i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2.1 Tujuan
1
1.2.2 Sasaran
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gambar 2
Sistem Transportasi Makro
3
Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari:
a. Sistem kegiatan;
d. Sistem kelembagaan.
4
lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem
rekayasa dan manajemen lalulintas yang baik.
Sesuai dengan GBHN 1993, dalam usaha untuk menjamin terwujudnya
sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai
dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat sistem
mikro tambahan lainnya yang disebut sistem kelembagaan yang meliputi
individu, kelompok, lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro
tersebut.
5
(Supply System). Makin tinggi kuantitas dan kualitas jaringan infrastruktur
serta pelayanan transportasi, makin tinggi pula kuantitas dan kualitas
pergerakan yang dihasilkan (Kusbiantoro, 2005). Adapun cara untuk
mengukur sistem jaringan transportasi yaitu melalui aksesibiltas.
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan
tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain
dan ‘mudah’ atau ‘susah’nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan
transportasi (Black, 1981).
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas
(perumahan) dan jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan).
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam
suatu kota seperti rumah sakit, dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi,
kualitas pelayanan transportasi pasti juga berbeda-beda; sistem jaringan
transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah
lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas) maupun kualitas (frekuensi dan
pelayanan). Contohnya, pelayanan angkutan umum biasanya lebih baik di
pusat perkotaan dan pada beberapa jalan utama transportasi dibandingkan
dengan di daerah pinggiran kota. Skema sederhana yang memperlihatkan
kaitan antara berbagai hal yang diterangkan mengenai aksesibilitas dapat
dilihat pada tabel 1 (Black, 1981).
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas
6
Bintarto (1989) mengatakan salah satu variabel yang dapat dinyatakan
apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya
sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem
jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas
yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang
didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya
7
pabrik dan lokasi bahan mentah serta pasar. Beberapa interaksi dapat juga
dilakukan dengan telepon atau surat (sangat menarik untuk diketahui
bagaimana sistem telekomunikasi yang lebih murah dan lebih canggih dapat
mempengaruhi kebutuhan lalulintas di masa mendatang). Akan tetapi, hampir
semua interaksi memerlukan perjalanan, dan oleh sebab itu menghasilkan
pergerakan arus lalulintas. Adapun cara untuk mengukur sistem jaringan
kegiatan yaitu melalui mobilitas.
Mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak
yang biasanya dinyatakan dari kemampuannya membayar biaya transportasi,
Indeks mobilitas dapat dilihat dengan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah tersebut. Apabila kegiatan yang dilakukan penduduk
tinggi maka tingkat mobilitas pada suatu daerah tersebut akan tinggi begitu
juga sebaliknya bila kegiatan penduduk di suatu daerah itu rendah maka
tingkat mobilitasnya juga rendah.
8
dalam bentuk pergerakan orang dan bentuk pergerakan dan pergerakan
kenderaan.
9
Dalam kajian perencanaan transportasi, pihak yang terlibat sangatlah
beragam di berbagai negara. Semuanya sangat tergantung pada sistem
kelembagaan yang ada di negara yang bersangkutan, terutama kelembagaan
yang menyelenggarakan atau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kajian perencanaan transportasi. Meskipun demikian, dalam kajian
perencanaan transportasi biasanya ada tiga kelompok atau pihak yang terlibat,
yaitu (lihat juga LPM-ITB, 1996, 1997a):
10
2. Komite pengarah teknis, terdiri dari perwakilan penyelenggara kajian
atau perwakilan dari lembaga terkait. Komite ini bersifat teknis, yaitu
mampu mengarahkan kajian secara substansif. Karena itu, anggota
komite ini terdiri dari orang yang mempunyai latar belakang yang
cukup secara teknis, seperti ahli ekonomi, perencana, ahli teknik, dan
manajer operasi.
3. Komite perwakilan masyarakat, terdiri atas perwakilan dari kelompok
kepentingan yang ada di masyarakat luas. Komite perwakilan
masyarakat biasanya terisolasi dalam penyelenggaraan kajian yang
dilakukan di negara Barat. Di Indonesia, partisipasi masyarakat luas
belum begitu dikenal sehingga komite perwakilan masyarakat dalam
pelaksanaan kajian perencanaan transportasi seperti ini jarang sekali
terlihat.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi merupakan sebuah kabupaten yang termasuk Provinsi
Jawa Timur,Indonesia. Ibu kota Banyuwangi adalah Kota Banyuwangi. Dari
catatan sejarah, Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Provinsi
Jawa Timur dan bahkan kabupaten terluas di Pulau Jawa. Luas wilayah
Kabupaten Banyuwangi mencapai 5.782,50 km 2, atau lebih luas dari Pulau Bali
yang luasnya 5.636,66 km2. Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah
utara adalah Kabupaten Situbondo, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah
selatan adalah Samudera Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Jember dan Bondowoso. Secara geografis Kabupaten Banyuwangi
terletak di ujung timur Pulau Jawa. Wilayah daratannya terdiri atas dataran
tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk
perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil
pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke
selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.
Seperti telah kami singgung di atas, di pesisir Kabupaten Banyuwangi,
terdapat Pelabuhan Ketapang. Dari pelabuhan itulah anda bisa menyeberang
ke Pulau Bali atau sebaliknya. Pelabuhan Ketapang merupakan penghubung
transportasi laut dengan Pelabuhan Gilimanuk, di Bali. Dari Surabaya,
Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan
jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang
membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati
kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur
pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus
eksekutif/PATAS maupun ekonomi.
12
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi
13
3.2 Sistem Transportasi Kabupaten Banyuwangi
3.2.1 Sub Sistem Prasarana Transportasi
Sub sistem prasarana transportasi di Kabupaten Banyuwangi meliputi
system jaringan jalan dan system prasarana transportasi. Sistem prasarana
transportasi terdiri dari system transportasi darat dengan sub sistem jalan raya
dan jalan rel kereta api.Sistem jalan raya meliputi jaringan prasarana jalan,
fasilitas pendukung transportasi jalan raya. Sistemrel/kereta api terdiri dari jalur
rel kereta api, stasiun, kereta api dan fasilitas pendukung lainnya.
A. Transportasi Darat
Sistem jaringan jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting guna
memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas
akan meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang suatu
daerah ke daerah lain. Jalan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi terbagi
menjadi jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Secara keseluruhan
panjang jalan yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi mencapai
2.932,35 km dengan pembagian 124,14 km merupakan jalan Negara,
89,41km adalah jalan provinsi dan 2.718,80 jalan kabupaten.
Dari total panjang jalan kabupaten diketahui sepanjang 1.725,05 km.
Merupakan jalan dengan jenis permukaan hotmix. Bila dilihat dari kondisinya
pada tahun 2013, tercatat jalan yang berkondisi baik 1.985,20 Km dan sisanya
berkondisi sedang, rusak dan rusak berat. Secara rinci jalan Kabupaten
Bogor dilihat berdasarkan jenis permukaan adalah sebagai berikut.
Sistem jaringan jalan berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004, tentang
Jalan (pasal7), terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
14
semua wilayah di tingkat nasional,dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Berdasarkan
kriteria tersebut di atas, jaringan jalan di Kabupaten Banyuwangi
sesuai dengan fungsinya dijelaskan sebagai berikut :
Jalan Arteri Primer, diantaranya adalah :
- Bajulmati (Batas kabupaten Situbondi)- Ketapang
- Jalan Basuki Rahmat
- Jalan Yos Sudarso
- Jalan Gatot Subroto
Jalan Kolektor Primer (K1), diantaranya adalah :
- Ruas Jalan PB. Sudirman;
- Ruas Jalan A. Yani; dan ruas Jalan Adi sucipto
- Ruas Jalan S.Parman;
- Ruas Jalan Rongojampi - Batas Kota Banyuwangi
- Ruas Jalan Berculuk - Rongojampi
- Ruas Jalan Genteng Kulon - Jajag - Berculuk
- Ruas Jalan Batas Kabupaten Jember - Genteng Kulon; dan
- Ruas jalan Srono- Muncar
Jalan Lokal Primer, adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat
kegiatan dengan jalan kolektor
Jalan Arteri sekunder, diantaranya adalah ruas jalan Rogojampi –
Benculuk –Jajag – Genteng.
Jalan Pengembangan Kawasan Minapolitan
- Jalan Srono- Muncar
- Jalan Tambakrejo- PPP Muncar
15
Sistem jaringan jalan rel kereta
Terdapat jalur kereta api dari Surabaya - Pasuruan - Probolinggo -
Jember dan berakhir di Banyuwangi.
