Anda di halaman 1dari 89

TUGAS AKHIR

EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA


PEMBANGUNAN PROYEK JALAN TOL BINJAI-
LANGSA ZONA 1
( Studi Kasus : Proyek Tol Sumatera PT. Hutama
Karya )

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Teknik (ST) Program Teknik Sipil

Disusun Oleh :

YORA RONA PURNAMA MEURAXA


1707210027

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA MEDAN
2021
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PENELITIAN & PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
Jalan KaptenMuchtarBasri No. 3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400
Website : http://teknik.umsu.ac.id E-mail : teknik@umsu.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING

Tugas Akhir ini diajukan oleh:


Nama : Yora Rona Purnama Meuraxa
Npm 1707210027
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Evaluasi Sistem Drainase Pada Pembangunan
Proyek Jalan Tol Binjai – Langsa Zona 1.
Bidang Ilmu : Transportasi
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan di terima sebagai
salah satu syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.

DISETUJI UNTUK
DISAMPAIKAN KEPADA
PANITIA UJIAN SKRIPSI
Medan, 2021
Dosen Pembimbing

Randi Gunawan S.T, M.Si

i
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PENELITIAN & PENGEMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
Jalan Kapten Muchtar Basri No. 3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400
Website : http://teknik.umsu.ac.id E-mail : teknik@umsu.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh:


Nama : Yora Rona Purnama Meuraxa
Npm 1707210027
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Evaluasi Sistem Drainase Pada Pembangunan
Proyek Jalan Tol Binjai – Langsa Zona 1
Bidang Ilmu : Transportasi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan di terima sebagai


salah satu syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
Medan, April 2021
Mengetahui dan menyetujui: Dosen
Pembimbing I

Randi Gunawan S.T, M.Si


Dosen Pembanding I Dosen
Pembanding II

Rumila S.T, M.T Irma Dewi ST.,


M.Si
Program Studi Tenik Sipil Ketua

Dr Fahrizal Zulkarnain
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Yora Rona Purnama Meuraxa
Npm 1707210027
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Evaluasi Sistem Drainase Pada Pembangunan
Proyek Jalan Tol Binjai – Langsa Zona 1.
Bidang Ilmu : Transportasi

Telahberhasildipertahankan di hadapan Tim Penguji dan di terima sebagai


salah satu syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
Medan, April 2021
Mengetahui dan menyetujui: Dosen
Pembimbing I

Randi Gunawan S.T, M.Si

Dosen Pembanding I Dosen


Pembanding II

Rumila Harahap, S.T, M.T Irma Dewi ST., M.Si Progr


Tenik Sipil
Ketua

Dr Fahrizal Zulkarnain
ABSTRAK

EVALUASI SISTEM DRAINASE PADA PEMBANGUNAN


PROYEK JALAN TOL BINJAI-LANGSA ZONA 1

Yora Rona
Purnama
Meuraxa
1707210027
Randi Gunawan S.T, M.Si.

Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera bertujuan


untuk mempercepat mobilitas barang dan jasa antar pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan membangun pusat produksi. Jalan Tol
Trans Sumatera sepanjang 304 km akan menghubungkan Pulau
Sumatera dari Aceh hingga Bakauheni. Dalam perencanaannya,
jalan ini melewati beberapa sungai yang nantinya akan menjadi
saluran pembuang untuk saluran drainase jalan ini. Oleh karena itu
sungai yang menerima debit limpasan dari drainase jalan perlu
ditinjau lagi agar tidak terbebani, serta sebagai bahan
pertimbangan untuk penentuan elevasi.
Analisa mengenai permasalahan yang terjadi yaitu
menghitung debit limpasan yang terjadi di kawasan proyek,
meninjau sistem drainase pada proyek, serta merencanakan bentuk
dan dimensi penampang saluran serta bangunan pelengkap pada
sistem drainase di proyek tersebut. Yang didukung dari data-data
yang diperoleh dari kondisi lapangan secara langsung dan data-
data dari pihak PT yang terlibat dalam proyek ini.
Besarnya debit limpasan yang terjadi di kawasan Proyek
Pembangunan Jalan Tol Binjai – Langsa Zona 1 dapat diketahui
dari hasil perhitungan hidrologi pada masing-masing titik kontrol
saluran. Jaringan (Sistem) drainase pada jalan tol ini mengikuti
kemiringan muka air atau mengalir secara grafitasi menuju outlet.
Besarnya dimensi penampang saluran drainase tergantung dari
besarnya debit hidrologi yang akan dialirkan. Dalam perencanaan
ini saluran-saluran drain didesain sebagai saluran terbuka
berbentuk persegi baik itu untuk saluran-saluran tepi dan gorong-
gorong. Tinggi banjir rencana (h) ditentukan dari tinggi muka air
bangunan box culvert cross drain tol. Jika diasumsikan dasar
(invert) saluran berada 1-1.5 m dari lahan, maka dapat diprediksi
muka air banjir diatas lahan.

Kata Kunci: Sistem drainase, debit limpasan, penampang.


ABSTRACT

EVALUATION OF DRAINAGE SYSTEM ON THE


CONSTRUCTION OF THE BINJAI-LANGSA ZONE 1
TOLL ROAD PROJECT

Yora Rona
Purnama
Meuraxa
1707210027
Randi Gunawan S.T, M.Si.

The Trans Sumatra Toll Road Development Project aims


to accelerate the mobility of goods and services between
economic growth centers and build production centers. The 304
km Trans Sumatra Toll Road will connect Sumatra Island from
Aceh to Bakauheni. In the planning, this road passes through
several rivers which will later become drains for the drainage
channel of this road. Therefore, rivers that receive runoff
discharge from road drainage need to be reviewed so that they are
not burdened, as well as consideration for determining elevation.
Analysis of the problems that occur is to calculate the
runoff discharge that occurs in the project area, review the
drainage system in the project, and plan the shape and dimensions
of the channel cross-section and complementary buildings in the
drainage system in the project. Which is supported by data
obtained from field conditions directly and data from PT parties
involved in this project.
The amount of runoff that occurs in the Binjai – Langsa
Zone 1 Toll Road Development Project area can be known from
the results of hydrological calculations at each channel control
point. The drainage network (system) on this toll road follows the
slope of the water level or flows by gravity to the outlet. The size
of the cross-sectional dimensions of the drainage channel depends
on the amount of hydrological discharge to be flowed. In this
design, the drains are designed as open rectangular channels for
both side drains and culverts. The design flood height (h) is
determined from the water level of the box culvert cross drain toll
road building. If it is assumed that the bottom (invert) of the
channel is 1-1.5 m from the land, it is possible to predict the flood
water level above the land.

