Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Sasaran ................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan ...................................................................................................... 1
1.2.2 Sasaran .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 3
2.1 Sistem Transportasi Makro ......................................................................... 3
2.2 Sistem Jaringan Transportasi ..................................................................... 5
2.3 Sistem Kegiatan Transportasi ..................................................................... 7
2.4 Sistem Pergerakan Transportasi ................................................................ 8
2.5 Sistem Kelembagaan Transportasi ............................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 12
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi................................................ 12
3.2 Sistem Transportasi Kabupaten Banyuwangi ............................................. 14
3.2.1 Sub Sistem Prasarana Transportasi ...................................................... 14
3.2.2 Sub Sistem Sarana Transportasi ............................................................ 21
3.2.3 Sub Sistem Kegiatan Kabupaten Banyuwangi ...................................... 24
3.2.4 Sub Sistem Pergerakan Kabupaten Banyuwangi .................................. 25
3.2.5 Sub Sistem Kelembagaan Kabupaten Banyuwangi ................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 33

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan


di capai beserta cara – cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana
disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa
perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan
penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode,
system, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini. Jadi dapat disimpulkan
bahwan perencanaan adalah proses untuk mencapai suatu tujuan secara
efektif dan efisien.
Perencanaan harus mempertimbangkan semua aspek, salah satunya
adalah aspek Transportasi agar perencanaan dapat menghasilkan rencana
yang baik serta dapat diimplementasikan di lapangan. Transportasi
merupakan perpindahan suatu barang/orang dari satu tempat/asal ke suatu
tempat lainnya/tujuan yang dimana harus memenuhi syarat aman, nyaman,
murah dll. Perencanaan Transportasi juga merupakan hal yang harus di
perhatikan dan masuk kedalam ruang lingkup perencanaan yang dimana akan
sangat mempengaruhi aspek kegiatan lain.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Adapun tujuan dan sasarannya, yaitu:

1.2.1 Tujuan

Tujuan yang ingin di capai dalam Pengantar Perencanaan Transportasi


ini adalah untuk memberikan informasi mengenai profil transportasi di
Kabupaten Banyuwangi.

1
1.2.2 Sasaran

Untuk memudahkan dalam memberikan informasi mengenai profil


transportasi Kabupaten Malang maka dibentuk sasaran yang akan dicapai
dalam Pengantar perencanaan transportasi ini yaitu:

1. Profil sistem transportasi di Kabupaten Banyuwangi

2. Profil sistem jaringan di Kabupaten Banyuwangi

3. Profil sistem kegiatan di Kabupaten Banyuwangi

4. Profil Sistem pergerakan di Kabupaten Banyuwangi

5. Profil Sistem kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sistem Transportasi Makro


Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling
berkaitan. Dalam setiap organisasi sistem, perubahan pada satu komponen
dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Dalam sistem
mekanis, komponen berhubungan secara ‘mekanis’, misalnya komponen
dalam mesin mobil. Dalam sistem ‘tidak- mekanis’, misalnya dalam interaksi
sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan transportasi, komponen yang
ada tidak dapat berhubungan secara mekanis, akan tetapi perubahan pada
salah satu komponen (sistem ‘kegiatan’) dapat menyebabkan perubahan pada
komponen lainnya (sistem ‘jaringan’ dan sistem ‘pergerakan’). Pada dasarnya,
prinsip sistem ‘mekanis’ sama saja dengan sistem ‘tidak-mekanis’.
Untuk lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan
masalah yang terbaik, perlu dilakukan pendekatan secara sistem − sistem
transportasi dijelaskan dalam bentuk sistem transportasi makro yang terdiri
dari beberapa sistem transportasi mikro. Sistem transportasi secara
menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih
kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi
seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 2
Sistem Transportasi Makro

3
Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari:
a. Sistem kegiatan;

b. Sistem jaringan prasarana transportasi;

c. Sistem pergerakan lalulintas; dan

d. Sistem kelembagaan.

Seperti kita ketahui, pergerakan lalulintas timbul karena adanya proses


pemenuhan kebutuhan. Kita perlu bergerak karena kebutuhan kita tidak bisa
dipenuhi di tempat kita berada. Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan
(sistem mikro yang pertama) mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan
membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses
pemenuhan kebutuhan.
Sistem tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang
terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain.
Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat
pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat
dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Besarnya pergerakan sangat berkaitan
erat dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut
jelas membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat
moda transportasi tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan
merupakan sistem mikro yang kedua yang biasa dikenal dengan sistem
jaringan yang meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus dan
kereta api, bandara, dan pelabuhan laut.
Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan
pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan
dan/atau orang (pejalan kaki). Suatu sistem mikro yang ketiga atau sistem
pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan

4
lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem
rekayasa dan manajemen lalulintas yang baik.
Sesuai dengan GBHN 1993, dalam usaha untuk menjamin terwujudnya
sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai
dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat sistem
mikro tambahan lainnya yang disebut sistem kelembagaan yang meliputi
individu, kelompok, lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro
tersebut.

