakin mengota, serta
meningkatnya tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi angkatan kerja (Ananta
dkk.1993).

Oleh karena itu, perubahan kependudukan yang terjadi begitu cepat harus
diimbangi dengan peningkatan mutu dan informasi kependudukan yang cepat yang
cepat pula agar perencanaan pembangunan dapat berjalan dengan lebih baik.
Peningkatan mutu informasi yang di maksud adalah informasi yang akurat, murah,
dan mudah didapat. Dalam hal ini, informasi kependudukan tidak terlepas dari
persoalan yang berkaitan dengan sumber data.

Pada kenyataannya, perhatian yang khusus terhadap pentingnya data


kependudukan harus ditingkatkan, terutama di Negara-negara berkembang.
Keterbatasan sumber dana dan sumber daya manusia sering kali menjadi penyebab
utama, selain masih rendahnya kesadaran akan arti dan pentingnya data
kependudukan dari masyarakat dan pemerintah. Proses pengumpulan data merupakan
bagian yang sama pentingnya dengan proses pengolahan dan penyajian data dalam
tabel-tabel statistik. Pengumpulan data merupakan sebuah proses yang panjang,
mahal, dan kompleks.

Berbagi cara dapat dilakukan dalam preoses pengumpulan data, dari bentuk yang
sederhana (seperti pengisian angket dan formulir) sampai bentuk yang lebih sulit
(seperti survey responden dengan menggunakan daftar pertanyaan dan pengamatan).
Meskipun demikian, setiap pengguna data harus menyadari bahwa setiap sumber data
memiliki kelibihan dan kekurangan, seperti hal-hal yang menyangkut validitas.
Akurasi, dan cakupan data. Hal ini penting terutama dalam kaitannya dengan
penggunaan data sebagai dasar pengambilan keputusan dari suatu kebijakan tertentu
sehingga kesalahan dapat di minimalkan dan kualitas data dapat dioptimalkan.

Untuk memahami dan menganalisa topic-topik dan isu-isu demokrafi khususnya


untuk perencanaan pembangunan, perlu diketahui sumber-sumber data demografi
yang tersedia beserta kelemahan dan kebaikannya. Selain itu, di butuhkan
pemahaman tentang ukuran-ukuran demografi dan maknanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sumber-sumber statistik dan demografi ?
2. Apa saja sumber-sumber data demografi di Indonesia ?
3. Menjelaskan tentang evaluasi data
4. Menjelaskan tentang evaluasi data umur dan jenis kelamin
5. Menjelaskan tentang evaluasi data fertilitas
6. Apa saja ukuran-ukuran demografi ?
7. Menjelaskan identifikasi penduduk menurut etnis di Indonesia ?
8. Menjelaskan komposisi penduduk berdasarkan umur & j.kelamin ?
C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan apa saja sumber-sumber statistik dan demografi.
2. Untuk menjelaskan apa saja sumber-sumber data demografi di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan bagaimana itu evaluasi data.
4. Untuk menjelaskan bagaimana tentang evaluasi data dan jenis kelamin.
5. Untuk menjelaskan bagaimana itu evaluasi data fertilitas.
6. Untuk menjelaskan apa saja ukuran-ukuran demografi.
7. Untuk mengetahui identifikasi penduduk menurut etnis di Indonesia
8. Untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur & j.kelamin
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUMBER-SUMBER STATISTIK DAN DEMOGRAFI


Menurut cara memperolehnya,data demokrafi dapat di kelompokkan menjadi dua:
primer dan sekunder. Data primer adalah data yang di kumpulkan sendiri oleh
pengguna data dan di kumpulkan untuk keperluan yang sangat spesifik. Pengumpulan
data primer biasanya sangat mahal dan menyita waktu. Selain itu, data primer lebih
unggul dalam hal ketepatan waktu dan pemenuhan akan data yang sangat spesifik.
Akan tetap,karena data primer di kumpulkan untuk suatu tujuan yang sangat spesifik
maka kadang-kadang data primer menimbulkan bias(Bryan,2004).
Sementara itu,data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan
digunakan oleh pengguna data di luar pihak yang mengumpulkan data. Data sekunder
dapat berbentuk tabel-tabel,grafik,gambar,atau data mentah (raw data).
Secara umum,dikenal tiga sumber data demokrafi,yaitu sensus
penduduk(SP),sistem registrasi,dan survei sampel. Masing-masing sumber data ini
memiliki kelebihan dan kekurangan,seperti dalam hal metode pengumpulan
data,validitas (apakah data secara akurat mewakili apa yang di ukur),
reliabilitas(apakah secara eksternal dan internal data diukur dengan konsisten),
cakupan data, landasa umum, perilaku masyarakat,dan pelaksanaan pendataan.
Dengan mengetahui sumber-sumber data beserta segalah persoalan dalam
pengumpulan data,pemakai data dapat melakukan penyusaian, baik penyusaian atas
data itu sendiri maupun penyesuaian atas kesimpulan yang di peroleh.

a. Sensus penduduk

Sensus penduduk merupakan metode pengumpulan data yang paling tua


di Dunia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sensus penduduk sudah di
mulai sejak tahun 3800 SM di zaman kerajaan Babylonia, pada tahun
3000-2500 SM di Cina, dan tahun 2500 SM di Mesir, pada abad XVI-
XVII, Sisilia dan Spanyol pun telah melakukan sensus penduduk,
meskipun hasilnya belum sempurna, dalam arti luas, cakupan dan
keakuratan data masih rendah karena pelaksanaannya yang masih terbatas.

