Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR PUSTAKA

Novia HN, 2012. Evaluasi penggunaan obat anti tuberkulosis dan


kepatuhan pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit X [disertasi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. di akses tanggal 224
mei 2019 pukul 19.00 wita.

Priyandani Y, Fitantri AA, Abdani FAN, Ramadhani N, Nita Y, Mufarrihah,


et al., 2014. Profil problem terapi obat pada pasien tuberkulosis di
beberapa puskesmas surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas.1(2):30-5. di
akses tanggal 24 mei 2019 pukul 20.00 wita.
PDPI, 2011. Pedoman penatalaksanaan tb (konsensus tb). Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. di akses tanggal 20 mei 2019 pukul
10.00 wita.

Ramadhani A, 2012. Pengaruh pengawasan menelan obat (PMO) terhadap


konversi BTA (+) pada pasien tuberkulosis paru di RSDK [disertasi].
Semarang: Universitas Diponegoro. di akses tanggal 25 mei 2019 pukul
10.00 wita.
Shah MI, Mishra S, Yadav VK, Chauhan A, Sarkar M, et al., 2017. Ziehl–neelsen
sputum smear microscopy image database: a resource to facilitate
automated bacilli detection for tuberculosis diagnosis. Journal of Medical
Imaging. 4(2):1-8 di akses tanggal 25 mei 2019 pukul 21.00 wita.

Tangkai Mimpi

Rabu, 25 Januari 2017


MAKALAH EVALUASI DATA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil


kebijaksanaan,dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang
berkesinambungan dari tahun ke tahun. Padahal sumber data penduduk
yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk (SP) pada
tahun-tahun yang berakhiran dengan angka 0 (nol) dan Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) pada pertengahan dua sensus atau tahun-tahun yang
berakhiran dengan angka 5(lima). Sumber data kependudukan yang lain
yaitu registrasi penduduk masih belum sempurna cakupan pencatatannya
sehingga datanya belum dapat digunakan untuk perencanan pembangunan
nasional. Seperti diketahui bahwa hampir semua rencana pembangunan
perlu ditunjang dengan data jumlah penduduk, persebaran dan susunannya
menurut umur penduduk yang relevan dengan rencana tersebut. Data yang
diperukan tidak hanya menyangkut keadaan pada waktu rencana itu•
disusun, tetapi juga informasi masa lampau dan yang lebih penting lagi
adalah informasi perkiraan pada waktu yang akan datang. Data penduduk
pada waktu yang lalu dan waktu kini sudah dapat diperoleh dari hasil-hasil
survei dan sensus, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan data penduduk
pada masa yang akan datang perlu dibuat proyeksi penduduk yaitu
perkiraan jumlah penduduk dan komposisinya di masa mendatang.
Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi
suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-
komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian dan
perpindahan (migrasi). Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya
jumlah penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang.
Untuk menentukan asumsi dari tingkat perkembangan kelahiran, kematian
dan perpindahan di masa yang akan datang diperlukan data yang
menggambarkan tren di masa lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang
mempengaruhi masing-masing komponen itu, dan hubungan antara satu
komponen dengan yang lain serta target yang akan dicapai atau diharapkan
pada masa yang akan datang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pentingnya evaluasi data?


2. Apa saja data penduduk yang perlu di evaluasi?
3. Bagaimana mengevaluasi data itu?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pentingnya evaluasi data


2. Untuk mengetahui data penduduk apa saja yang perlu di evaluasi data
3. Untuk memahami cara yang dilakukan dalam mengevaluasi data

