Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Infrastruktur
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 2003). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem
infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur-struktur
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi
masyarakat (Grigg, 2003). Definisi teknik juga memberikan spesifikasi
apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan bahwa
infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga
memberikan pelayanan publik yang penting (Kodatie, 2003).

2. Infrastruktur Sampah
2.1. Pengertian Sampah
UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Menurut
SNI 19-32454-32002, sampah adalah limbah yang bersifat
padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah
adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat,
dari bahan organik atau anorganik, baik benda logam maupun
benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat
terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah
menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya
(Rizaldi, 2011)

2.2. Pengelolaan Sampah


Di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa pengelolaan
sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengelolaan persampahan mempunyai tujuan yang
sangat mendasar yang meliputi meningkatkan kesehatan
lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam
(air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang sektor
strategis (Widagdo, 2005). Di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
disebutkan bahwa pengaturan pengelolaan sampah bertujuan
untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
kesehatan masyarakat dan menjadikan sampah sebagai sumber
daya.
Berdasarkan SNI 19-32454-32002 Tentang Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan disebutkan
bahwa teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan yang
terdiri dari kegiatan penadahan sampai dengan pembuangan
akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan
pemilahan sejak dari sumbernya. Skema teknik operasional
persampahan dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Skema Teknik Operasional Persampahan


Sumber: SNI 19-32454-32002

Seperti yang telah disebutkan dalam SNI 19-2454- 2002


bahwa teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan yang
terdiri dari kegiatan penadahan sampai dengan pembuangan
akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan
pemilahan sejak dari sumbernya.
Berikut ini adalah penjelasan dari kegiatan teknis
operasional pengelolaan sampah perkotaan.
a. Penadahan Sampah
Penadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah
sementara dalam suatu wadah di tempat sumber
sampah.
b. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan yang
tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah
individual dan atau dari wadah komunal melainkan juga
mengangkutnya ke tempat terminal tertentu , baik
dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung.
c. Pemindahan dan pemilahan Sampah
Pemindahan sampah dapat dilakukan dengan cara
manual, mekanis, atau gabungan manual dan mekanis,
yaitu pengisian kontainer dilakukan secara manual oleh
petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer
ke atas truk dilakukan secara mekanis. Sedangkan untuk
pemilahan di lokasi pemindahan dapat dilakukan dengan
cara manual oleh petugas kebersihan dan atau
masyarakat yang berminat, sebelum dipindahkan ke alat
pengangkut sampah.
d. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa
sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari
sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir.
Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana persampah
dilakukan dengan memandang Pergub no. 102 tahun 2021 dan
PP No 27 tahun 2020, sebagaimana perincian dapat dilihat pada
table berikut.
Tabel 2.1 Peraturan Pemenuhan Kebutuhan Prasarana Persampahan

Peraturan Pasal 7
Gubernur DKI
Pengelompokan Sampah sesuai Wadah
Jakarta Nomor
Sampah paling sedikit terdiri dani 4 (empat)
102 tahun 2021
kelompok yaitu:
a. Sampah yang mudah terurai oleh alam
b. Sampah yang dapat didaur ulang
c. Sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3)
d. Sampah residu
Pasal 8
Kriteria teknis Wadah Sampah, antara lain:
kedap air, mudah dibersihkan, ringan, mudah
diangkat, dibedakan berdasarkan warna,
memiliki penutup, dapat digunakan secara
berulang dan dapat menampung sampah
setidaknya selama 3 hari.
Pasal 9
Penyediaan Wadah Sampah menjadi tanggung
jawab dan kewajiban
penanggung jawab atau pengelola kawasan,
dan/atau Perusahaan. Wadah Sampah wajib
ditempatkan pada ruangan atau area sesuai
kebutuhan dengan
petunjuk yang jelas dan terbaca mengenai
jenis Sampah.
Pasal 28
Biaya yang diperlukan untuk pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan Peraturan Gubernur
ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
Pasal 11
Pola Pengumpulan Sampah, terdiri atas:
a. pola individual langsung, dilaksanakan
melalui Pengumpulan Sampah terpilah
dan i sumber Sampah ke TPS
b. pola operasional komunal langsung,
dilaksanakan melalui Pengumpulan
Sampah terpilah dan i sumber Sampah
yang dikumpulkan di TPS untuk
selanjutnya diangkut pada waktu yang
ditentukan ke TPS 3R.
Pasal 12
Kriteria TPS dan TPS 3R meliputi:
a. Memiliki wadah terpilah berdasarkan
pengelompokan Sampah serta memiliki
kapasitas yang sesuai dengan timbulan
Sampah
b. Wadah terpilah diberi label yang mudah
terbaca berisi keterangan mengenai
jenis Sampah dan jadwal
pengangkutan. jenis Sampah tersebut;
dan
c. Lokasi TPS mudah diakses sarana
pengangkut Sampah.
PP No 27 tahun Pasal 45
2020 Pemilahan Sampah yang timbul dari kegiatan
massai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
ayat (2) huruf a dikelompokkan menjadi:

a. Sampah yang Mengandung B3 dan/atau


Sampah yang Mengandung Limbah B3
b. Sampah yang mudah terurai

c. Sampah yang dapat digunakan kembali

d. Sampah yang dapat didaur ulang atau


ampah lainnya.

Pasal 46
Pengumpulan Sampah yang timbul dari
kegiatan massal dilakukan di lokasi kegiatan
sesuai dengan jenis Sampah yang terpilah,
Dalam melakukan pengumpulan Sampah yang
timbul dari kegiatan massal, Setiap Orang
wajib menyediakan tempat pengumpulan
Sampah.
Sumber: Peraturan Gubernur Khusus DKI Jakarta dan Peraturan Pemerintah

Persyaratan, kriteria, dan kebutuhan akan prasarana


persampahan di distibusikan dimulai pada lingkup terkecil
hingga kemudian lingkup kecamatan yang dijelaskan melalui
SNI 03-1733-2004 pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Lingkup Prasarana
Prasaran Sarana Statu Keterangan
Dimensi
a perlengkapan s
Rumah
Tong Sampah Pribadi - -
(5 jiwa)
RW (2500 Gerobak
2 m2 Jarak Gerobak
jiwa) Sampah
TPS bebas TPS mengangkut
Bak Sampah
6 m2 dengan 3x seminggu
Kecil
lingkungan
Kelurahan Gerobak
2 m2 hunian Gerobak
(30000) Sampah
TPS minimal mengangkut
Bak Sampah
12 m2 30m 3x seminggu
Kecil

2.3. Sumber Sampah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, sumber sampah adalah asal
timbulan sampah. Menurut Damanhuri (2010:6), sumber
sampah berasal dari:
1) Kegiatan penghasil sampah seperti pasar, rumah tangga,
pertokoan (kegiatan komersial /perdagangan), penyapuan
jalan, taman, atau tempat umum lainnya, dan kegiatan lain
seperti dari industri dengan limbah yang sejenis sampah.
2) Sampah yang dihasilkan manusia sehari3hari kemungkinan
mengandung limbah berbahaya, seperti sisa baterai, sisa
oli/minyak rem mobil, sisa bekas pemusnah nyamuk, sisa
biosida tanaman, dsb.

2.4. Klasifikasi Sampah


Berdasarkan SNI 19-33241-31994, tipe atau jenis
sampah umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Sampah organik basah, yaitu sampah yang terdiri dari
bahan-bahan organik dan mempunyai sifat mudah
membusuk.
2) Sampah organik kering, yaitu sampah yang susunannya
terdiri dari bahan organik maupun yang cukup kering yang
sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit
membusuk.
3) Sampah yang berukuran besar, dalam kategori ini
termasuk sampah yang berukuran besar dan berat.
4) Sampah abu, yaitu sampah padat yang berasal dari
pembakaran kayu, batu bara atau insinerator. Ukurannya
kecil, lembut, ringan dan mudah terbawa angin.
5) Sampah berupa lumpur dari pengolahan air bersih dan air
limbah. Lumpur dari kolam pengolahan harus dihindarkan
langsung masuk ke air permukaan.
6) Sampah bangkai binatang, yaitu semua sampah yang
berupa bangkai binatang.
7) Sampah sapuan jalan yaitu segala jenis sampah atau
kotoran yang berserakan di jalan karena dibuang oleh
pengendara mobil ataupun masyarakat yang tidak
bertanggung jawab.
8) Sampah konstruksi umumnya berupa logam, beton, kaca,
pipa, plumbing dan kayu.
9) Sampah B3 merupakan buangan berbahaya dan beracun
bersifat toksik karena itu perlu penanganan khusus.
Banyak dihasilkan dari kegiatan industri ataupun produk
yang dipakai sehari-hari. Semakin banyak industri yang
berdiri akan semakin beragam limbahnya.