Sensus penduduk adalah pencatatan individu (perorangan), bukan


keluarga atau rumah tangga. Pencatatn tersebut dapat menggunakan konsep
de jure, yaitu mencatat penduduk berdasarkan tempat di mana ia biasa
tinggal, atau de facto, yang mencatat penduduk yang di kemukakan pada
saat sensus di laksanakan. Dapat juga digunakan penggabungan antara
konsep de jure dan de facto. Dalam sensus, data yang dikumpulkan pada
umumnya berupa data kependudukan. Seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan kegiatan ekonomi.

Para demografer berpendapat bahwa di bandingkan dengan data yang di


peroleh dengan cara lain, di Negara berkembang misalnya di Indonesia,
data sensus penduduk adalah data yang di anggap paling lengkap dan
cukup akurat. Hal ini di sebabkan karena cakupannya yang menyeluruh
(complete coverage) sehingga minimal terbebas dari pengaruh kesalahan
sampel (sampling eror). Di pihak lai, karena pelaksanaan yang menyeluruh,
yang memerlukan biaya sangat besar, dan bersifat serentak, maka
pencatatan secara terperinci kadang kurang di perhatikan. Kadang
pencacah belum mempriotaskan perhatian pada apakah dalam kepada
penduduk tentang suatu keadaan, misalnya daftar anggota rumah tangga,
pencacah telah menerapkan syarat-syarat seperti yang di haruskan dalam
panduan wawancara atau apakah penduduk telah menjawab dengan benar
suatu pertanyaan dalam sensus. Hal ini dapat menyebabkan terjadi
kesalahan dalam keterangan atau data yang di catat. Kesalahan seperti ini
lazim di sebut dengan content error.

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan kualitas hasil
sensus penduduk, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pencacahan
di lapangan, antara lain sebagai berikut.

1. Kerjasama atau partisipasi dari masyarakat


Dala hal ini, penduduk perlu diyakinkan bahwa hasil sensus
penduduk berguna terutama untuk perencanaan pembangunan
ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab itu, informasi mengenai SP
dan manfaatnya harus selalu di sampaikan kepada masyarakat luas.
2. Kondisi geografis dan topografis
Mudah dan sulitnya situasi geografis dan topografis di wilayah
sensus sangat mempengaruhi kelengkapan cakupan SP. Daerah-
daerah yang terisolasi di pedalaman atau wilayah pegunungan
sering kali tidak dapat di capai oleh petugas pencacah.
3. Kualitas petugas
Petugas lapangan sensus merupakan jembatan antara keadaan di
lapangan dengan para pemakai hasil sensus. Oleh karena itu, di
perlukan petugas yang berkualitas dan mempunyai dedikasi tinggi
terhadap pekerjaannya. Keduanya dapat di bentuk dengan
melakukan persiapan, perencanaan, dan pelatihan yang sempurna.
4. Kualitas penduduk sebagai responden sensus
Responden perlu mengetahui dengan benar maksud dari
pertanyaan yang diajukan dan di harapkan menjawab dengan jujur.
Di Negara berkembang, di mana tingkat pendidikan umumnya
masih rendah,responden sering kali tidak dapat menjawab dengan
benar, pertanyaan yang di ajukan kepadanya.
5. Perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaa di lapangan dapat berjalan baik jika terlaksana sesuai
dengan tencana dan ketentuan-ketentuan yang sudah di buat
sebelumnya, serta di tunjang dengan peralatan-peralatan yang di
butuhkan.
b. Registrasi vital
Registrasi vital mulanya berawal dari registrasi gerejawi tentang
perkawinan, pembaptisan, dan kremasi ( Shyrock dan Siegel, 1976) .
Rgistrasi ini kemudian di kembangkan untuk masyarakat di luar gerejah
sebagai registrasi wajib untuk kelahiran, perkawinan, kematian dan lain-
lain.Kajian kependudukan pertama yang menggunakan registrasi vital di
pelopori oleh John Graunt (1620-1674). Pada tahun 1662, Graunt
menerbitkan “Natural and Political Observations Made upon the Bills of
Mortality,” dimana persentasi karya ilmiah ini mengantarnya
menjadianggota The Royal Society (http://en Wikipedia.org/wiki/john-
Graunt).
Untung memperoleh data registrasi yang baik dan benar, PBB
mensyaratkan beberapa aturan, seperti di kutip oleh Adioetomo dkk.(1990),
yakni sebagai berikut.
1. Ada peraturan yang memaksa penduduk untuk melapor (compulsory of
registration) pelaksanaan registrasi harus di landaskan atas dasar hukum
yang memaksa penduduk wajib melaporkan peristiwa kelahiran dan
kematian yang di alaminya dalam keluarganya. Dengan demikian, dapat
di jamin bahwab semua orang akan mencatatkan diri, sehingga
pencatatan penduduk dapat di peroleh secara lengkap.
2. Di laksanakan oleh badan pemerintah
Tugas dan tanggung jawab pelaksanaan registrasi serta penyajian data
statistik hendaknya di lakukan oleh sebuah badan pemerintah yang
bertaraf nasional,sehingga hasil registrasi secara nasional dapat di
sajikan secara konsisten dan berkesinambungan.
3. Ada saksi hukum
Untuk menjamin bahwa setiap orang mau mendaftarkan diri maka
dalam pelaksanaan registrasi penduduk harus ada sanksi hukum untuk
penduduk yang melakukan kelalaian dan pelanggaran pendaftaran.
4. Ada petugas yang melaksanakan pendaftaran
Tugas dan tanggung jawab petugas pelaksana pendaftaran harus di
uraikan secara tertulis dan jelas untuk menjamin kesatuan dan
keseragaman pemahaman dalam pelaksanaan registrasi penduduk.
5. Keterangan yang di laporkan
Informasi dasar yang di kumpulkan meliputi identitas penduduk, seperti
nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan lain-
lainnya.
6. Khusus untuk pelaporan kelahiran dan kematian
Di anjurkan untuk memperhatikan tanggal kejadian dan tanggal
pelaporan, tempat kejadian, serta tempat pelaporan. Dua hal tersebut
sangat penting,terutama apabila hasil catatan akan di sajikan ke ke
dalam tabulasi data statistik.
7. Proses tabulasi dan penyajian data.
Proses pemindahan laporan dari registrasi ke dalam bentuk penyajian
data statistic merupakan proses penting dalam registrasi. Proses
pemindahan ini harus menjadi tanggung jawab petugas registrasi. Oleh
sebab itu, harus ada peraturan yang jelas mengenai prosedur pelaporan
dan penyajian data statistik.