BAB II
PEMBAHASAN

A. EVALUASI DATA
Statistik atau data penduduk, apakah itu diperoleh dari pencacahan atau
dari registrasi ataupun dari survei, mempunyai kemungkinan mengandung
kesalahan data (errors). Derajat kesalahan tersebut bisa kecil atau besar
tergantung pada kendala yang dihadapi dalam melakukan pengumpulan
atau pencatatan data. Kendala ini biasanya terkait dengan keadaan di
daerah pengumpulan data. Misalnya, keadaan topografi daerah yang sulit
dijangkau sehingga menimbulkan kesalahan karena kekurangan cacah
(coverage error), responden yang belum cukup berpendidikan sehingga sulit
menangkap pertanyaan pencacah atau keliru memberikan keterangan yang
menimbulkan kesalahan pelaporan (content error) , atau karena metodologi
yang diterapkan dalam pengumpulan data.Seberapa jauh kesalahan dalam
data ini dapat ditoleransi tergantung dari tujuan pemakaian data tersebut.
Dalam kaitannya dengan estimasi jumlah penduduk, evaluasi terhadap data
sensus atau registrasi merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan.
Mengapa data perlu dievaluasi ?Tidak ada data yg 100 % benar, mengetahui
kesalahan apa yg ada dan seberapa jauh data menyimpang sangat penting
untuk pemakai data, Pemakai data menuntut ketelitian tertentu, pada data
yang akan digunakan sebelum digunakan data perlu dinilai terlebih dahulu.
Evaluasi data dalam hal ini diperlukan, pertama, untuk melihat tingkat
keakurasian data. Selanjutnya, akan ditetapkan apakah data tersebut cukup
dapat dipercaya (reliable) untuk dijadikan dasar mengestimasi jumlah
penduduk suatu daerah atau jumlah penduduk yang akan datang (proyeksi
penduduk). Kedua, kalau dalam evaluasi data ditemukan adanya kesalahan,
hendaknya dikaji sampai sejauh mana kesalahan itu terjadi dan apakah ada
kemungkinan untuk membuat penyesuaian (adjustment) untuk
menghilangkan atau mengurangi derajat kesalahan data. Dengan demikian,
estimasi penduduk yang dilakukan juga akan terhindar dari kesalahan data.
Cara-cara evaluasi data secara sederhana yang umum dilakukan adalah (1)
membandingkan data penduduk yang diperoleh dengan konfigurasi data
yang dikembangkan secara teoritis (misalnya dibandingkan dengan
penduduk stasioner) ; (2) membandingkan dengan data dari daerah lain
dalam kesatuan nasional yang sama yang diperkirakan mempunyai kondisi
daerah dan karakteristik penduduk yang serupa ; (3) membandingkan
dengan data lain yang dikumpulkan untuk tujuan lain, misalnya dengan
hasil pencatatan calon pemilih pemilihan umum ; (4) memeriksa secara
langsung ke lapangan, misalnya dengan melakukan survei pasca pencacahan
(post enumeration survey).
Rekonsiliasi data itu adalah suatu usaha untuk menyelesaikan adanya
perbedaan.Untuk mengantisipasi dua angka berbeda, perlu dilakukan
rekonsiliasi, yang dimaksudkan bukan untuk mencari jalan tengah, tetapi
untuk melihat mana yang lebih kendekati kebenaran.
Uji akurasi data untuk meguji ketelitian dan kebenaran data.Ketersediaan
data yang bersifat tunggal, belum menjamin akurasi data, Untuk menilai
akurasi data, diperlukan data pembanding, data pembanding bisa dari hasil
sensus sebelumnya, post enumeration survey, proyeksi, registrasi penduduk,
atau metode tertentu.
Adapun faktor yang pengaruhi ketelitian data , misalnya partisipasi dan
kerja sama masyarakat jadi kesediaan masyarakat memberi jawaban yang
benar kepada petugas sensus, survei atau registrasi dan tidak mempersulit,
masalah geografis misalkan ada tempat yang sulit dicapai sehingga ada
kemungkinan ada suatu daerah yang tidak tercakup, apakah tenaga
pencacah yang baik atau tidak, apakah pelaksanaan dilapangan bisa
dilakukan sesuai rencana dan ketentuan yang telah dibuat dan apakah
peralatan yang tersedia sudah tersedia dengan baik? Itulah beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi ketelitian dalam evaluasi data.

B. EVALUASI DATA UMUR DAN JENIS KELAMIN


Berikut ini akan dijelaskan evaluasi data umur dan jenis kelamin, sebab
umur dan jenis kelamin merupakan variabel penting dalam hampir semua
analisis demografi.
1. Pelaporan Umur
Data penduduk menurut umur merupakan sumber data yang sangat penting
dalam membuat estimasi penduduk dan analisis demografi, namun
seringkali mengandung kesalahan pelaporan umur (content error) dan
kesalahan karena kekurangan cakupan pencacahan penduduk (coverage
error). Dalam hal registrasi kesalahan disebabkan karena kekurangan
pencatatan kejadian-kejadian vital.
Kesalahan pelaporan umur dapat terjadi hampir semua dinegara, terutama
dinegara berkembang termasuk indonesia. Hal ini di sebabkan karena masih
banyaknya masyarakat yang belum atau tidak terbiasa melakukan
pencatatan tanggal dan tahun lahir. Budaya lisan atau verbal masih
mendominasi kehidupan harian masyarakat dibandingkan dengan budaya
tulisan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat menjadi tidak
terbiasa mencatat peristiwa-peristiwa penting yang mereka alami dalam
bentuk tulisan (record). Tingkat pendidikan masyarakat seperti ini
umumnya masih rendah sehingga dalam pengumpulan data pencacah sering
mencoba membangkitkan ingatanresponden akan peristiwa kelahiran
melalui kejadian-kejadian penting yang mudah diingat seperti hari raya,
kejadian alam (banjir, longsor, atau peristiwa lainnya), dan peristiwa yang
terjadi di lingkungan (misalnya perang kemerdekaan dan pemberontakan G-
30-S).
Beberapa cara untuk melihat kadar kesalahan pelaporan umum antara lain
adalah (1) dengan menyelidiki data, (2) membandingkan dengan suatu
penduduk model tertentu, (3) analisis rasio yang dihitung dari penduduk
menurut menurut struktur umur, dan (4) pengukuran tingkat kecermatan
umur dengan rata-rata (means) dan indeks (index) tertentu.
2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Pelaporan jenis kelamin umumnya lebih akurat dibandingkan dengan
pelaporan umur. Kesalahan umurnya terjadi karena kekurangan
pencacahan (coverage error). Kesalahan semacam ini dapat terjadi
disebabkan petugas pencacah yang kurang cermat melakukan pendataan
penduduk ataupun oleh masyarakat yang melaporkannya. Hal ini terutama
terjadi kalau dalam suatu masyarakat ada diskriminasi terhadap
perempuan, misalnya di India, dimana kehadiran seorang bayi perempuan
umumnya tidak dikehendaki karena keluarga anak perempuan harus
membayar mahar kepeda calon mempelai laki-laki kalau mau menikah. Di
Cina, anak laki-laki lebih diinginkan daripada anak perempuan. Kebiasan
semacam ini akan membuat penduduk perempuan, terutama bayi dan anak-
anak, cenderung mengalami kekurangan pelaporan (under reported).
Cara yang paling mudah untuk mendeteksi apakah terdapat kesalahan
pelaporan jenis kelamin adalah dengan menggunakan rasio jenis kelamin.
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-
laki dengan banyaknya banyaknya penduduk perempuan. Hal yang namun
terjadi adalah rasio jenis kelamin sekitar 95-99 laki-laki dari 100
perempuan. Kalau rasio ini berada diatas 100, maka perlu diteliti kembali
apakah ini terjadi di daerah yang banyak memerlukan tenaga laki-laki,
seperti daerah pertambangan dan daerah lain yang memerlukan buruh
migran laki-laki. Kalau ternyata keduanya tidak memenuhi syarat, maka
diperkirakan telah terjadi kesalahan pelaporan jenis kelamin. Rasio jenis
kelamin pada anak-anak dan bayi sering melebihi 100, terutama disebabkan
karena terlupa atau sengaja tidak melaporkan bayi perempuan kepada tugas
pencacahan.
C. EVALUASI DATA FERTILITAS