2.2 Sistem Jaringan Transportasi


Menurut Morlok (2005) jaringan ialah suatu konsep matematis yang
dapat digunakan untuk menerangkan secara kuantitatif sistem transportasi
dan sistem lain yang mempunyai karakteristik ruang. Jalan sebagai bagian dari
sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam
mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan. Jalan
dikembangkan melalui pendekatan pembangunan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan
memperkukuh kesatuan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam
rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional (UU No.38 tahun 2004
tentang jalan). Agar transportasi jalan dapat berjalan secara aman dan
efisiensi maka perlu dipersiapkan suatu jaringan transportasi jalan yang handal
yang terdiri dari ruas dan simpul.
Sistem jaringan merupakan moda transportasi (sarana) dan media
(sarana) dan media (prasarana/infrastruktur) tempat moda transportasi
bergerak. Sistem jaringan meliputi: sistem jaringan jalan raya, kereta api
terminal bis stasiun kereta kereta api, terminal bis, stasiun kereta api, bandara
dan pelabuhan laut. Sistem jaringan adalah infrastruktur dan pelayanan
transportasi yang menunjang pergerakan penduduk dengan kegiatannya

5
(Supply System). Makin tinggi kuantitas dan kualitas jaringan infrastruktur
serta pelayanan transportasi, makin tinggi pula kuantitas dan kualitas
pergerakan yang dihasilkan (Kusbiantoro, 2005). Adapun cara untuk
mengukur sistem jaringan transportasi yaitu melalui aksesibiltas.
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan
tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain
dan ‘mudah’ atau ‘susah’nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan
transportasi (Black, 1981).
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas
(perumahan) dan jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan).
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam
suatu kota seperti rumah sakit, dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi,
kualitas pelayanan transportasi pasti juga berbeda-beda; sistem jaringan
transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah
lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas) maupun kualitas (frekuensi dan
pelayanan). Contohnya, pelayanan angkutan umum biasanya lebih baik di
pusat perkotaan dan pada beberapa jalan utama transportasi dibandingkan
dengan di daerah pinggiran kota. Skema sederhana yang memperlihatkan
kaitan antara berbagai hal yang diterangkan mengenai aksesibilitas dapat
dilihat pada tabel 1 (Black, 1981).
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas

Jauh Aksesibilitas Rendah Aksesibilitas Menengah


Jarak Dekat Aksesibilitas Menengah Aksesibilitas Tinggi
Kondisi Prasarana/sarana Sangat Jelek Sangat Baik
Sumber : Black (1981)

6
Bintarto (1989) mengatakan salah satu variabel yang dapat dinyatakan
apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya
sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem
jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas
yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang
didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya

2.3 Sistem Kegiatan Transportasi


Sistem kegiatan adalah penduduk dengan kegiatannya (Demand
System). Makin tinggi kuantitas dari kualitas penduduk dengan kegiatannya,
makin tinggi pula yang dihasilkannya, baik dari segi jumlah (volume), frekuensi,
jarak, moda, maupun tingkat pemusatan temporal dan atau spatial
(Kusbiantoro, 2005).
Sistem ini merupakan pola kegiatan tataguna lahan yang terdiri dari
sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan
yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat
pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat
dipenuhi oleh tataguna lahan tersebut. Besarnya pergerakan sangat terkait
dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.
Sistem transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti
bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan bertamu yang berlangsung di atas
sebidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain-lain). Potongan
lahan ini biasa disebut tata guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya,
manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan
menggunakan sistem jaringan transportasi (misalnya berjalan kaki atau naik
bus). Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang.
Pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang mengakibatkan berbagai
macam interaksi. Terdapat interaksi antara pekerja dan tempat mereka bekerja,
antara ibu rumah tangga dan pasar, antara pelajar dan sekolah, dan antara

7
pabrik dan lokasi bahan mentah serta pasar. Beberapa interaksi dapat juga
dilakukan dengan telepon atau surat (sangat menarik untuk diketahui
bagaimana sistem telekomunikasi yang lebih murah dan lebih canggih dapat
mempengaruhi kebutuhan lalulintas di masa mendatang). Akan tetapi, hampir
semua interaksi memerlukan perjalanan, dan oleh sebab itu menghasilkan
pergerakan arus lalulintas. Adapun cara untuk mengukur sistem jaringan
kegiatan yaitu melalui mobilitas.
Mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak
yang biasanya dinyatakan dari kemampuannya membayar biaya transportasi,
Indeks mobilitas dapat dilihat dengan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah tersebut. Apabila kegiatan yang dilakukan penduduk
tinggi maka tingkat mobilitas pada suatu daerah tersebut akan tinggi begitu
juga sebaliknya bila kegiatan penduduk di suatu daerah itu rendah maka
tingkat mobilitasnya juga rendah.

2.4 Sistem Pergerakan Transportasi


Sistem pergerakan ditimbulkan karena interaksi antara sistem kegiatan
dan sistem jaringan. Sistem pergerakan yang ada merupakan sistem
pergerakan orang dan manusia. Sistem pergerakan merupakan rekayasa dan
manajemen lalu lintas untuk menciptakan pergerakan yang aman, cepat,
nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungan.
Sistem pergerakan adalah pergerakan orang atau barang berdasarkan
besaran (volume), tujuan, lokasi asal tujuan, waktu perjalanan, jarak/lama
perjalanan, kecepatan, frekuensi, moda, dan sebagainya. Semakin tinggi
kuantitas dan kualitas sistem pergerakan, makin tinggi pula dampak yang
ditimbulkan terhadap sistem kegiatan dan sistem jaringan (Kusbiantoro, 2005).
Sistem pergerakan ini timbul akibat adanya interaksi antara sistem kegiatan
dan sistem jaringan, sehingga menghasilkan pergerakan orang dan barang

8
dalam bentuk pergerakan orang dan bentuk pergerakan dan pergerakan
kenderaan.