Tabel 1.1
Perbedaan dalam penyelenggara sensus penduduk dan registrasi penduduk

No Jenis Sensus Penduduk Registrasi Penduduk


. Perbedaan
1. Definisi Suatu proses Pencatatan kejadian vital dan
pengumpulan, pengolahan, perubahan parameter
dan penyajian data kependudukan. Seperti
kependudukan termasuk kelahiran, kematian, dan
ciri-ciri sosial ekonominya perpindahan penduduk oleh
yang di laksanakan dalam petugas pencatatn berdasarkan
suatu waktu tertentu laporan dari penduduk.
terhadap semua orang
dalam suatu Negara atau
suatu territorial tertentu
(UN dalam Shryock &
Siegel, hlm.115).
2. Waktu Periodik(10 tahun atau 5 Terus-menerus secara kontinu
pencatan tahun sekali)
3. Cara Yang dicatat: Yang di catat: kejadiannya.
pencacahan individu(orangnya).dalam Dalam pencatatan registrasi
sensus,pencacah masyarakat/penduduk sendiri
mendatangi rumah yang harus melaporkan
tangga,mewawancarai, dan kejadian vital atau perubahan
mencatat cirri-ciri setiap kependudukan, misalnya
orang dalam rumah tangga kelahiran, kematian, dan
tersebut. perpindahan.

4. Isi catatan Bersifat data dasar Sangat singkat dam umumnya


penduduk, yaitu penduduk hal-hal pokok yang
menurut ciri demokrafi berhubungan dengan sifatnya
(umur dan jenis kelamin) untuk keperluan legal/hukum.
dan ciri sosial seperti 1. Nama, umur, nama
pendidikan,pekrjaan,tempa suami/istri, dan jenis
t tinggal,dan pendapatan. kelamin.
2. Tanggal kejadia,
tanggal
laporan,tenpat/alamatke
jadian/pelaporan,d dan
alamat rumah.
Kalau di lakuka secara kontinu,
5. Kebaikan 1. Oleh karena dan konsisten di tunjang
cakupannya yang dengan sistem yang
menyeluruh untuk sempurna,maka registrasi
semua penduduk penduduk merupakan sumber
dari simultan maka data yang terbaik karena:
terhindar dari 1. Ada jaminan mengenai
kesalahan kontinuitas dan
sampling. kelengkapan data.
2. Campuran sistem Asalkan semua
de facto dan de kejadian di laporkan
jure pada petugas (complete
memungkinkan converage).
menjaring semua 2. Kecermatan laporan
penduduk yang ada (accuracy) asalkan
pada saat setiap kejadian segera
pencacahan. di laporkan.
3. Dipublikasikan 3. Tersedianya data secara
secara meluas. terus-menerus asalkan
4. Dapat di lakukan di buat pelaporan
analisis sampai berupa data
tingkat statistic(rekapitulasi
5. kabupaten/kota. data), seperti statistic
kelahiran atau kematian
tingkat kecamatan atau
kabupaten/kota dalam
suatu tahun tertentu.