Dalam analisis fertilitas dikenal beberapa konsep tentang kelahiran, yaitu


lahir hidup, lahir mati dan abortus.Lahir Hidup (live birth) adalah kelahiran
seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan,
dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan.
Misalnya, pada si bayi ada napas (bernapas), ada denyut jantung, ada denyut
tali pusat, atau gerakan-gerakan otot.Lahir mati (still birth) adalah
kelahiran seorang bayi dari kandungan yang sudah berumur paling sedikit
28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan.Abortus adalah peristiwa kematian bayi dalam kandungan
dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada 2 macam aborsi, yaitu
sebagai berikut:
· Aborsi disengaja (induced abortion) adalah peristiwa pengguguran
kandungan karena alasan kesehatan atau karena alasan nonkesehatan
lainnya, seperti malu dan tidak menginginkan janin anak yang dikandung.
· Aborsi tidak disengaja (spontaneous abortion) adalah peristiwa
pengguguran kandungan karena janin tidak dapat dipertahankan lagi dalam
kandungan.
Data fertilitas diperoleh dari registrasi, sensus atau survei sampel. Data
umur dalam fertilitas juga mengandung kesalahan pelaporan tentang
informasi fertilitas (content error) maupun kesalahan cakupan (coverage
error). Bagian berikut akan membicarakan kelemahan data fertilitas
menurut sumber data.
1. Registrasi
Data fertilitas yang tersedia dari registrasi adalah statistik kelahiran (birth
statistics). Kelemahan data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan memberikan informasi tentang fertilitas umumnya terjadi
karena orang tua tidak memahami pengertian mengenai lahir hidup,. Sesuai
definisi UN dan WHO, perhitungan kelahiran harus memasukkan semua
bayi yang lahir hidup, dan sebaiknya tidak memasukkan kehamilan yang
tidak mengahsilkan bayi lahir hidup. Masalah terjadi karena bayi lahir
hidup yang meninggal sesaat sesudah dilahirkan atau bayi yang meninggal
sebelum sempat dilaporkan sering gagal dicatat. Jadi, data registrasi selalu
mempunyai kecenderungan ‘kekurangan’ pencatatan kelahiran.
b. Kesalahan mengenai kelengkapan (completeness) atau cakupan
registrasi (coverage error). Masalah kelengkapan ini sering disebabkan
ketidaklengkapan pencatatan semua wilayah geografi atau semua kelompok
penduduk suatu negara dan ketidaklengkapan pencatatan semua peristiwa
penting yng terjadi diwilayah registrasi.
c. Ketepatan pencatatan tempat. Masalah yang timbul dari kurangnya
ketepatan tempat atau lokasi kelahiran disebabkan kurangnya akurasi
dalam penentuan tempat kelahiran. Di beberapa negara, tempat kelahiran
sering kali mengumpul pada perkotaan. Hal ini disebabkan adanya
kecenderungan melahirkan di klinik atau rumah bersalin yang ada dipusat
kota. Di indonesia, pencatatan yang kurang tepat sering kali disebabkan
banyaknya wanita yang melahirkan ditempat tinggal orang tua yang
berbeda lokasi (numpang lahir) dan mencatatkan kelahirn ditempat ini. UN
menyarankan pencatatan disesuaikan dengan tempat dimana wanita
biasanya tinggal.
d. Ketepatan pencatatan waktu. Seperti disarankan oleh UN, tahun
registrasi adalah saat kelahiran terjadi. Akan tetapi, di negara yang kurang
berkembang banyak pencatatan dilakukan tidak sesuai dengan tahun
kelahiran sehingga sering terdapat perbedaan antara tahun registrasi dan
tahun kelahiran.