2.5 Sistem Kelembagaan Transportasi


Dalam sistem transportasi makro terdapat sistem mikro tambahan
lainnya yang disebut sistem kelembagaan yang meliputi individu, kelompok,
lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro tersebut. Di Indonesia,
sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportasi secara
umum adalah sebagai berikut.

• Sistem kegiatan: Bappenas, Bappeda Tingkat I dan II, Bangda,


Pemda

• Sistem jaringan: Departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara),


Bina Marga

• Sistem pergerakan: DLLAJ, Organda, Polantas, masyarakat

Bappenas, Bappeda, Bangda, dan Pemda memegang peranan yang


sangat penting dalam menentukan sistem kegiatan melalui kebijakan baik
yang berskala wilayah, regional, maupun sektoral. Kebijakan sistem jaringan
secara umum ditentukan oleh Departemen Perhubungan baik darat, laut,
maupun udara serta Departemen PU melalui Direktorat Jenderal Bina Marga.
Sistem pergerakan ditentukan oleh DLLAJ, Organda, Polantas dan
masyarakat sebagai pemakai jalan.
Kebijakan yang diambil tentunya dapat dilaksanakan dengan baik
melalui peraturan yang secara tidak langsung juga memerlukan sistem
penegakan hukum yang baik pula. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa
pemerintah, swasta, dan masyarakat berperan dalam mengatasi masalah
sistem transportasi ini, terutama masalah kemacetan.

9
Dalam kajian perencanaan transportasi, pihak yang terlibat sangatlah
beragam di berbagai negara. Semuanya sangat tergantung pada sistem
kelembagaan yang ada di negara yang bersangkutan, terutama kelembagaan
yang menyelenggarakan atau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kajian perencanaan transportasi. Meskipun demikian, dalam kajian
perencanaan transportasi biasanya ada tiga kelompok atau pihak yang terlibat,
yaitu (lihat juga LPM-ITB, 1996, 1997a):

1. Penyelenggara kajian, yaitu orang atau lembaga yang bertanggung


jawab dalam pengambilan keputusan dari hasil kajian. Untuk proyek
milik swasta, pihak yang dimaksud dapat berupa wakil perusahaan
penyelenggara kajian, misalnya pengembang kawasan industri atau
pemodal sistem prasarana transportasi.

2. Profesional atau pakar, yaitu pihak yang bertanggung jawab terhadap


pelaksanaan kajian. Pihak itu biasanya merupakan lembaga profesional
(konsultan, pusat kajian, atau pusat penelitian).

3. Masyarakat, yaitu mencakup sekelompok anggota masyarakat yang


dipilih untuk mewakili masyarakat umum dalam proses pengkajian.
Dalam pelaksanaan kajian, pihak penyelenggara dan masyarakat
selanjutnya berfungsi sebagai pihak yang mengawasi atau mengarahkan
pelaksanaan kajian oleh pihak profesional. Biasanya tugas pengarahan ini
dikelompokkan dalam tiga komite; setiap komite menangani tugas dan
kepentingan yang berbeda. Misalnya, untuk kajian dengan skala yang cukup
besar, komite yang dimaksud meliputi:
1. Komite eksekutif, terdiri dari perwakilan dari pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan (misalnya menteri, direktur jenderal, kepala
direktorat).

10
2. Komite pengarah teknis, terdiri dari perwakilan penyelenggara kajian
atau perwakilan dari lembaga terkait. Komite ini bersifat teknis, yaitu
mampu mengarahkan kajian secara substansif. Karena itu, anggota
komite ini terdiri dari orang yang mempunyai latar belakang yang
cukup secara teknis, seperti ahli ekonomi, perencana, ahli teknik, dan
manajer operasi.
3. Komite perwakilan masyarakat, terdiri atas perwakilan dari kelompok
kepentingan yang ada di masyarakat luas. Komite perwakilan
masyarakat biasanya terisolasi dalam penyelenggaraan kajian yang
dilakukan di negara Barat. Di Indonesia, partisipasi masyarakat luas
belum begitu dikenal sehingga komite perwakilan masyarakat dalam
pelaksanaan kajian perencanaan transportasi seperti ini jarang sekali
terlihat.

11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi merupakan sebuah kabupaten yang termasuk Provinsi
Jawa Timur,Indonesia. Ibu kota Banyuwangi adalah Kota Banyuwangi. Dari
catatan sejarah, Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Provinsi
Jawa Timur dan bahkan kabupaten terluas di Pulau Jawa. Luas wilayah
Kabupaten Banyuwangi mencapai 5.782,50 km 2, atau lebih luas dari Pulau Bali
yang luasnya 5.636,66 km2. Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah
utara adalah Kabupaten Situbondo, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah
selatan adalah Samudera Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Jember dan Bondowoso. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi
terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran
tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk
perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil
pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke
selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Seperti telah kami singgung di atas, di pesisir Kabupaten Banyuwangi,
terdapat Pelabuhan Ketapang. Dari pelabuhan itulah anda bisa menyeberang
ke Pulau Bali atau sebaliknya. Pelabuhan Ketapang merupakan penghubung
transportasi laut dengan Pelabuhan Gilimanuk, di Bali. Dari Surabaya,
Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan
jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang
membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati
kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur
pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus
eksekutif/PATAS maupun ekonomi.

12
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi

13
3.2 Sistem Transportasi Kabupaten Banyuwangi
3.2.1 Sub Sistem Prasarana Transportasi
Sub sistem prasarana transportasi di Kabupaten Banyuwangi meliputi
system jaringan jalan dan system prasarana transportasi. Sistem prasarana
transportasi terdiri dari system transportasi darat dengan sub sistem jalan raya
dan jalan rel kereta api.Sistem jalan raya meliputi jaringan prasarana jalan,
fasilitas pendukung transportasi jalan raya. Sistemrel/kereta api terdiri dari jalur
rel kereta api, stasiun, kereta api dan fasilitas pendukung lainnya.

A. Transportasi Darat
 Sistem jaringan jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting guna
memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas
akan meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang suatu
daerah ke daerah lain. Jalan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi terbagi
menjadi jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Secara keseluruhan
panjang jalan yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi mencapai
2.932,35 km dengan pembagian 124,14 km merupakan jalan Negara,
89,41km adalah jalan provinsi dan 2.718,80 jalan kabupaten.
Dari total panjang jalan kabupaten diketahui sepanjang 1.725,05 km.
Merupakan jalan dengan jenis permukaan hotmix. Bila dilihat dari kondisinya
pada tahun 2013, tercatat jalan yang berkondisi baik 1.985,20 Km dan sisanya
berkondisi sedang, rusak dan rusak berat. Secara rinci jalan Kabupaten
Bogor dilihat berdasarkan jenis permukaan adalah sebagai berikut.
Sistem jaringan jalan berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004, tentang
Jalan (pasal7), terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan

14
semua wilayah di tingkat nasional,dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Berdasarkan
kriteria tersebut di atas, jaringan jalan di Kabupaten Banyuwangi
sesuai dengan fungsinya dijelaskan sebagai berikut :
 Jalan Arteri Primer, diantaranya adalah :
- Bajulmati (Batas kabupaten Situbondi)- Ketapang
- Jalan Basuki Rahmat
- Jalan Yos Sudarso
- Jalan Gatot Subroto
 Jalan Kolektor Primer (K1), diantaranya adalah :
- Ruas Jalan PB. Sudirman;
- Ruas Jalan A. Yani; dan ruas Jalan Adi sucipto
- Ruas Jalan S.Parman;
- Ruas Jalan Rongojampi - Batas Kota Banyuwangi
- Ruas Jalan Berculuk - Rongojampi
- Ruas Jalan Genteng Kulon - Jajag - Berculuk
- Ruas Jalan Batas Kabupaten Jember - Genteng Kulon; dan
- Ruas jalan Srono- Muncar
 Jalan Lokal Primer, adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat
kegiatan dengan jalan kolektor
 Jalan Arteri sekunder, diantaranya adalah ruas jalan Rogojampi –
Benculuk –Jajag – Genteng.
 Jalan Pengembangan Kawasan Minapolitan
- Jalan Srono- Muncar
- Jalan Tambakrejo- PPP Muncar

15
 Sistem jaringan jalan rel kereta
Terdapat jalur kereta api dari Surabaya - Pasuruan - Probolinggo -
Jember dan berakhir di Banyuwangi.
 Prasarana Terminal
 Terminal Wiroguno Genteng
Terminal ini merupakan terminal tipe c dengan luas 11.120 𝑚2 yang
berada di kecamatan genteng. Berikut adalah jumlah kendaraan yang masuk
dan rute trayek di terminal wiroguno genteng. Terminal ini diresmikan pada
tahun 2001. Terminal penumpang Tipe C, yaitu yang berfungsi melayani
kendaraan penumpang umum untuk angkutan pedesaan (ADES)

 Terminal Brawijaya
Terminal ini merupakan terminal tipe B seluas 10.000 𝑚2 yang berada
di kecamatan banyuwangi. Terminal penumpang Tipe B, yaitu yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota dalam
propinasi (AKDP), angkutan kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES).

Gambar 3.2
Terminal Brawijaya

16
 Terminal Sritanjung
Terminal sritanjung berada dikecamatan Kalipuro. Terminal sritanjung
merupakan terminal tipe A yang berfungsi melayani kendaraan penumpang
umum untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), dan angkutan lintas
batas antar negara, angkutan antar kota dalam propinasi (AKDP), angkutan
kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES).

Gambar 3.3
Jalur keberangkatan Terimal Sritanjung

 Stasiun kereta api


Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun
Banyuwangi Baru, Karang Asem, (Kecamatan Glagah), Rogojampi, Stasiun
Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang
lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan
Halte Krikilan. Berikut adalah contoh gambar stasiun banyuwangi baru dan
table jumlah penumpang kereta api kabupaten banyuwangi.