Prasarana Terminal
Terminal Wiroguno Genteng
Terminal ini merupakan terminal tipe c dengan luas 11.120 𝑚2 yang
berada di kecamatan genteng. Berikut adalah jumlah kendaraan yang masuk
dan rute trayek di terminal wiroguno genteng. Terminal ini diresmikan pada
tahun 2001. Terminal penumpang Tipe C, yaitu yang berfungsi melayani
kendaraan penumpang umum untuk angkutan pedesaan (ADES)
Terminal Brawijaya
Terminal ini merupakan terminal tipe B seluas 10.000 𝑚2 yang berada
di kecamatan banyuwangi. Terminal penumpang Tipe B, yaitu yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota dalam
propinasi (AKDP), angkutan kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES).
Gambar 3.2
Terminal Brawijaya
16
Terminal Sritanjung
Terminal sritanjung berada dikecamatan Kalipuro. Terminal sritanjung
merupakan terminal tipe A yang berfungsi melayani kendaraan penumpang
umum untuk angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), dan angkutan lintas
batas antar negara, angkutan antar kota dalam propinasi (AKDP), angkutan
kota (AK) serta angkutan pedesaan (ADES).
Gambar 3.3
Jalur keberangkatan Terimal Sritanjung
17
Gambar 3.4
Stasiun Banyuwangi Baru
Tabel 3.1
Jumlah Penumpang Kereta Api, 2011-2015
18
Transportasi Udara
Bandar udara yang ada di kabupaten Banyuwangi adalah bandar udara
Blimbingansari.Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Blimbingsari dalam
pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan
memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu
Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010).
Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka
untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) –
Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi
(BWX).
Transportasi Laut
Pelabuhan Banyuwangi (Boom)
Pelabuhan Banyuwangi (Boom) merupakan salah satu pelabuhan
yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 56 Tahun 2002, penyelenggaraan pelabuhan
Banyuwangi (Boom) ini dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa
Timur. Kawasan pelabuhan ini berada dalam kawasan milik PT. PELINDO
III.
Selama ini pelabuhan Banyuwangi (Boom) dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan yaitu :
Sebagai dermaga bongkar muat barang bagi kapal pelayaran rakyat;
19
salah satu tujuan wisata dan rekreasi bagi masyarakat Banyuwangi.
Pengembangan Pelabuhan Banyuwangi (Boom) sebagai tujuan wisata dan
rekreasi tentu tidak akan meninggalkan fungsi utamanya sebagai Pelabuhan,
dimana dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mulai
melakukan pengembangannya sejak beberapa tahun terakhir.
20
yang nantinya terintegrasi juga dengan pengembangan kawasan pantai
Watudodol sebagai rest area.
21
995.193 orang dengan nilai Rp. 23.335.057.250,-, ini menunjukkan bahwa
keberadaan sarana transportasi kereta api memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam menggerakkan roda perekonomian dan pergerakan orang
dan barang dari dan ke Banyuwangi.
Tabel 3.2
Rute Dan Jadwal Keberangkatan Kereta Api Dari Stasiun Banyuwangi Baru
Nama dan
Kelas Tujuan Tiba Berangkat
No. KA
Surabaya Gubeng
Sri Tanjung Ekonomi (SGU) bersambungLempuyangan
(196/193) AC (LPN) – 06.30
Pandanwangi Ekonomi
(481) AC Banyuwangi Baru (BW) 07.30 –
Mutiara
Timur Siang Eksekutif &
(88) Bisnis Surabaya Gubeng (SGU) – 09.00
Pandanwangi Ekonomi
(482) AC Jember (JR) – 09.45
Probowangi Ekonomi
(219) AC Banyuwangi Baru (BW) 11.45 –
Probowangi Ekonomi
(220) AC Surabaya Kota (SB) – 13.30
Mutiara
Timur Siang Eksekutif &
(87) Bisnis Banyuwangi Baru (BW) 15.30 –
22
Nama dan
Kelas Tujuan Tiba Berangkat
No. KA
Pandanwangi Ekonomi
(483) AC Banyuwangi Baru (BW) 18.30 –
Pandanwangi Ekonomi
(484) AC Jember (JR) – 20.00
B. Transportasi Udara
Moda transportasi udara yang terdapat di kabupaten banyuwangi
adalah pesawat terbang. Pesawat yang beroperasi di Bandara Blimbingsari –
Banyuwangi diantaranya:
C. Transportasi Laut
Salah satu moda transportasi yang beroperasi di kabupaten
banyuwangi adalah moda transportasi kapal. Berikut adalah table moda
transportasi laut di kabupaten banyuwangi
23
Tabel 3.3
Moda Transportasi Laut Di Kabupaten Banyuwangi
Fasilitas
No. Uraian Satuan
Tersedia
3 Kapal Tunda - -
A. Kawasan Permukiman
Seperti halnya yang telah di uraikan pada sub bab pola
perkembangan kawasan permukiman di atas bahwa permukiman di Kota
Banyuwangi meliputi Perumahan Umum dan perumahan developer.