1. Survei sampel
Istilah “survei” umumnya di gunakan oleh para peneliti sosial untuk
mendeksripsikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan suatu metode
pengumpulan data. Riset-riset dalam bidang ilmu sosial umumnya
menggunakan survei untuk mengumpulkan data tentang perilaku penduduk,
seperti sikap, kepercayaan, pendapat, karakteristik, pengetahuan ataupun
harapan (ekspektasi) responden.
Dalam bidang kependudukan, survei di lakukan untuk memperoleh data
yang lebih terperinci dan spesifik serta untuk memenuhi kebutuhan data
antarsensus (survei penduduk antarsensus atau supas). Di beberapa Negara
yang belum memiliki sistem registrasi, survei sering pula di jadikan
alternatif sebagai sumber data tentang statistic vital (fertilitas dan
mortalitas). Salah satu contoh yang bersifat internasional adalah the world
fertility survey (WFS). Di Indonesia, WFS ini di lakukan bersamaan dengan
supas 1976 dan di sebut survei fertilitas Indonesia 1976.
Survei demokrafi dan kesehatan (Demografi And Healt Survey-DHA) di
lakukan sebagai alternative kelanjutan WFS atau dukungan The
Development (USAID). Berbedah dengan WFS, kegiatan DHS hanya
dilakukan di Negara-negara berkembang dengan tetap bertujuan untuk studi
perbandingan antarnegara secara internasional. Sampai saat ini, tercatat
sebanyak 64 negara berkembang telah melakukan survei DHS (32 Di Afrika,
7 di Afrika bagian Utara dan di Asia Barat , 3 di Asia Tengah, 9 di Asia
Selatan dan Asia Tenggara, serta 13 di Amerika Latin dan Karibia). Di
Indonesia kegiatan DHS di kenal dengan nama survei prevalensi kontrasepsi
Indonesia (SPI) pada tahun 1998 dan survey demokrafi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 1991, 1994, 1997, 2003, dan 2007. Secara
umum, kegiatan pengumpulan data dalam survei hamper sama halnya
dengan kegiatan dalam sensus. Meskipun demikian, terdapat tiga hal utama
yang membedakan survei dan sensus. Perbedaan tersebut antara lain sebagai
berikut.
1. Cakupan penduduk yang dicacah. Dalam sensus, seluruh penduduk
dicacah, sedangkan survei hanya mencacah sebagian (sampel) penduduk
saja.
2. Fleksibilitas pelaksanaan. Sensus harus di lakukan secara periodik,
sedangkan survei bisa di lakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
3. Topik yang di kumpulkan. Dalam sensus, pengumpulan data di tekankan
pada keterangan demografis, sosial, dan ekonomi secara umum.