17
Gambar 3.4
Stasiun Banyuwangi Baru

Tabel 3.1
Jumlah Penumpang Kereta Api, 2011-2015

Tahun Berangkat Datang

2011 913 508 858 698


2012 900 305 846 287
2013 738 465 694 157
2014 799 288 751 331
2015 735 682 691 541
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Banyuwangi

18
 Transportasi Udara
Bandar udara yang ada di kabupaten Banyuwangi adalah bandar udara
Blimbingansari.Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Blimbingsari dalam
pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan
memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu
Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010).
Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka
untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) –
Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi
(BWX).

 Transportasi Laut
 Pelabuhan Banyuwangi (Boom)
Pelabuhan Banyuwangi (Boom) merupakan salah satu pelabuhan
yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 56 Tahun 2002, penyelenggaraan pelabuhan
Banyuwangi (Boom) ini dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa
Timur. Kawasan pelabuhan ini berada dalam kawasan milik PT. PELINDO
III.
Selama ini pelabuhan Banyuwangi (Boom) dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan yaitu :
 Sebagai dermaga bongkar muat barang bagi kapal pelayaran rakyat;

 Sebagai tempat wisata dan rekreasi bagi masyarakat Kota Banyuwangi;

 Sebagai pelabuhan pendaratan ikan oleh nelayan setempat

Dari beberapa kegunaan diatas, manfaat sebagai tempat wisata dan


rekreasi cukup menonjol sehingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
menaruh perhatian untuk melakukan kerjasama dengan PT. PELINDO III
sebagai penguasa kawasan tersebut dan mengembangkannya sebagai

19
salah satu tujuan wisata dan rekreasi bagi masyarakat Banyuwangi.
Pengembangan Pelabuhan Banyuwangi (Boom) sebagai tujuan wisata dan
rekreasi tentu tidak akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai Pelabuhan,
dimana dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mulai
melakukan pengembangannya sejak beberapa tahun terakhir.

 Pelabuhan Penyeberangan Ketapang


Pelabuhan Penyeberangan Ketapang yang terletak di Desa ketapang,
Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi merupakan pelabuhan yang
memiliki nilai strategis yaitu sebagai penghubung antara Pulau Jawa dan
Pulau Bali. Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Pelabuhan ini dikelola
oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang sebagai salah
satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di lingkungan Kementerian
Perhubungan RI.

 Pelabuhan Wisata Watudodol Pulau Tabuhan


Guna meningkatkan pertumbuhan perekonomian khususnya melalui
sektor wisata, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki rencana untuk
mengembangkan Pulau Tabuhan sebagai salah satu tujuan wisata,
khususnya wisata bahari. Pada tahun 2010 melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
telah menyusun Rencana Zonasi Rinci Pulau Tabuhan dan Perairan di
Sekitarnya, dan pada tahun 2011 mengadakan studi Penyusunan Kajian
Teknis Pengembangan Pulau Tabuhan.
Untuk kepentingan pengembangan Pulau Tabuhan sebagai tujuan
wisata tersebut perlu adanya dukungan infrastruktur transportasi. Pada
tahun 2012, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Banyuwangi akan melaksanakan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan
dan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Watudodol – Pulau Tabuhan

20
yang nantinya terintegrasi juga dengan pengembangan kawasan pantai
Watudodol sebagai rest area.

3.2.2 Sub Sistem Sarana Transportasi


A. Transportasi Darat
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet,
taksi Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut
'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan, minibus,Bus, dan angkot
yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Selain itu juga terdapat moda transportasi kereta api yang melayani
penumpang hingga antar provinsi.berikut merupakan transportasi kereta api
dengan jadwal keberangkatannya.

Penyelenggaraan angkutan umum jalan raya di Kabupaten Banyuwangi


dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

 Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), dimana Kabupaten


Banyuwangi merupakan tempat asal dan tujuan maupun hanya sebagai
lintasan dari kota–kota di Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jogjakarta dan sebaliknya.
 Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) yang menghubungkan
kota-kota yang terdapat didalam Provinsi Jawa Timur (lintas
Kabupaten/Kota).
 Angkutan Lokal yang ada berupa Angkutan Kota dan Angkutan
Pedesaan.

Kereta Api merupakan sarana transportasi yang relatif murah bagi


masyarakat Kabupaten Banyuwangi, hal ini tercermin dari terus meningkatnya
jumlah penumpang kereta api dari tahun ke tahun. Tahun 2008 jumlah
penumpang kereta api sebanyak 956.645 orang dengan nilai Rp.
21.194.545.000,- dan tahun 2010 jumlah penumpang kereta api sebanyak

21
995.193 orang dengan nilai Rp. 23.335.057.250,-, ini menunjukkan bahwa
keberadaan sarana transportasi kereta api memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam menggerakkan roda perekonomian dan pergerakan orang
dan barang dari dan ke Banyuwangi.
Tabel 3.2
Rute Dan Jadwal Keberangkatan Kereta Api Dari Stasiun Banyuwangi Baru
Nama dan
Kelas Tujuan Tiba Berangkat
No. KA