Perkembangan perumahan developer sangat pesat beberapa tahun terakhir
ini. Perkembangan perumahan yang pesat diikuti dengan perkembangan
jaringan jalan baru yang menghubungkan antara perumahan baru dengan
kegiatan lainnya.
24
B. Kawasan Perdagangan
Kawasan perdagangan skala regional dan skala kota berkembang di
sekitar jalan-jalan utama yaitu Jl. Basuki Rahmat, Jl. Jend Sudirman, Jl.
Ahmad Yani, Jl Adi Sucipto. Sedangkan untuk perdagangan skala lokal
menyebar di masing-masing Kelurahan khususnya di jalan-jalan utama
Desa/Kelurahan. Pada kawasan ini aktivitas perdagangan memiliki
intensitas tinggi, sehingga sepanjang jalan-jalan ini terjadi pergerakan
sangat tinggi dan menimbulkan kemacetan.
C. Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran untuk skala kabupaten berada di sepanjang jalan
arteri primer yaitu di Jalan Jl. Ahmad Yani, Jl. Adi Sucipto, Jl KH Agus Salim,
Jl. Kol Istiqlah, dan Jl. Jaksa Agung Suprapto, sedangkan kantor
desa/kelurahan menyebar di tiap-tiap desa/kelurahan khususnya jalan-jalan
utama desa.
25
melalui kota Banyuwangi terdiri dari Jalan Nasional yang menghubungan
Banyuwangi-Probolinggo-Surabaya, Jalan Propinsi yang menghubungkan
Banyuwangi-Jember-Probolinggo, dan Jalan Kabupaten yang
menghubungkan Kota Banyuwangi dan kecamatan-kecamatan di wilayah
Kabupaten Banyuwangi. Berikut adalah table pergerakan masyarakat.
Tabel 3.4
Data pergerakan penumpang bandara Blimbingsari tahun 2015
Penumpang
No Bulan Surabaya - Banyuwangi- Denpasar - Banyuwangi -
Banyuwangi Surabaya Banyuwangi Denpasar
1 Januari 2791 3119 891 1068
2 Februari 3035 3073 785 1028
3 Maret 3593 3603 1006 1397
4 April 3538 3480 1024 1386
5 Mei 4070 3792 962 1264
6 Juni 3890 3605 1115 1288
7 Juli 2196 1964 771 806
8 Agustus 2314 2364 599 710
Septembe
9 3561 3536 1037 1199
r
10 Oktober 3916 4004 874 1053
11 Nopember
12 Desember
Jumlah Total 32904 32540 9064 11199
Transportasi Internal
Pergerakan penduduk dalam wilayah Kota Banyuwangi, sebagian besar
dilayani oleh angkutan umum dan kendaraan tidak bermotor berupa becak,
hanya sebagian kecil Kawasan perkotaan yang dilayani oleh angkutan Kota
26
yang memiliki jalur trayek melintasi kawasan tersebut. Dengan keterbatasan
pelayanan angkutan umum perkotaan tersebut, maka kebanyakan penduduk
menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum berupa sepeda motor,
mobil dan bus untuk menuju ke tempat bekerja, kawasan perdagangan dan
jasa, kawasan pendidikan dan pusat kegiatan lainnya. Sementara jaringan
jalan yang ada di Kota Banyuwangi sebagian besar merupakan Jalan
Kabupaten dan Jalan Lingkungan.