2.5. Transportasi Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah adalah bagian persampahan yang
bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari
sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan
akhir (TPA). Transportasi pengangkutan sampah dibedakan
berdasarkan pola pengumpulan sampah dan kondisi jalan.
Tabel x.x. Proses Pemilihan Transportasi Pengangkut Sampa h
Pola Pengumpulan Kondisi Jalan Alat Angkut
Sampah
Individual langsung Jalan lebar dan - Compactor truk
memadai - Amrol truk
- Dumping truk
- Individual tidak Jalan sempit atau gang - Gerobak sampah
langsung dan becak
- Komunal sampah ke TPS
langsung - Amroll truk dan
- Komunal tidak dump truk dari
langsung TPS ke TPA
Penyapuan jalan Jalan lebar dan - Truk penyapu
memadai jalan
- Tong sampah
penyapu

3. Analisis Kebutuhan Sampah


3.1. Proyeksi Penduduk
Prediksi jumlah penduduk dapat diperoleh dengan
proyeksi penduduk. Adapun metode proyeksi penduduk yang
digunakan adalah Mathematical Method. Dalam metode ini
dapat digunakan perumusan matematika diantaranya:
1) Linier dengan cara aritmetika
Pn=Po(1+r . n)
2) Linier dengan cara geometri
n
Pn=Po(1+r )
3) Non-linear dengan cara eksponensial
rn
Pn=Po . e

3.2. Perhitungan Kebutuhan Alat Pengumpul dan Armada Sampah


Perhitungan jumlah kebutuhan alat pengumpul dan
armada sampah pada suatu perencanaan pengelolaan sampah
merupakan hal yang penting demi mendapat perencanaan yang
baik dan efisien. Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal
yang dapat digunakan dapat dilihat pada tabbel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Peralatan

Kapasitas Pelayanan Umur


No Jenis peralatan Tahun
Volume KK Jiwa
(teknis)
1 Wadah komunal 0,5 – 1,0 m3 20 - 40 100 - 200
2 Komoster komunal 0,5 – 1,0 m3 10 - 20 50 - 100
3 Alat pengumpul:
Gerobak sampah
1 m3 128 640 2- 3
bersekat/sejenisny
a
4 Container amroll 6 m3 625 3.200
5-8
truk 10 m3 1.375 5.330
5 TPS
Tipe I 100 m3 500 2.500
20
Tipe II ± 300 m3 6.000 30.000
Tipe III ± 1.000 m3 24.000 120.000
6 Bangunan pendaur
ulang sampah skala 150 m3 600 3.000 20
lingkiungan
Sumber:

Perhitungan kebutuhan alat pengumpul dapat dicari


dengan R SNI 03- 3242-1994.
1) Kebutuhan alat pengumpul
Vol. Sampah
Jumlah alat=
Kapasitas alat × Fp × Rk

2) Perhitungan jumlah armada sampah (truk sampah)


Vol. Sampah
Jumlah armada=
Kapasitas alat × Fp × Rk

3) Perhitungan jumlah TPS


VSn
Ntpsn=
Vtps

Sumber:
Aswandi M. (1991). Tata Cara Pengolahan Teknik

Sampah Perkotaan Departemen Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Yayasan


LPMB.

Aswadi M., Hendra. (2011). Perencanaan Pengelolaan Sampah di Perumahan


Tavanjuka Mas. Jurnal. Universitas Tadulako, Palu.

Damanhuri, E. (1994). Tata Cara Pengelolaan Sampah di

Permukiman (R SNI 03-3242-1994). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Damanhuri, E. (1994). Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir


Sampah (SNI 19-3241-1994). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Kuncoro W. (2002) . Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah


Perkotaan (SNI 19-2454- 2002). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Rizaldi. 2011. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Perumahan Dayu


Permai Yogyakarta, Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah. Sekretariat Negara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai