Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI

KABUPATEN BLORA (STUDI KASUS PASAR BLORA KOTA)

Dwi Afri Liana, R. Slamet Santoso


Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id

ABSTRAK
Retribusi pelayanan pasar adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana berupa los, kios dan pelataran yang dimanfaatkan oleh
pedagang dan dikelola Pemerintah Daerah. Dalam penelitian ini penulis memilih
kasus tentang implementasi kebijakan retribusi pelayanan pasar di Kabupaten
Blora dengan studi kasus Pasar Blora Kota. Pasar Blora Kota merupakan pasar
dengan klasifikasi kelas I yang terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Blora,
letak yang strategis tersebut tidak sebanding dengan pendapatan retribusi dalam
kurun waktu lima tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan yang tajam.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi
kebijakan retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Blora yang dianalisis
menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Retribusi Pelayanan Pasar dan untuk menganalisis faktor penentu implementasi
kebijakan retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Blora yang dianalisis
menggunakan teori implementasi kebijakan Merilee S. Grindle. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses implementasi kebijakan retribusi pelayanan pasar di
Kabupaten Blora dengan studi kasus Pasar Blora Kota dinilai belum efektif,
aturan dalam peraturan daerah tidak dijalankan secara maksimal seperti
pemungutan retribusi, penggolongan tarif dan pemberian insentif, pelaksanaan
retribusi terutang dan pemberian sanksi, pemberitahuan informasi penyediaan
fasilitas pasar, penggolongan pedagang dan tarif. Faktor penentu dari teori adalah
tipe manfaat, derajat perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan,
pelaksana program, sumber-sumberdaya yang digunakan. Rekomendasi yang
diberikan adalah penambahan SDM, peningkatan kualitas dan kemampuan
petugas, peningkatan intensitas sosialisasi kebijakan, penegakan kebijakan dan
sanksi-sanksi, serta perbaikan fasilitas pasar yang rusak.

Kata Kunci: Kebijakan, Implementasi, Kebijakan Retribusi Pelayanan Pasar


IMPLEMENTATION OF MARKET SERVICE RETRIBUTION POLICY IN
BLORA DISTRICT (BLORA KOTA MARKET CASE STUDY)

Dwi Afri Liana, R. Slamet Santoso

ABSTRACT
Market Retribution’s Service is the payment service market for the provision of
traditional market facilities/ simplified form of stalls, kiosks and grounds are used
by traders and by the local government. In this study, the authors chose a case of
retribution policy implementation services in the market with case studies Blora
Kota Market with first class classification which is located in Blora district
administrative center, a strategic location that is not comparable to the income
levy within the last five years has increased and decreased sharply. The purpose
of this study was to analyze how policy implementation service levies market in
Blora analyzed by District Regulation Blora Number 7 of 2010 on Market
Retribution’s Service and to analyze the determinants of policy implementation
service levies market in Blora analyzed using the theory of policy implementation
Merilee S. Grindle. This research is descriptive qualitative method. The result
showed that the process of policy implementation in the market services levy with
case studies Blora Kota Market is considered not effective, the existing rules in
local legislation does not run optimally as collection of levies, classification of
tariffs and regions as well as the provision of incentives, implementation of
outstanding fees and sanctions, notification of information on the provision of
market facilities, classification of traders and tariffs for levies. The determinants
of the theory are the type of benefits, extent of change envision, site of decision,
program implementer, and resources commited. Recommendations given are the
addition of human resources, improvement of quality and capability of officers,
increasing the intensity of policy dissemination, enforcement of policies and
sanctions, and improvement of damaged market facilities.