2. Evaluasi Data dari Sensus Penduduk dan Survei


Dalam sensus penduduk dan survei, data fertilitas umumnya dapat diperoleh
dari 3 sumber, antara lain sebagai berikut.
a. Sumber data fertilitas dapat diperoleh dari pertanyaan mengenai anak
yang dilahirkan terakhir dalam waktu satu tahun sebelum pencacahan.
Estimasi tingkat fertilitas dari sumber data ini dihitung secara tidak
langsung (indirect method) memakai metode ‘kelahiran anak terakhir’ (last
live birth).
b. Sumber kedua adalah informasi yang diperoleh dari pertanyaan
kepada wanita pernah kawin mengenai jumlah anak yang pernah dilahirkan.
Data ini disebut jumlah Anak Lahir Hidup atau ALH (Children Ever Born –
CEB). Data ini merupakan data yang sifatnya retrospektif yang menanyakan
kepada responden mengenai kelahiran sejak pertama kali menikah sehingga
sering mengandung kekurangan cacah karena unsur ‘lupa mengingat’
(memory lapse). Hal ini terutama terjadi pada responden usia 40 tahun atau
lebih.
c. Sumber data ketiga adalah informasi yang tercatat dalam daftar
anggota rumah tangga, yakni mengenai anak-anak yang tinggal dalam
rumah tangga bersama ibunya menurut umur anggota rumah tangga dan
hubungan dengan kepala rumah tangga. Estimasi tingkat fertilisasi dari
sumber data ini dilakukan dengan menggunakan metode ‘anak kandung’
(own children method) dan merupakan estimasi tidak langsung.
d. Perlu dicatat pula bahwa data fertilitas yang tersedia dari suatu survei
cukup beragam jenisnya dan tergantung dari tujuan survei itu sendiri.
Survei-survei fertilitas yang lengkap umumnya mengumpulkan keterangan
tentang:
a. Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup oleh wanita pernah kawin
b. Riwayat kehamilan (pregnancy history) dan riwayat kelahiran (birth
history) yang dialami oleh wanita pernah kawin, lengkap dengan jenis
kelamin anak dan tanggal dilahirkan.
c. Status kehamilan (pregnancy status).
d. Keterangan tentang latar belakang demografi responden (umur saat
survei, umur kawin pertama, serta status perkawinan saat survei) dan latar
belakang sosial dan ekonomi wanita.

D. EVALUASI DATA MORTALITAS

Mortalitas dapat diartikan sebagai kematian yang terjadi pada anggota


penduduk.Berbeda halnya dengan penyakit dan kesakitan(mordibitas) yang
dapat menimpa manusia lebih dari satu kali, mortalitas hanya dialami sekali
dalam hidup seseorang.Menurut PBB, definisi mati (death) adalah keadaan
meghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Seperti halnya dengan data fertilitas, data mortalitas dapat diperoleh dari 3
sumber data, yaitu registrasi vital, sensus, dan survei.

1. Data mortalitas dari registrasi vital


Peristiwa kematian idealnya dicatat melalui sistem registrasi vital karena
sistem ini dapat mencatat kejadian kematian segera setelah peritiwa
kematian tersebut terjadi dari waktu ke waktu. Pada kenyataannya, sistem
registrasi vital diindonesia yang bersifat nasional sampai saat ini belum
berjalan dengan semestinya atau dapat dikatakan belum ada. Sistem
registrasi vital yang baru bersifat lokal dan terbatas pada beberapa
tempattertentu saja dan masih belum mampu mencatat semua kejadian
kelahiran dan kematian ditempat tersebut.
Akibatnya, perkiraan angka kematian di Indonesia selama ini masih
berdasarkan data kematian yang bukan berasal dari sistem registrasi vital.
Di Indonesia, sensus atau survei penduduk masih merupakan sumber data
kematian yang diandalkan.

2. Data mortalitas dari sensus dan survei


Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian
kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa kematian terjadi. Data
kematian yang diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan
menjadi 2 bentuk , yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk langsung (direct mortality data)
2. Bentuk tidak langsung ( indirect mortality data)
Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada
kepala rumah tangga atau wakilnya tentang ada tidaknya kejadian kematian
dalam rumah tangganya selama kurun watu tertentu. Apabila ada tidaknya
kematian tersebut dibatasi selama satu terakhir menjelang waktu sensus
atau survei dilakukan, maka data kematian yang diperoleh dikenal sebagai
‘current mortality data’.
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
kelangsungan hidup (survivorship) golongan penduduk tersebut, seperti
anak, ibu, dan ayah. Misalnya, wanita pernah kawin ditanyakan tentang
umurnya, jumlah anak yang lahir hidup dan jumlah anak yang masih hidup.
Data kematian yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian
bentuk tidak langsung dan biasanya yang dipakai adalah data ‘survivorship’
anak. Selain sumber data tersebut, data kematian untuk penduduk golongan
tertentu, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman,
dan kantor polisi lalu lintas.