Mutiara Banyuwangi Baru


Timur Malam Eksekutif& (BW) bersambung keDenpasar
(89) Bisnis (DEN) 04.25 04.30

Tawang Alun Ekonomi Bangil (BG) bersambung Malang


(208/209) AC Kotalama (MLK) – 05.00

Surabaya Gubeng
Sri Tanjung Ekonomi (SGU) bersambungLempuyangan
(196/193) AC (LPN) – 06.30

Pandanwangi Ekonomi
(481) AC Banyuwangi Baru (BW) 07.30 –

Mutiara
Timur Siang Eksekutif &
(88) Bisnis Surabaya Gubeng (SGU) – 09.00

Pandanwangi Ekonomi
(482) AC Jember (JR) – 09.45

Probowangi Ekonomi
(219) AC Banyuwangi Baru (BW) 11.45 –

Probowangi Ekonomi
(220) AC Surabaya Kota (SB) – 13.30

Mutiara
Timur Siang Eksekutif &
(87) Bisnis Banyuwangi Baru (BW) 15.30 –

22
Nama dan
Kelas Tujuan Tiba Berangkat
No. KA

Pandanwangi Ekonomi
(483) AC Banyuwangi Baru (BW) 18.30 –

Pandanwangi Ekonomi
(484) AC Jember (JR) – 20.00

Sri Tanjung Ekonomi


(194/195) AC Banyuwangi Baru (BW) 21.15 –

Mutiara Surabaya Gubeng (SGU)


Timur Malam Eksekutif & Bisa bersambung dari Denpasar
(90) Bisnis (DEN) 21.58 22.00

Tawang Alun Ekonomi


(210/207) AC Banyuwangi Baru (BW) 23.30 –

Sumber: Kereta api.info

B. Transportasi Udara
Moda transportasi udara yang terdapat di kabupaten banyuwangi
adalah pesawat terbang. Pesawat yang beroperasi di Bandara Blimbingsari –
Banyuwangi diantaranya:

- ATR 72/500, ATR 72/600 WINGS AIR


- Cessna 172 ( BIFA ), TB -10 ( ATKP FLYING SCHOOL)

C. Transportasi Laut
Salah satu moda transportasi yang beroperasi di kabupaten
banyuwangi adalah moda transportasi kapal. Berikut adalah table moda
transportasi laut di kabupaten banyuwangi

23
Tabel 3.3
Moda Transportasi Laut Di Kabupaten Banyuwangi
Fasilitas
No. Uraian Satuan
Tersedia

1 Kapal/Motor Pandu Unit 1

2 Kapal/Motor Kepil Unit 1

3 Kapal Tunda - -

4 a. s/d 800 PK Unit 1

5 b. 801 s/d 1200 PK Unit 0


Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuwangi

3.2.3 Sub Sistem Kegiatan Kabupaten Banyuwangi


Pemanfaatan ruang yang di Kota Banyuwangi pada umumnya di
dominasi oleh kegiatan permukiman, pendidikan, pergudangan, perdagangan
dan jasa, dan pertanian. Secara spasial diwilayah Kota Banyuwangi terbagi
menjadi beberapa kawasan yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan
kawasan. Kawasan-kawasan ini menjadi pendorong terhadap arah
kecenderungan perkembangan yang ada. Adapun kawasan-kawasan yang
ada di Kota Banyuwangi tersebut yaitu:

A. Kawasan Permukiman
Seperti halnya yang telah di uraikan pada sub bab pola
perkembangan kawasan permukiman di atas bahwa permukiman di Kota
Banyuwangi meliputi Perumahan Umum dan perumahan developer.
Perkembangan perumahan developer sangat pesat beberapa tahun terakhir
ini. Perkembangan perumahan yang pesat diikuti dengan perkembangan
jaringan jalan baru yang menghubungkan antara perumahan baru dengan
kegiatan lainnya.

24
B. Kawasan Perdagangan
Kawasan perdagangan skala regional dan skala kota berkembang di
sekitar jalan-jalan utama yaitu Jl. Basuki Rahmat, Jl. Jend Sudirman, Jl.
Ahmad Yani, Jl Adi Sucipto. Sedangkan untuk perdagangan skala lokal
menyebar di masing-masing Kelurahan khususnya di jalan-jalan utama
Desa/Kelurahan. Pada kawasan ini aktivitas perdagangan memiliki
intensitas tinggi, sehingga sepanjang jalan-jalan ini terjadi pergerakan
sangat tinggi dan menimbulkan kemacetan.

C. Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran untuk skala kabupaten berada di sepanjang jalan
arteri primer yaitu di Jalan Jl. Ahmad Yani, Jl. Adi Sucipto, Jl KH Agus Salim,
Jl. Kol Istiqlah, dan Jl. Jaksa Agung Suprapto, sedangkan kantor
desa/kelurahan menyebar di tiap-tiap desa/kelurahan khususnya jalan-jalan
utama desa.

D. Kawasan Industri dan Pergudangan


Industri besar berada di sepanjang jalan arteri primer Jl. Letjend
Suprapto, sedangkan industri kecil dan rumah tangga menyebar di setiap
desa/kelurahan dan tidak selalu di jalan-jalan utama desa. Untuk
memperlancar kegiatan industri dan distribusi perlu adanya keterkaitan
dengan jalan-jalan utama.