Keywords: Policy, Implementation, Market Retribution’s Service


PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara perimbangan daerah, pinjaman
berkembang tiada hentinya daerah, dan pendapatan daerah yang
melakukan pembangunan, baik sah. Sumber keuangan yang berasal
pembangunan fisik maupun non fisik dari PAD lebih penting daripada
di pusat dan di daerah. urusan pendapatan-pendapatn lainnya
pemerintahan tidak semua dipegang karena PAD sifatnya lebih fleksibel
oleh pusat, maka daerah diberikan dan mudah digunakan sesuai dengan
hak untuk mengurus rumah inisiatif daerah.
tangganya sendiri. Pembentukan
Kabupaten Blora merupakan
pemerintahan otonomi (dalam
salah satu daerah otonom di wilayah
Simanjuntak, 2010:24) bermaksud
Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah
untuk mendekatkan kekuasaan
Pusat telah memberikan kewenangan
dengan rakyat. Tujuannya untuk
kepada kabupaten Blora guna
memakmurkan rakyat daerah, serta
meningkatkan pelayanan,
mempercepat kesejahteraan rakyat.
pembangunan daerah serta
Pemerintah daerah dianggap lebih
kesejahteraan masyarakat menjadi
mengetahui kebutuhan rakyat dan
lebih baik melalui pengoptimalan
daerahnya, sehingga akan lebih
dana PAD salah satunya yaitu
mempercepat pelaksanaan
retribusi daerah karena memiliki
pembangunan.
kontribusi yang cukup besar bagi
Pelaksanaan pembangunan penerimaan daerah. Melalui retribusi
tidak terlepas dari pembiayaan pelayanan pasar yang diatur dalam
pembangunan, tanpa adanya Peraturan Daerah Kabupaten Blora
pembiayaan, pembangunan tidak No. 7 Tahun 2010 tentang Retribusi
akan berjalan lancar sehingga Pelayanan Pasar yang didalamnya
pemerintah terus menggali potensi- menjelaskan mengenai besaran tarif
potensi yang ada untuk menunjang retribusi, prosedur pembayaran,
pembiayaan pembangunan. Hal ini obyek dan subyek retribusi serta hal-
dilakukan dengan menggali sumber- hal lainnya. Idealnya dalam
sumber pendapatan daerah yang pelaksanaan pemungutan retribusi
bersumber dari PAD, dana pelayanan pasar harus dilaksanakan
secara efektif, artinya adanya dengan tarif semestiya, pedagang
imbangan antara pendapatan dari dominan berjualan hingga ke bahu
suatu retribusi yang sebenarnya jalan. Tahun 2017 sebagai tahun
terhadap pendapatan dari pungutan paling ekstrim untuk penetapan
retribusi. target penerimaan retribusi terlihat
kenaikan target mencapai 55,05%
Realisasi PAD kabupaten
dari tahun sebelumnya. Kondisi ini
Blora tahun 2014 hingga 2018
menyebabkan realisasi tidak
mengalami kenaikan yang signifikan.
mencapai target mengingat banyak
Tahun 2014 total pendapatan
los dan kios yang ada tidak
mencapai Rp. 144.798.225.775,
digunakan untuk berjualan sehingga
tahun 2018 sebesar Rp.
tidak bisa dipungut retribusinya.
195.319.926.633.Retribusi daerah
menjadi penyumbang yang kecil Pelaksanaan kebijakan
dibandingkan dengan dana-dana retribusi pelayanan pasar belum bisa
yang lain. Penerimaan retribusi dilakukan secara 100% karena
daerah setiap tahunnya mengalami apabila benar-benar diterapkan
penurunan, tahun 2014 sebesar Rp. sesuai dengan aturan yang ada akan
15.366.765.092 sedangkan tahun berujung perselisihan dengan
2017 mengalami penurunan sebesar pedagang. Dari tahun ke tahun
20% sehingga penerimaannya persentase pedagang di Pasar Blora
sebesar Rp. 8.382.715.279. Kota yang sudah melakukan
herregistrasi mengalami penurunan,
Pasar Blora Kota merupakan
kondisi seperti ini menunjukkan
pasar tradisional yang terletak di
tingkat kepatuhan terhadap regulasi
pusat pemerintahan kabupaten Blora
perizinan rendah, ditemui target
dengan target penerimaan retribusi
dengan realisasi jauh berbeda dan hal
yang tinggi dibandingkan dengan
ini yang menyebabkan penerimaan
beberapa pasar besar lainnya.
retribusi daerah menjadi rendah.
Permasalahan yang ada di Pasar
Alasan banyaknya pedagang tidak
Blora Kota adalah sebagian besar
melakukan herregistrasi dikarenakan
pedagang tidak melakukan
biaya yang mahal, tahun 2015 biaya
herregistrasi, dalam melakukan
herregistrasi kios sebesar Rp. 10.000
pembayaran retribusi tidak sesuai
sedangkan untuk los sebesar Rp. dalam implementasi kebijakan
3.000. Tahun 2016 biaya dinaikkan retribusi pelayanan pasar di
untuk kios sebesar Rp. 30.000 dan kabupaten Blora.
untuk los sebesar Rp. 10.000. Alasan
Rumusan Masalah
lainnya adalah kios pedagang banyak
1. Bagaimana implementasi
yang tutup dan memilih berjualan di
kebijakan retribusi pelayanan
bahu jalan yang menyebabkan
pasar di Kabupaten Blora?
pemungutan retribusi tidak sesuai
2. Faktor-faktor apa saja yang
dengan tarif semestinya. Pedagang
menjadi penentu implementasi
menjaminkan kartu herregistrasi
kebijakan retribusi pelayanan
sebagai agunan di bank sehingga
pasar di Kabupaten Blora?
tanpa adanya kartu tersebut tidak
Tujuan Penelitian
bisa melakukan herregistrasi.
1. Menganalis proses implementasi
Kurangnya kesadaran dan
kebijakan retribusi pelayanan
ketidaksesuaian pihak yang bertugas
pasar di Kabupaten Blora.
dalam memungut retribusi
2. Menganalisis faktor penentu
berpengaruh terhadap tinggi
implementasi kebijakan retribusi
rendahnya penerimaan retribusi suatu
pelayanan pasar di Kabupaten
daerah.
Blora.
Berdasarkan hal tersebut,
Kajian Teori
penulis tertarik untuk meneliti lebih
1. Administrasi Publik
dalam mengenai bagaimana proses
Chandler & Plano dalam
implementasi kebijakan retribusi
Keban (2004:3) mengatakan bahwa
pelayanan pasar dan faktor-faktor
Administrasi publik adalah proses
yang menjadi penentu dalam
dimana sumberdaya dan personel
implementasi kebijakan retribusi
publik diorganisir dan
pelayanan pasar di kabupaten Blora.
dikoordinasikan untuk
Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasikan,
menganalisis proses implementasi
mengimplementasikan, dan
kebijakan retribusi pelayanan pasar
mengelola (manage) keputusan-
di kabupaten Blora dan menganalisis
keputusan dalam kebijakan publik.
faktor-faktor yang menjadi penentu
Dwight Waldo (dalam Disamping 5 paradigma yang
Syafiie, 2006:25) mendefinisikan telah disebutkan, terdapat pandangan
administrasi publik adalah lain terhadap konsep administrasi
manajemen dan organisasi dari negara (dalam Miftah Thoha,
manusia-manusia dan perlatannya 2011:72-76) yaitu: Old Public
guna mencapai tujuan pemerintah. Administration yang mempunyai
Dari beberapa definisi tugas melaksanakan kebijakan dan
administrasi publik di atas, dapat memberikan pelayanan secara netral,
dipahami bahwa administrasi publik profesional dal lurus (faithfully)
adalah kerja sama yang dilakukan mengarah pada tujuan yang telah
oleh sekelompok orang atau lembaga ditetapkan. New Public Management
dalam melaksanakan tugas-tugas bertugas untuk mentransformasikan
pemerintahan dalam memenuhi kinerja yang digunakakan dalam
kebutuhan publik secara efisien dan sektor privat dan bisnis ke sektor
efektif publik. Sangat menitikberatkan pada
mekanisme pasar dalam
2. Paradigma Administrasi Publik
mengarahkan program-program
Miftah Thoha (2011:18-34)
publik. New Public Service (dalam
membagi paradigam administrasi
Miftah Thoha, 2011:83-84) konsep
menjadi 5 yaitu: Paradigma 1
yang menekankan berbagai elemen.
(1900-1926) dikenal sebagai
paradigma Dikontomi Politik Berdasarkan uraian tentang
Administrasi, Paradigma 2 (1927- paradigma administrasi publik yang
1937) disebut sebagai paradigma telah dijelaskan sebelumya secara
Prinsip-Prinsip Administrasi, konseptual, peneliti memfokuskan
Paradigma 3 (1950-1970) adalah pada paradigma adminitrasi negara
paradigma Administrasi Negara sebagai administrasi negara karena
sebagai Ilmu Politik, Paradigma 4 dalam paradigma kelima ini fokus
(1956-1970) adalah Administrasi dan lokus administrasi negara telah
Publik sebagai Ilmu Administrasi, jelas disebutkan. Terkait dengan
Paradigma 5 (1970-sekarang) adalah penelitian implementasi kebijakan
Administrasi Negara sebagai sesuai dengan lokus paradigma ini
Administrasi Negara. yaitu birokrasi pemerintahan dan
dalam menjalankan kebijakan- baik yang dilakukan oleh organisasi
kebijakan yang ada sudah pemerintah maupun para pihak yang
menggunakan teknik administrasi telah ditentukan dalam kebijakan.
dan manajmeen yang sudah maju.
Van Meter dan Van Horn
3. Kebijakan Publik (dalam Leo Agustino, 2014:139)
Chandler dan Plano (dalam mendefinisikan impelementasi
Pasolong, 2013:38) menyatakan kebijakan sebagai tindakan-tindakan
bahwa kebijakan publik adalah yang dilakukan baik oleh individu-
pemanfaatan yang strategis terhadap individu atau pejabat-pejabat atau
sumber daya-sumber daya yang ada kelompok-kelompok pemerintah atau
untuk memecahkan masalah-masalah swasta yang diarahkan pada
publik atau pemerintah. Kebijakan tercapainya tujuan-tujuan yang telah
publik menurut Thomas R. Dye digariskan dalam keputusan
(dalam Pasolong, 2013:39) adalah kebijaksanaan.
apapun yang dipilih pemerintah
Berdasarkan definisi
untuk dilakukan atau tidak
implementasi kebijakan yang telah
dilakukan.
dijelaskan oleh para ahli ini dapat
Definisi kebijakan publik
disimpulkan bahwa implementasi
yang telah dijelaskan oleh para ahli
kebijakan merupakan suatu tindakan
ini dapat disimpulkan bahwa
menjalankan sebuah kebijakan dalam
kebijakan publik merupakan suatu
ranah senyatanya yang dilakukan
keputusan yang dibuat oleh
oleh pemerintah maupun organisasi
pemerintah yang berorientasi pada
yang telah ditentukan untuk
kepentingan publik untuk
mencapai tujuan yang telah
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan
ditetapkan.
oleh pemerintah demi kepentingan
publik. 5. Pendekatan Implementasi

