Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA MEDAN
2021
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PENELITIAN & PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
Jalan KaptenMuchtarBasri No. 3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400
Website : http://teknik.umsu.ac.id E-mail : teknik@umsu.ac.id
DISETUJI UNTUK
DISAMPAIKAN KEPADA
PANITIA UJIAN SKRIPSI
Medan, 2021
Dosen Pembimbing
i
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PENELITIAN & PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
Jalan Kapten Muchtar Basri No. 3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400
Website : http://teknik.umsu.ac.id E-mail : teknik@umsu.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
Dr Fahrizal Zulkarnain
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dr Fahrizal Zulkarnain
ABSTRAK
Yora Rona
Purnama
Meuraxa
1707210027
Randi Gunawan S.T, M.Si.
Yora Rona
Purnama
Meuraxa
1707210027
Randi Gunawan S.T, M.Si.
PENDAH
LUAN
1
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan juga kemacetan. Dalam
perencanaannya, jalan ini melewati beberapa sungai yang nantinya
akan menjadi saluran pembuang untuk saluran drainase jalan ini.
Oleh karena itu sungai yang menerima debit limpasan dari
drainase jalan perlu ditinjau lagi agar tidak terbebani, serta sebagai
bahan pertimbangan untuk penentuan elevasi.
2
Oleh karena itu, perlu direncanakan suatu system
pengelolaan air limpasan yang terjadi, sehingga air limpasan
tidak menggenangi daerah sekitar dan langsung masuk ke
saluran-saluran drainase yang ada.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan hasil dari survei dan masukan-
masukan dari teori yang ada mengenai sistem drainase pada jalan
tol dalam dunia konstruksi. Hasil dari penelitian ini diharapkan
juga bisa menjadi referensi untuk penelitian dalam dunia kontruksi
serta menjadi referensi untuk pembelajaran kedepannya kepada
teman-teman mahasiswa teknik tentang perkembangan teknologi
didunia kontruksi saat ini.
a. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat menjadi bahan
rujukan bagi intansi yang berwenang.
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang
lingkup, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar
teori tentang sistem drainase.
BAB 3 : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan mengenai alur kerja
penelitian pada skripsi ini dari tahap
pengumpulan data hingga output berupa
kesimpulan.
BAB 4 : PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan menjelaskan mengenai
perhitungan limpasan air yang masuk
kedalam saluran dan sistem drainase pada
Jalan tol tersebut.
Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh bentuk berikut : R = (R1+ R2 +
R3+... +Rn) (2.1)
Dengan:
R = Curah hujan rerata tahunan (mm)
n = jumlah stasiun yang digunakan
R1+ R2+ R3+ Rn = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik (mm)
Dengan :
Ck = Koefisien Kurtosis Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian n = Jumlah data
S = Deviasi standar
Persyaratan dalam pemakaian distribusi frekuensi bisa dilihatdalam tabel 2.1
T
X = nilai varian yang di harapkan terjadi
X̅ = nilai rata-rata hitung varian
S = Standar deviasi
Yt = nilai reduksi varian dari variable yang diharapkan terjadi pada pariode
ulang tertentu (hubungan antara periode ulang T dan Y dapat dilihat pada tabel)
Yn = nilai rata-rata dari reduksi varian, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
dan dapat dilihat pada table 2.3
Sn = deviasi standart dari reduksi varian nilainya tergantung dari jumlah data (n)
2.2.2 Metode Distribusi Log Pearson III
Untuk menghitung curah hujan rencana dalam periode ulang tertentu dengan
metode distribusi log person III dapat melalui prosedur perumusan untuk
menentukan kurva distribusi Log Pearson III dengan langkah- langkah sebagai
berikut :
1) Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X
2) Hitung harga rata-rata : log X = Ʃ log X
𝑛
n = jumlah data 3) H
i
tung nilai simpanan baku : S = √Ʃ
( logX− l̅ og̅
n−1 ̅̅̅ )²
4) Hitung nilai koefisien
kemencengan : Cs = n Ʃ (logX− l̅ o̅ g̅ X̅)³
(n−1)(n−2)(S)3
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Log X = l̅o̅ g̅ X + k (S̅ l̅o̅ g̅ X̅ ) (2.12)
Dimana K adalah variable standar ( standardized variable ) untuk X yang
besarnya tergantung koefisien kemencengan (Cs).
2.3 Uji Kecocokan Distribus
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi
sampel data terhadap distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan
atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang sering
dipakai adalahChi- Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.
2.3.1 Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi–Kuadrat digunakan untuk menentukan apakah persamaan peluang
(metode yang digunakan untuk mencari hujan rencana), dapat mewakili distribusi
sampel data yang analisis.
Parameter yang digunakan untuk pengambilan keputusan uji ini adalah X2h,
sehingga disebut Uji Chi–Kuadrat. Parameter X2h dapat dihitung dengan rumus :
n Ʃ(0i−Ei (2.13)
X²h = )² Ei
Dimana :
X²h = Harga Chi-Kuadrat
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada Sub Kelompok Ke-1 Ei = Jumlah nilai teoritis
pada sub kelompok ke-1 Prosedur perhitungan uji Chi Kuadrat adalah :
1) Urutkan data pengamatan (dari yang terbesar ke yang terkecil
atau sebaliknya).
2) Kelompokkan data menjadi G sub grup, tiap-tiap sub grup
minimal empat data pengamatan.
3) Jumlah data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub grup.
4) Jumlah data pengamatan sebesar distribusi yang
digunakan sebesar:
Ei = Ʃ Oi (2.14)
Ʃ Sub
5) Tiap-tiap sub grup hitung nilai : ( Oi – Ei )
dan ( Oi−Ei )2
E
6) Jumlahkan seluruh G sub grup nilai ( Oi−Ei )2
E
7) Menentukan derajat kebebasan. Rumus derajat kebebasan
adalah : DK = K – ( R + 1 )
Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :
1) Apabila peluang lebih dari 5 %, maka persamaan distribusi
yang digunakan dapat diterima.
2) Apabila peluang kurang dari 1 %, maka persamaan
distribusi yang digunakan tidak dapat diterima.
3) Apabila peluang berada di antara 1% - 5%, maka tidak
mungkin mengambil keputusan, misal perlu data tambahan.
1
𝑊 = Tinggi jagaan (m)
𝑄 = Debit Saluran (m3/detik)
1
𝐴 = Luas penampang basah saluran (m2) = 𝑏 × ℎ
𝑃 = Keliling basah = 𝑏 + 2ℎ
𝑅 = Jari-jari hidrolis saluran (m) = 𝐴/𝑃
𝑉 = Kecepatan aliran (m/detik)
2.10Gorong-gorong
2.10.1Fungsi
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air melewati jalan raya, jalur rel kereta
api, atau timbunan lainnya. Untuk itu desain untuk gorong-gorong juga harus
mempertimbangkan factor hidrolis dan struktur supaya gorong-gorong dapat
berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas
dan timbunan tanah.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Secara umum, diagram alir pelitian pada studi kasus ini dapat dilihat pada gambar
3.1.
MULAI
STUDI LITERATUR
SURVEY LAPANGAN
IDENTIFIKASI MASALAH
PENGUMPULAN DATA
PETA HIDROLIKA
HIDROLOGI
Peta stasiun hujan Potongan memanjang jalan
Data curah hujan
Peta tata guna lahan Potongan melintang jalan
potongan melintang
Layout jalan Koefisien jalan
Evaluasi
kapasitas serta 19
Alternatif Pemecahan
evaluasi sungai
terhadap Not OK
saluran
KESIMPULAN
Lokasi penelitian adalah pada Proyek Jalan tol Binjai – Langsa Zona 1 pada Sta
0+500.
Survei dilakukan yaitu pukul 09.00-11.30 WIB untuk pagi hari, pukul 12.30-15.30
WIB untuk siang hari, dan pukul 16.00-19.00 WIB untuk sore hari..
Pada tahap ini, penulis melakukan analisa mengenai permasalahan yang terjadi
yaitu menghitung debit limpasan yang terjadi di kawasan proyek, meninjau sistem
drainase pada proyek, serta merencanakan bentuk dan dimensi penampang saluran
serta bangunan pelengkap pada sistem drainase di proyek tersebut. Yang
didukung dari data-data yang diperoleh dari kondisi lapangan secara langsung dan
data-data dari pihak PT yang terlibat dalam proyek ini.
Data primer diperoleh dari hasil melakukan pengamatan terhadap debit air yang
terjadi di drainase yang digunakan dilapangan, memantau metode pelaksanaan
yang di terapkan dilapangan, dan juga mengamati progress yang berjalan.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi atau perusahaan terkait, dalam hal ini PT.
Hutama Karya dan beberapa pihak yang terkait dalam proyek ini, data sekunder
yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data hidrologi, peta dan hidrolika.
3.6 Analisa Data
Setelah dilakukan pengamatan dan mendapatakan data primer serta data skunder.
Pada tahapan ini dilakukan analisa hidrologi, analisis hidrolika, dan merencanakan
dimensi saluran drainase.
Pada tahap ini, penulis membuat kesimpulan mengenai permasalahan yang akan
dibahas dalam studi kasus ini beserta memberikan solusi atas permasalah tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi terdahuluyang dilakukan pada Jalan Tol Ruas Binjai–Langsa adalah Studi
Kelayakan dan Desain Awal Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan–Banda Aceh
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada tahun 2013. Kemudian dilakukan Review Basic
Designoleh PT Hutama Karya (Persero) pada tahun 2019. Jalan Tol Ruas Binjai–
Langsa memiliki panjang total mainroad sekitar 131 km yang terdiri dari 5 seksi
dan berada di dua provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh.
Pada Provinsi Sumatera Utara melewati Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
Langkat, sedangkan pada Provinsi Aceh melewatiKabupaten Aceh Tamiang,
Kabupaten Aceh Timur, dan Kota Langsa.Jalan Tol Ruas Binjai –Langsa
merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera. Pada awal trase jalan tol
terhubung dengan Jalan Tol Ruas Medan –Binjai sedangkan pada akhir trase
terhubung dengan Jalan Tol Ruas Langsa –Lhokseumawe. Titik awal trase berada
di Desa Tandam Hulu I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara. Titik akhir trase berada di Desa Pondok Kelapa,
Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa, ProvinsiAceh.
A. KondisiTopografi
Kondisi topografi diterangkan per segmen ruas tol yaitu antar simpang susun
sebagai berikut.
1
8.510 dimana posisi cekungan berada di sta.6+500 – sta.8+400 (S.Rotan) atau
sepanjang 1.90 km.
Simpang Susun Stabat (sta.12+300) berada pada topografi yang kemiringan landai
kearah awal jalan akses mulai dari elevasi tertinggi 13.636 (SS.Stabat) dan
terendah 10.605, bertemu dengan jalan Nasional di elevasi11.500.
2
topografi yang kemiringan landai mulai dari elevasi tertinggi 13.349 dan terendah
5.670 dimana posisi cekungan berada didista.16+900–sta.23+650. Dicekungan
tersebut terdapat Sungai Glugur (sta.18.824), Sungai Wampu (sta.23+279).
Terdapat daerah perbukitan dari sta.23+650
– sta.24+400 dengan ketinggian maksimum 26.614danterendah10.295.
Daerah landai berada di sta. 92+250 – sta.99+200 atau dataran S.Simpang Kiri
(sta.92+731), elevasi lahan 13.263 dan S.Gerenggam (sta.98+306), elevasi 12.164.
Daerah landai sta.101+625 –sta.102+200 atau dataran S.Tamiang,elevasi
lahan13.119.
Tempat Istirahat (TI-03) /Rest Area berada di sta. 118+328, menempati topografi
bukit bergelombang, elevasi lahan32.316.
B. Kondisi Sungai
Kondisi sungai yang diuraikan pada bahasan ini adalah dari sumber interpretasi
data peta RBIB akosurtanal, data kontur DEMNAS, pengukuran penampang
sungai besar terpilih dan tinjauan visual sesaat saat survey serta dilakukan
dokumentasi. Diharapkan informasi kondisi sungai dapat dipakai sebagai
gambaran umum untuk tahapan perencanaan DED dan basic perencanaan
jembatan sungai. Untuk anak sungai, sungai kecil, alur drainase dan saluran irigasi
diinformasikan dari interpretasi peta RBIB akosurtanal dan data kontur
DEMNAS. Tabel yang disajikan dipilih sungai besar dansaluran irigasi besar.
Uraian perlintasan dan kondisi sungai dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Perlintasan Sungai Besar dan Saluran Irigasi
Keterangan: Data sungai perlu diklarifikasi dan dilengkapi saat dilakukan DED;
B= lebar sungai/bataspermukaanair. (data ukur) =hasil pengukuran lapangan.
C. KondisiTatagunaLahan
Tataguna lahan diperoleh dari peta RTRW Pola ruang masing-masing wilayah
yaituRTRW 2017-2037 Provinsi Sumatera Utara, RTRW 2012-2032 Kabupaten
Aceh Tamiangdan RTRW 2012-2032 Kota Langsa. Didukung dengan
dokumentasi lapangan di sekitartrase tol rencana. Uraian tataguna lahan untuk
masing masing segmen ruas tol sebagai berikut.
Segmen-1;L=12.4 km (sta.0+349–sta.12+800) dan SS.Stabat (sta.12+300)
tataguna lahan di segmen 1 didominasi lahan perkebunan mulai dari sta. 0+349 –
sta.10+500, selanjutnya kawasan permukiman dari sta.10+500 - SS. Stabat
(sta.12+300). Akses SS. Stabat berada dikawasan perkebunan.
Segmen-2;L=26.1 km (sta.12+800–sta.38+900) dan SS.Tanjung Pura
(sta.38+553) tataguna
lahan disegmen 2 didominasi lahan perkebunan dari sta.12+800 – sta.21+200;
sta.22+400– sta.29+100; S.Basilam (sta.30+538) – SS.TanjungPura (sta.38+553).
MelewatidaerahirigasiBasilam(sta.30+538)danirigasiAirPutih(sta.34+887).
Diselingi kawasan permukiman yaitu di sta. 21+200 - sta.22+400 dan sta.29+100
-sta.30+538 (S.Basilam). Akses SS.Tanjung Pura menempati kawasan
perkebunan.
Segmen-3;L=19km(sta.38+900–
sta.57+900)danSS.PangkalanBrandan(sta.57+525).
Tata guna lahan disegmen 3 didominasi lahan perkebunan dari sta.38+900–
S.Lepan (sta.55+257) dan sta.56+699 (JlKabupaten) - SS.Pangkalan Brandan
(sta.57+525).
Trase tol melintasi kawasan pertanian sawah dari sta.55+257 (S.Lepan) -
sta.56+699 (Jl Kabupaten). Akses SS. Pangkalan Brandan melintasi kawasan
perkebunan dari sta.3+350– sta.2+150, melintasi kawasan pertanian sawah dari
sta.2+150–sta.0+150.
Segmen-4;L=44.3km(sta.57+900–sta.102+200) dan SS.Aceh Tamiang
(sta.101+825) Tata guna lahan disegmen 4 didominasi lahan perkebunan dari
S.Babalan (sta.58+829)- sta.79+350; sta.81+130–sta.81+900. Melewati kawasan
pertanian sawah dari sta.79+350 - sta.81+130; dari sta.81+900–Perbatasan
Prov.Sumut (sta.87+350).
Diprovinsi NAD melewati lahan perkebunan dari Perbatasan
Prov.Sumut(sta.87+350) – sta.91+000 dan dari sta.92+850 – sta.99+100.
Melewati pertanian lahan kering dari sta.91+000- sta.92+850 dan sta.99+100-
SS.Aceh Tamiang (sta.101+825).
Akses SS.Aceh Tamiang berselingan melewati kawasan pertanian sawah
dan perkebunan. Segmen-5;L=29.1 km (sta.102+200sta.131+291) dan SS.Langsa
(sta.130+050) Tata guna lahan disegmen 5 didominasi lahan perkebunan (Kb) dan
pertanian lahan kering(Plk). Lahan perkebunan mulai dari sta.105+250–
sta.107+300; dari sta.109+700 sta.114+000;
dari sta.124+250 (perbatasan Kab.Aceh Timur) SS.Langsa (sta.130+050)
sta.131+291 (Akhir proyek).
Lahan pertanian lahan kering mulai dari S.Tamiang (sta.103+113) - sta.105+250;
dari sta.107+300 - sta.109+700; dari sta.114+000 - sta.119+050 (perbatasan
Kab.AcehTimur).
Lahan pertanian sawah berada di sta.102+200 – sta.103+113 (S.Tamiang).
4.2.1 Besar Debit Limpasan Yang Terjadi Di Kawasan Proyek
Pembangunan Jalan Tol Binjai – Langsa Zona 1 Dan Sekitarnya
Sungai kecil yang dimaksudkan pembahasan ini adalah sungai yang mempunyai
catchment area dibawah 30km2, dimana perhitungan debit banjir rencana
menggunakan rumus Rational. Sungai kecil diidentifikasi per ruas segmen tol
yaitu antar Simpang susun.
Deliniasi catchment area sungai kecil didasarkan pada peta kontur DEMNAS
interval 1.0m dengan koridor 500m dikombinasi dengan peta RBI skala 1:50.000.