Di samping ketiga perbedaan tersebut,survei dan sensus sesungguhnya


merupakan kegiatan yang saling mengisi atau melengkapi, seperti supas. Di
Indonesia, di kenal dengan adanya istilah sensus sampel, yang pada dasarnya
adalah suatu survei yang mewawancarai sekitar 5 atau 10 % sampel
responden dan seluruh penduduk /rumah tangga yang di cacah dalam sensus.
B. SUMBER-SUMBER DATA DEMOGRAFI DI INDONESIA
Data demografi dan kependudukan di Indonesia dapat di golongkan menurut
sumbernya, yaitu sensus penduduk (SP), registrasi, dan survei sampel.
1. Sensus penduduk di Indonesia
Sensus penduduk di Indonesia sudah di laksanakan sejak zaman Belanda, yaitu
dengan kegiatan sensus lima tahunan (quinquennial censuses) yang di lakukan
sejak tahun 1880-1905. Sensus ini di lakukan berdasarkan Ordiance of 1880
Staatsblan no.81 tahun 1880 dan di rencanakan mencakup seluruh wilayah
jajahan. Dalam pelaksanaanya cakupan, cakupan utama sensus ini masih
terbatas pada daerah-daerah di mana di berlakukan program ketenagakerjaan
dan politik control pemerintah Belanda, yaitu seluruh Jawa termasuk
Kasunanan Surakarta dan kasultana Yogyakarta. Cakupan data sensus ini masih
kurang karena daerah dan penduduk yang dicacah sangat terbatas.
Setelah masa tersebut, sensus di lakukan kembali pada tahun 1920 dan tahun
1930. Pada tahun 1920, sensus penduduk di lakukan dengan De Jure,
sedangkan sensus 1930 menggunakan sistem De Facto di Jawa dan De Jure di
pulau-pulau lainnya. Namun demikian, cakupan hasil perhitungan sensus ini
masih rendah pula karena berbagi keterbatasan. Sensus ini di rencanakan akan
dilakukan secara berkalah tiap 10 tahun. Akan tetapi, rencana sensus untuk
tahun 1940 tidak dapat di lakukan sehubungan dengan adanya peristiwa perang
dunia II. Demikian pula dengan kegiatan sensus berikutnya, yang seharusnya di
lakukan pada tahun 1950.
Adapun Tahap-tahap Pelaksanaan Sensus Penduduk Indonesia
Agar mendapatkan hasil yang maksimal dan sensus penduduk perlu
diadakan pesiapan antara lain sebagai berkut:
1. Badan Pusat Statistik menyiapkan daftar pertanyaan.
2. Melatih petugas sensus untuk wawancara dengan menggunakan
kuesioner.Membagi wilayah menjadi wilayah pencacahan. Satu wilayah
pencacahan dapat terdiri dari satu blok sensus, dapat juga tercitni ciari
beberapa blok sensus.
3. Wilayah pecacahan dibedakan wilayah pedesaan dan perkotaan.
4. Pencacahan dilaksanakan den sistem aktif,artinya petugas sensus secara aktif
mendatangi rumah tangga untuk mendapatkan
2. Registrasi penduduk di Indonesia
Kegiatan pencatatan atau registrasi penduduk di Indonesia sebenarnya sudah
mulai dilakukan sejak zaman dulu, bahkan sejak zaman kerajaan-kerajaan.
Kebutuhan akan data jumlah penduduk di dasarkan pada kebutuhan tentanng
jumlah pembayaran pajak, wajib kerja, dan kekuatan perang (Daldjoeni,1975).
Walaupun kegiatan pencatatan penduduk sudah lama di kenal, namun hasil dari
catatan tersebut tidak pernah didokumentasikan.
Pada tahun 1977, registrasi penduduk (secara luas,tidak terbatas pada registrasi
vital) secara resmi di lakukan berdasarkan keputusan presiden No. 52 tahun
1997. Kewenangan dan tanggung jawab pelaksanaan registrasi di limpahkan
kepada Departemen Dalam Negeri menugaskan kepala desa/lurah untuk
melaksanakan pencatatan penduduk di wilayahnya.
Walaupun registrasi penduduk sudah diberlakukan secara nasional,tampaknya
kegiatan ini belum menyentuh seluruh masyarakat yang ada di Indonesia.
Banyak kendala yang menyertai pelaksanaan kegiatan ini,seperti kualitas dan
kuantitas petugas, dana sarana, partisipasi masyarakat, serta kondisi geografis.
3. Survei sampel di Indonesia
Menurut cakupan wilayahnya, survei sampel di Indonesia di lakukan dalam dua
bentuk.(1) survei nasional dan (2) survei regional. Survei nasional adalah survei
yang berskala nasional. Survey ini banyak dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) sebagai lembaga Negara yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melakukan sensus penduduk maupun survei secara nasional. Institusi
lainnya, baik pemerintah maupun swasta juga telah banyak melakukan
pengumpulan data lapangan melalui survei nasional, maupun regional, dan
setempat.pengumpulan dan survei hendaknya mengikuti kaidah-kaidah ilmiah
terutama dalam hal metode sampling, metode wawancara, dan standar
koesioner.
Beberapa hasil survey penting yang di lakukan oleh BPS dan telah di
publikasikan secara luas adalah survei Ekonomi Nasional (susenas). Susenas
merupakan survey yang mempunyai cakupan data sosial yang paling luas. Data
yang di kumpulkan menyangkut bidang pendidikan,kesehatan gizi,
perumahan/pemukiman,kriminalita
Kegiatan sosial budaya, komsumsi dan pengeluaran rumah tangga. Perjalanan,
serta persepsi keapala rumah tangga mengenai kesejahteraan rumah tangganya.

C. EVALUASI DATA
Statistik atau data penduduk, apakah itu di peroleh dari pencacahan atau registrasi
ataupun dari survei, mempunyai kemungkinan mengandung kesalahan data (errors).
Derajat kesalahan data tersebut bisa kecil atau besar tergantung pada kendala yang di
hadapi dalam melakukan pengumpulan atau pencatatan data. Kendala ini biasanya
terkait dengan keadaan di daerah pengumpulan data. Misalnya, keadaan topografi
daerah yang sulit di jangkau sehingga menimbulkan kesalahan karena kekurangan
cacah (converage error), responden yang belum cukup pendidikan sehingga sulit
menangkap pertanyaan pencacah atau keliru memberikan keterangan yang
menimbulkan kesalahan pelaporan (content eror), atau karena mrtodologi yang di
terapkan dalam pengumpulan data. Seberapa jauh kesalahan dalam data ini ditoleransi
tergantung dari tujuan pemakaian data tersebut.
Evaluasi data dalam hal ini di perlukan, pertama, untuk melihat tingkat keakurasian
data. Selanjutnya, akan ditetapkan apakah data tersebut cukup dapat di percaya
(reliable) untuk di jadikan dasar mengistimasi jumlah penduduk suatu daerah atau
jumlah penduduk yang akan dating (proyeksi penduduk). Kedua, kalau dalam
evaluasi data ditemukan adanya kesalahan,hendaknya dikaji sampai sejauh mana
kesalahan itu terjadi dan apakah ada kemungkinan untuk membuat penyesuian
(adjustment) untuk menghilangkan atau mengurangi derajat kesalahan data. Dengan
demikian, estimasi penduduk yang dilakukan juga akan terhindar dari kesalahan data.
Cara-cara data secara sederhana yang umum di lakukan adalah(1) membandingkan
data penduduk yang diperoleh dengan konfigurasi data yang dikembangkan secara
teoritis(misalnya di bandingkan dengan penduduk stasioner);(2)membandingkan
dengan data dari daerah lain dalam kesatuan nasional yang sama yang diperkirakan
mempunyai kondisi daerah dan karakteristik penduduk yang serupa; (3)
membandingkan dengan data lain yang di kumpulkan untuk tujuan lain,misalnya
dengan hasil pencatatan calon pemilih pemilihan umum; (4)memeriksa secra
langsung ke lapangan,misalnya dengan melakukan survei pascapencacahan (post
enumeration survey).