4. Implementasi Kebijakan Dalam sejarah perkembangan

Implementasi kebijakan studi implementasi kebijakan

(dalam Indiahono, 2009:143) dijelaskan adanya dua pedekatan

menunjuk aktivitas menjalankan guna memahami implementasi

kebijakan dalam ranah senyatanya, kebijakan yakni pendekatan top


down dan bottom up. Leo Agustino proses pencapaian hasil akhir
(2014, 140-141) pendekatan top (outcomes), yaitu teracapai atau
down, implementasi kebijakan yang tidaknya tujuan yang ingin diraih,
dilakukan tersentralisir dan dimulai dimana pengukuran keberhasilan
dari aktor tingkat pusat, dan implementasi kebijakan tersebut
keputusannya pun diambil dari dapat dilihat dari dua hal, yaitu:
tingkat pusat.
a. Dilihat dari prosesnya,
Model implementasi dengan mempertanyakan
kebijakan yang menggunakan apakah pelaksanaan
pendekatan top down ada dua model kebijakan sesuai dengan yang
yaitu model menurut Van Meter dan ditentukan (design) dengan
Van Horn serta model menurut merujuk pada aksi kebijakan.
George C. Edward III. Sedangkan b. Apakah tujuan kebijakan
model implementasi kebijakan yang tercapai. Dimensi ini diukur
menggunakan pendekatan mix top dengan melihat dua faktor,
down dan bottom up yaitu model yaitu:
menurut Daniel Mazmanian dan Paul  Impak atau efeknya
Sebatier serta model Merilee S. pada masyarakat
Grindle. Karena penelitian ini lebih secara individu dan
merujuk pada pihak eksternal yang kelompok.
diteliti, maka lebih didukung  Tingkat perubahan
meggunakan teori implementasi yang terjadi serta
dengan pendekatan mix top down dan penerimaan kelompok
bottom up yaitu model Mazmanian sasaran dan perubahan
dan Grindle. yang terjadi.

6. Model Implementasi Kebijakan Keberhasilan suatu


Merilee S. Grindle implementasi kebijakan publik juga
amat ditentukan oleh tingkat
Menurut Grindle (dalam Leo
implementability kebijakan itu
Agustino, 2014:154-157)
sendiri, yang terdiri atas Content of
keberhasilan implementasi suatu
kebijakan publik dapat diukur dari
Policy dan Context of Policy (dalam implementasi kebijakan harus
Leo Agustino, 2014:154-156): mempunyai skala yang jelas.
d. Site of Decision Making
A. Content of Policy menurut
(letak pengambilan
Grindle adalah:
keputusan)
a. Interest Affected
Pengambilan keputusan
(kepentingan-kepentingan
dalam suatu kebijakan
yang mempengaruhi)
memegang peranan penting
Suatu kebijakan dalam
dalam pelaksanaan suatu
pelaksanaannya pasti
kebijakan, dimana letak
melibatkan banyak
pengambilan keputusan dari
kepentingan, dan sejauhmana
suatu kebijakan yang akan
kepentingan-kepentingan
diimplementasikan.
tersebut membawa pengaruh
e. Program Implementer
terhadap implementasinya.
(pelaksana program)
b. Type of Benefits (tipe
Menjalankan suatu kebijakan
manfaat)
atau program harus didukung
Suatu kebijakan harus dengan adanya pelaksana
terdapat beberapa jenis kebijakan yang kompeten dan
manfaat yang menunjukkan kapabel demi keberhasilan
dampak positif yang suatu kebijakan.
dihasilkan oleh f. Resources Committed
pengimplementasian (sumber-sumberdaya yang
kebijakan yang hendak digunakan)
dilaksanakan. Pelaksanaan suatu kebijakan

c. Extent of Change Envision harus didukung oleh

(derjat perubahan yang ingin sumberdaya-sumberdaya

dicapai) yang mendukung agar

Seberapa besar perubahan pelaksanaannya berjalan

yang hendak atau ingin dengan baik.

dicapai melalui suatu B. Context of Policy menurut


Grindle adalah:
a. Power, Interest, and Strategy mnegenai retribusi pelayanan pasar.
of Actor Involved (kekuasaan, Teori ini lebih kuat digunakan untuk
kepentingan-kepentingan, dan meneliti kepada pihak eksternal.
strategi dari aktor yang
7. Keuangan Daerah
terlibat)
Dalam suatu kebijakan perlu Menurut Tangkilisan

diperhitungkan kekuatan atau (2005:71) menyebutkan

kekuasaan, kepentingan, serta pemerintahan di daerah dapat

strategi yang digunakan oleh terselenggara karena adanya

para aktor yang terlibat guna dukungan dari berbagai faktor

memperlancar jalannya sumberdaya yang mampu

pelaksanaan suatu menggerakkan jalannya roda

implementasi kebijakan. pemerintahan dalam ranga

b. Institution dan Regime pencapaian tujuan. H.A.W Wijaya

Characteristic (karakteristik (2011:147) keuangan daerah adalah

lembaga dan rezim yang semua hak dan kewajiban daerah

berkuasa) dalam rangka penyelenggaraan

Lingkungan dimana suatu pemerintahan daerah yang dapat

kebijakan tersebut dinilai dengan uang termasuk

dilaksanakan berpengaruh didalamnya segala bentuk kekayaan

terhadap keberhasilannya. lain yang berhubungan dengan hak

c. Compliance and dan kewajiban daerah tersebut dalam

Responsivisness (tingkat kerangka APBD.

kepatuhan dan adanya respon Koswara (2000:50) dalam


dari pelaksana) Tangkilisan (2005:72) ciri utama
Sejauhmana kepatuhan dan yang menunjukkan daerah otonom
respon dari pelaksana dalam mampu berotonomi terletak pada
menanggapi suatu kebijakan. kemampuan keuangan daerahnya.

