Anda di halaman 1dari 23

Usulan Teknis

E.
Pendekatan dan
Metodologi

E.1
PENDEKATAN

Sesuai dengan arahan teknis dan subtansi pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) pekerjaan
Penyusunan Pengadaan Tanah Untuk Tempat Relokasi Masyarakat Sementara
Terdampak Pembangunan Bagi Kepentingan Umum di Kota Bandung, maka Konsultan
mencoba untuk menjabarkan pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam
pekerjaan ini.

Dalam melakukan kegiatan Penyusunan Pengadaan Tanah Untuk Tempat Relokasi


Masyarakat Sementara Terdampak Pembangunan Bagi Kepentingan Umum di Kota
Bandung dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain :

E.1.1 Pendekatan Komprehensif


Jika tujuan dan sasaran telah ditetapkan dengan jelas dan dipahami dengan baik,
maka perencanaan dapat mengikuti satu model yang benar-benar rasional (Feldt,
dalam Catanese & Snyder, 1988: 56). Dalam model tersebut terdapat empat langkah
pengambilan keputusan ilmiah, yaitu:
1. Menganalisis sistem dan masalahnya.
2. Meletakkan alternatif-alternatif penyelesaian utama terhadap masalahmasalah
tersebut untuk mencapai tujuan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-1


Usulan Teknis

3. Mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap


alternatif yang dibuat.
4. Memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan akhir yang akan dicapai, dengan
konsekuensi yang paling dapat diterima.
Untuk melaksanakan perencanaan rasional, ada beberapa kendala (kelemahan),
diantaranya:
1. Keterbatasan kapasitas intelektual.
2. Perlu sistem informasi totalitas (waktu, biaya, keandalan/akurasi data dan
informasi yang tinggi).
3. Proses analisis menjadi kompleks, mahal, lama dan membutuhkan kemampuan
teknis dan non teknis yang canggih.
4. Penyelesaian masalah yang kompleks, bersamaan dengan dinamika masyarakat
yang relatif cepat.
5. Kurang memberikan arahan langsung.
6. Membutuhkan sistem koordinasi kelembagaan yang mapan dan sinkronisasi
yang tinggi.
7. Nilai Praktis rendah.
Karakter model rational comprehensive planning:
1. Pencapaian tujuan.
Harus ada goal setting yang akan dicapai.
2. Mengkaji pilihan.
Perencanaan Rasional harus mengkaji pilihan-pilihan yang ada hingga
memperoleh pilihan yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Orientasi ke masa depan.
Waktu sebagai sumber daya yang dapat habis dan sangat bernilai maka rational
comprehensive planning harus berorientasi ke masa depan.
4. Tindakan
Perencanaan harus applicable & memperoleh suatu hasil.
5. Komprehensif

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-2


Usulan Teknis

Perencanaan harus mampu menghubungkan komponen-komponen sistem dan


secara rinci memberikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam
proposalnya.
Ciri-ciri utama dari suatu pendekatan perencanaan rasional yang komprehensif adalah
sebagai berikut (Banfield & Meyerson, dalam Sujarto 1990 : 6):
1. Dilandasi oleh suatu kebijakan umum yang tepat, strategis dalam merumuskan
tujuan yang ingin dicapai sebagai suatu kesatuan yang utuh.
2. Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh dan
terpadu.
3. Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi dan data yang
lengkap, handal, dan rinci.
4. Peramalan yang diarahkan pada tujuan-tujuan strategis jangka panjang.
Kelompok Perencana yang mengaku termasuk dalam kelompok perencana
yang komprehensif menyatakan bahwa fungsi mereka yang terpenting adalah
(Altshuler, dalam Faludi, 1983 : 193).
1. Memahami kepentingan masyarakat secara menyeluruh dan utuh ke masa
depan.
2. Memiliki pengetahuan untuk mengukur perkiraan pengaruh tindakan yang
diusulkan tersebut, terhadap kepentingan masyarakat.
3. Memiliki kemampuan/kapasitas preskripsi yang kuat.
4. Memahami konsekuensi yang secara luas dan tajam.
5. Memiliki daya talar yang holistik.