Keywords: Drainage system, runoff discharge, cross section.


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan karunia dan nikmat yang tiada
terkira. Salah satu dari tersebut adalah keberhasilan penulis dalam
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisis
Faktor Utama Keberhasilan Proyek Konstruksi Pada Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Regina Maris Kota Medan.” Sebagai
syarat untuk meraih gelar akademik Sarjana Teknik pada Program
Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara (UMSU), Medan.
Banyak pihak telah membantu dalam meyelesaikan laporan
Tugas Akhir ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih
yang tulus dan dalam kepada :
1. Bapak Randi Gunawan S.T., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Rumila Harahap selaku Dosen Pembanding I dan penguji
dan sekaligus selaku Ketua Program studi teknik sipil yang
telah banyak membantu dan member saran demi kelancaran
proses penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
3. Ibu Irma Dewi S.T., M.Si.,selaku Dosen Pembanding II dan
sekaligus Ketua Program studi teknik sipil yang telah banyak
memberikan koreksi dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Dr. Fahrizal Zulkarnain, S.T.,M.T., selaku Ketua Program studi
teknik sipil yang telah banyak membantu dan member saran
demi kelancaran proses penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini
5. Ibu Irma Dewi, S.T.,M.Si., selaku sekretaris Program studi
teknik sipil yang telah banyak membantu dan member saran
demi kelancaran proses penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini
6. Bapak Munawar AlfansuriSiregar, S.T., M.Sc., selaku Dekan
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
7. Seluruh Bapak/IbuDosen di Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak
memberikan ilmu keteknik sipilan kepada penulis.
8. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
9. Orang tua penulis: Bapak Suherman Meuraxa, dan Yosi
Maryanti, terimakasih untuk semua dukungan serta kasih
sayang dan semangat penuh cinta yang tidak pernah ternilai
harganya, dan telah bersusah payah membesarkan dan
membiayai studi penulis.
10. Keluarga penulis: Tita Odelia Meuraxa, Jesika Meuraxa,
Melin Herti Meuraxa.
11. Rekan-rekan seperjuangan Teknik Sipil mahasiswa/i Teknik
Sipil stambuk 2017 yang tidak mungkin namanya disebut satu
persatu.
Laporan Tugas Akhir ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritik dan masukan
yang konstruktif untuk menjadi bahan pembelajaran
berkesinambungan penulis di masa depan. Semoga laporan Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi dunia konstruksi teknik sipil.

Medan, April 2021

Yora Rona Purnama


Meuraxa
BAB 1

PENDAH

LUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera bertujuan


untuk mempercepat mobilitas barang dan jasa antar pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan membangun pusat produksi. Jalan Tol
Trans Sumatera sepanjang 304 km akan menghubungkan Pulau
Sumatera dari Aceh hingga Bakauheni. Tahap 1 terdiri atas 8
ruas, terbagi menjadi empat ruas awal: (1) Medan-Binjai, (2)
Palembang-Indralaya, (3) Pekanbaru-Dumai, (4) Bakauheni-
Terbanggi Besar; dan lima ruas tambahan: (5) Terbanggi Besar-
Pematang Panggang, (6) Pematang Panggang-Kayu Agung, (7)
Palembang – Tanjung Api-Api dan (8) Kisaran–Tebing Tinggi,
(9) Binjai-Langsa. Dalam penulisan ini yang ditinjau adalah
perencanaan sistem drainase pada proyek Binjai-Langsa zona 1.
Pada perencanaan sistem drainase jalan akan berkaitan erat
dengan site plan jalan, aligment vertical-horizontal jalan,
superelevasi jalan, dan elevasi permukaan jalan. Tujuannya
adalah untuk mengalirkan limpasan air yang terjadi di
permukaan jalan secara grafitasi dan dibuang melalui saluran
drainase yang telah ada (eksisting) atau yang belum ada (non-
eksisting) menuju saluran pembuang akhir (outlet).
Dalam pembangunan jalan ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan yang dapat mengganggu fungsi dari jalan tersebut.
Faktor yang paling penting yaitu adanya kerusakan jalan yang
disebabkan oleh genangan air dari limpasan air hujan yang tidak
dialirkan dengan baik oleh sistem drainase jalan tersebut. Selain
dapat merusak jalan yang ada, genangan air juga dapat

1
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan juga kemacetan. Dalam
perencanaannya, jalan ini melewati beberapa sungai yang nantinya
akan menjadi saluran pembuang untuk saluran drainase jalan ini.
Oleh karena itu sungai yang menerima debit limpasan dari
drainase jalan perlu ditinjau lagi agar tidak terbebani, serta sebagai
bahan pertimbangan untuk penentuan elevasi.

2
Oleh karena itu, perlu direncanakan suatu system
pengelolaan air limpasan yang terjadi, sehingga air limpasan
tidak menggenangi daerah sekitar dan langsung masuk ke
saluran-saluran drainase yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam tugas akhir ini, permasalahan yang akan dibahas


dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa besar debit limpasan yang terjadi di kawasan
proyek pembangunan Jalan Tol Binjai – Langsa zona I
dan sekitarnya yang akan membebani saluran drainase
jalan ?
2. Bagaimana sistem drainase pada proyek pembangunan
Jalan Tol Binjai – Langsa zona 1?
3. Bagaimana rencana bentuk dan dimensi penampang
saluran serta bangunan pelengkap pada sistem
drainasenya ?