Penulis memutuskan Artinya, daerah otonom harus

menggunakan teori implementasi memiliki kewenangan dan

Merilee S. Grindle karena teori ini kemampuan untuk menggali sumber-

lebih mendukung riset atau penelitian sumber keuangan sendiri, mengelola,


dan menggunakan keuangan sendiri 1. Bagian daerah dari
yang cukup memadai untuk penerimaan pajak
membiayai penyelenggaraan penghasilan
pemerintahan daerahnya. perseorangan, PBB,
BPHTB, dan penerimaan
8. Sumber-sumber Penerimaan
sumber daya alam.
Daerah
2. Dana Alokasi Umum
Menurut Adisasmita (2014:1-7) 3. Dana Alokasi Khusus
dalam konteks pengelolaan keuangan 4. Pinjaman Daerah
daerah, penerimaan daerah dan 5. Lain-lain Penerimaan
anggaran daerah mempunyai kaitan yang Sah
yang erat terhadap keberhasilan
9. Retribusi Daerah
pembangunan daerah dan
pelaksanaan otonomi daerah, oleh Menurut Prawirohardjo
karena itu harus dikelola secara (1984:202) dalam Adisasmita
efektif, efisien dan profesional serta (2014:109-110) retribusi daerah
berkelanjutan. Sumber-sumber merupakan pungutan daerah sebagai
Pendapatan Asli Daerah terdiri atas: pembayaran pemakaian atau karena
memperoleh jasa pekerjaan, usaha
a. Pendapatan Asli Daerah,
atau milik daerah baik langsung
terdiri atas:
maupun tidak langsung. Berdasarkan
1. Hasil Pajak Daerah
Undang-undang Republik Indonesia
2. Hasil Retribusi Daerah
No. 18 Tahun 1997 tentang Retribusi
3. Hasil Perusahaan Milik
daerah adalah pungutan daerah
Daerah dan Hasil
sebagai pembayaran jasa atau
Pengelolaan Kekayaan
pemberian izin tertentu yang khusus
Daerah Lainnya yang
disediakan atau diberikan pemerintah
dipisahkan, dan
daerah untuk kepentingan orang
4. Lain-lain Pendapatan Asli
pribadi atau golongan.
Daerah yang Sah
b. Dana Perimbangan, terdiri Berdasarkan uraian diatas
atas: dapat disimpulkan bahwa retribusi
daerah adalah`pembayaran atas
penyediaan jasa jasa atau fasilitas oleh pemerintah maupun organisasi
yang diberikan oleh pemerintah yang telah ditentukan untuk
daerah untuk kepentingan orang mencapai tujuan yang telah
pribadi atau golongan. ditetapkan. Hasil penelitian ini
dijabarkan secara deskriptif
METODA PENELITIAN
menggunakan Peraturan Daerah
Dalam penelitian ini penulis
Kabupaten Blora No. 7 Tahun 2010
menggunakan desain penelitian
tentang Retribusi Pelayanan Pasar
dengan pendekatan deskriptif
dan teori implementasi kebijakan
kualitatif. Penelitian ini berlokus di
menurut Merilee S. Grindle yang
Dinas Perdagangan, Koperasi dan
menyebutkan ada 2 indikator yaitu
UKM Kabupaten Blora yang
Content of Policy dan Context of
difokuskan pada Pasar Blora Kota,
Policy.
dengan subjek penelitian yakni
informan, yang bertugas sebagai 1. Implementasi Kebijakan
informan kunci. Teknik pemilihan Retribusi Pelayanan Pasar di
informan yakni purposive sampling. Kabupaten Blora (Studi Kasus
Jenis data yang digunakan dalam Pasar Blora Kota)
penelitian ini adalah kata-kata,
Untuk mengetahui hasil dari
sumber tertulis, dan foto. Sumber
pengimplemetasian Peraturan Daerah
data dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Blora Nomor 7 Tahun
berbentuk data primer dan data
2010 tentang Retribusi Pelayanan
sekunder, dengan menggunakan
Pasar peneliti akan menganalisis data
teknik pengumpulan data yakni
primer dan sekunder menggunakan
wawancara mendalam, observasi dan
kebijakan tersebut.
dokumentasi.
A. Kesesuaian Pengaturan
HASIL PENELITIAN DAN
Retribusi Pelayanan Pasar
PEMBAHASAN
Kesesuaian Pengaturan retribusi
Implementasi kebijakan
pelayanan pasar merupakan proses
merupakan suatu tindakan
atau upaya yang mengatur
menjalankan sebuah kebijakan dalam
pelaksanaan kebijakan retribusi
ranah senyatanya yang dilakukan
pelayanan pasar untuk mencapai
tujuan. Peraturan daerah tersebut Belum sesuai dengan
didalamnya menjelaskan hal-hal kebijakan yang ada karena prinsip
yang berkaitan dengan retribusi penetapan struktur dan besarnya
pelayanan pasar yang dibagi menjadi tarif yang ada pada bab 5 pasal 7
19 bab. Dari sekian bab tersebut menyebutkan bahwa prinsip
dikelompokkan menjadi tiga penetapan tarif retribusi adalah
indikator yaitu: dengan memperhatikan
penyediaan jasa pelayanan pasar,
 Pemungutan retribusi pelayanan
kemampuan masyarakat dan
Pasar
aspek keadilan. Kenyataan di
Pemungutan retribusi
lapangan prinsip tersebut tidak
pelayanan pasar belum
sepenuhnya digunakan mengingat
sepenuhnya dikatakan sesuai
apabila benar-benar diterapkan
dengan yang ada di peraturan
maka pedagang tidak mampu
daerah, masih terdapat beberapa
membayar retribusi sehingga
pasal yang belum dipahami oleh
tujuan dari kebijakan tersebut
pelaksana kebijakan. Terdapat
tidak akan tercapai. Terdapat
perbedaan pendapat antara
petugas yang mengedepankan
pelaksana kebijakan dengan yang
prinsip kemampuan masyarakat
ada dalam kebijakan. Pemahaman
yang dapat dilihat dari ketika
beberapa pelaksana kebijakan
pedagang membayar retribusi
ketika memberikan informasi
tidak sesuai dengan tarif
harus membuka dan membaca
semestinya dengan alasan belum
dulu dari peraturan daerah.
ada jualan yang laku. Pemungutan
Sebagai seorang pelaksana
retribusi pelayanan pasar
kebijakan, hal-hal seperti itu harus
dilakukan menggunakan karcis
sudah melekat dan memahami isi
atau SKRD sesuai dengan bab 7
dari kebijakan.
pasal 9 ayat 1 dan 2 yang
 Penggolongan tarif dan wilayah
menyebutkan bahwa retribusi
serta pemberian insentif
dipungut dengan menggunakan
pemungutan retribusi pelayanan
SKRD atau dokumen lain yang
pasar
dipersamakan. Dokumen lain
yang dipersamakan sebagaimana sekali apabila mampu mencapai
dimaksud pada ayat (1) dapat target yang telah ditentukan,
berupa karcis, kupon, dan kartu apabila tidak mencapai target
langganan. Penerapan di lapangan maka insentif tidak diberikan. Hal
sudah sesuai dengan kebijakan ini telah sesuai dengan peraturan
yang ada. Hasil pemungutan daerah yaitu pada bab 15 pasal 24
retribusi disetorkan ke kas daerah ayat 1 menyebutkan bahwa
sesuai dengan bab 7 pasal 9 ayat 3 instansi yang melaksanakan
yang menyebutkan bahwa hasil pemungutan retribusi dapat
pungutan retribusi sebagaimana diberikan insentif atas dasar
dimaksud pada ayat (1) disetor ke pencapaian kinerja tertentu.
Kas Daerah secara bruto Pelaksana kebijakan tidak
selambat-lambatnya 1 (satu) hari mengetahui proses pemberian
kerja atau dalam waktu yang insentif tersebut, padahal tata cara
ditentukan oleh Bupati. Kondisi pemberian insentif kebijakan
dilapangan sudah sesuai dengan sudah dijelaskan didalam
yang ada di kebijakan, penyetoran Peraturan Bupati yang mengatur.
hasil retribusi dilakukan setiap  Pelaksanaan retribusi terutang
hari kecuali hari Sabtu dan dan pemberian sanksi
Minggu serta hari libur lainnya.
Belum sesuai dengan aturan
Pemungutan retribusi di Pasar
yang ada karena pelaksanan
Blora Kota dilakukan diseluruh
pembayaran retribusi yang
wilayah pasar tanpa terkecuali
terutang semestinya pedagang
sudah sesuai dengan pasal 10
datang ke kantor pengelola pasar,
yang menyebutkan bahwa
akan tetapi kenyataan di lapangan
retribusi dipungut di wilayah
justru petugas yang harus
daerah tempat penyediaan fasilitas
mendatangi pedagang di tempat.
pasar tradisional/sederhana.
Kondisi ini tidak sesuai dengan
Instansi yang melakukan
yang ada pada peraturan daerah
pemungutan retribusi diberikan
Bab 8 Pasal 12 yang menyebutkan
upah berupa insentif pemungutan
bahwa pembayaran retribusi yang
yang diberikan setiap 3 bulan
terutang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dilakukan pada yang terutang seperti yang
tempat pembayaran yang telah tertuang dalam Bab 10 Pasal 16
ditetapkan oleh Pemerintah ayat 1 bahwa wajib retribusi dapat
Daerah. Wajib retribusi yang mengajukan keberatan hanya
mempunyai retribusi terutang kepada Bupati atau Pejabat yang
tidak dikenakan sanksi meskipun ditunjuk atas SKRD atau
dalam pembayaran retribusi yang dokumen lain yang dipersamakan.
terutang melampaui batas jatuh Pelaksana kebijakan belum
tempo. Pada Bab 8 Pasal 13 ayat 2 memahami proses dari pengajuan
menyebutkan bahwa Bupati atas keberatan dan pengembalian
permohonan wajib retribusi kelebihan pembayaran apabila
setelah memenuhi persyaratan dikabulkan oleh Bupati.
yang ditentukan dapat
B. Proses Pemungutan Retribusi
memberikan persetujuan kepada
Pelayanan Pasar
wajib retribusi untuk mengangsur
 Pemberitahuan informasi
atau menunda pembayaran
penyediaan fasilitas pasar
retribusi, dengan dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan. Pemberitahuan informasi