E.1.2 Pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) akan memudahkan kita dalam melihat fenomena
kebumian dengan perspektif yang lebih baik. SIG mampu mengakomodasi
penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data spasial yang beragam, mulai dari
citra satelit, foto udara, peta bahkan data statistik. Khusus dalam bidang jaringan
jalan, SIG membantu mengelola data jaringan jalan beserta bangunan pelengkapnya.
Selain itu, SIG membantu menyediakan informasi mengenai jaringan jalan tersebut
secara cepat dan akurat. Menurut Prahasta (2005), Sistem Informasi Geografis (SIG)
dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-3


Usulan Teknis

1) Data Input : subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan


data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Sub sistem ini pula yang bertanggung
jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format data-data aslinya ke
dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2) Data Output : sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh
atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy
seperti: tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
3) Manajemen Data : sub sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun
atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-
update, dan di-edit.
4) Manipulasi dan Analisis Data : sub sistem ini menentukan informasi-informasi
yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub sistem ini juga melakukan manipulasi
dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Sistem Informasi Geografis pada dasarnya melakukan enam proses yaitu:
1) Input Data
Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi kedalam
format digital. Proses tersebut dinamakan digitasi. Proses digitasi memerlukan sebuah
hardware tambahan yaitu sebuah digitizer lengkap dengan mejanya. Untuk
mendigitasi peta harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan garis ditelusuri dengan
kursor digitasi atau keypad. Digitasi ini memerlukan software tertentu seperti ArcGIS,
Autocad, MapInfo atau software lain yang dapat mendukung proses digitasi tersebut.
Untuk SIG dengan teknologi yang lebih modern, proses konversi data dapat dilakukan
dengan menggunakan teknologi scanning.

2) Transformasi Data
Tipe data yang digunakan dalam SIG mungkin perlu ditransformasi atau dimanipulasi
dengan beberapa cara agar sesuai dengan sistem. Misalnya terdapat perbedaan dalam
skala, sehingga sebelum dimasukkan dan diintegrasikan harus ditransformasikan
dahulu kedalam skala yang sama. Transformasi ini bisa bersifat sementara untuk
ditampilkan saja atau secara permanen untuk proses analisis. Transformasi juga
berlaku untuk sistem koordinat yang digunakan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-4


Usulan Teknis

3) Editing
Tahap editing merupakan tahap koreksi atas hasil digitasi. Koreksi tersebut dapat
berupa penambahan atau pengurangan arc atau feature yaitu dengan mengedit arc
yang berlebih (overshoot) atau menambahkan arc yang kurang (undershoot). Editing
juga dilakukan untuk menambahkan arc secara manual seperti membuat polygon,
polyline maupun point.

4) Manajemen Data
Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke pengelolaan
data – data deskriptif , dalam hal ini meliputi anotasi (pemberian tulisan pada
coverage), labelling (pemberian informasi pada peta bersangkutan), dan attributing
yaitu tahap dimana setiap Label ID hasil proses labelling diberi tambahan atribut yang
dapat memberikan sejumlah informasi tentang poligon atau arc yang diwakilinya.
Dalam proyek SIG yang kecil, informasi geografi cukup disimpan sebagai file
komputer. Akan tetapi, jika volume data dan jumlah pemakai data besar, langkah
terbaik yang harus digunakan adalah dengan DBMS (Database Management System).

5) Query & Analisis


Query pada SIG pada dasarnya juga merupakan proses analisis tetapi dilakukan secara
proses tabular. Secara fundamental analisis pada SIG menggunakan analisis spasial.
SIG memiliki banyak kelebihan dalam analisis spasial, tetapi dua hal yang paling
penting yaitu :
a. Analisis Proximity
Merupakan analisis geografis yang berbasis pada jarak antar layer. Dalam analisis
proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering (membangun lapisan
pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menetukan dekatnya hubungan
antar sifat bagian yang ada.
b. Analisis overlay
Proses integrasi data dari lapisan layer-layer yang berbeda disebut overlay. Secara
sederhana, hal ini dapat disebut operasi visual, tetapi operasi ini secaraanalisa
membutuhkan lebih dari satu layer untuk dijoin secara fisik. Sebagai contoh overlay

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-5


Usulan Teknis

atau spasial join yaitu integrasi antara data tanah, lereng dan vegetasi, atau
kepemilikan lahan dengan nilai taksiran pajak bumi.
6) Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografi, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau
grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

Sistem informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan


menganalisis obyek dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting.
Sistem informasi geografis hingga saat ini merupakan sistem yang sangat menarik.
Sistem ini dapat mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut
(tabel sistem basis data) serta properties penting lainnya. Kemampuan tersebutlah
yang membedakan sistem informasi geografis dengan sistem informasi lain dan
membuat sistem informasi geografis lebih bermanfaat dalam memberikan informasi
yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan
strategis. Fungsi perangkat lunak sistem informasi geografis yang paling utama
setelah sebagai perangkat lunak mapping system dengan kemampuan kartografisnya
adalah kemampuannya dalam menjawab hal-hal yang terkait analisis (query). Sistem
informasi geografis dapat memecahkan masalah-masalah analisis spasial, atribut dan
kombinasinya. Dengan memanfaatkan sistem informasi geografis, setiap pengguna
dapat melakukan proses-proses analisis dan pembuatan peta (kartografi) digital
secara mudah.
Selain itu, pada saat ini sistem informasi geografis juga dilengkapi dengan
kemampuan menampilkan dan mengolah data permukaan tiga dimensi (raster grid,
DTM/DEM) sebagai alat bantu pemodelan dengan aspek dimensi ketiga. Keunggulan
dari teknologi sistem informasi geografis ini adalah :
1) Kemudahan & kecepatan akses data yang bervolume besar
2) Kemampuan untuk :
a) Mencari detil berdasarkan area atau tema
b) Membuat link ke dataset lain
c) Menganalisa karakteristik spasial dari data
d) Melakukan update data dengan cepat & murah

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-6


Usulan Teknis

3) Menghasilkan output sesuai kebutuhan : Peta, Grafik, Daftar Alamat, Ringkasan


data statistik, dsb.

Gambar Data Input dan Output Pada SIG

Kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat melakukan
analisis spasial menggunakan SIG dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Pengukuran, Query Spasial dan Fungsi Klasifikasi
Fungsi ini merupakan fungsi yang meng-eksplore data tanpa membuat
perubahan yang mendasar, dan biasanya dilakukan sebelum analisis data. Fungsi
pengukuran mencakup pengukuran jarak suatu obyek, luas area baik itu 2D atau
3D. Query spasial dalam mengidentifikasi obyek secara selektif, definisi
pengguna, maupun melalui kondisi logika. Fungsi klasifikasi adalah
mengelompokkan kembali suatu data spasial atau atribut menjadi data spasial
yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu.
2) Fungsi Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang
menjadi masukannya. Misalnya, untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai
untuk budidaya tanaman tertentu diperlukan data ketinggian permukaan bumi,
data kadar air tanah, dan data jenis tanah, maka fungsi analisis overlay akan
dilakukan terhadap ketiga data spasial atau atribut tersebut.
3) Fungsi 3D Analyst
Fungsi 3 dimensi terdiri dari sub-sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi
data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi analisis ini menyediakan fasilitas-

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-7


Usulan Teknis

fasilitas (alat bantu yang digunakan) kualitas tinggi untuk pembuatan, analisa,
dan visualisasi data permukaan secara 3 dimensi.

4) Fungsi Spatial Analyst


Fungsi ini menyediakan jangkauan yang luas mengenai kemampuan-kemampuan
yang powerfull dalam pemodelan spasial dan analisis-analisis yang bersangkutan.
Melalui fungsi ini pengguna dapat membuat, melakukan query, melakukan
perhitungan, memetakan dan menganalisa data citra raster dengan basis
piksel/cell dan kemudian melakukan analisa data-data spasial vektor dan raster
secara terintegrasi.

Pada pemanfaatannya data spasial yang diolah dengan menggunakan komputer


(data spasial digital) menggunakan model sebagai pendekatannya. Model data adalah
kumpulan perangkat konseptual yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan data, hubungan antar data, semantik/makna data, dan batasan data.
1) Satu obyek memiliki properties: tipe, atribut, relasi, geometri dan kualitas
2) Satu model ata diidentifikasikan dalam internal ID
3) Internal ID adalah pengkodean obyek yang sifatnya unik dan spesifik
4) Contoh model data:
a. Obyek fisik: jalan, pemukiman, saluran air, sungai dll
b. Obyek terklasifikasi: vegetasi, zone iklim, kelompok usia dll
c. Peristiwa/event: kecelakaan, kebocoran, tumpahan minyak, kekeringan dan
longsor, banjir, dll
d. Obyek buatan: kontur ketinggian, densitas populasi dll

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-8


Usulan Teknis

Gambar Atribut Data SIG

1) Atribut obyek merupakan representasi dari atribut data


2) Atribut obyek dirancang dalam bentuk tabular (tabel) yang terdiri dari kolom
(field) dan baris (record)
3) Satu obyek data yang diwakili oleh model data merupakan satu record yang unik
dengan kode pengenal ID dan terdiri dari beragam informasi yang terkumpul
dalam kolom data

Untuk memperlihatkan database RTH Privat, sebagai sebuah sistem database


tetap diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar jenis dan detail data
yang disajikan sesuai harapan (appropriate) dengan memperhatikan beberapa batasan
yang ada (constraint). Beberapa syarat sistem database yang baik – yang juga harus
dipenuhi oleh sistem database RTH Privat ini – adalah:
1) Accuracy: data yang disajikan memiliki akurasi yang memadai, sehingga
menghindari garbage-in and garbage-out,
2) Completeness: jenis dan detail data yang disajikan sesuai kebutuhan
3) Cost-effectiveness: Biaya pengumpulan data, analisis, dan penyajiannya murah,
4) User friendly: data mudah diakses dan dipahami oleh beragam laval pengguna
5) Compatibility: data dapat dengan mudah dielaborasi dengan data dari sektor
lainnya

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-9


Usulan Teknis

6) Sustainability: basis data dapat dengan mudah diperbarui dan dipertahankan


eksistensinya,
7) Legality: agar pengembangan dan utilisasinya optimal sebaiknya basis data
disertai dengan legal standing yang memadai,

Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model data
vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain itu dalam
pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang akan dihasilkan.
Model data tersebut merupakan representasi dari obyek-obyek geografi yang terekam
sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer.
1) Model Data Raster
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid
(Prahasta, 2001:140). Grid tersebut berbentuk kotak berwarna tertentu sesuai
dengan nilai yang dimilikinya dalam matriks. Jadi data raster tersebut dibentuk
oleh kumpulan kotak-kotak (grid) berwarna tersebut. Satu kotak/grid atau sel ini
memiliki atribut tersendiri termasuk koordinatnya yang unik.
Tingkat akurasi model data raster disebut resolusi. Resolusi merupakan ukuran
piksel (sel grid) dari data raster. Resolusi suatu data raster akan merujuk pada
ukuran (luas) permukaan bumi yang direpresentasikan setiap pikselnya. Makin
kecil ukuran atau luas permukaan bumi yang direpresentasikan oleh setiap
pikselnya, maka semakin tinggi resolusi spasialnya.
Data raster umumnya digunakan untuk menampilkan data mentah (raw data)
seperti peta dasar digitasi (biasanya hasil scanning), citra satelit, foto udara, dan
sebagainya. Data mentah inilah yang dijadikan input spasial dasar dalam GIS.
Data ini harus menjalani proses digitasi terlebih dahulu menjadi model data
vektor agar bisa dianalisis lebih lanjut menggunakan tools GIS. Selain berfungsi
sebagai data mentah, model data raster juga sangat berguna dalam
menampilkan data kontinyu (non diskrit) seperti data temperatur,
ketinggian/elevasi, tekanan, dan sebagainya.

2) Model Data Vektor

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-10


Usulan Teknis

Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial


dengan menggunakan titik-titik (points), garis-garis (lines) atau kurva (arc), atau
luasan (polygons), beserta atribut-atributnya (Prahasta, 2001: 151). Pada
umumnya, data GIS disajikan dalam bentuk vektor. Dalam model data vektor,
garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik yang dihubungkan.
Sedangkan, luasan atau poligon juga disimpan sebagai sekumpulan titik-titik,
dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat
yang sama (poligon tertutup sempurna).
Representasi vektor dari suatu objek merupakan suatu usaha dalam menyajikan
objek yang bersangkutan sesempurna mungkin. Oleh karena itu, ruang atau
dimensi koordinat diasumsikan bersifat kontinyu (tidak dikuantisasi sebagaimana
pada model data raster) yang memungkinkan semua posisi, panjang, dan
dimensi didefinisikan dengan presisi. Maka tidak heran proses analisis GIS lebih
banyak menggunakan model data vektor ketimbang model data raster.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, data vektor terbentuk dari tiga jenis
geometri yakni titik (point), garis (line), dan area (polygon). Oleh karena itu,
objek-objek di permukaan bumi perlu divisualisasikan dalam ketiga geometri
tersebut agar bisa diproses dengan GIS. Contoh visualisasi dunia nyata menjadi
elemen gambar ketiga geometri tersebut antara lain landmark dan fasilitas
sebagai titik, jalan dan sungai sebagai garis, dan daerah administrasi tertentu
sebagai area. Berikut ini penjelasan lebih dalam mengenai ketiga entitas
geometri tersebut.
a) Titik (point) meliputi semua objek grafis atau geografis yang dikaitkan
dengan pasangan koordinat (x,y). Selain memuat informasi koordinat, data
titik juga bisa saja merupakan suatu simbol yang memiliki keterkaitan
dengan informasi lain. Satu buah objek titik memiliki satu baris dalam tabel
atribut. Karakteristik-karakteristik dari titik ini dijelaskan oleh kolom-kolom
yang dibentuk pada tabel atribut. Contoh-contoh objek dunia nyata yang
biasa direpresentasikan sebagai titik antara lain kota, pelabuhan, bandara,
rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. Perlu diingat bahwa representasi ini
sifatnya tidak mutlak melainkan relatif terhadap skala peta. Dalam skala peta

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-11


Usulan Teknis

yang lebih besar, kota dan bandara bisa saja direpresentasikan sebagai
area/luasan (polygon).
b) Garis (line) merupakan semua unsur-unsur linier yang dibangun dengan
menggunakan segmen-segmen garis lurus yang dibentuk oleh dua titik
koordinat atau lebih (Burrough, 1994). Entitas garis yang paling sederhana
memerlukan ruang untuk menyimpan titik awal dan titik akhir (dua
pasangan koordinat x,y) berserta informasi lain mengenai simbol yang
digunakan untuk merepresentasikannya. Garis tunggal yang terbentuk dari
titik awal dan titik akhir saja disebut sebagai line. Sedangkan garis
bersegmen banyak yang terbentuk dari banyak titik (vertex) disebut
polyline. Dalam GIS, baik line maupun polyline dianggap sebagai suatu
entitas yang sama yakni polyline. Setiap satu entitas polyline memiliki satu
baris dalam tabel atribut. Karakteristik dari entitas ini disimpan dalam kolom-
kolom tabel atribut. Objek-objek dunia nyata yang sering direpresentasikan
sebagai polyline antara lain jalan, sungai, jaringan air bersih, jaringan listrik,
jaringan telepon, dan sebagainya.
c) Area (polygon) merupakan suatu objek tertutup yang memiliki luasan.
Polygon dapat direpresentasikan dengan berbagai cara di dalam model data
vektor. Karena kebanyakan peta tematik yang digunakan dalam GIS
berurusan dengan polygon, metode-metode representasi dan
pemanipulasian entity ini banyak mendapat perhatian. Seperti halnya titik
dan polyline, satu objek poligon juga diwakili oleh satu baris pada tabel
atribut. Poligon biasanya digunakan untuk merepresentasikan objek dunia
nyata yang memiliki luasan seperti wilayah administrasi, danau, guna lahan,
jenis tanah, dan sebagainya.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-12


Usulan Teknis

Gambar Data Vektor dan Data Raster SIG


E.1.3 Pendekatan Fleksibilitas
Definisi fleksibel menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah lentur, mudah
dibengkokkan, luwes, mudah dan cepat menyesuaikan diri. Adapun beberapa sinonim
dari kata fleksibel yaitu: elastis, kenyal, laur, lemas, lenting, lentuk, lentur, plastis.
Fleksibel juga memiliki kesamaan makna dengan adaptif, luwes dan supel.

Pendekatan fleksibilitas merujuk pada kemampuan untuk beradaptasi, berubah, atau


menyesuaikan diri dengan berbagai situasi atau perubahan yang terjadi. Pendekatan
ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk dalam manajemen, teknologi
dan proyek. Dalam kegiatan ini metodologi atau cara menganalisis disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan adan teknologi, sehingga tujuan dari
kegiatan ini dapat dicapai dengan efektif.

Fleksibilitas dalam penggunaan ruang adalah suatu sifat yang memungkinkan dapat
digunakanya sebuah ruang untuk bermacam- macam kegiatan dan dapat
dilakukannya perubahan susunan ruang untuk menyesuaikan kebutuhan. Dalam
pertimbangan fleksibilitas terdapat 2 pertimbangan yaitu:
a. Segi teknik, yaitu kecepatan perubahan, kepraktisan, resiko rusak kecil, tidak
memiliki banyak aturan, memenuhi persyaratan ruang.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-13


Usulan Teknis

b. Segi Ekonomis yaitu murah dari segi biaya pembuatan dan pemeliharaan.

E.1.4 Metodologi Pekerjaan


Kerangka analisis adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka analisis ini merupakan
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai dengan
variabel analisis.

Gambar Kerangka Analisis


E.1.5 Metode Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, tim penyusun akan mengeksplorasi wilayah studi
dengan cara mengumpulkan data – data sekunder dan observasi lapangan untuk
mendapatkan sense mengenai kondisi lahan jika diperlukan. Tim akan menulis dan
mencatat hal apa pun yang dirasa relevan dalam memahami wilayah studi lebih
dalam.

Data adalah fakta-fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sistem
informasi. Menurut Indrajani (2009, p2), data adalah fakta yang biasanya mengenai
fenomena fisik atau transaksi bisnis atau secara lebih khusus lagi data adalah ukuran
objektif dari atribut (karakteristik) dari entitas seperti orang, tempat, benda atau
kejadian. Proses pengumpulan data biasanya melibatkan beberapa langkah,
termasuk:

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-14


Usulan Teknis

Perencanaan: Menentukan tujuan pengumpulan data, menyusun pertanyaan atau


indikator yang relevan, dan merancang metode atau alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data.

Jenis Data dari Sistem Informasi Geografis


Untuk mengelola informasi geografis, SIG mempuyai beberapa proses, salah satu
prosesnya adalah input data. Semua data-data didalam geografis diubah terlebih
dahulu menjadi data digital yang dapat dikenali oleh komputer.
Pada dasarnya ada 2 jenis data geografis, data spasial dan data atribut:
1. Data lokasi (spasial)
Data yang menunjukan (references) informasi mengenai ruang, lokasi, atau
tempat-tempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto
udara, dan penginderaan jauh dalam bentuk nyata. Pada saat ini data spasial
menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan pada suatu daerah tertentu.
2. Data deskriptif (atribut)
Data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut menjelaskan suatu informasi.
Biasanya data atribut diperoleh dari statistik, sensus, catatan, lapangan dan data
tabular. Data atribut bisa dilihat berdasarkan kualitas (misalkan tinggi pohon) dan
kuantitasnya (misalkan jumlah pohon). Contoh data atribut misalkan jenis vegetasi,
populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Berikut ini jenis data yang dibedakan
menjadi dua jenis berdasarkan konsep yaitu:
• Data Sekunder
Beberapa sumber data sekunder yang dapat dijadikan data awal adalah:
a Data penggunaan lahan
b Data kebencanaan
c Data fisik dasar seperti kemiringan lereng, topografi dan morfologi
d Data lokasi untuk membantu proses selanjutnya
e Usulan-usulan teknis lain dan sumber-sumber terpercaya data-data sekunder
lainnya seperti data persil kepemilikan lahan dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN).
• Data Primer

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-15


Usulan Teknis

Survey primer dilakukan untuk memperkuat data-data sekunder yang ada serta
mencari data-data yang tidak diperoleh dari hasil survey sekunder. Dalam kegiatan ini
survey primer menjadi survey pendukung dari data yang didapatkan secara sekunder.
Survey primer dilakukan lebih pada observasi lapangan dengan mengenali
karakteristik lokasi yang menjadi kajian untuk mengali lebih dalam informasi dan
permasalahan yang ada terkait dengan lahan-lahan potensial sebagai lokasi relokasi.
Dalam hal ini yaitu terkait identifikasi kondisi persil lahan berupa data batas wilayah
(Desa/Kelurahan dan Kecamatan), letak bidang tanah, luasan dan panjang bidang
tanah, kondisi penguasaan lahan dan potensi lahan yang bermasalah.

Metode Pengumpulan Data


Adapun metode pengumpulan data baik sekunder maupun primer diperoleh melalui
dua cara yaitu teknik non survei dan survei atau menggunakan pendekatan triangulasi
(menggunakan lebih dari satu metode).
• Teknik Non Survei
Teknik non survei dilaksanakan guna mengumpulkan data dan peubah studi
yang tidak efektif dan bahkan tidak efisien jika dikumpulkan menggunakan
teknik survei. Beberapa teknik yang dilakukan dengan menggunakan teknik non
survei adalah :
o Pengumpulan data melalui survey instansional;
o Pengumpulan data dengan pengamatan langsung (observasi) terhadap
aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, kondisi lahan serta sarana dan
prasarana di wilayah studi.