1.3 Ruang lingkup

Agar pembahasan ini tidak meluas ruang lingkupnya dan


dapat terarah sesuai dengan tujuan penulisan Tugas Akhir ini,
maka diperlukan pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Studi ini hanya meninjau perencanaan sistem drainase
dikawasan proyek pembangunan Jalan Tol Binjai –
Langsa zona 1.
2. Daerah tangkapan hujan ditinjau hanya pada kawasan
yang air limpasan kemungkinan akan membebani
saluran drainase jalan tol.
1.4 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan yang


ingin dicapai dari penulisan Tugas Akhir ini ialah:
1. Untuk mengetahui besar debit limpasan yang terjadi di
kawasan Proyek pembangunan Jalan Tol Binjai – Langsa
zona 1 dan sekitarnya yang akan membebani saluran
drainase jalan ?
2. Untuk mengetahui sistem drainase pada proyek
pembangunan Jalan Tol Binjai – Langsa zona 1?
3. Untuk mengetahui rencana bentuk dan dimensi
penampang saluran serta bangunan pelengkap pada
sistem drainasenya ?
1.5 Manfaat
penelitian

a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan hasil dari survei dan masukan-
masukan dari teori yang ada mengenai sistem drainase pada jalan
tol dalam dunia konstruksi. Hasil dari penelitian ini diharapkan
juga bisa menjadi referensi untuk penelitian dalam dunia kontruksi
serta menjadi referensi untuk pembelajaran kedepannya kepada
teman-teman mahasiswa teknik tentang perkembangan teknologi
didunia kontruksi saat ini.

a. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat menjadi bahan
rujukan bagi intansi yang berwenang.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk penulisan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan


sistem drainase pada proyek pembangunan jalan tol Ruas Binjai
– Langsa zona 1. ini tersusun dari 5 bab, dan tiap-tiap bab terdiri
dari beberapa pokok bahasan dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang
lingkup, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar
teori tentang sistem drainase.

BAB 3 : METODOLOGI
Bab ini menjelaskan mengenai alur kerja
penelitian pada skripsi ini dari tahap
pengumpulan data hingga output berupa
kesimpulan.

BAB 4 : PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan menjelaskan mengenai
perhitungan limpasan air yang masuk
kedalam saluran dan sistem drainase pada
Jalan tol tersebut.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menjeleaskan mengenai hasil akhir
dari isi materi ini yaitu analisa perhitungan
limpasan debit air dalam saluran dan sistem
drainase pada jalan tol tersebut.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Penentuan Hujan Kawasan


Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di
titik mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu
luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. Apabila
pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukur yang
ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat di
masingmasing stasiun tidak sama.
Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan
hujan rerata pada daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan
tiga metode berikut yaitu:

2.1.1 Metode Aritmatika (Aljabar)


Metode ini adalah yang paling sederhana untuk
menghitung hujan rerata pada suatu daerah. Pengukuran
yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang
bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan
jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam
hitungan biasanya adalah yang berada di dalam DAS,
tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan juga
masihbisa diperhitungkan.
Contoh pengukuran hujan rerata Aritmetik dengan
beberapa stasiun hujan bisa di lihat seperti gambar 2.1

Gambar 2. 1 Pengukuran Tinggi Curah Hujan Metode


Aljabar.
Metode rerata Aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
- Stasiun tersebar secara merata di DAS.

- Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.

Hujan rerata pada seluruh DAS diberikan oleh bentuk berikut : R = (R1+ R2 +
R3+... +Rn) (2.1)
Dengan:
R = Curah hujan rerata tahunan (mm)
n = jumlah stasiun yang digunakan
R1+ R2+ R3+ Rn = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik (mm)

2.1.2 Metode Thiessen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili
luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan
adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga hujan yang
tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila
penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan curah
hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari setiap
stasiun.
Contoh pengukuran hujan rerata Thiessen dengan beberapa stasiun hujan bisa di
lihat seperti gambar 2.2

Gambar 2. 2 Pengukuran Tinggi Curah Hujan Metode PoligonThiessen


2.1.3 Metode Ishoyet
Ishoyet adalah garis yang menunjukkan tempat kedudukan dari harga tinggi hujan
yang sama. Cara ini diperolah dengan cara interplasi harga- harga tinggi hujan
local.

2.2 Analisis Distribusi Frekuensi


Penentuan jenis distribusi frekuensi digunakan untuk mengetahui suatu rangkaian data
cocok untuk suatu sebaran tertentu dan tidak cocok untuk sebaran lain. Untuk
mengetahui kecocokan terhadap suatu jenis sebaran tertentu, perlu dikaji terlebih
dahulu ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu meliputi:
1. Menghitung parameter-parameter statistik Cs dan Ck. (untuk
menentukan macam analisis frekuensi yang dipakai).
2. Koefisien kepencengan / skewness (Cs) dihitungmenggunakan
persamaan:
n Ʃ (logX− ̅lo̅g̅ X̅)³ (n−1)(n−2)(S̅ ̅l̅o̅g̅X̅
DenganCs : =
N = jumlah data
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai ratarata varian Cs = Koefisien Skewness S = Deviasi standart
3. Koefisien kepuncakan/curtosis (Ck) dihitung menggunakan
persamaan :
n2Σ(Xi−X ̅ )4
Ck =
(n−1)(n−2)(n−3)S4

Dengan :
Ck = Koefisien Kurtosis Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian n = Jumlah data
S = Deviasi standar
Persyaratan dalam pemakaian distribusi frekuensi bisa dilihatdalam tabel 2.1

Tabel 2. 1 Persyaratan Pemilihan Jenis Distribusi/Sebara


Frekuensi n
No Saluran Syarat
1 Normal Cs = 0
2 Log Normal Cs = 3
Cv =
3 Gumbel Cs = 1,1396
Ck =
5,4002
4 Bila tidak ada yang memenuhisyarat
digunakan sebaran Log Person Type III
2.1 Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana merupakan prediksi terjadinya curah hujan ekstrem yang
terjadi pada periode ulang tertentu. Adapun metode yang dipakai diantaranya :
2.1.1 Metode Distribusi Normal Rumusan yang dipakai adalah
X=X
̅ + k. S (2.5)
Dimana:
X = nilai varian yang diharapkan terjadi
𝐗̅ = Nilai rata-rata hitung curah hujan S= Standart deviasi
k = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari pada peluang atau periode
ulang dan tipe model matematik dari distribusi peluang yang digunakan untuk
analisis peluang
Tabel 2. 2 Tabel Nilai variable reduksi Gauss
Periode Ulang Peluang k
1.001 0.999 - 3.05
1.11 0.900 - 1.28
2 0.500 0
2.5 0.400 0.5
3.33 0.300 0.52
4 0.250 0.67
5 0.200 0.84
10 0.100 1.28
20 0.051 1.64
50 0.020 2.05
100 0.010 2.33
200 0.005 2.58
500 0.002 2.88
1000 0.001 3.09
(Soewarno, 1995. Hal 116)

2.2.1 Metode Distribusi Gumbel Rumusan yang dipakai adalah :


X=X
̅ + k. S (2.6)
K = Yt−Yn (2.7)
Sn
Yt = −ln [−ln( ) untuk T > 20 , maka Yt = InT (2.8)
Dimana: T

1

T
X = nilai varian yang di harapkan terjadi
X̅ = nilai rata-rata hitung varian
S = Standar deviasi
Yt = nilai reduksi varian dari variable yang diharapkan terjadi pada pariode
ulang tertentu (hubungan antara periode ulang T dan Y dapat dilihat pada tabel)
Yn = nilai rata-rata dari reduksi varian, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
dan dapat dilihat pada table 2.3
Sn = deviasi standart dari reduksi varian nilainya tergantung dari jumlah data (n)
2.2.2 Metode Distribusi Log Pearson III
Untuk menghitung curah hujan rencana dalam periode ulang tertentu dengan
metode distribusi log person III dapat melalui prosedur perumusan untuk
menentukan kurva distribusi Log Pearson III dengan langkah- langkah sebagai
berikut :
1) Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X
2) Hitung harga rata-rata : log X = Ʃ log X
𝑛
n = jumlah data 3) H
i
tung nilai simpanan baku : S = √Ʃ
( logX− l̅ og̅
n−1 ̅̅̅ )²
4) Hitung nilai koefisien
kemencengan : Cs = n Ʃ (logX− l̅ o̅ g̅ X̅)³
(n−1)(n−2)(S)3
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Log X = l̅o̅ g̅ X + k (S̅ l̅o̅ g̅ X̅ ) (2.12)
Dimana K adalah variable standar ( standardized variable ) untuk X yang
besarnya tergantung koefisien kemencengan (Cs).
2.3 Uji Kecocokan Distribus
Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi
sampel data terhadap distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan
atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang sering
dipakai adalahChi- Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.
2.3.1 Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi–Kuadrat digunakan untuk menentukan apakah persamaan peluang
(metode yang digunakan untuk mencari hujan rencana), dapat mewakili distribusi
sampel data yang analisis.
Parameter yang digunakan untuk pengambilan keputusan uji ini adalah X2h,
sehingga disebut Uji Chi–Kuadrat. Parameter X2h dapat dihitung dengan rumus :
n Ʃ(0i−Ei (2.13)
X²h = )² Ei
Dimana :
X²h = Harga Chi-Kuadrat
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada Sub Kelompok Ke-1 Ei = Jumlah nilai teoritis
pada sub kelompok ke-1 Prosedur perhitungan uji Chi Kuadrat adalah :
1) Urutkan data pengamatan (dari yang terbesar ke yang terkecil
atau sebaliknya).
2) Kelompokkan data menjadi G sub grup, tiap-tiap sub grup
minimal empat data pengamatan.
3) Jumlah data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub grup.
4) Jumlah data pengamatan sebesar distribusi yang
digunakan sebesar:
Ei = Ʃ Oi (2.14)
Ʃ Sub
5) Tiap-tiap sub grup hitung nilai : ( Oi – Ei )
dan ( Oi−Ei )2
E
6) Jumlahkan seluruh G sub grup nilai ( Oi−Ei )2
E
7) Menentukan derajat kebebasan. Rumus derajat kebebasan
adalah : DK = K – ( R + 1 )
Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :
1) Apabila peluang lebih dari 5 %, maka persamaan distribusi
yang digunakan dapat diterima.
2) Apabila peluang kurang dari 1 %, maka persamaan
distribusi yang digunakan tidak dapat diterima.
3) Apabila peluang berada di antara 1% - 5%, maka tidak
mungkin mengambil keputusan, misal perlu data tambahan.

2.3.2 Uji Smirnov – Kolmogorov


Uji Smirnov–Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non parametik (non
parametric test). Karena pengujian tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Prosedur Uji Smirnov–Kolmogorov adalah :
1) Urutkan data pengamatan (dari data terbesar sampai yang
terkecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang
masing-masing data tersebut.
X1 = P(X1) X2 = P(X2) Xm = P(Xm) Xn = P(Xn)
P (Xn) = m dan P (Xm) = 1 – P (2.16)
n+1 (Xi)
Dimana :
P(X) = Peluang
m = Nomor urut kejadian n = Jumlah data
2) Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dan hasil
penggambaran data (persamaan distribusi).
X1 = P’(X1)
X2 = P’(X2)
Xm = P’(Xm)
Xn = P’(Xn)
F (t) = X− X dan P’ (Xi) = 1 – P’(Xm) (2.17)
sd
Dimana :
P/(Xm) = Peluang teoritis yang terjadi pada nomor ke-m yang didapat dari tabel
X = Curah hujan harian
𝑿 Curah hujan rata-rata
𝑭(𝒕) = Distribusi normal standard
3) Tentukan selisih terbesar dari peluang peluang pengamatan
dengan peluang teoritis dari kedua nilai peluang tersebut.
Dmaks = [P(Xm)-P’(Xm)] (2.18)
4) Tentukan harga Do berdasarkan table nilai kritis Smirnov –
Kolmogorov.