Kenyataan di lapangan sanksi penyediaan fasilitas pasar dinilai

tersebut tidak dijalankan karena tidak efisien melihat pemberian

petugas lebih mengedepankan informasi hanya dilakukan

rasa kemanusiaan sehingga hal ini bersamaan dengan petugas

menjadikan pedagang tidak melakukan pemungutan retribusi

mempunyai efek jera ketika tidak sehingga informasi yang

segera melunasi retribusi yang didapatkan tidak dapat terserap

terutang. Karena wajib retribusi secara sempurna dan merata ke

tidak mengetahui adanya seluruh pedagang di Pasar Blora

kebijakan retribusi pelayanan Kota.

pasar sehingga tidak mengetahui  Survey ketersediaan fasilitas pasar


bahwa mereka bisa mengajukan Sudah sesuai dengan aturan
keberatan pembayaran retribusi yang ada yaitu dilakukan oleh
pelayanan pasar dan retribusi pihak-pihak yang terkait akan
pengelolan retribusi pelayanan BPPKAD dalam penentuan target
pasar dalam hal ini yaitu tidak melihat potensi yang ada di
Dindagkop terkhusus bidang pasar Pasar Blora Kota, sehingga hal ini
yang terdiri dari kasi retribusi, dinilai tidak sesuai dengan output
petugas pengelola pasar, pihak yang dihasilkan yaitu sebagai
UPTD pasar beserta pedagang dasar penentuan target retribusi.
yang ingin menggunakan fasilitas
 Penggolongan pedagang dan tarif
tersebut. Survey dilaksanakan
retribusi pelayanan pasar
ketika sudah ada kata sepakat
antara pedagang dengan petugas Belum sesuai dengan aturan

pengelola pasar kemudian petugas yang ada karena kondisi

tersebut melaporkan kepada dinas penggolongan pedagang yang ada

terkait. Setelah survey selesai di Pasar Blora Kota dengan tarif

dilakukan, pedagang akan didata retribusi yang harus dibayarkan

dalam buku herregistrasi yang beberapa pedagang membayar

didalamnya berisi data diri tarif retribusi tidak sesuai

sebagai bukti kepemilikan tempat. semestinya dikarenakan dagangan

 Pendataan dan pelaporan yang belum laku dan petugas

pedagang ke Dindagkop pemungut retribusi


mengedepankan rasa kemanusiaan
Sudah sesuai dengan hasil yang
sehingga berapapun nominal yang
ada karena data yang valid terkait
dibayarkan tetap diterima. Sistem
jumlah pedagang yang ada di
zonasi atau tata letak pedagang
Pasar Blora Kota selalu
tidak berdasarkan jenisnya dan
diperbaharui setiap tahunnya.
masih bercampur sehingga
Adanya pendataan dan pelaporan
terkesan tidak rapi.
pedagang tersebut dijadikan acuan
pengambilan keputusan kedepan  Pemungutan retribusi di wilayah

