Anda di halaman 1dari 3

PELAPORAN DUA ARAH PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR BERBASIS SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA TANGERANG SELATAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini telah berkembang dengan cepat. Di bidang kesehatan
masyarakat sendiri, teknologi ini banyak dimanfaatkan para praktisi kesehatan, salah satunya untuk
menganalisis kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit (Riner et al., 2004). Dalam konteks pengendalian
dan pencegahan penyakit menular, SIG dapat digunakan untuk menganalisis, dan memetakan data –
data kesehatan, seperti pemetaan distribusi geografis dari suatu populasi beresiko, distribusi penyakit
dan masalah kesehatan, distribusi lokasi fasilitas pelayanan kesehatan, dan analisis faktor resiko
kejadian penyakit. Bahkan, teknologi ini dapat digunakan untuk menilai hubungan antara faktor resiko
dan dampak kesehatan yang ditimbulkan dari suatu masalah kesehatan akibat penyakit – penyakit
menular serta penyakit bawaan vektor. (Cromley dan McLafferty, 2011).

Mengingat beban penyakit menular di Indonesia masih cukup tinggi, SIG dapat menjadi solusi
penanggulangan penyakit menular dari sisi preventif. Salah satu konsep dari SIG yaitu analisis spatial
clustering, dapat digunakan untuk mengetahui pola persebaran spasial suatu penyakit yang kemudian
dapat dianalisis hubungannya dengan faktor lingkungan. Didukung oleh berbagai aplikasi, seperti
ArcView, ArcGIS, EpiMap, dan dengan mengintegrasikan teknologi seperti Google Map API, SIG
membuat analisis data kesehatan menjadi lebih informatif untuk mendukung pembuatan kebijakan
dam intervensi terkait pengendalian dan pencegahan penyakit menular.

Pemetaan yang biasa dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:


1. Melakukan analisa kelayakan data penyakit-penyakit menular.
2. Menginput data ke dalam sistem.
3. Menganalisis wilayah dan data penyakit, data dasar puskesmas, dan data penyebaran vaksin
dari fasilitas kesehatan suatu daerah yang akan dilakukan pemetaan penyebaran penyakit.
4. Merancang basis data untuk merancang relasi-relasi antar tabel dalam basis data yang akan
dipakai dalam pembuatan sistem informasi geografis.
5. Merancang fungsi dan perintah yang akan di gunakan dalam sistem.
6. Merancang halaman dengan mendesain fitur-fitur yang ada di sistem, misalnya merancang
pewarnaan yang terdapat di halaman web.
7. Mengimplementasi perancangan kedalam sistem perancangan sistem geografis.
8. Melakukan test kelayakan, yang bertujuan untuk menguji sistem apakah sudah dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari sistem informasi geografis
tersebut.

Namun, system pelaporan yang ada di Puskesmas saat ini masih dilakukan manual dan belum
terintegrasi secara real time dengan Dinas Kesehatan, sehingga fungsi Dinas Kesehatan sebagai
pengawas dan pengendali program perencanaan kesehatan termasuk penyebaran penyakit menular
dan fungsi Puskesmas sebagai pelaksana program belum berjalan optimal.