2.4 Koefesien Pengaliran


Koefesien pengaliran merupakan perbandingan antara limpasan air hujan dengan
total hujan penyebab limpasan. Koefesien pengaliran pada suatu daerah
dipengaruhi oleh kondisi karakteristik sebagai berikut :
a. Kondisi hujan
b. Luas dan bentuk daerah pengaliran
c. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
d. Daya ilfitrasi dan perkolasi tanah
e. Kebasahan tanah
f. Tata guna lahan
Untuk menentukan koefesien pengaliran rata – rata, rumus yang digunakan adalah
:
C = 𝐀𝟏𝐂𝟏+𝐀𝟐𝐂𝟐+ +𝐀𝐧𝐂𝐧
𝐀 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
Dimana : C = Koefesien aliran rata – rata
An = Luas Daerah pengaruh hujan ke – n (km2)
Cn = Koefesien aliran pada tata guna lahan (lihat pada tabel 2.7) A = Luas total
DAS (km2)
2.5 Perhitungan Intensitas Hujan
Intensitas Hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
persatuan waktu, yang tergantung dari lamahujan dan frekuensi kejadiannya, yang
diperoleh dari analisa data hujan. Perhitungan intensitas hujan tergantung dari data
yang tersedia. Hubungan intensitas waktu hujan yang banyak dirumuskan pada
umumnya tergantung dari parameter kondisi setempat.
2.6 Perhitungan Waktu Konsentrasi
Kirpich (1940) dalam Suripin (2004) mengembangkan rumus dalam
memperkirakan waktu konsentrasi, dimana dalam hal ini durasi hujan
diasumsikan sama dengan waktu konsentrasi. Rumus waktu konsentrasi tersebut
dapat ditulis sebagai berikut:
𝑡𝑐 = 𝑡𝑜 + 𝑡𝑓 (2.24) Dengan:
tc = waktu konsentrasi (jam)
to = overland flow time (inlet time)
tf = Channel flow time.
2.7 Perhitungan Debit
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum dipakai
adalah metode Rasional.
Q = 0,278 C . I . A (2.28)
Dimana:
Q = laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/dt) C = koefisien aliran permukaan
(0<C<1)
I = intensitas hujan (mm/jam) A = luas DAS (km2)
2.8 Perhitungan Dimensi Saluran
Perencanaan saluran drainase harus berdasarkan perhitungan debit yang akan
ditampung oleh daerah tersebut dan kondisi lapangan. Batasan dalam perencanaan
saluran adalah
sebagai berikut :
a. Dalamnya aliran, luas penampang lintasan aliran, kecepatan aliran
serta debit selalu tetap setiap penampang melintang.
b. Bentuk penampang saluran drainase dapat merupakan saluran
terbuka maupun saluran tertutup tergantung dari kondisi eksisting.
Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang saluran
menggunakan rumus Manning, karena rumus ini mempunyai bentuk yang sangat
sederhana tetapi memberikan hasil yang sangat memuaskan.
V = 1 𝑅2/3. 𝐼1/3
𝑛
Q = A.V
Q = A. 1 𝑅2/3. 𝐼1/3
𝑛
Dimana :
𝑄 = Debit saluran (m3/detik)
𝑉 = Kecepatan aliran (m/detik)
𝐴 = Luas penampang basah saluran (m2)
𝑛 = Koefisien kekasaran dinding dan dasar saluran
𝑅 = Jari-jari hidrolis saluran
𝐼 = Kemiringan dasar saluran
Nilai kekerasan Manning dapat menjadi kekasaran gabungan apabila dalam suatu
saluran ada lebih dari satu jenis bahan yang menyusun saluran tersebut. Misalnya
saluran yang terbuat dari pasangan batu kali pada dinding sedangkan dasar saluran
adalah tanah, untuk menentukan nilai kekasaran Manning gabungan menggunakan
rumus sebagai berikut:
P n 2+P n 2+⋯+P n 2)1⁄2
ngabungan = 𝑝1/2
Dimana :
𝑃 = Keliling basah
𝑛 = Nilai kekasaran Manning
Harga koefisien Manning didapat berdasarkan lapisan bahan permukaan saluran
yang diinginkan dan dapat dilihat pada table 2.9 di bawah ini :
2.9 Bentuk Saluran
 Penampang Saluran Segi Empat
𝑄 = 𝑉. 𝐴 (2.33)
Dimana :
𝑄 = Debit Saluran (m3/detik)

1
𝑊 = Tinggi jagaan (m)
𝑄 = Debit Saluran (m3/detik)

1
𝐴 = Luas penampang basah saluran (m2) = 𝑏 × ℎ
𝑃 = Keliling basah = 𝑏 + 2ℎ
𝑅 = Jari-jari hidrolis saluran (m) = 𝐴/𝑃
𝑉 = Kecepatan aliran (m/detik)

 Penampang Saluran Trapesium


𝑄 = 𝑉. 𝐴 (2.34) Dimana :
𝑄 = Debit Saluran (m3/detik)
𝐴 = Luas penampang basah saluran (m2) = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = Keliling basah = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝑅 = Jari-jari hidrolis saluran (m) = 𝐴/𝑃
𝑉 = Kecepatan aliran (m/detik)

 Penampang Saluran Lingkaran


𝑄 = 𝑉. 𝐴 (2.35) Dimana :
𝑄 = Debit Saluran (m3/detik)
𝐵 = Lebar puncak (𝑚) = (𝑠𝑖𝑛 ∅) × 𝑑
2
𝐷 = Kedalaman Hidraulik (𝑚) = 𝐴
𝐵
𝐴 = Luas penampang basah saluran (m2) = 1 × (∅ − 𝑠𝑖𝑛∅) × 𝑑2
8
𝑃 = Keliling basah =1×∅×𝑑
2
𝑅 = Jari-jari hidrolis saluran (m) = 1 × (1 𝑠𝑖𝑛∅ ) × 𝑑
𝑉 = Kecepatan aliran (m/detik) – ∅
Aliran bebas (v) = 1 𝑅2/3. 𝐼1/3 4
𝑛 (2.36)
Aliran tertekan (v) = √2. 𝑔. ℎ (2.37)

2.10Gorong-gorong
2.10.1Fungsi
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air melewati jalan raya, jalur rel kereta
api, atau timbunan lainnya. Untuk itu desain untuk gorong-gorong juga harus
mempertimbangkan factor hidrolis dan struktur supaya gorong-gorong dapat
berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas
dan timbunan tanah.
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Secara umum, diagram alir pelitian pada studi kasus ini dapat dilihat pada gambar
3.1.