D. EVALUASI DATA UMUR DAN JENIS KELAMIN


1. Pelaporan umur
Data penduduk menurut umur merupakan sumber data yang sangat penting
dalam membuat estimsi penduduk dan analisis demokrafi, namun sering kali
mengandung kesalahan pelaporan umur (content error) dan kesalahan karena
kekurangan cakupan pencacahan penduduk (converage error). Dalam hal
registras kesalahan disebabkan karena kekurangan pencatatan kejadian-kejadian
vital.Kesalahan pelaporan umur dapat terjadi hamper disemua Negara, terutama
di Negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal ini di sebabkan karena masih
banyaknya masyarakat yang belum/tidak terbiasa melakukan pencatatan tanggal
dan tahun lahir. Budaya lisan/verbal masih mendominasi kehidupan harian
masyarakat dibandingkan dengan budaya tulisan. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika masyarakat menjadi tidak terbiasa mencatat peristiwa-
peristiwa penting yang mereka alami dalam bentuk tulisan (record). Tingkat
pendidikan masyarakat seperti ini umumnya masih rendah sehingga dalam
pengumpulan data pencacah sering mencoba membangkitkan ingatan
responden akan peristiwa kelahiran melalui kejadian-kejadian penting yang
mudah diingat seperti hari raya, kejadian alam (banjir, longsor, atau peristiwa
alam lainnya), dan peristiwa yang terjadi di lingkungan (misalnya perang
kemerdekaan dan pemberontakan G-30-S).
Beberapa cara untuk melihat kadar kesalahan pelaporan umur antara lain
adalah :
a. Dengan menyelidi data
b. Membandingkan dengan suatu penduduk model tertentu
c. Analisis rasio yang di hitung dari penduduk menurut struktur umum,dan
d. Pengukuran tingkat kecemasan umur dengan rata-rata (index) tertentu.

2. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio)


Pelaporan jenis kelamin umumnya lebih akurat di bandingkan dengan
pelaporan umur. Kesalahan umumnya terjadi karena kekurangan pencacahan
(converage error). Kesalahan semacam ini dapat terjadi disebabkan petugas
pencacah yang kurang cermat melakukan pendataan penduduk maupun oleh
masyarakat yang melaporkannya. Hal ini terutama terjadi kalau dalam suatu
masyarakat ada dikskriminasi terhadap perempuan, misalnya di India, di mana
kehadiran seorang bayi perempuan umumnya tidak di kehendaki karena
keluarga anak perempuan harus membayar mahar kepada calon mempelai laki-
laki kalau mau menikah.
Cara yang paling mudah untuk mendeteksi apakah terdapat kesalahan dalam
pelaporan jenis kelamin adalah dengan menggunakan rasio jenis kelamin (sex
ratio). Ratio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk
laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan. Hal yang umumnya terjadi
adalah rasio jenis kelamin sekitar 95-99 laki-laki dari 100 perempuan. Kalau
rasio ini berada berada di atas 100, maka perlu diteliti kembali apakah ini
terjadi didaerah yang banyak memerlukan tenaga laki-laki,seperti daerah
pertambangan dan daerah lain yang memerlukan buruh mikran laki-laki.
E. EVALUASI DATA FERTILITAS
Seperti telah diuraikan sebelumnya, data fertilitas dapat di peroleh dari registrasi,
sensus atau survei sampel. Data umur dalam fertilitas juga mengandung kesalahan
pelaporan tentang informasi fertilitas (content error) maupun kesalahan cakupan
(converage error). Bagian berikut akan membicarakan kelemahan data fertilitas
menurut sumber data.
1. Registrasi
Data fertilitas yang tersedia dari registrasi adalah statistic kelahiran (birth
statistics), kelemahan data tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kesalahan memberikan informasi tentang fertilitas umumnya terjadi karena