3.2.4 Sub Sistem Pergerakan Kabupaten Banyuwangi


 Transportasi Eksternal
Pergerakan eksternal adalah pergerakan masyarakat dari dalam ke luar
kabupaten banyuwangi dan sebaliknya, biasanya pergerakan ini dicapai oleh
moda transportasi Pesawat, kereta api dan bus tertentu. Untuk angkutan darat,
jenis moda angkutan umum penumpang yang menuju dan keluar kota
Banyuwangi adalah Bus, MPU dan angkutan perdesaan. Ditinjau dari jenis
jaringan jalan berdasarkan pengelolaannya, jaringan jalan yang ada dan

25
melalui kota Banyuwangi terdiri dari Jalan Nasional yang menghubungan
Banyuwangi-Probolinggo-Surabaya, Jalan Propinsi yang menghubungkan
Banyuwangi-Jember-Probolinggo, dan Jalan Kabupaten yang
menghubungkan Kota Banyuwangi dan kecamatan-kecamatan di wilayah
Kabupaten Banyuwangi. Berikut adalah table pergerakan masyarakat.

Tabel 3.4
Data pergerakan penumpang bandara Blimbingsari tahun 2015
Penumpang
No Bulan Surabaya - Banyuwangi- Denpasar - Banyuwangi -
Banyuwangi Surabaya Banyuwangi Denpasar
1 Januari 2791 3119 891 1068
2 Februari 3035 3073 785 1028
3 Maret 3593 3603 1006 1397
4 April 3538 3480 1024 1386
5 Mei 4070 3792 962 1264
6 Juni 3890 3605 1115 1288
7 Juli 2196 1964 771 806
8 Agustus 2314 2364 599 710
Septembe
9 3561 3536 1037 1199
r
10 Oktober 3916 4004 874 1053
11 Nopember
12 Desember
Jumlah Total 32904 32540 9064 11199

Jumlah Total 85.707


Sumber: Dinas perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuwangi

Dari tabel pergerakan diatas, pergeraan penumpang paling banyak


adalah menuju ke Denpasar dengan jumlah total penumpang sebesar 85.707
jiwa pada tahun 2015.

 Transportasi Internal
Pergerakan penduduk dalam wilayah Kota Banyuwangi, sebagian besar
dilayani oleh angkutan umum dan kendaraan tidak bermotor berupa becak,
hanya sebagian kecil Kawasan perkotaan yang dilayani oleh angkutan Kota

26
yang memiliki jalur trayek melintasi kawasan tersebut. Dengan keterbatasan
pelayanan angkutan umum perkotaan tersebut, maka kebanyakan penduduk
menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum berupa sepeda motor,
mobil dan bus untuk menuju ke tempat bekerja, kawasan perdagangan dan
jasa, kawasan pendidikan dan pusat kegiatan lainnya. Sementara jaringan
jalan yang ada di Kota Banyuwangi sebagian besar merupakan Jalan
Kabupaten dan Jalan Lingkungan.

Tabel 3.5
Angkutan Kota / Angkutan Pedesaan Yang Masuk Terminal Genteng
Jumlah Armada

No Kode Trayek Rute Trayek Ket


Menurut Tidak
Operasi
Ijin Operasi

Raya Genteng -
GENTENG -
1 Kaligondo - Tegalharjo - 40 30 10 BUS
KALIBARU
Raya Jember (PP)

Diponegoro Genteng -
GENTENG -
2 Yosomulyo - Yos Sudarso 15 15 0 BUS
JAJAG
(PP)

Hasannudin - Kembiritan -
Padan Genteng - Sumber
sari - Gambor - Pekulo -
GENTENG -
3 Sragi - Gendoh - 20 15 5 BUS
ROGOJAMPI
Bolodewo - Lugonto -
Jalan Raya Diponegoro
Genteng (PP)

Sumber: Dinas perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuwangi

3.2.5 Sub Sistem Kelembagaan Kabupaten Banyuwangi


Secara umum orientasi pelayanan transportasi di era otonomi daerah
sekarang ini, diharapkan mampu mengantisipasi permasalahan dan mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mengedepankan

27
kesejahteraan, kelancaran, kenyamanan, pemberdayaan, kepuasan
konsumen, serta visi masa depan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut: Pertama, kelembagaan perangkat Pemerintah
Daerah yang berwenang dan bertanggungjawab dalam penanganan
prasarana transportasi jalan, baik instansi yang berwenang dalam pengaturan
prasarana transportasi jalan maupun kelembagaan yang terkait Dinas PU
(Bidang Jalan) Kabupaten/Kota, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas
Perhubungan Kabupaten/Kota atau Dinas Lalu Lintas Jalan Raya
Kabupaten/Kota (DLLAJRK), Dinas Perijinan/Dinas Pendapatan Daerah,
ORGANDA (pihak operator/pengelola matra transportasi), Badan Pengelola
Terminal Kota/Antar Kota, antar Propinsi), harus bertanggungjawab dalam
operasional kebijakan transportasi di daerah. Secara umum, system
kelembangaan transportasi dapat dilihat pada penjabaran dan table dibawah
ini.
 Tranportasi darat
· Taxi;mobil sejenis sedan,bluebird (kelembagaannya berupa persero
terbatas)
· Kereta api,PT.KAI(kelembagaannya BUMN)
· Bus lintas provinsi (OTO BUS):mobil yang ukurannya melebihi mobil
pribadi misalnya DAMRI,PT.LORENA ,dll (kelembagaannya CV
atau PT dan KOPKAR)
 Transportasi udara
· Pesawat terbang: Domestik,Internasional dan pribadi;Domestik
seperti batik airlines PT.AIRASIA tbk,Internasional:Garuda
Indonesia,PT.GARUDA Tbk,Pribadi tidak dapat disebutkan
 Transportasi laut
· Kapal angkutan barang,kapal jasa penyeberangan,kapal
pesiar,kapal motor dan kapal tangker.