Untuk menciptakan data yang real time, diperlukan strategi pemanfaatan perangkat replikasi
database dua arah antara Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam kegiatan pencegahan serta
penanggulangan penyakit menular. Replikasi dua arah adalah replikasi basis data menggunakan dua
server dengan server satu sebagai source sedangkan server lainnya berfungsi sebagai target, dimana saat
source melakukan perubahan data secara otomatis target akan melakukan perubahan sesuai data yang
diubah pada source begitu pula sebaliknya, sehingga database kesehatan tersinkronisasi. (Ozsu dan
Valduriez, 2006). Dengan ini akan terbentuk sinkronisasi antar database sehingga konsistensi data dapat
terjamin. Dengan menggunakan teknik replikasi ini, data dapat didistribusikan ke lokasi yang berbeda
melalui koneksi jaringan lokal maupun internet. Proses yang juga dikenal sebagai real time replication
dapat dilakukan jika tidak ada toleransi data yang hilang atau perbedaan data, antara data di site sekunder
harus sesuai dengan site utama, sehingga laporan yang telah diinput oleh Puskesmas dapat langsung
ditelaah oleh Dinas Kesehatan, pun sebaliknya.
Data yang dimasukkan ke dalam sistem SIG dua arah ini nantinya akan berasal dari pencatatan
dan pelaporan yang dilakukan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Data
tersebut mencakup data pelaporan bulanan, triwulan dan tahunan Puskesmas seperti data kesakitan, data
gizi, imunisasi dan pengamatan penyakit menular. Setelah diinput, data kemudian diolah melalui sistem
pemetaan penyakit menular oleh Puskesmas. Output sistem yang berupa pemetaan penyakit dari
berbagai Puskesmas akan langsung dikaji oleh Dinas Kesehatan tingkat Kota Tangerang Selatan untuk
membantu keperluan evaluasi program pengendalian penyakit maupun menentukan intervensi
selanjutnya yang akan dilaksanakan Puskesmas. Selain itu, otomasi data juga akan meningkatkan kualitas
dokumentasi informasi dan laporan nasional Indonesia.
Pada SIG pemetaan penyakit menular, yang mempunyai tugas memasukkan, menghapus dan
memanajemen data penyebaran penyakit, data geografis dan data instansi kesehatan adalah
administrator dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan. User instansi kesehatan seperti dokter, perawat
maupun staf dapat memanfaatkan informasi penyakit menular yang disajikan dalam bentuk grafik atau
peta, serta dapat memanajamen data kasus penyakit yang akan diregulasi oleh instansi kesehatan masing-
masing. Kemudian akan ada guest yang dapat mengakses informasi sistem seperti informasi geografis,
informasi data penyakit, informasi data instansi kesehatan, informasi data kasus penyakit dan informasi
grafik kasus penyebaran penyakit menular.

Daftar Pustaka
Greenwald R., Stackowiak R., dan Stern J. 2008. Oracle Essentials: Oracle Database 11g. (4th edition).
Sebastopol: O'Reilly Media, Inc.Cromley, E.K. & McLafferty, S.L., 2011. GIS and Public Health,
Second Edition 2nd ed., New York: Guilford Press. Available at:
http://books.google.co.id/books?id=QhYba rtcBn4C.
Higgs, G., 2005. A Literature Review of the Use of GIS-Based Measures of Access to Health Care Services.
Health Services & Outcomes Research Methodology, 5, pp.119-139.
Hutahaean, S. 2016. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Penyebaran Penyakit Berbasis Web. Available
at: https://www.kompasiana.com/serri/57eb704f4df9fdec0cfd21a3/sistem-informasi-geografis-
pemetaan-penyebaran-penyakit-berbasis-web?page=all
KURNIAWAN ADI KRISNA, Putu; PIARSA, I Nyoman; WIRA BUANA, Putu. 2016. Sistem Informasi
Geografis Pemetaan Penyebaran Penyakit Berbasis Web. Jurnal Ilmiah Merpati (Menara
Penelitian Akademika Teknologi Informasi), [S.l.], jan. ISSN 2685-2411. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/merpati/article/view/17896>
M. T. Ozsu dan P. Valduriez. 2006. Principles of Distributed Databases (2nd edition). PrenticeHall: ISBN 0-
13-659707-6.
Prasetyo, A. 2016. Replikasi Database Dua Arah dengan Kendali Raspberry PI pada Integrasi Sistem
Informasi Geografis Penyakit Menular. Available at: http://research-
report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/view/833
Rahmanti, A., dan Prasetyo, A. 2012. Sistem Informasi Geografis: Tren Pemanfaatan Teknologi Informasi
untuk Bidang Terkait Kesehatan. Snimed III: ISSN: 2301-9360. Available at:
https://journal.uii.ac.id/snimed/article/view/4086
Riner, M.E., Cunningham, C. & Johnson, A., 2004. Public Health Education and Practice Using Geographic
Information System Technology. Public Health Nursing, 21(1), pp.57-65. Available at:
http://dx.doi.org/10.1111/j.1525- 1446.2004.21108.x

Anda mungkin juga menyukai