Penamaan sungai kecil diambilkan dari alur anak sungai besar atau dari desa
sekitar. Daftar sungai kecil dan paramter hidrologi serta debitbanjir rencananya
dibagi dalam 5 segmen yang diterangkan sebagai berikut.
Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tataguna lahan eksisting didominasi lahan
perkebunan, koefisien limpasan aktual (Cx) = 0.35, Simpang susun Stabat
menempati kawasan perkebunan.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-1 dan SS. Stabat dapat dilihat pada
Tabel 8-9 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada Gambar 8.16.
Khususnya untuk saluran irigasi tidak dihitung debit banjirnya karena saluran
irigasi mempunyai debit konstan, sehingga yang diperlukan pendataan dimensi
saluran eksisting dan level invertnya. Dalam desain basic ini belum dilakukan
pendataan detain saluran irigasi, sehingga dimensi crossing tol nya hanya prediksi
berdasarkan identifikasi hirarkhi saluran.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-2 dan SS. Tanjungpura dapat
dilihat pada Tabel 8-10 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada
Gambar 8.17 dan Gambar 8.18
Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tata guna lahan eksisting melalui lahan
perkebunan dan sebagian daerah pertanian sawah, koefisien limpasan aktual (Cx)
= 0.35 untuk perkebunan; Cx =0.30 untuk daerah pertanian sawah, Simpang susun
Pangkalan Brandan menempati kawasan perkebunan dan daerah pertanian sawah.
Khususnya untuk saluran irigasi tidak dihitung debit banjirnya karena saluran
irigasi mempunyai debit konstan, sehingga yang diperlukan pendataan dimensi
saluran eksisting dan level invertnya. Dalam desain basic ini belum dilakukan
pendataan detain saluran irigasi, sehingga dimensi crossing tol nya hanya prediksi
berdasarkan identifikasi hirarkhi saluran.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-3 dan SS. Pangkalan Brandan dapat
dilihat pada Tabel 8-12 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada
Gambar 8.19.
Sungai Kecil di ruas tol Segmen-4, L=44.3 km (sta. 57+900 –sta.102+200)
Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tata guna lahan eksisting melalui lahan
perkebunan, sebagian daerah pertanian sawah, dan daerah pertanian lahan kering,
koefisien limpasan aktual (Cx) = 0.35 untuk perkebunan; Cx =0.30 untuk daerah
pertanian sawah, Simpang susun Aceh Tamiang menempati kawasan perkebunan
dan daerah pertanian sawah.
Khususnya untuk saluran irigasi tidak dihitung debit banjirnya karena saluran
irigasi mempunyai debit konstan, sehingga yang diperlukan pendataan dimensi
saluran eksisting dan level invertnya.
Dalam desain basic ini belum dilakukan pendataan detain saluran irigasi, sehingga
dimensi crossing tol nya hanya prediksi berdasarkan identifikasi hirarkhi saluran.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-4 dan SS. Aceh Tamiang dapat
dilihat pada Tabel 8-13 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada
Gambar 8.20, Gambar 8.21 dan Gambar 8.22.
Sungai Kecil di ruas tol Segmen-5, L=29.1 km (sta. 102+200 –sta. 131+291)
Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tata guna lahan eksisting melalui lahan
perkebunan dan daerah pertanian lahan kering, koefisien limpasan aktual (Cx) =
0.35 untuk perkebunan; Cx =0.40 untuk daerah pertanian lahan kering, Simpang
susun Langsa menempati daerah pertanian lahan kering.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-5 dan SS. Langsa dapat dilihat pada
Tabel 8-17 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada Gambar 8.23 dan
Gambar 8.24.