Tabel 3.5
Angkutan Kota / Angkutan Pedesaan Yang Masuk Terminal Genteng
Jumlah Armada
Raya Genteng -
GENTENG -
1 Kaligondo - Tegalharjo - 40 30 10 BUS
KALIBARU
Raya Jember (PP)
Diponegoro Genteng -
GENTENG -
2 Yosomulyo - Yos Sudarso 15 15 0 BUS
JAJAG
(PP)
Hasannudin - Kembiritan -
Padan Genteng - Sumber
sari - Gambor - Pekulo -
GENTENG -
3 Sragi - Gendoh - 20 15 5 BUS
ROGOJAMPI
Bolodewo - Lugonto -
Jalan Raya Diponegoro
Genteng (PP)
27
kesejahteraan, kelancaran, kenyamanan, pemberdayaan, kepuasan
konsumen, serta visi masa depan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut: Pertama, kelembagaan perangkat Pemerintah
Daerah yang berwenang dan bertanggungjawab dalam penanganan
prasarana transportasi jalan, baik instansi yang berwenang dalam pengaturan
prasarana transportasi jalan maupun kelembagaan yang terkait Dinas PU
(Bidang Jalan) Kabupaten/Kota, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas
Perhubungan Kabupaten/Kota atau Dinas Lalu Lintas Jalan Raya
Kabupaten/Kota (DLLAJRK), Dinas Perijinan/Dinas Pendapatan Daerah,
ORGANDA (pihak operator/pengelola matra transportasi), Badan Pengelola
Terminal Kota/Antar Kota, antar Propinsi), harus bertanggungjawab dalam
operasional kebijakan transportasi di daerah. Secara umum, system
kelembangaan transportasi dapat dilihat pada penjabaran dan table dibawah
ini.
Tranportasi darat
· Taxi;mobil sejenis sedan,bluebird (kelembagaannya berupa persero
terbatas)
· Kereta api,PT.KAI(kelembagaannya BUMN)
· Bus lintas provinsi (OTO BUS):mobil yang ukurannya melebihi mobil
pribadi misalnya DAMRI,PT.LORENA ,dll (kelembagaannya CV
atau PT dan KOPKAR)
Transportasi udara
· Pesawat terbang: Domestik,Internasional dan pribadi;Domestik
seperti batik airlines PT.AIRASIA tbk,Internasional:Garuda
Indonesia,PT.GARUDA Tbk,Pribadi tidak dapat disebutkan
Transportasi laut
· Kapal angkutan barang,kapal jasa penyeberangan,kapal
pesiar,kapal motor dan kapal tangker.
28
Tabel 3.6
Jenis Transportasi Dan Dan Bentuk Kelembagaan Ekonomi
Sarana Transportasi
Bentuk
Jenis Alat Nama
No. Kelembagaan
Transportasi Transportasi Perusahaan
Ekonomi
1. Darat Bis kota Koperasi Angku Koperasi
tan Kota
(Kopata)
Taksi Cipaganti, Perusahaan
Bluebird Swasta
Bis Antar Kota Akas, Kramat Perusahaan
Jati swasta
Bis kota Damri BUMN
2 Laut Kapal Pelni BUMN
Penyeberanga
n antar pulau
Kapal kargo PT. CLS Perusahaan
LOGISTIC swasta
Kapal Ferry PT. ASDP BUMN
INDONESIA
FERRY
Kapal Feri PT. Dharma Perusahaan
Lautan Utama swasta
3 Udara Pesawat Garuda BUMN
Penumpang Indonesia
Pesawat Merpati BUMN
Perintis Nusantara
Pesawat Lion Air Perusahaan
penumpang Swasta
Pesawat Air Asia Perusahaan
Penumpang Swasta
Sumber: https://www.slideshare.net/MuhammadDakka/kelembagaan-sistem-transportasi
29
penjabarannya dituangkan dalam suatu Rencana Strategis Dinas yang
menjadi pedoman kerja untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, sedangkan untuk
program kerja tahunan disusun suatu rencana kerja sebagaimana
diamanatkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tersebut, bahwa Kepala
SKPD berperan dan bertanggung jawab untuk menyiapkan rencana kerja
SKPD serta keterkaitan visi dan misi Kepala Daerah dengan memenuhi
prinsip-prinsip teknokratis (strategis), demokratis dan partisipatif politis,
perencanaan bottom up serta perencanaan top down.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
dikemukakan bahwa Rencana Kerja SKPD sebagai penjabaran Rencana
Strategis SKPD merupakan dokumen perencanaan yang akan dilaksanakan
pada tahun yang akan datang dan merupakan penjabaran rincian mengenai
program, sasaran dan capaian sesuai prioritas yang disusun berdasarkan
evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun
sebelumnya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
serta Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah yang ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Peraturan
Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 06 Tahun 2011 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi dan sebagai pelaksanaannya
ditetapkan Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Banyuwangi.
30
Gambar 3.5
Struktur Organisasi Dishubkominfo
31
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, tetapi oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Propinsi, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat.
32
DAFTAR PUSTAKA
33