E. EVALUASI DATA MOBILITAS

Migrasi atau mobilitas adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk


menetap dari satu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara
ataupun batas bagian dalam suatu negara.Jadi, migrasi sering diartikan
sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah kedaerah lain.
Pada prinsipnya, tiga sumber utama dalam data fertilitas dan mortalitas
dapat pula mejadi sumber data mobilitas, yakni mengenai keterangan
pindah dan datang. Meskipun demikian, mengingat lemahnya sistem
registrasi di Indonesia maka analisis data migrasi umumnya diperoleh dari
sensus dan survei.
Informasi mengenai migrasi dalam sensus umumnya diperoleh dari
pertanyaan mengenai tempat tinggal saat pencacahan, tempat lahir, dan
tempat tinggal lima tahun yang lalu. Dari semua keterangan tersebut, hanya
dimungkinkan untuk mengetahui terjadinya migrasi yang bersifat
permanen. Seseorang dikatakan migran jika tempat tinggalnya saat
pencacahan berbeda dengan tempat kelahirannya atau tempat tinggalnya
pada waktu lima tahun yang lalu.
Kekurangan pada data mengenai tempat tiggal adalah tidak
memungkinkannya peneliti mengetahui frekuensi seseorang bermigrasi.
Banyak survei di Indonesia jarang menanyakan berapa kali seseorang
melakukan pindah. Tiga contoh pertanyaan diatas juga menunjukkan
adanya kemungkinan ketidaklengkapan dalam mengetahui peristiwa
migrasi.Ada kemungkinan bahwa seseorang yang bertempat tinggal saat ini
sama dengan tempat tinggalnya pada 5 tahun yang lalu pernah melakukan
migrasi, paling tidak dua kali yaitu bermigrasi ketempat lain dan kembali
kedaerah asal.
Selain itu, juga sulit mendapatkan alasan mengapa seseorang melakukan
migrasi. Alasan ekonomi bercampur dengan pindah kerja dan alasan pindah
rumah bercampur dengan alasan mengikuti kepala keluarga yang pindah
tugas. Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi dengan menanyakan alasan
utama pindah dalam survei.

F. UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI

Data demografi yang diperoleh dari sumber-sumber data kependudukan,


seperti sensus penduduk, registrasi vital dan survei , selanjutnya diolah
untuk menghasilkan ukuran-ukuran demografi yang akan digunakan oleh
berbagai pihak untuk berbagai keperluan. Ukurran-ukuran demografi dapat
dikelompokkan menjadi angka absolut (mutlak) dan angka relatif. Angka
Absolut terdiri dari jumlah absolut, ukuran kohor, ukuran periode, dan
prevalensi. Angka relatif terdiri dari presentase, proporsi , angka dan rasio.
1. Angka Absolut (count) adalah banyaknya peristiwa demografi tertentu
disuatu wilayah dalam rangka waktu tertentu. Jumlah penduduk, jumlah
kelahiran, jumlah kematian, dan jumlah perpindahan adalah ukuran
demografi dalam rangka absolut.Sebagai contoh, jumlah penduduk
Indonesia menurut hasil SP 1990 adalah sekitar 180 juta jiwa, sedangkan
jumlah kelahiran di Indonesia menurut hasil SP 1990 adalah 5. 040.000.
Untuk kepentingan perencanaan atau pelaksanaan program kependudukan
angka absolut memang diperlukan. Misalnya, kalau diketahui bahwa di
Indonesia rata-rata ada sebanyak 4 juta bayi lahir per tahun, maka dapat
diperkirakan berapa banyak obat-obatan untuk imunisasi bayi yang
diperlukan. Atau kalau diketahui bahwa di Indonesia ada sebanyak 49 juta
pasangan usia subur dan 60%nya ingin memakai alat/cara KB, maka dapat
direncanakan berapa banyak alat/cara KB yang harus disediakan.
2. Angka (rate) adalah banyaknya peristiwa demografi dari suatu
penduduk dalam jangka waktu tertentu. Ada dua jenis angka, yaitu angka
kasar dan angka spesifik. Angka kasar (crude rate) adalah angka yang
pembaginya penduduk lengkap, sedangkan angka spesifik (spesific rate)
adalah angka yang pembaginya merupakan golongan penduduk tertentu.
Contoh:
a. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) Indonesia menurut hasil SP
1990 adalah 28 Kelahiran per 1.000 penduduk.
b. Angka Fertilitas Umur Tertentu (Age Spesific fertility Rate)
perempuan usia 20-24 tahun menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(Supas) 1995 adalah 151 kelahiran per 1.000 penduduk usia 20-24 tahun.
3. Rasio (ratio) adalah jumlah dalam perbandingan terhadap jumlah
lainnya (dinyatakan dalam persen atau perseribu ) . Jadi a/b.
Contoh:
Rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk
perempuan) penduduk indonesia menurut hasil Supas 1995 adalah 99.
Artinya terdapat 99 orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.
4. Proporsi (proportion) adalah perbandingan , namun pembilang
merupakan bagian dari penyebut.