yang lebih tepat sasaran serta Pasar Blora Kota

sebagai dasar penentuan target Sudah sesuai dengan aturan


dan pendapatan dari retribusi yang ada dapat dilihat dari
pelayanan pasar. Sesuai dengan pemungutan retribusi yang
yang ada di lapangan pihak dilakukan di seluruh wilayah
pasar yang dimanfaatkan dilakukan setiap hari kecuali pada
pedagang untuk berjualan sesuai hari Sabtu dan Minggu serta hari
dengan Pasal 10 yaitu retribusi libur lainnya sehingga penyetoran
dipugut di wilayah daerah tempat diakumulasikan pada hari
penyediaan fasilitas pasar selanjutnya.
tradisional/sederhana diberikan.
 Penyerahan bukti setor ke
 Pengumpulan hasil retribusi ke BPPKAD
bendahara pembantu penerimaan
Sudah sesuai dengan aturan
Sudah bagus dan sesuai dengan yang ada, Tanda bukti penyetoran
aturan yang ada. Petugas yang disebut dengan Surat Tanda
pengumpul retribusi memiliki Setor (STS) retribusi pelayanan
kualitas dan kinerja yang bagus pasar yang terdiri dari 4 rangkap
dalam menjalankan tugasnya, hal tersebut diserah kepada instansi-
ini dapat mendukung keberhasilan instansi yang terkait dengan
implementasi kebijakan retribusi pengelolan retribusi pelayanan
pelayanan pasar. pasar yaitu Dindagkop, Kantor
Pengelola Pasar, BPD Jawa
 Penyetoran hasil pemungutan
Tengah serta BPPKAD. BPPKAD
retribusi ke Kas Daerah
selaku koordinator pengelolaan
Sudah sesuai dengan aturan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang ada pada Bab 4 Pasal 9 ayat Kabupaten Blora dapat
3 menyebutkan bahwa Hasil mengontrol dan mengawasi
pungutan retribusi sebagaimana apabila terjadi permasalahan di
dimaksud pada ayat (1) disetor ke lapangan terkait retribusi
Kas Daerah secara bruto pelayanan pasar. Karena retribusi
selambat-lambatnya 1 (satu) hari pelayanan pasar menjadi salah
kerja atau dalam waktu yang satu penyumbang Pendapatan Asli
ditentukan oleh Bupati. Kas Daerah (PAD) Kabupaten Blora.
Daerah dalam hal ini adalah kas Bukti penyetoran retribusi
daerah Kabupaten Blora yang pelayanan pasar tersebut diterima
disetorkan melalui BPD Jawa oleh bidang akuntansi BPPKAD
Tengah. penyetoran sudah
sehingga pengawasan akan lebih yang akan meningkat. Dari pihak
mudah. Pada kenyataan eksternal sendiri dengan senang
dilapangan sebagian besar petugas hati menerima adanya kebijakan
tidak mengetahui siapa pihak tersebut, sehingga baik pihak
BPPKAD yang menerima tanda internal maupun eksternal
bukti penyetoran retribusi mempunyai kepentingan yang
pelayanan pasar tersebut. positif.
b. Tipe manfaat
2. Faktor Penentu Implementasi
Kebijakan retribusi pelayanan
Kebijakan Retribusi Pelayanan
pasar mempunyai hasil yang
Pasar di Kabupaten Blora (Studi
bersifat positif dan negatif. Dari
Kasus Pasar Blora Kota)
sisi positif lebih dirasakan oleh
A. Content of Policy
pihak pelaksana kebijakan berupa
a. Kepentingan yang
penggunaan kebijakan tersebut
Mempengaruhi
sebagai landasan dalam
Kepentingan-kepentingan
melaksnaakan tugas serta
yang mempengaruhi kebijakan
peningkatan pendapatan retribusi
retribusi pelayanan pasar sudah
pelayanan pasar. Dari sisi negatif
mendukung kebijakan yang ada
lebih dirasakan oleh sasaran dari
serta sudah sesuai dengan teori
kebijakan tersebut karena mereka
dimana kepentingan-kepentingan
belum mengetahui adanya
baik dari pihak internal maupun
kebijakan retribusi pasar sehingga
eksternal sudah satu frekuensi
belum merasakan manfaat serta
yaitu ingin menyukseskan
dampak yang dihasilkan dari
kebijakan retribusi pelayanan
kebijakan tersebut.
pasar. Hal ini dapat dilihat dari
c. Derajat perubahan yang ingin
para pembuat kebijakan yang
dicapai
tidak ingin memberatkan
Kebijakan retribusi pelayanan
pedagang untuk membayar tarif
pasar belum bisa mencapai derajat
retribusi, dengan kemudahan
perubahan yang ingin dicapai
tersebut akan memperlancar
karena belum menunjukkan
proses pemungutan serta
dampak yang positif. Apabila
pendapatan asli daerah (PAD)
suatu kebijakan terlalu menuntut f. Sumber-sumberdaya yang
terjadi perubahan dalam waktu digunakan
yang singkat atau instant akan Sumberdaya masih kurang,
sulit untuk diimplementasikan. baik sumberdaya finansial
Sehingga untuk mencapai derajat maupun sumberdaya manusia.
perubahan tersebut membutuhkan Dari segi sumberdaya manusia
waktu yang cukup lama. dirasa masih kurang, hal ini akan
d. Letak pengambilan keputusan berakibat pada kurang efektifnya
Belum sesuai dengan letak pelaksanaan kebijakan retribusi
pengambilan keputusan dimana pelayanan pasar. Disamping itu
sebuah kebijakan harus mampu kebijakan ini didukung dari segi
mengatasi permasalahan yang finansial meskipun belum
ada. Pada kenyataan di lapangan, sepenuhnya terpenuhi.
masih banyak permasalahan- B. Context of Policy
permasalahan yang ada di Pasar a. Kekuasaan, kepentingan-
Blora Kota belum teratasi. kepentingan, dan strategi aktor
Kondisi seperti ini akan yang terlibat
menghambat keberhasilan Sudah sesuai teori yang ada,
pengimplementasian kebijakan kepentingan pelaksana dengan
retribusi pelayanan pasar. sasaran kebijakan berbeda.
e. Pelaksana program Pelaksana kebijakan
Pelaksana kebijakan belum menginginkan penerapan
mempunyai kompetensi yang kebijakan tersebut dapat
handal. Hal ini dibuktikan dalam dilakukan secara 100% dengan
menjalankan tugasnya, mereka harapan mampu mencapai target
hanya mengalir begitu saja tanpa yang ada dan berdampak pada
harus ada kompetensi tertentu. peningkatan PAD Kabupaten