orang tua tidak memahami pengertian mengenai lahir hidup.
b. Kesalahan mengenai kelengkapan (completencess) atau cakupan registrasi
(converage error).
c. Ketepatan pencatatan tempat. Masalah yang timbul dari kurangnya ketepatan
tempat atau lokasi kelahiran disebabkan kurangnya akurasi dalam penentuan
tempat kelahiran.
d. Ketepatan pencatatan waktu.
2. Evaluasi data dari sensus penduduk dan survei
Dalam sensus penduduk dan survei, data fertilitas umumnya dapat diperoleh dai
tiga sumber, antara lain sebagai berikut.
a. Sumber data fertilitas dapat diperoleh dari pernyataan mengenai anak yang
di lahirkan terakhir dalam waktu satu tahun sebelum pencacahan. Estimasi
singkat fertilitas dari sumber data ini di hitung secara tidak langsung
(indirect method) memakai metode “kelahiran anak terakhir” (last live birth).
b. Sumber kedua adalah informasi yang diperoleh dari pernyataan kepada
wanita pernah kawin mengenai jumlah yang pernah di lahirkan.
c. Sumber data ketiga adalah informasi yang tercatat dalam daftar anggota
rumah tangga, yakni mengenai anak-anak yang tinggal dalam rumah tangga
bersama ibunya menurut umur anggota rumah tangga dan hubungan dengan
kepala rumah tangga.
d. Perlu di catat pula bahwa data fertilitas yang tersedia dari suatu survei cukup
beragam jenisnya dan tergantung dari tujuan survei itu sendiri.
3. Evaluasi data mortalitas
Seperti halnya dengan data fertilitas,data mortalitas dapat di peroleh dari tiga
sumber data,yaitu registrasi vital,sensus, dan survei.
4. Data mortalitas dari registrasi vital.
Peristiwa kematian idealnya dicatat melalui sistem registrasi vital karena sistem
ini dapat mencatat kejadian kematian segerah setelah peristiwa kematian
tersebut terjadi dari waktu ke waktu.
5. Data mortalitas dari sensus dan survei
Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei, kejadian
kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa kematian terjadi. Data kematian
yang di peroleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua
bentuk,yaitu sebagai berikut.
a. Bentuk langsung (direct mortality data)
b. Bentuk tidak langsung (indirect mortality data).
6. Evaluasi data mobilitas
Pada prinsipnya, tiga sumber utama dalam data fertilitas dan mortalitas dapat
pula menjadi sumber data mobilitas, yakni mengenai keterangan pindah dan
dating. Meskipun demikian, mengingat lemahnya sistem registrasi di Indonesia
maka analisis data migrasi umumnya di peroleh dari sensus dan survei.
Informasi mengenai migrasi dalam sensus umumnya di peroleh dari pernyataan
mengenai tempat tinggal saat pencacahan, tempat lahir, dan tempat tinggal lima
tahun yang lalu. Dari semua keterangan tersebut, hanya di mungkinkan untuk
mengetahui terjadinya migrasi yang bersifat permanen. Seseorang dikatakan
migrant jika tempat tinggalnya saat pencacahan berbeda dengan tempat
kelahirannya atau tempat tinggalnya pada waktu lima tahun yang lalu.
Kekurangan pada data mengenai tempat tinggal adalah tidak memungkinkannya
peneliti mengetahui frekuensi seorang migrasi. Banyak survey di Indonesia
jarang menanyakan berapa kali seseorang melakukan pindah.selain itu, juga
sulit mendapatkan alasan mengapa seseorang melakukan migrasi. Alasan
ekonomi tercampur dengan pindah kerja dan alasan pindah rumah bercampur
dengan alasan mengikuti kepalah keluarga yang pindah tugas.

F. UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI
Data demografi yang di peroleh dari sumber-sumber data kependudukan, seperti
sensus penduduk, registrasi vital, dan survey, selanjutnya diolah untuk menghasilkan
ukuran-ukuran demografi yang akan digunakan oleh berbagi pihak untuk berbagai
keperluan.Ukuran-ukuran demografi dapat dikelompokkan menjadi angka absolute
(mutlak) dan angka relative. Angka absolute terdiri dari jumlah absolut,ukuran kohor,
ukuran periode, dan prevalensi. Angka relative terdiri dari dari persentase, proporsi,
angka, dan rasio.
a. Angka absolute (count) adalah banyaknya peristiwa demografi tertentu di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu. Jumlah penduduk, jumlah
kelahiran,jumlah kematian, dan jumlah perpindahan adalah ukuran demografi
dalam angka absolute.
b. Angka (rate) adalah banyaknya peristiwa demografi dari suatu penduduk dalam
jangka waktu tertentu . ada dua jenis angka, yaitu angka kasar dan angka
spesifik. Angka kasar (crude rate) adalah angka yang pembagiannya penduduk
lengkap, sedangkan angka yang spesifik (specific rate) adalah angka yang
pembagiannya merupakan golongan penduduk tertentu.
c. Rasio (ratio) adalah jumlah dalam perbandingan terhadap jumlah lainnya
(dinyatakan dalam persen atau perseribu).
d. Proporsi (proportion) adalah perbandingan, namun pembilang merupakan
bagian dari penyebut.
e. Konstanta (constant) adalah suatu bilangan tetap (arbitrary number), misalnya
100, 1000, atau 100.100.
f. Ukuran kohor (cohort measure) adalah ukuran peristiwa demokrafi pada suatu
kohor. Kohor adalah sekelompok orang yang mempunyai pengalaman waktu
yang sama (biasanya satu tahun) dari suatu peristiwa tertentu.
g. Ukuran periode (periode measure) adalah suatu ukuran mengenai peristiwa
yang terjadi dari sebagian penduduk maupun keseluruhan selama satu periode
tertentu.
h. Insidens (incidence) adalah jumlah kejadian/kasus baru selama satu periode
tertentu.
i. Prevalensi (prevalence) adalah jumlah kejadian/kasus baru dan lama pada suatu
periode tertentu.
j. Prevalensi titik (point prevalence) adalah jumlah kejadian/kasus pada suatu
tertentu.