Contoh:
Proporsi penduduk Indonesia yang tingga di daerah perkotaan menurut
hasil Supas 1995 adalah 35.1% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
5. Konstanta (Constant) adalah suatu bilangan tetap (arbitrary number),
misalnya 100, 1.000, atau 100.000. Dalam rumus, ukuran-ukuran demografi
dinyatakan dengan “k”, Pengalian “k’ dilakukan supaya pengertian
mengenai ukuran-ukuran demografi menjadi lebih jelas.
Contoh:
Hasil estimasi angka kelahiran kasar Indonesia menurut hasil SP 1990
adalah 0,028. Angka ini kemudian dikalikan dengan k=1.000 yang akan
berarti dari setiap 1.000 penduduk Indonesia terjadi kelahiran sebanyak 28
orang.
6. Ukuran Kohor (cohort measure) adalah ukuran peristiwa demografi
pada suatu kohor. Kohor adalah sekelompok orang yang mempunyai
pengalaman waktu yang sama (biasanya satu tahun) dari suatu peristiwa
tertentu.
Kohor yang sering digunakan adalah kohor kelahiran (birth cohort) , yaitu
orang-orang yang dilahirkan dalam tahun atau periode yang sama. Beberapa
kohor lainnya antara lain adalah kohor perkawinan (marriage cohort) dan
kohor kelas sekolah (school class cohort).
7. Ukuran periode (periode measure) adalah suatu ukuran mengenai
peristiwa yang terjadi dari sebagian penduduk maupun keseluruhan selama
satu periode tertentu.
Contoh:
Angka kematian seluruh penduduk indonesia dalam tahun 1978.
8. Insidens (incidence) dalah jumlah kejadian/kasus baru selama satu
periode tertentu.
Contoh:
Insidens penyakit muntaber selama bulan November 1983 di kota X ada 25
orang.
9. Prevalensi (prevalence) adalah jumlah kejadian/kasus baru dan lama
pada satu periode tertentu.
Contoh:
Prevalens penyakit tuberkulosis selama tahun 1980 di kota X adalah 253
orang.
10. Prevalensi titik ( point prevalence) adalah jumlah kejadian/kasus pada
suatu saat tertentu.
Contoh:
Jumlah penderita tuberkulosis di kota X pada tanggal januari 1980 adalah
240 orang.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Evaluasi data dalam hal ini diperlukan, pertama, untuk melihat tingkat
keakurasian data, Kedua, kalau dalam evaluasi data ditemukan adanya
kesalahan, hendaknya dikaji sampai sejauh mana kesalahan itu terjadi dan
apakah ada kemungkinan untuk membuat penyesuaian (adjustment) untuk
menghilangkan atau mengurangi derajat kesalahan data. Dengan demikian,
estimasi penduduk yang dilakukan juga akan terhindar dari kesalahan
data.Evaluasi data umur dan jenis kelamin, sebab umur dan jenis kelamin
merupakan variabel penting dalam hampir semua analisis
demografi.Adapun data penduduk yang perlu dievaluasi yaitu evaluasi data
pada fertilitas, mortalitas dan mobilitas.

B. SARAN
Sebaiknya dalam proses mengevalusi data kependudukan itu di butuhkan
ketelitian karena akan diguanakan sebagai data proyeksi penduduk untuk
masa mendatang. Jadi perlu digunakan Rekonsiliasi data dinana ini adalah
suatu usaha untuk menyelesaikan adanya perbedaan.Untuk mengantisipasi
dua angka berbeda, perlu dilakukan rekonsiliasi, yang dimaksudkan bukan
untuk mencari jalan tengah, tetapi untuk melihat mana yang lebih kendekati
kebenaran.setelah itu perlu adanya Uji akurasi data untuk meguji ketelitian
dan kebenaran data.Ketersediaan data yang bersifat tunggal, belum
menjamin akurasi data, Untuk menilai akurasi data, diperlukan data
pembanding, data pembanding bisa dari hasil sensus sebelumnya, post
enumeration survey, proyeksi, registrasi penduduk, atau metode tertentu.

Unknown di 02.47
Berbagi
1 komentar:

Fathia aqilah8 Maret 2019 20.03


misi kak, saya mau nanya itu sumbernya dari mana ya? soalnya lagi butuh
banget nih saya cari2 sumber dibuku yang saya pake gk ada

Balas



Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.
Metode Sensus Penduduk
Adapun metode sensus penduduk ini diantaranya:

1. Sensus Penduduk dengan Metode Householder.


Pada metode Householder, pengisian daftar pertanyaan mengenai data
kependudukan diserahkan kepada penduduk atau juga responden, sehingga
penduduk tersebut diberi daftar pertanyaan untuk dilakukan pengisian dan
akan diambil kembali beberapa waktu setelah nya. Metode semacam
tersebut hanya dapat dilakukan pada daerah yang tingkat pendidikan
penduduknya relatif tinggi, oleh sebab itu mereka mampu memahami serta
juga menjawab tiap-tiap pertanyaan yang diserahkan kepada mereka.

2. Sensus Penduduk dengan Metode Canvaser.


Pada metode Canvaser, pengisian daftar pertanyaan mengenai data
kependudukan dilakukan oleh petugas sensus dengan cara mendatangi serta
juga mewawancarai penduduk atau responden dengan secara langsung.
Petugas sensus mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai daftar serta juga
penduduk yang didatangi menjawab dengan secara lisan sesuai dengan
keadaan atau juga kondisi yang sebenarnya.

