Anda di halaman 1dari 9

BUPATI MOROWALI

PROVINSI SULAWESI TENGAH


RANCANGAN PERATURAN BUPATI MOROWALI
NOMOR … TAHUN …

TENTANG

PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5


TEHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN MOROWALI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (12),


Pasal 20 ayat (3), Pasal 42 ayat (3) Peraturanm Daerah
Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Persampahan
perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2017
Tentang Pengelolaan Persampahan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
1. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali
dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 179,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3900) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 51 Tahun
1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol,
Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai
Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3966);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
2

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)


sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6865);
3. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kabupaten
Morowali Tahun 2017 Nomor 05, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Morowali Nomor 0221);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN


PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN
2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati yang dimaksud dengan:


1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
/atau proses alam yang berbentuk padat.
2. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penambahan sampah.
3. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
4. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah
yang tidak berasal dari rumah tangga dan berasal dari
Kawasan komersial, Kawasan industry, Kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atau
fasilitas lainnya.
5. Tempat sampah rumah tangga adalah wadah
penampungan sampah berupa
bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.
3

6. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya


disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah
diangkut ketempat pendauran ulang, pengolahan,
dan /atau tempat pengolahan sampah terpadu.
7. Tempat peengelolaan sampah terpadu yang selanjunta
disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah.
8. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat
TPA adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah kemedia lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
9. Limbah bahan berbahaya dan beracun yang
selanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
10. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang
yang terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh
kegiatan penanganan sampah ditempat pemrosesan
akhir sampah.
11. Daerah adalah Kabupaten Morowali.
12. Bupati adalah Bupati Morowali.
13. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
14. Perangkat Daerah selanjutnya disingkat PD adalah
unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

Pasal 2
Ruang lingkup dalam Peraturan Bupati ini meliputi:
a. Pengecualian limbah buangan padat atau cair gas yang
mengandung zat berbahaya;
b. Pemberian kompensasi; dan
c. Tata cara pemberian sanksi administratife.

BAB II
PENGECUALIAN LIMBAH BUANGAN PADAT ATAU CAIR,
GAS YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA
4

Pasal 3
(1) Setiap orang berhak :
a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan
sampah secara baik dan berwawasan lingkungan
dari Pemerintah Daerah;
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di
bidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan
tepat waktu mengenai penyelenggaraaan
penegelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan konpensasi
karena dampak negative dari kegiatan tempat
pemrosesan akhir sampah; dan
e. memperoleh pembinaan pengelolaan sampah baik
dan berwawasan lingkungan.
(2) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
wajib mengurangi dan menangani sampah dengan
cara yang berwawasan lingkungan.
(3) setiap orang pemakai lahan/lokasi dalam daerah
wajib melakukan upaya atas kebersihan bangunan,
halaman, saluran, pematusan, kebersihan setapak,
lingkungan, dan tempat disekitarnya.
(4) Setiap orang yang menjajakan barang dagangan
dengan cara dijinjing, dipikul atau didorong dengan
grobak atau alat angkutan lainnya serta pedagang
kaki lima wajib menyediakan tempat sampah untuk
menampung sampah yang dihasilkan sebelum
diangkut ke TPA oleh petugas
(5) Setiap orang atau pengusaha yang menghasilkan
limbah buangan padat atau cair atau gas yang
mengandung zat berbahaya wajib melakukan
pengelolaan dengan melengkapi tempat usahanya
dengan bak atau tangki penampungan limbah
buangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Setiap pengelola Kawasan permukiman, Kawasan
komersial, Kawasan industri, Kawasan khusus,
5

fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya


wajib memelihara kebersihan.
(7) Setiap orang yang memanfaatkan lahan sebagai
tempat usaha yang menghasilkan sampah sebanyak
2,5 m3 (dua koma lima meter kubik) atau lebih setiap
hari wajib membuang sendiri sampahnya ke TPA,
kecuali yang bersangkutan meminta bantuan
Pemerintah Daerah dan/atau pihal lain.
(8) Setiap kendaraan bermotor selain kendaraan roda
dua wajib menyediakan tempat Sampah.
(9) Setiap kendaraan bermotor yang berpotensi
menimbulkan sampah sejenisnya dijalan wajib
menutup bak kendaraan.
(10) Setiap bangunan wajib menyediakan fasilitas pemilah
sampah sebagai tempat penampungan sementara
yang ditempatkan dalam pekarangan masing-masing.
(11) Setiap kendaraan yang beroperasi dalam Daerah
wajib dilengkapi dengan tempat sampah.

Pasal 4
Pengecualian limbah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
ayat (5) adalah:
a. limbah rumah tangga; atau
b. sampel limbah padat yang dikumpulkan untuk tujuan
pengujian dan studi keterolahan.

Pasal 5
Limbah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Pasal
4 huruf a berasal dari perumahan penduduk, limbah dari
asrama atau kos, dan hotel

Pasal 6
sampel limbah padat yang dikumpulkan untuk tujuan
studi keterolahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4
huruf b adalah limbah padat adalah kertas, plastik,
serbuk besi, serbuk kayu, kain.