Tabel 4.1 Debit BanjirRencana Sungai Kecil di Segmen -1 dan SS.Stabat
Gambar 4.1 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-1
Tabel 4.2 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-2 dan SS.Tanjungpura
Gambar 4.3 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-2(B)
Tabel 6 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang
(lanjutan)
Tabel 7 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang
(lanjutan)
Tabel 8 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang
(lanjutan)
Gambar 4.6 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-4(A)
Gambar 4.7 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-4(B)
19
Gambar 4.9 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-5(A)
20
Gambar 4.10 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-5(A)
Lingkup kegiatan hidrologi dan drainase pada pekerjaan Review Desain Awal
(BasicDesign) dan dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Tol
Ruas Binjai-Langsa, meliputi:
c) Analisis data hujan untuk memprediksi hujan ekstrim dan kondisi banjir
yang mungkin terjadi;
Lokasi trase tol Binjai-Langsa yang diuraikan untuk analisa drainase adalah
trase yang sudah terpilih dan sudah melalui rapat di tim teknis BPJT (Badan
Pengatur Jalan Tol),Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan (JBH),
Direktorat Jenderal Bina Marga,Kementerian PUPR serta diskusi di tingkat
Bappeda Propinsi Sumatera Utara, PropinsiNAD, Bappeda Kabupatenyang
terlewati trase Tol.Alinyemen horisontal trase tol rencana dimulai dari Simpang
Susun (SS) Binjai sejajar dengan Jalan Nasional Binjai- Langsa eksisting
berjarak sekitar 2-6 km disisi baratnya.Trase tersebut banyak perubahan dari
trase studi sebelumnya, akan tetapi jumlah simpang susunnya tetap yaitu 5
lokasi. Proyek studi sebelumnya yaitu “Studi Kelayakan dan Desain Awal Jalan
Tol Ruas Medan Banda Aceh” sepanjang 425 km yang dilakukan pada tahun
2013 oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Satuan Kerja Direktorat Bina Program.
1. SS.Stabat (sta.12+300)
5. SS.Langsa (sta.130+050)
Hasil inventarisasi badan air dan kondisi tataguna lahan di trase proyek dapat
dilihat pada uraian berikut.
Foto:Segmen-1,sta.12+300 Foto:Segmen-
Calon Lokasi SS.Stabat, disekitarnya kebun 1,LokasiaksesStabatsta.0+000.
sawitperemajaan. LokasiawalaksesSS.Stabatberadadijalanpro
vinsi,disekitarnyakebunsawit
Foto:Segmen-2,sta.23+291 Foto:Segmen-2,sta.23+291
Konstruksi Bendung besar di Sei Wampu Lokasi Bendung Sei Wampu di citra
sudah80%kostruksi. Satelit,sehinggatrasetoldigeser700mkearah
Di kiri dan kanan sungainya terdapat hulu.
tangguldengan tinggisekitar 3-5m
Foto:Segmen-2,sta.23+300 Foto:Segmen-2,sta.23+300
Kondisi S.Sei Wampu di jembatan Jembatan eksisting S.Sei Wampu terdapat
eksistingbentangsekitar 100m. pilar dibantaransungai.
Foto:Segmen-3,sta.55+257 Foto: Segmen-3, sta.50+000 ~ 51+500
Perlintasan dengan S. Sei Lepan, lebar SungaiBantayan
sungai Terjadi banjir saat kegiatan soil
=30m investigasidisekitarsta50+000~51+500,kedal
ama n30cmdi atas jalan kebun sawit, terjadi
di bulan Mei2019
Foto:Segmen-4,sta.65+870 Foto:Segmen-5,sta.103+113
Perlintasan dengan S. Besitang, lebar PerlintasandenganS.Tamiang,lebarsungai=1
sungai = 55m. 60m.
BAB V
PENUTUP
5.1
Adapun kesimpulan dari penulisan Tugas
Kesimpulan
Akhir dengan judul “Perencanaan sistem
drainase pada proyek pembangunan jalan
tol Ruas Binjai – Langsa zona sebagai
berikut:
28
tol. diantara lain adalah:
Jika
diasu 1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini
msika diharapkan dapat menambah
n wawasan pengetahuan
dasar terkait“Perencanaan sistem
(inve drainase pada proyek
rt) pembangunan jalan tol Ruas Binjai
salura – Langsa zona 1”(melakukan
n penelitian) maka perlu modifikasi
berad variabel-variabel independen baik
a 1- menambah variabel atau menambah
1.5 m time seriesdatanya. Sehingga akan
dari lebih objektif dan bervariasi dalam
lahan, melakukan penelitian.
maka
dapat 2. Bagi pemerintah, sebagai acuan
dipre dalam pengambilan perencanaan
diksi sistem drainase pada proyek
muka pembangunan jalan tolselanjutnya.
air
banjir 3. Dalam upaya perencanaan sistem
diatas drainase pada proyek pembangunan
lahan. jalan tol Ruas Binjai – Langsa zona
5.2 Sara 1, pemerintah hendaknya
n meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Semakin tinggi sumber
Adapun daya manusia maka akan
manfaat yang mempercepat pembangunan
diharapkan tersebut.
dari hasil
penelitian ini
29
1