Dalam mengimplementasikan Blora, sedangkan pedagang
suatu kebijakan harus mempunyai kepentingan untuk
dilaksanakan oleh orang-orang berjualan dengan penarikan
yang kompeten dan kapabel di retribusi pelayanan pasar yang
bidangnya rendah. Kondisi seperti ini
menghambat keberhasilan Sudah sesuai aturan yang ada
pelaksanaan kebijakan retribusi mereka menjalankan tugas
pelayanan pasar, tetapi kondisi ini berdasarkan tupoksinya meskipun
disiasati oleh para pelaksana terdapat beberapa pasal yang ada
kebijakan dengan cara pendekatan didalam peraturan daerah tidak
dengan pedagang agar pedagang dijalankan dengan pertimbangan
memahami maksud dan tujuan apabila kebijakan dijalankan
dari adanya kebijakan tersebut 100% akan menimbulkan
serta mendukung keberhasilan kekacauan yaitu banyak pedagang
pelaksanaan kebijakan. yang protes terhadap tarif retribusi
kekuasaan, kepentingan dan serta pengenaan sanksi-sanksi
strategi sangat berpengaruh tertentu. Hal ini menunjukkan
terhadap proses implementasi bahwa sebagian besar pedagang
kebijakan yang bisa menjadikan kurang mematuhi kebijakan
kebijakan tersebut gagal maupun retribusi pelayanan pasar.
berhasil.
PENUTUP
b. Karakteristik lembaga dan
SIMPULAN
rezim yang berkuasa
1. Berdasarkan pemapamaran hasil
Sudah sesuai dengan teori yang
penelitian dan pembahasannya, dapat
ada bahwa dibutuhkan koordinasi
disimpulkan bahwa Implementasi
yang baik antar lembaga jika ingin
kebijakan retribusi pelayanan pasar
pengimplementasian suatu
di Kabupaten Blora dengan studi
kebijakan dikatakan berhasil. Hal
kasus pada Pasar Blora Kota yang
ini dibuktikan dengan koordinasi
dilihat dari penyelenggaraan
yang diciptakan antar pelaksana
Peraturan Daerah Kabupaten Blora
kebijakan retribusi pelayanan
Nomor 7 Tahun 2010 tentang
pasar di Pasar Blora Kota ketika
Retribusi Pelayanan Pasar dikatakan
menangani suatu permasalahan
belum efektif dilihat dari beberapa
segera dikoordinasikan antar
aturan yang ada didalam peraturan
pihak.
daerah tidak dijalankan secara
c. Tingkat kepatuhan dan adanya
maksimal.
respon dari pelaksana
Terdapat faktor-faktor yang bagi pedagang yang melanggar
menjadi penentu positif mendukung aturan-aturan tersebut. Kurangnya
keberhasilan pengimplementasian penegakan sanksi-sanksi tersebut
kebijakan retribusi pelayanan pasar juga menyebabkan banyak pedagang
yaitu pelaksanaan survey fasilitas yang menjual lapaknya tanpa
pasar, pendataan dan pelaporan sepengetahuan petugas pengelola
pedagang yang dilakukan secara pasar, padahal fasilitas yang
rutin, pemungutan retribusi di diberikan oleh Pemerintah Daerah
seluruh wilayah pasar, pengumpulan tidak boleh diperjualbelikan.
hasil retribusi ke bendahara Sebagian besar pedagang tidak
pembantu penerimaan, penyetoran mengetahui keberadaan kebijakan
retribusi ke Kas Daerah dilakukan retribusi pelayanan pasar, hal ini
sesuai dengan aturan serta dikarenakan sosialisasi yang kurang
penyerahan bukti penyetoran maksimal kepada pedagang. Selain
retribusi ke BPPKAD sesuai dengan itu, beberapa pelaksana kebijakan
aturan. belum benar-benar memahami isi
dari kebijakan retribusi pelayanan
Faktor-faktor penentu negatif
pasar. Sebagai seorang pelaksana
yang terjadi di lapangan tidak sesuai
kebijakan seharusnya benar-benar
dengan yang ada pada pengaturan
memahami isi dari kebijakan
yaitu pemberitahuan informasi
tersebut, hal ini berdampak pada
penyediaan fasilitas pasar dan
keberhasilan dari
penggolongan pedagang dan tarif
pengimplementasian kebijakan
yang tidak sesuai dengan kebijakan
tersebut di lapangan.
karena petugas lebih mengedepankan
rasa kemanusiaan. Sebagian besar 2. Implementasi kebijakan retribusi
pedagang tidak melakukan pelayanan pasar di Kabupaten Blora
herregistrasi. Padahal tarif retribusi dengan studi kasus pada Pasar Blora
yang harus dibayarkan sudah jelas Kota diniliai belum sesuai dengan
tertera didalam peraturan daerah. teori Merilee S. Grindle karena
Sanksi-sanksi yang ada didalam terdapat beberapa indikator yang
peraturan daerah belum diterapkan dilaksanakan di lapangan belum
sehingga tidak memberikan efek jera sesuai dengan yang ada pada teori.
Faktor-faktor penentu positif a. Untuk mengatasi permasalahan
keberhasilan implementasi kebijakan indikasi pemungutan retribusi
retribusi pelayanan pasar lebih pelayanan pasar yang tidak
dominan pada lingkungan dari menggunakan karcis dapat dilakukan
kebijakan tersebut yaitu kekuasaan, dengan cara:
kepentingan dan strategi aktor yang - Pemberian pendidikan dan
terlibat, karakteristik lembaga dan pelatihan kepada petugas
rezim yang berkuasa, tingkat pemungut retribusi bagaimana tata
kepatuhan dan adanya respon dari cara pemungutan retribusi yang
pelaksana serta indikator dari isi baik dan benar agar mampu
kebijakan juga menyumbang melakukan tugas sesuai dengan
keberhasian implementasi yaitu prosedur yang harusnya
kepentingan-kepentingan yang dilakukan.
mempengaruhi. - Menindak tegas petugas yang
melakukan kecurangan-
Faktor-faktor penentu negatif
kecurangan dalam pemungutan
lebih dominan pada isi dari kebijakan
retribusi pelayanan pasar dengan
tersebut yaitu tipe manfaat, derajat
memberikan sanksi yang
perubahan yang ingin dicapai, letak
membuat efek jera.
pengambilan keputusan, pelaksana
- Memberikan fasilitas
kebijakan, serta sumber-sumberdaya
pengaduan terhadap tindakan
yang digunakan.
kecurangan yang dilakukan
SARAN petugas agar petugas pemungut