MULAI

STUDI LITERATUR

SURVEY LAPANGAN

IDENTIFIKASI MASALAH

PENGUMPULAN DATA

ANALISA HIDROLOGI ANALISA HIDROLIKA


Debit banjir rencana
Perencanaan dimensi saluran
drainase jalan

PETA HIDROLIKA
HIDROLOGI
Peta stasiun hujan Potongan memanjang jalan
Data curah hujan
Peta tata guna lahan Potongan melintang jalan
potongan melintang
Layout jalan Koefisien jalan

Perencanaan saluran drainase


jalan

Evaluasi
kapasitas serta 19
Alternatif Pemecahan
evaluasi sungai
terhadap Not OK
saluran
KESIMPULAN

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Proyek Jalan tol Binjai – Langsa Zona 1 pada Sta
0+500.

3.2.2 Waktu Penelitian

Survei dilakukan yaitu pukul 09.00-11.30 WIB untuk pagi hari, pukul 12.30-15.30
WIB untuk siang hari, dan pukul 16.00-19.00 WIB untuk sore hari..

3.3 Identifikasi Masalah

Pada tahap ini, penulis melakukan analisa mengenai permasalahan yang terjadi
yaitu menghitung debit limpasan yang terjadi di kawasan proyek, meninjau sistem
drainase pada proyek, serta merencanakan bentuk dan dimensi penampang saluran
serta bangunan pelengkap pada sistem drainase di proyek tersebut. Yang
didukung dari data-data yang diperoleh dari kondisi lapangan secara langsung dan
data-data dari pihak PT yang terlibat dalam proyek ini.

3.4 Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini secara keseluruan pengambilan sampel data dilakukan


dengan metode pengamatan secara langsung dengan mengacu kepada penelitian
yang bersifat perbandingan. Sehingga peneliti menetapkan data-data primer dan
skunder yang dibutuhkan pada penulisan tugas akhir ini dengan lokasi yang di
tinjau sta 0+500.

3.5 Pengumpulan Data


3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil melakukan pengamatan terhadap debit air yang
terjadi di drainase yang digunakan dilapangan, memantau metode pelaksanaan
yang di terapkan dilapangan, dan juga mengamati progress yang berjalan.
3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi atau perusahaan terkait, dalam hal ini PT.
Hutama Karya dan beberapa pihak yang terkait dalam proyek ini, data sekunder
yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data hidrologi, peta dan hidrolika.
3.6 Analisa Data

Setelah dilakukan pengamatan dan mendapatakan data primer serta data skunder.
Pada tahapan ini dilakukan analisa hidrologi, analisis hidrolika, dan merencanakan
dimensi saluran drainase.

3.7 Kesimpulan Dan Saran.

Pada tahap ini, penulis membuat kesimpulan mengenai permasalahan yang akan
dibahas dalam studi kasus ini beserta memberikan solusi atas permasalah tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Studi terdahuluyang dilakukan pada Jalan Tol Ruas Binjai–Langsa adalah Studi
Kelayakan dan Desain Awal Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Medan–Banda Aceh
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada tahun 2013. Kemudian dilakukan Review Basic
Designoleh PT Hutama Karya (Persero) pada tahun 2019. Jalan Tol Ruas Binjai–
Langsa memiliki panjang total mainroad sekitar 131 km yang terdiri dari 5 seksi
dan berada di dua provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh.
Pada Provinsi Sumatera Utara melewati Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
Langkat, sedangkan pada Provinsi Aceh melewatiKabupaten Aceh Tamiang,
Kabupaten Aceh Timur, dan Kota Langsa.Jalan Tol Ruas Binjai –Langsa
merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera. Pada awal trase jalan tol
terhubung dengan Jalan Tol Ruas Medan –Binjai sedangkan pada akhir trase
terhubung dengan Jalan Tol Ruas Langsa –Lhokseumawe. Titik awal trase berada
di Desa Tandam Hulu I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara. Titik akhir trase berada di Desa Pondok Kelapa,
Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa, ProvinsiAceh.

4.2 Hasil Penelitian

A. KondisiTopografi

Kondisi topografi diterangkan per segmen ruas tol yaitu antar simpang susun
sebagai berikut.

Segmen 1 (12.4km) yaitu awal proyek (sta.0+349/SS.Binjai–


sta.12+800/SS.Stabat) berada pada topografi yang kemiringan landai mulai dari
elevasi tertinggi 18.190 dan terendah

1
8.510 dimana posisi cekungan berada di sta.6+500 – sta.8+400 (S.Rotan) atau
sepanjang 1.90 km.

Simpang Susun Stabat (sta.12+300) berada pada topografi yang kemiringan landai
kearah awal jalan akses mulai dari elevasi tertinggi 13.636 (SS.Stabat) dan
terendah 10.605, bertemu dengan jalan Nasional di elevasi11.500.

Segmen 2 (26.1 km) yaitu dari sta.12+800 – sta.38+900/SS.Tanjungpura berada


pada

2
topografi yang kemiringan landai mulai dari elevasi tertinggi 13.349 dan terendah
5.670 dimana posisi cekungan berada didista.16+900–sta.23+650. Dicekungan
tersebut terdapat Sungai Glugur (sta.18.824), Sungai Wampu (sta.23+279).
Terdapat daerah perbukitan dari sta.23+650
– sta.24+400 dengan ketinggian maksimum 26.614danterendah10.295.