G. IDENTIFIKASI PENDUDUK MENURUT ETNIS DI INDONESIA


Data suku bangsa di Indonesia diperoleh berdasrkan pengakuan respondem saat
pelaksanaan SP maupun survey. Kesulitan mengidentifikasi etnis seseorang terletak
pada ketidakstabilan konsepnya. Sebgai contoh, seseorang yang berasal dari hasil
perkawinan campuran akan sulit menentukan apakah akan mengikuti suku bangsa
(etnis) ayah atau ibunya (ananta,arifin,hasbullah, handayani, pramono,2014).
Tabel 1.2 Komposisi penduduk menurut Etnis
di Indonesia, SP 2010
NO ETNIS J.PENDUDUK %
1 Jawa 94.843 40.06
2 Sunda 36.705 15.51
3 Melayu 8.754 3.70
4 Batak 8.467 3.58
5 Madura 7.179 3.03
6 Betawi 6.808 2.88
7 Minang 6.463 2.73
8 Bugis 6.415 2.71
9 Banten 4.642 1.96
10 Banjar 4.127 1.74
11 Bali 3.925 1.66
12 Aceh 3.404 1.44
13 Dayak 3.220 1.36
14 Sasak 3.175 1.34
15 Cina 2.833 1.20
16 Lainnya 35.769 15.11
236.729 100.00
TOTAL

Sumber: Penghitungan berdasarkan raw data SP 2010


(Ananta dkk., 2014)

Dalam hal ini, mereka akan menjawab dengan suku bangsa yang sesuai dengan
keinginannya. Apabila tidak bisa memutuskan, maka petugas sensus akan memandu
responden untuk mengikuti suku bangsa dari ayahnya, kakeknya dan seterusnya. Hal
tersebut dilakukan pada masyarakat patrilineal (garis keturunan ayah). Sebaliknya,
pada masyarakat matrilineal, petugas sensus akan mengarahkan responden sesuai
garis keturunan ibunya. Sebanyak 15 kelompok suku besar di Indonesia hasil
identifikasi Ananta dkk. (2014) menunjukkan bahwa proporsi terbesar adalah etnis
Jawa sebesar 40 persen, diikuti etnis Sunda dan Melayu masing- masing 15,5 persen
dan 3,7 persen. Sementara dari lima belas etnis tersebut, proporsi terendah adalah
etnis Cina sebesar 1,2 persen. Kelompok suku kecil yang tergabung dalam kategori
“lainnya” sebagian besar berasal dari wilayah timur.
H. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN UMUR & JENIS KELAMIN
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk atas dasar kriteria
tertentu. Pengelompokkan data dan kriteria ini disesuaikan dengan tujuan tertentu.
Misalnya secara geografis, biologis, sosial, atau ekonomi. Berdasarkan jenis kelamin,
penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk laki-laki dan perempuan.
Sementara berdasarkan umur penduduk dapat dikelompokkan menurut ukuran
rentang usia tertentu, misalnya satu tahun,lima tahun atau dua puluh lima tahun.
Dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat
menunjukkan jumlah tenaga kerja produktif dan non produktif, pertambahan
penduduk dan angka ketergantungan. Sehingga di dalam mengambil kebijakan
pemerintah mengetahui jumlah pengangguran, jumlah lapangan kerja dan lain-lain.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis keramin dapat disajikan dalam bentuk
tabel atau dalam bentuk grafik. Piramida penduduk atau grafik susunan penduduk
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah laki-laki dan
perempuan, jumlah tenaga kerja, dan struktur penduduk suatu negara secara cepat.
Piramida penduduk dapat digolongkan dalam tiga macam, yaitu piramida penduduk
muda, piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua.
1. Piramida penduduk muda dapat menunjukkan bahwa penduduk di suatu
Negara sedang mengalami pertumbuhan. Piramida ini juga menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda, dengan
angka kelahiran dan kematian yang tinggi. Contoh negara yang tergolong
piramida ini adalah Indonesia.

Gambar: Piramida Penduduk Muda (Ekspansif), Tetap (Stasionary), dan Tua (constriktif)
2. Piramida Penduduk stasioner menunjukkan suatu Negara tersebut keadaan
stasioner atau tetap. Piramida penduduk ini menunjukkan bahwa jumlah
kelahiran dan kematian seimbang. Contoh negara yang tergolong ke dalam
piramida ini adalah Swedia.
3. Piramida penduduk tua menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk suatu
Negara tersebut berada pada kelompok tua. Contoh yang memiliki piramida
penduduk tua adalah Amerika serikat
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secaraumum, terdapat tiga sumber utama yang digunakan dalam mendapatkan
data demografi, yaitu registrasi, sensus penduduk, dan sampel survey. Masing-masing
sumber data mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sebelum menggunakan data,
terutama untuk estiminasi penduduk, perlu dilakukan evaluasi data umur dan jenis
kelamin.

B. SARAN
Penulis berharap banyaknya tersedia literature di perpustakaan pusat demi
kelancaran pembuatan makalah selanjutnya. Penulis memohon kritik dan Saran dari
pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Adioetmo,Sri Moertiningsih dkk,2010.Dasar-dasar Demografi Edisi 2.Jakarta:


Salemba Empat
sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017
RK Sembiring - 2007 - repository.ut.ac.id

Anda mungkin juga menyukai