E.1.6 Analisis Rawan Bencana


Analisis overlay ini dapat di artikan sebagai upaya menampilkan suatu peta digital pada
peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan
keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Analisis ini
digunakan untuk menjawab bagaimana analisis kawasan rawan bencana seperti banjir
berbasis mitigasi bencana di wilayah potensi lahan relokasi. Hasil dari peta sebaran
kawasan rawan bencana terdiri atas sebaran kawasan rawan bencana.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-16


Usulan Teknis

E.1.7 Analisis Aspek Kemampuan Lahan


Kemampuan lahan adalah penilaian atas kemampuan lahan untuk penggunaan
tertentu yang dinilai dari masing-masing faktor penghambat. Penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan kemampuannya dan tidak dikuti dengan usaha konservasi tanah
yang baik akan mempercepat terjadi erosi. Apabila tanah sudah tererosi maka
produktivitas lahan akan menurun (Arsyad, 2010). Pengklasifikasian lahan
dimaksudkan agar dalam pendayagunaan lahan yang digunakan sesuai dengan
kemampuannya dan bagaimana menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang
sesuai dengan kemampuan lahan tersebut.
Kebutuhan bahan dan alat dalam pembuatan peta kemampuan lahan sebagai
berikut:
1) Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000;
2) Peta Tekstur Tanah;
3) Peta Kedalaman Tanah;
4) Peta Penggunaan Lahan.
Variabel Pengamatan:
1) Kemiringan Lereng;
2) Tekstur Tanah/Jenis Tanah;
3) Permeabilitas Tanah;
4) Ancaman banjir/genangan.
Menganalisis luas masing- masing peta tematik atau peta tersebut di atas.
Membuat peta unit lahan dengan mengoverlay peta lereng, peta penggunaan
lahan, peta tekstur atau jenis tanah, peta permeabilitas, dengan geoprocessing,
seperti pada Gambar di bawah ini.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-17


Usulan Teknis

Gambar Tahapan Geoprocessing


Untuk menganalisis luasan masing – masing peta di atas dengan menggunakan
fasilitas calculate return area, seperti pada Gambar di bawah ini.

Gambar Calculate Returnreal

Setelah proses pengolahan data menggunakan tools-tools yang sudah disediakan


dalam aplikasi ArcMap 10.8, maka tahap selanjutnya membuat peta klasifikasi
kemampuan lahan. Membuat peta kemampuan lahan setelah semua proses
geoprocessing dilakukan dan kita dapat mengetahui faktor penghambat pada daerah
penelitian kita dapat mengklasifikasi kamampuan lahan tersebut ke dalam peta
kemampuan lahan dengan menggunakan metode overley dalam aplikasi ArcMap 10.8.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-18


Usulan Teknis

E.1.8 Analisis Kesesuaian Ruang


Kesesuaian ruang adalah sistem klasifikasi kecocokan suatu lahan untuk penggunaan
tertentu salah satunya dalam penentuan lokasi potensi lahan relokasi. Kelayakan suatu
lokasi pembangunan harus selaras dengan yang terdapat didalam rencana pola
pemanfatan ruang. Analisis lokasi disusun sebagai upaya untuk mewujudkan
keserasian perencanaan kedepannya yang disandingkan dengan rencana yang sudah
ada yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun 2015-2035.

E.1.9 Analisis Identifikasi Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Berbasis Sistem
Informasi Geografis (GIS)
Sistem Informasi Geografis (GIS) pada umumnya adalah system informasi khusus
yang mengelola data yang memiliki informasi spasial. SIG juga merupakan sejenis
perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi,
menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut – atributnya
(Prahasta, 2005, p49).

SIG digunakan untuk memberi nilai, dengan melakukan pengaturan dan


memperlihatkan data secara tepat, menggabungkannya dengan data lain, melakukan
analisis terhadap data, dan menghasilkan data baru yang berguna, pada gilirannya SIG
dapat membantu untuk pengambilan keputusan (Heywood, 2002, p12). Teknologi
Sistem Informasi Geografi dapat digunakanuntukinvestigasi ilmiah, pengelolaan
sumberdaya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.