Simpang Susun Tanjungpura (sta.38+553) berada pada topografi yang kemiringan


landai kearah awal jalan akses mulai dari elevasi tertinggi 5.564 (SS.Tanjungpura)
dan terendah 4.620, bertemu dengan jalan Provinsi dielevasi 4.738.
Tempat Istirahat (TI-01) /Rest Area berada di sta.24+200 menempati topografi
perbukitan, elevasi Segmen 3 (19 km) yaitu dari sta. 38+900 – sta.57+900/SS.
Pangkalan Brandan) berada pada topografi dengan kemiringan landai dan bukit
bergelombang. Daerah landai berada pada sta.38+900 – sta.46+450 dengan
elevasi antara 8.576 – 5.670, terdapat perlintasan jalan provinsi (sta.38+930) dan
jalur rel KA (sta.39+003) lokasinya berdekatan pada elevasi 5.683, jalan
kabupaten (sta.40+949) dengan elevasi 4.800.

Daerah bukit bergelombang (rolling) berada pada sta.46+450 – sta.57+900


diantaranya terdapat cekungan lembah S.Lepan di sta.54+925– sta.55+450 dengan
elevasi lahan 6.514.

Di sekitar ruas tol dari sta.50+000 – sta.51+500 di lembah perbukitan mengalir


Sungai Bantayan dan anak sungainya, dimana terjadi luapan banjir dilahan
perkebunannya dengan ketinggian 0.30m dari jalan perkebunan, informasi dari
tim soilsaat dilakukan survey pada bulan Mei2019.

SS.Pangkalan Brandan (sta.57+525) berada di topografi perbukitan top elevasi


31.690, jalan aksesnya menempati topografi perbukitan dan daerah landai kearah
awal jalan akses. Daerah bukit bergelombang (rolling) berada pada jalan akses
sta.3+389 –sta.1+850 sedangkan daerah landai dari sta.1+850 – sta.0+000
menurun kearah station awal jalan akses. Jalan akses terhubung dengan Jalan
provinsi pada elevasi 2.470. Jalan akses melintas S.Babalandi sta.1+624 pada
elevasi 2.248.

Segmen 4 (44.3km) yaitu dari sta.57+900 – sta.102+200/SS.Aceh Tamiang,


berada pada topografi landai dan berseling antara bukit bergelombang dan
cekungan. Bukit bergelombang berada pada sta.57+900 – sta.65+750; sta.67+100
– sta.78+175; sta.79+025– sta.83+800; sta.84+175 – sta.92+250; sta.99+200–
sta.101+625.

Daerah cekungan berada di sta. 65+750 – sta.67+100 atau dataran S Besitang;


sta.78+175–sta.79+025 atau alur sungai Sikundur; sta.83+800–sta.84+175 atau
alur sungai Habalan.

Daerah landai berada di sta. 92+250 – sta.99+200 atau dataran S.Simpang Kiri
(sta.92+731), elevasi lahan 13.263 dan S.Gerenggam (sta.98+306), elevasi 12.164.
Daerah landai sta.101+625 –sta.102+200 atau dataran S.Tamiang,elevasi
lahan13.119.

SS. Aceh Tamiang (sta.101+825) berada di topografi landai pada elevasi


13.125,jalan aksesnya menempati topografi bergelombang dan daerah landai ke
arah awal jalan akses. Daerah bergelombang (rolling) berada pada jalan akses
sta.3+250 – sta.1+500 sedangkan daerah landai dari sta.1+500 – sta.0+000
menurun kearah station awal jalanakses. Jalan akses terhubung dengan Jalan
Nasional pada elevasi 11.790. Jalan akses melintasi (Sungai) Alue Simpang Kiri
sta.0+149, lebar sungai 46 m, elevasi lahan 8.116.Juga melintasi sungai mati
meander S.Tamiang di 2 titik yaitu sta.1+246 dan sta.0+904, elevasi lahan10.357.

Perbatasan provinsi Sumatera Utara dan Provinsi NAD berada di sta.87+375,


koordinat X = 395085.847; Y=457258.575 melewati topografi bergelombang.

Tempat Istirahat (TI-02) /Rest Area berada di sta.73+125, menempati topografi


bukit bergelombang, elevasi lahan 14.924.

Segmen 5 (29.1km) yaitu dari sta.102+200–sta.131+291/SS.Langsa, berada pada


topografi landai, bukit bergelombang dan cekungan.

Daerah landai sta.102+200 – sta.104+300 atau dataran S.Tamiang, elevasi lahan


13.346, melintasi jalan provinsi di sta.103+327, elevasi jalan17.075.

Daerah bukit bergelombang sta.104+300–sta.127+625 dan sta.128+050–


sta.131+291.
Daerah Cekungan berada di sta.127+625–sta.128+050 atau dataran S.Langsa,
elevasi lahan 6.298.

SS.Langsa (sta.130+050) berada ditopografi bukit pada elevasi 82.669, jalan


aksesnya menempati topografi landai cenderung curam kearah awal jalan akses.
Jalan akses terhubung dengan Jalan Provinsi pada elevasi 18.128.