1. Dalam hal mengatasi retribusi lebih tertib dalam

permasalahan-permasalahan yang melakukan tugasnya.

ada pada faktor penentu negatif dari b. Permasalahan ketidaksesuaian

Peraturan Daerah Kabupaten Blora penggolongan tarif dan

Nomor 7 Tahun 2010 tentang ketidaktahuan pelaksana kebijakan

Retribusi Pelayanan Pasar dapat terkait pemberian insentif

dilakukan dengan cara sebagai pemungutan dapat diatasi dengan

berikut: cara:
- Penegakan kebijakan retribusi 2. Dalam hal mengatasi
pelayanan pasar karena selama ini permasalahan faktor-faktor penentu
pengimplementasian kebijakan yang melemah dari teori
dinilai masih lemah. Hal ini Implementasi Kebijakan oleh
dikarenakan petugas masih Merilee S. Grindle dapat diatasi
mengedepankan rasa kemanusiaan dengan cara sebagai berikut:
dan sanksi-sanksi yang ada belum a. Untuk mengatasi permasalahan
dijalankan. belum adanya manfaat yang
- Adanya penyelesaian masalah dirasakan oleh pedagang dikarenakan
kesesuaian penggolongan pedagang belum mengetahui
pedagang dengan tarif retribusi keberadaan kebijakan retribusi
yang harus dibayarkan. pelayanan pasar maka dapat diatasi
- Pengkajian ulang Peraturan dengan cara:
Daerah Kabupaten Blora Nomor 7 - Harus ada sosialisasi yang
Tahun 2010 tentang Retribusi dilakukan secara intens kepada
Pelayanan Pasar sebagai dasar seluruh pedagang pasar Blora
memungut retribusi yang dinilai Kota agar informasi yang
pemungutan tarif retribusi tidak diberikan dapat merata ke seluruh
sesuai dengan aturan yang ada, pedagang.
dilakukan dengan cara - Menggunakan media seperti
menurunkan tarif retribusi. papan pengumuman yang
c. Untuk mengatasi permasalahan diletakkan di titik-titik strategis
retribusi terutang dan pemberian pada lokasi pasar sehingga
sanksi dapat diatasi dengan cara: pedagang pasar dapat mengetahui
- Pemberian informasi dan segala informasi terkait kebijakan
pemahaman kepada pedagang retribusi pelayanan pasar.
terkait retribusi yang terutang dan b. Untuk mengatasi permasalahan
tata cara pembayarannya. belum adanya derajat perubahan
- Penegakan sanksi apabila yang dihasilkan dari kebijakan
pedagang tidak membayar retribusi pelayanan pasar dapat
retribusi yang terutang sehingga diatasi dengan cara:
pedagang merasa jera.
- Adanya perbaikan fasilitas- kekurangan, kesalahan dalam
fasilitas pasar karena dinilai melaksanakan pekerjaan serta
bangunan yang sudah tua serta memperbaiki kinerja pegawai
banyak yang rusak. pelaksana kebijakan.
- Adanya revitalisasi e. Untuk mengatasi permasalahan
dikarenakan kondisi Pasar Blora kurangnya sumber-sumberdaya yang
Kota yang benar-benar sudah digunakan dapat diatasi dengan cara:
tidak layak untuk menampung - Perlu penambahan sumber
jumlah pedagang dalam skala daya manusia yang berkompeten
besar. dan berkualitas serta mampu
c. Untuk mengatasi permasalahan menjalankan tugas dengan baik.
letak pengambilan keputusan yang - Menggandeng atau
belum tepat dapat diatasi dengan melibatkan pedagang yang dapat
cara: dijadikan sebagai kordinator
- Peningkatan peran Satpol PP wilayah/blok pasar untuk
dan pengelola pasar berupa mengkoordinasikan dan
penertiban pedagang yang membantu petugas untuk
berjualan hingga ke bahu jalan. melakukan kegiatan pemungutan
- Memberikan sosialisasi retribusi.
sehubungan adanya sanksi yang
DAFTAR PUSKTAKA
tegas terkait pelanggaran yang
lakukan pedagang kepada Adisasmita, Rahardjo. 2014.
Pengelolaan Pendapatan &
pedagang maupun petugas Anggaran Daerah. Yogyakarta :
lapangan. Graha Ilmu
d. Untuk mengatasi permasalahan Agustino, Leo. 2014. Dasar-dasar
Kebijakan Publik. Bandung :
pelaksana kebijakan yang belum Alfabeta
kompeten dapat diatasi dengan cara:
Antonius Simanjuntak, Bungaran
- Pemberian pelatihan (Eds). 2010. Otonomi Daerah,
Etnonasionalisme, dan Masa
pengelolaan pasar yang baik.
Depan Indonesia. Jakarta :
- Mengadakan evaluasi kinerja Yayasan Pustaka Obor Indonesia
atau audit terkait pekerjaan secara J. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif (Edisi
berkala agar dapat mengetahui
Revisi). Bandung : PT Remaja Wijaya, H.A.W. 2011. Otonomi
Rosdakarya Daerah dan Daerah Otonom.
Jakarta : PT Raja Grafido
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Persada
Dimensi Strategis Administrasi
Publik : Konsep, Teori dan Isu Winarno, Budi. 2011. Kebijakan
(Edisi Pertama). Yogyakarta : Publik Teori, Proses dan Studi
Gava Media Kasus (Edisi dan Revisi
Terbaru). Yogyakarta : CAPS
Kencana Syafiie, Inu. 2006. Ilmu
Administrasi Publik. Jakarta : PT Zuraida, Ida. 2012. Teknik
Rineka Cipta Penyusunan Peraturan Daerah
tentang Pajak Daerah dan
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Retribusi Daerah. Jakarta : Sinar
dan Pembangunan Daerah : Grafika
Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Jakarta :
Erlangga
Jurnal
Pasolong, Harbani. 2013. Teori Dwijayanti, Ayu. 2013. Implementasi
Administrasi Publik. Bandung : Peraturan Daerah Kabupaten
Alfabeta Sidoarjo Nomor 7 tahun 2012
Prakosa, Kesit Bambang. 2005. tentang Retribusi Pelayanan
Pajak dan Retribusi Daerah Pasar di Pasar Larangan
(Edisi Revisi). Yogyakarta : UII Sidoarjo. Sidoarjo________
Press Rosalina. 2016. Implementasi Perda
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah & Retribusi Retribusi Pasar dalam
Daerah (Edisi Revisi). Jakarta : Menunjang Pendapatan Asli
PT RajaGrafindo Persada Daerah Kota Samarinda (Studi
di Pasar Merdeka). Samarinda :
Singarimbun, Masri dan Sofian e-Jurnal Administrasi Negara.
Effendi. 2006. Metode Vol. 4 No. 2 : 3938-3950
Penelitian Survei (Editor).
Jakarta : LP3ES Sembiring, Andi Kurniadi. 2015.
Implementasi Kebijakan
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Retribusi Pelayanan Pasar di
Kuantitatif, Kualitatif dan R & Pasar Kemuning Kota
D. Bandung : Alfabeta Pontianak. Pontianak : Jurnal S-
S, Endang Larasati. 2007. Keuangan 1 Administrasi Negara. Vol. 4
Publik. Semarang : Universitas No. 1________
Diponegoro
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Regulasi
Manajemen Publik. Jakarta : PT
Grasindo Peraturan Daerah Kabupaten Blora
Nomor 7 Tahun 2010 Tentang
Thoha, Miftah. 2011. Ilmu Retribusi Pelayanan Pasar
Administrasi Publik
Kontemporer. Jakarta : Kencana
Peraturan Daerah Kabupaten Blora BPS Kabupaten Blora. Blora dalam
Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Angka 2015.
Retribusi Pasar Grosir dan/atau https://blorakab.bps.go.id/
Pertokoan
(Diakses pada tanggal 29
LKjIP Dinas Perdagangan, Koperasi Oktober 2017 pukul 20:18)
dan UKM Kabupaten Blora
Tahun 2017 BPS Kabupaten Blora. Kabupaten
Blora dalam Angka Tahun 2017.
RPJMD Provinsi Jawa Tengah http://blorakab.bps.go.id/
Tahun 2018-2023 (Diakses pada tanggal 7
Desember 2017 pukul 08:43)
BPS Kabupaten Blora. Kabupaten
Internet Blora dalam Angka Tahun 2018.
BPS Kabupaten Blora. Blora dalam http://blorakab.bps.go.id/
Angka 2016. (Diakses pada tanggal 20 Januari
https://blorakab.bps.go.id/ 2019 pukul 08:43)
(Diakses pada tanggal 24
Oktober 2017 pukul 17:21)

Anda mungkin juga menyukai