Nah itulah penjelasan mengenai Pengertian Sensus Penduduk, Tujuan,


Metode dan Macamnya, semoga apa yang dijelaskan diatas dapat
bermanfaat untuk anda yang membaca di pendidikan.co.id. Terima kasih.

Johan Sussmilch (1762, dalam Iskandar ,1994) berpendapat bahwa


demografi adalah ilmu yang mempelajari hukum tuhan yang berhubungan
dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang terlibat dari jumlah
kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.
Achille Guillard (1855) memberikan definisi demografi sebagai ilmu yang
mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat
diukur ,yaitu meliputi perubahan secara umum, fisiknya, peradabannya,
intelektualitasnya, dan kondisi moralnya (lihat juga Iskandar, 1994).
David v. Glass(1953) menekankan bahwa demografi terbatas pada studi
penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi ,yaitu
fertilitas,mortalitas,dan migrasi.
United Nations(1958) dan International Union for the Scientific Study of
Population/IUSSP (1982) mendefinisikan demografi sebagai studi ilmiah
masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta
pertumbuhannya
Philip m. Hauser dan Otis Dudley Duncan(1959) berpendapat bahwa
demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran
territorial, komposisi penduduk, serta perubahannya dan sebab-sebab
perubahan tersebut.
Donald j. Bougue(1969) mendefinisikan demografi sebagai ilmu yang
mempelajari secara statistik dsan matematik jumlah,komposisi,distribusi
penduduk,dan perubahan- perubahannya sebagai akibat bekerjanya
komponen-komponen pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian(mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas social.
George w. Brclay(1970) mendefinisikan demografi sebagai ilmu yang
memberikan gambaran secara statistik tentang penduduk. Demografi
mempelajari perilaku penduduk secara menyeluruh bukan perorangan.
Dengan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu demografi
merupakan suatu ilmu untuk mempelajari perubahan-perubahan
kependudukan dengan memanfaatkan data dan statistik dari data penduduk
terutama mengenai perubahan jumlah, persebaran pada kommponen-
komponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu = fertilitas, mortalitas,
migrasi, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah,
struktur, dan persebaran penduduk.

Pengertian Evaluasi: Apa itu Evaluasi? | Evaluasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Evaluation. Secara umum, pengertian evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan
informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara
keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-
harapan yang ingin diperoleh. Dalam pengertian yang lain, evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan program telah
tercapai. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang
mengemukakan bahwa pengertian evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan
ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan.
Pengertian Evaluasi: Apa itu Evaluasi?
Ilustrasi
Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau
tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek
yang dievaluasi. Sebagai contoh evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dan pembangunan
proyek tersebut, apakah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak
mengapa terjadi demikian, dan langkah-langkah apa yang perlu ditempuh selanjutnya. Hasil dari
kegiatan evaluasi adalah bersifat kualitatif. Sudijono (1996) mengemukakan bahwa pengertian
evaluasi adalah interpretasi atau penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data
kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.
Proses evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri.
Berikut ini dipaparkan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan.
Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam bidang apapun, apa saja yang dapat dievaluasi,
dapat mengacu pada suatu program kerja. Di sana banyak terdapat aspek-aspek yang sekiranya
dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, umumnya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal
yang menjadi key-success factors-nya
Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, harus ditentukan terlebih
dahulu desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja
yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan.
Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan
agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat
menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara Fakta dan
harapan/rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu
sebagai hasil evaluasinya.
Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat dimanfatkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis.
Sekian uraian tentang Pengertian Evaluasi: Apa itu Evaluasi?, semoga bermanfaat.
Referensi:
Umar, Husein. 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pengertian Evaluasi – Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat
suatu kegiatan evaluasi dan juga selalu menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun,
banyak orang belum memahami secara tepat arti dari kata evaluasi bahkan masih banyak orang
yang lebih cenderung mengidentifikasiakan kegiatan evaluasi adalah menilai, karena aktifitas
kegiatan evaluasi didalamnya termasuk kegiatan menilai dan mengukur.

Evaluasi adalah suatu proses sistematis menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti objek, proses,
unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan, atau hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.
Sedangkan evaluasi belajar adalah proses penentuan pemerolehan hasil belajar berdasarkan kriteria
tertentu. Jadi, evaluasi pembelajaran merupakan proses penentuan nilai tentang proses
pembelajaran berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.

Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli


1. Menurut Prevical dalam Hamalik (2001: 146) menyatakan bahwa “evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai suatu
keseluruhan”.

PROMOTED CONTENTMgid

Agar parasit ke luar dari tubuh anda,minumlah ketika perut kosong


Detocline

Cara cerdas untuk menghapus kerutan secara alamiah!