Sistem Informasi Geografi dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog),
dan sistemotomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling
mendasarterletakpada carapengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistikdan laporan survey lapangan. Semua
data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer.
Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-19


Usulan Teknis

sebagai sistem pengolah datamelalui proses digitasi. Sumber data digital dapat
berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain
dapat berupa peta dasar terdigitasi. SIG juga merupakan hasil dari perpaduan disiplin
ilmu didalam beberapa proses data spasial. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut
ini:

Gambar Proses Data Spasial

Berdasarkan pengertian-pengertiandiatas, maka Sistem Informasi Geografis (SIG)


dapat berfungsi sebagai bank data terpadu, yaitu dapat memandu data spasial dan
non spasialdalam suatu basis data terpadu. Sistem modelling dan analisa, yaitu dapat
digunakan sebagai sarana evaluasi potensi wilayah dan perencanaan spasial. Sistem
pengelolaan yang bereferensi geografis, yaitu untuk mengelola operasional dan
administrasi lokasi geografis. Dan sebagai system pemetaan komputasi, yaitu sistem
yang dapat menyajikan suatu peta yang sesuai dengan kebutuhan. Sistem Informasi
Geografimempunyai beberapa subsistem, yaitu:
a. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan data dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam
mengkonversi atau mentransformasikan format data aslinya kedalam format
yang dapat digunakan oleh SIG.
b. Data output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: tabel,
grafik dan peta.
c. Data Management

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-20


Usulan Teknis

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke


dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update
dan di-edit.
d. Data Manipulation & Analysis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG
dan melakukan manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan informasi
yang diharapkan.
1. Digitasi
Data yang dihasilkan dikumpulkan melalui metode survei, yang selanjutnya masuk
pada tahapan pemprosesan atau pengolahan data melalui tahap digitasi. Untuk
menghasilkan data yang akurat, dibutuhkan sumber peta analog dengan kualitas
tinggi. Dan untuk proses digitasi, diperlukan ketelitian dan konsentrasi tinggi dari
operator. Software yang umumnya digunakan dalam digitasi adalah ARC/INFO.
Prosedur dan tata cara pengerjaannya akan diberikan secara detail dengan maksud
untuk memberikan garis besar dari konsep GIS dan melatih cara melakukan proses
digitasi peta dengan menggunakan PC ARC/INFO. Proses digitasi pada sistem
informasi ini akan dilakukan oleh Image Processing atau pengolahan citra, sehingga
proses ini dapat dilakukan secara otomatis tanpa perlu adanya tambahan user untuk
melakukan proses digitasi ini.

Gambar Proses Digitasi On Screen Citra Satelit

Gambar diatas menunjukan bagaimana cara operator dalam melakukan digitasi dari
citra satelit dengan ketelitian yang tinggi sehingga menghasilkan data vektor seperti
sungai, danau , dan jalan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-21


Usulan Teknis

2. Citra Satelit
Citra merupakan gambaran kenampakan permukaan bumi hasil penginderaan pada
spectrum elektromagnetik tertentu yang ditayangkan pada layar atau disimpan pada
media rekam atau cetak. Citra satelit adalah penginderaan jauh, yaitu ilmu atau seni
cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada
pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah
permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Berdasarkan Misinya, satelit
penginderaan jauh dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu satelit cuaca dan satelit
sumberdaya alam.

3. Digital Elevation Model (DEM)


DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi
atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat hasil sampling dari
permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan tersebut
menggunakan himpunan koordinat. DEM merujuk pada model medan dengan hanya
informasi ketinggian. Ketinggian dataran untuk posisi tanah disampel dengan interval
horizontal yang 11 berjarak secara teratur. DEM berasal dari data hipografis (garis
kontur) atau metode fotogrametri. Setiap DEM memiliki bentuk, sistem proyeksi dan
pola nilai ketinggian yang bermacam-macam tergantung sumbernya. Sebaran DEM
yang bersumber dari peta RBI berbentuk kontur sedangkan dari citra satelit
berbentuk raster DEM dan dari LiDAR berbentuk point cloud. Selain bentuknya, DEM
tersebut juga menggunakan sistem proyeksi yang bermacam-macam seperti sistem
proyeksi geografik. Dalam penentuan nilai kelerengan, data yang dihitung merupakan
nilai ketinggian pada piksel raster grid yang berjarak rapi berdasarkan jarak tertentu
dan bersistem proyeksi UTM.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-22


Usulan Teknis

Gambar Contoh Data DEM

PENDEKATAN DAN METODOLOGI E-23

Anda mungkin juga menyukai