BAB III
PEMBERIAN KOMPENSASI
Pasal 7
6

(1) Pemerintah daerah dan/atau pelaku usaha wajib


memberikan kompensasi kepada setiap orang sebagai
akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah ditempat pemrosesan akhir
sampah.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan
d. kompensasi dalam bentuk ganti rugi.
(3) Penetapan penerima, bentuk kompensasi dan besaran
kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 8
(1) Setiap keluarga yang terkena dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah
dapat mengajukan kompensasi kepada Pemerintah
Daerah.
(2) Pengajuan usulan kompensasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara tertulis kepada Bupati
oleh setiap keluarga.
(3) Pengajuan usulan kompensasi dilengkapi dengan :
a. proposal;
b. nama dan alamat penerima kompensasi;
c. fotokopi kartu tanda penduduk dan/atau kartu
keluarga; dan
d. pakta integritas dari penerima kompensasi yang
menyatakan bahwa kompensasi yang diterima akan
digunakan sesuai dengan usulan.
(4) Berdasarkan permohonan kompensasi, Bupati
menugaskan PD yang membidangi pengelolaan
persampahan untuk melakukan verifikasi.
(5) Dalam melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud
ayat (4) dapat dibentuk Tim verifikasi pemberian
kompensasi dengan Keputusan Bupati.
(6) Pembebanan dana kompensasi dampak negatif tempat
pemrosesan akhir sampah bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah.
7

BAB III
TATA CARA PEMBERIAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 9
(1) pengenaan sanksi administratif dapat dikenakan
secara:
a.bertahap;
b.bebas; atau
c.Kumulatif.
(2) Untuk menentukan pengenaan sanksi administratif
secara bertahap, bebas atau kumulatif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pejabat yang berwenang
mengenakan sanksi mendasarkan pada pertimbangan:
a. tingkat atau beratnya jenis pelanggaran yang
dilakukan oleh penerima izin;
b. tingkat penaatan penerima izin terhadap
pemenuhan perintah atau kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan izin; dan/atau
c. rekam jejak ketaatan penerima izin.

Pasal 10
(1) Bupati menerapkan sanksi administratif kepada setiap
orang yang melakukan usaha pengelolaan sampah jika
dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap
pengelolaan sampah.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. paksaan pemerintahan;
b. uang paksa;
c. pembekuan izin untuk sementara;
d. pencabutan izin.

Pasal 11
(1) Setiap orang yang melakukan usaha pengelolaan
sampah sebelum diberikan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a
diberikan teguran tertulis oleh Bupati melalui PD yang
membidangi persampahan.
(2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak
disampaikannya teguran tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak mengindahkannya maka
8

Bupati melalui PD yang membidangi persampahan


memberikan teguran tertulis untuk yang kedua.
(3) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak
disampaikannya teguran tertulis yang kedua
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
mengindahkannya maka Bupati memberikan sanksi
administratif berupa paksaan pemerintah.

Pasal 12
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (3) berupa:
a. pembongkaran;
b. penyitaan terhadap barang atau alat yang
berpotensi menimbulkan pelanggaran;
c. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
d. Tindakan lain yang bertujuan untuk m,enghentikan
pelanggaran dan Tindakan memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan oleh
Bupati kepada orang yang melakukan usaha
pengelolaan sampah yang melakukan pelanggaran
tanpa didahului teguran tertulis apabila pelanggaran
yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi masyarakat dan
lingkungan;
b. dampak yang sangat besar dan lebih luas apabila
tidak dihentikan akan mengakibatkan suatu
dampak negatif; dan
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup
jika tidak segera dihentikan dampak negatif
pengelolaan sampah.

Pasal 13
(1) setiap orang yang melakukan usaha pengelolaan
sampah yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dalam
waktu 14 (empat belas) hari sejak disampaikannya
surat paksaan pemerintah maka dikenai sanksi
administratif berupa uang paksa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
9

(2) Setiap orang yang melakukan usaha pengelolaan


sampah yang tidak membayar uanng paksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 14
(empat belas) hari disampaikannya surat perintah
membayar uang paksa maka Bupati melalui PD yang
membidangi perizinan melakukan pembekuan izin
usahanya.
(3) Setiap orang yang melakukan usaha pengelolaan
sampah yang tidak membayar uang paksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam waktu 14
(empat belas) hari sejak disampaikannya surat
pemberitahuan pembekuan izin usaha maka Bupati
melalui PD yang membidangi perizinan melakukan
pencabutan izin usahanya.

Pasal 14

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya. Memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Morowali.

Ditetapkan di Bungku,
pada tanggal …
BUPATI MOROWALI,

TASLIM
Diundangkan di Bungku
pada tanggal …
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOROWALI,

YUSMAN MAHBUB

BERITA DAERAH KABUPATEN MOROWALI TAHUN … NOMOR …

Anda mungkin juga menyukai