Lefery

Dapatkan tingkat bunga pinjaman terbaik di Indonesia dengan BNI


Eform-Griya
2. Azwar (1996) menyatakan evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan kemudian
dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

3. WHO (1990) mengartikan bahwa evaluasi adalah:

Cara sistematis untuk belajar dari pengalaman¬pengalaman yang dimiliki dalam meningkatkan
perencanaan yang baik dengan melakukan seleksi yang cermat terhadap alternatif yang akan
diambil;
Merupakan proses berlanjut dengan tujuan kegiatan pelayanan kesehatan menjadi lebih relevan,
efisien dan efektif;
Proses menentukan suatu keberhasilan atau mengukur pencapaian suatu tujuan dengan
membandingkan terhadap standar/ indikator menggunakan kriteria nilai yang sudah ditentukan;
Suatu proses yang didukung oleh informasi yang sahih, relevan dan peka.
Pada hakikatnya evaluasi merupakan laporan akhir dari proses pembelajaran, khususnya laporan
mengenai kemajuan dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa evaluasi
merupakan pertanggungjawaban guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi
merupakan bagian penting dalam suatu sistem instruksional.
Untuk mengadakan evaluasi terhadap umur serta perapiannya sebelum data digunakan dalam
perhitungan proyeksi penduduk atau ukuran demografi yang lain ada beberapa metode evaluasi
yaitu:

1. Indeks Gabungan(Joint Score Index)


Untuk evaluasi kualitas data umur dapat digunakan metode Index Gabungan antara Rasio Sex dan
Rasio umur penduduk laki-laki maupun perempuan.

2. Mayers Index
Setelah dihitung besarnya nilai index Gabungan perlu juga diketahui apakah ada semacam ruangan
bahwa penduduk lebih cenderung memilih angka-angka akhir tertentu di dalam memberikan
jawaban mengenai umur. Angka-angka akhir yang mana disenangui oleh penduduk seperti halnya
umur untuk akhir : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Untuk mengetahui pola kecenderungan angka akhir yang
disenangi dapat dihitung dengan Index Mayers’(The Methods and matherials of Demography,
1973 : 26-208) yaitu suatu angka dapat memperlihatkan besarnya kesalahan dalam pelaporan serta
pencatatan umur penduduk.

3. Grafik Piramida Penduduk


Pembuatan grafik piramida penduduk dengan interval satu tahun akan memudahkan untuk
mengetahui perbedaan jumlah penduduk pada umur dengan angka-angka akhir tertentu.

4. Survey Antar Sensus


Metode Survey antar sensus sangat baik untuk melihat perbandingan jumlah penduduk dalam
jangka waktu dua sensus yang pada umumnya dilakukan tiap 10 tahun sekali untuk Indonesia.

5. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi dipergunakan untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik
tertentu,misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan kewarganegaraan

Secara etimology, Demografi berasal bahasa Latien, yaitu kata ‘demograhie’ yang terdiri dari dua
kata “demos” dan “raphien”. Demos berarti penduduk dan graphien berarti catatan atau bahasan
tentang sesuatu. Maka secara etimology makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai
penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Pengertian demografi secara umum adalah
suatu cabang ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran wilayah, dan komposisi penduduk.
Perubahan dan sebab perubahan itu yang biasanya timbul karena kelahiran, perpindahan
penduduk, dan mobilitas sosial.

Adapun pengertian demografi Menurut Para Ahli:

Menurut Johan Susczmilch (1762), demografi adalah ilmu yang mempelajari hukum Ilahi dalam
perubahan-perubahan pada umat manusia yang tampak dari kelahiran, kematian dan
pertumbuhannya.
Menurut Achille Guillard, demografi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan
dan sikap manusia yang dapat diukur.
Menurut George W. Barclay, demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran menarik dari
penduduk yang digambarkan secara statistika. Demografi mempelajari tingkah laku keseluruhan
dan bukan tingkah laku perorangan.
Menurut Phillip M. Hauser dan Dudley Duncan, demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahan dan sebab-sebab
perubahan tersebut.
Menurut V. Glass, demografi adalah ilmu yang secara umum terbatas untuk mempelajari
penduduk yang dipengaruhi oleh proses demografis, yaitu : fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Menurut Donald J. Boague (1973), demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistika dan
matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya
Smith I, 2003. Mycobacterium tuberculosis pathogenesis and molecular
determinants of virulence. Clinical microbiology reviews. 16(3):463–96.
di akses tanggal 20 mei 2019 pukul 10.00 wita. di akses tanggal 25 mei
2019 pukul 08.00 wita.

Susila dan Suyanto, 2015. Metodologi penelitian cross sectional. Klaten:


Bossscript. di akses tanggal 24 mei 2019 pukul 10.00 wita.
Tabrani I, 2007. Konversi sputum BTA pada fase intensif TB paru kategori 1
antara kombinasi dosis tetap (KDT) dan obat antituberkulosis (OAT)
generik di RSUP H. Adam Malik Medan [disertasi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara. di akses tanggal 24 mei 2019 pukul 10.00 wita.

Usman S, 2008. Konversi bta pada penderita tb paru kategori 1 dengan


berat badan rendah dibandingkan berat badan normal yang mendapatkan
terapi intensif [disertasi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. di akses
tanggal 25 mei 2019 pukul 11.00 wita.
WHO, 2015. Global tuberculosis report 2016. Report of global tuberculosis
[WHO] [diunduh 15 maret 2017]. Tersedia dari: http://www. who.
int/tb/publications/global_report/en/. di akses tanggal 20 mei 2019 pukul
10.00 wita.

Anda mungkin juga menyukai