28
Tabel 3.6
Jenis Transportasi Dan Dan Bentuk Kelembagaan Ekonomi
Sarana Transportasi
Bentuk
Jenis Alat Nama
No. Kelembagaan
Transportasi Transportasi Perusahaan
Ekonomi
1. Darat Bis kota Koperasi Angku Koperasi
tan Kota
(Kopata)
Taksi Cipaganti, Perusahaan
Bluebird Swasta
Bis Antar Kota Akas, Kramat Perusahaan
Jati swasta
Bis kota Damri BUMN
2 Laut Kapal Pelni BUMN
Penyeberanga
n antar pulau
Kapal kargo PT. CLS Perusahaan
LOGISTIC swasta
Kapal Ferry PT. ASDP BUMN
INDONESIA
FERRY
Kapal Feri PT. Dharma Perusahaan
Lautan Utama swasta
3 Udara Pesawat Garuda BUMN
Penumpang Indonesia
Pesawat Merpati BUMN
Perintis Nusantara
Pesawat Lion Air Perusahaan
penumpang Swasta
Pesawat Air Asia Perusahaan
Penumpang Swasta
Sumber: https://www.slideshare.net/MuhammadDakka/kelembagaan-sistem-transportasi

Secara internal, kelembagaan yang berwenang mengatur transportasi


di kabupaten banyuwangi adalah Dinas perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Banyuwangi beserta jajarannya.Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional,merupakan salah satu dasar dari Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika dalam menyusun perencanaan program dan kegiatan yang

29
penjabarannya dituangkan dalam suatu Rencana Strategis Dinas yang
menjadi pedoman kerja untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, sedangkan untuk
program kerja tahunan disusun suatu rencana kerja sebagaimana
diamanatkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tersebut, bahwa Kepala
SKPD berperan dan bertanggung jawab untuk menyiapkan rencana kerja
SKPD serta keterkaitan visi dan misi Kepala Daerah dengan memenuhi
prinsip-prinsip teknokratis (strategis), demokratis dan partisipatif politis,
perencanaan bottom up serta perencanaan top down.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
dikemukakan bahwa Rencana Kerja SKPD sebagai penjabaran Rencana
Strategis SKPD merupakan dokumen perencanaan yang akan dilaksanakan
pada tahun yang akan datang dan merupakan penjabaran rincian mengenai
program, sasaran dan capaian sesuai prioritas yang disusun berdasarkan
evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun
sebelumnya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
serta Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah yang ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Peraturan
Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 06 Tahun 2011 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi dan sebagai pelaksanaannya
ditetapkan Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Banyuwangi.

30
Gambar 3.5
Struktur Organisasi Dishubkominfo

Sumber: Dishubkominfo, 2017

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Pemerintah


Kabupaten Banyuwangi umumnya dan Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika khususnya memerlukan dukungan data dan informasi yang
cepat, tepat dan akurat, untuk itu diperlukan dukungan teknologi informasi
yang handal. Saat ini perkembangan Teknologi Informasi sudah demikian
cepat sehingga data dan informasi yang dihasilkan untuk pengambilan
keputusan dapat tersedia dengan cepat dan tepat, yang pada akhirnya
keputusan yang dihasilkan dapat dilakukan secara cepat, tepat dan
akuntabel, data dan informasi tersebut tidak hanya digunakan oleh

31
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, tetapi oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Propinsi, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi. Jumlah Penumpang Kereta Api.


Kabupaten Banyuwangi, 2011-2015.
https://banyuwangikab.bps.go.id/statictable/2015/01/30/80/jumlah-
penumpang-kereta-api--2010-2015.html (Diakses 19 Mei 2018)

Dakka, Muhammad. 2015. Kelembagaan Transportasi.


https://www.slideshare.net/MuhammadDakka/kelembagaan-sistem-
transportasi (Diakses 20 Mei 2018)

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Rencana Strategis Dinas


Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2010 – 2015. http://dishub.banyuwangikab.go.id/profil/rencana-
strategis (Diakses 5 Mei 2018)

Susiyanto, Didit. (2013). Menelaah Kebijakan Indonesia Sehat 2010 Dalam


Sudut Pandang Dinamika Otonomi Daerah Di Kabupaten Lumajang
Melalui Program Gerakan Membangun Masyarakat Sehat
(Gerbangmas).
https://trimongalah.wordpress.com/2013/10/25/kebijakan-program-
indonesia-sehat-2010-studi-kasus-program-gerakan-membangun-
masyarakat-gerbangmas-di-kabupaten-lumajang-jawa-timur/. (Diakses
19 Mei 2018)

33

Anda mungkin juga menyukai