Tempat Istirahat (TI-03) /Rest Area berada di sta. 118+328, menempati topografi
bukit bergelombang, elevasi lahan32.316.
B. Kondisi Sungai

Kondisi sungai yang diuraikan pada bahasan ini adalah dari sumber interpretasi
data peta RBIB akosurtanal, data kontur DEMNAS, pengukuran penampang
sungai besar terpilih dan tinjauan visual sesaat saat survey serta dilakukan
dokumentasi. Diharapkan informasi kondisi sungai dapat dipakai sebagai
gambaran umum untuk tahapan perencanaan DED dan basic perencanaan
jembatan sungai. Untuk anak sungai, sungai kecil, alur drainase dan saluran irigasi
diinformasikan dari interpretasi peta RBIB akosurtanal dan data kontur
DEMNAS. Tabel yang disajikan dipilih sungai besar dansaluran irigasi besar.
Uraian perlintasan dan kondisi sungai dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Perlintasan Sungai Besar dan Saluran Irigasi

SegmenRuas NamaSungai,Station Dimensi KondisiSungai


Tol
Segmen-1 1)S.Rotan(sta.8+320) B=8m Sungai Intermitten,
Slope(S)=0.23%; Alur sungai lurus
dan skew terhadap
tol.
2)S.Labukdalam(sta.10+776) B=6.5-9.0m Sungai Perenial, Slope(S)=0.05%;
Alur sungai berkelok dan skew
terhadap tol.
SS.Stabat 3)S.Karanghilir(sta.0+816) B=6m Sungai Intermitten, Slope(S)
(Jl.Akses =
) 0.03%; Alur sungai lurus dan skew
terhadap Akses Stabat.
Segmen-2 4)S.Karang(sta.13+11 B=6m Sungai Intermitten,
0) Slope(S)=0.03%;
Alur sungai lurus dan skew
terhadap tol.
5)S.Dendang(sta.15+3 B=5m Sungai Intermitten,
99) Slope(S)=0.22%; Alur sungai lurus
dan skew terhadap
tol.
6)AnakS.Glugur- B=6m Sungai Intermitten,
A(sta.17+140) Slope(S)=0.10%;
Alur sungai lurus dan skew
terhadap tol.
7)AnakS.Glugur- B=6m Sungai Intermitten,
B(sta.17+962) Slope(S)=0.03%; Alu rsungai lurus
dan skew terhadap
tol.
8)S.Glugur- C(sta.18+822) B=6m Sungai Intermitten,
Slope(S)=0.09%;
Alur sungai lurus dan skew
terhadap tol.
9)S.Singiar (sta.20+236) B=6m Sungai Intermitten, Slope(S) =
0.08%; Alur sungai lurus dan
skew
terhadap tol.
10)S.Wampu(sta.23+2 B=126m Sungai Perenial, Slope(S) =
91) 0.06%; Alur sungai melengkung
dan skew terhadap tol.
11)Irigasi Jatisari-1 B=7m SaluranIndukIrigasi;Aluririgasilur
(sta.29+676) us danskewterhadap tol.
12)S Basilam B=35m SungaiPerenial;Alursungaimeande
(sta.30+538) r danmelengkungterhadaptol.
13)Irigasi Basilam-1 B=5m SaluranIndukIrigasi;Aluririgasilur
(sta.31+671) us danskewterhadap tol.
14)IrigasiBasilamKiri B=9m SaluranIndukIrigasi;Aluririgasi
(sta.33+729) melengkungdan skewterhadap tol.
15)IrigasiIr Putih B=18m SaluranIndukIrigasi;Aluririgasilur
(sta.34+887) us danskewterhadaptol.
16)S.Batangsarangan B=85m SungaiPerenial;Slope(S)=0.02%;A
(sta.38+022) lur sungaimeanderdanmelengkung
terhadaptol.
Segmen-3 17)Irigasi Bukit Payung- B=3m SaluranIrigasi;Aluririgasilurusdan
2(sta.41+001) skewterhadap tol.

18)S.Harmoni-7 B=9m SungaiIntermitten,Slope(S)=0.65


(sta.48+003) %;
Alur sungai lurus dan skew
terhadaptol.
19)S.Bantayan (sta.51+267) B=9m SungaiIntermitten,Slope(S)=0.15
%;
Alursungaimelengkungdanskewter
hadap tol.
20)S.Lepan (sta.55+257) B=35m; SungaiPerenial;Slope(S)=0.02%;A
H=5.5m(data lur
ukur) sungaimeanderdan melengkung
terhadaptol.
SS.Pangkalan 21)S.Babalanhilir B=40m;h=3m SungaiPerenial;Slope(S)=0.02%;A
Brandan( (sta.1+624) lur sungai meander, melengkung
jl.Akse) tajamterhadap tol.
Segmen-4 22)S.Babalanhulu B=40m; SungaiPerenial;Slope(S)=0.02%;A
(sta.58+829) h=3m lur sungaimeander,melengkungter
(dataukur) hadap tol.

23)S.Besitang (sta.65+870) B=55m;h=3m SungaiPerenial;Slope(S)=0.03%;A


(dataukur) lur
sungaimeander,lurusdanskewterh
adap tol.
24)S.SimpangKirihulu B=70m; SungaiPerenial;Slope(S)=0.01%;A
(sta.92+731) h=6.5m(d lur
ataukur) sungaimeander,lurusdanskewterh
adap tol.
25)S.Gerenggam(sta. B=25m SungaiPerenial;Slope(S)=0.13%;A
98+306) lur sungaimeander,melengkung
terhadaptol.
SS.Aceh 26)S.SimpangKirihilir B=60m SungaiPerenial;Slope(S)=0.01%;A
Tamiang (sta.0+149) lur
(jl.Akse) sungaimeander,lurusdanskewterh
adap tol.
Segmen-5 27)S.Tamiang(sta.103+ B=140 m;H=6 SungaiPerenial;Slope(S)=0.07%;A
113) m lurs ungai meander, lurus dan
(dataukur) skewterhadap tol.

28)S.Langsa (sta.127+719) B=18 m;H=6 SungaiPerenial;Slope(S)=0.10%;A


.5m lurs ungaimeander,melengkung
(dataukur) terhadaptol.

Keterangan: Data sungai perlu diklarifikasi dan dilengkapi saat dilakukan DED;
B= lebar sungai/bataspermukaanair. (data ukur) =hasil pengukuran lapangan.

C. KondisiTatagunaLahan

Tataguna lahan diperoleh dari peta RTRW Pola ruang masing-masing wilayah
yaituRTRW 2017-2037 Provinsi Sumatera Utara, RTRW 2012-2032 Kabupaten
Aceh Tamiangdan RTRW 2012-2032 Kota Langsa. Didukung dengan
dokumentasi lapangan di sekitartrase tol rencana. Uraian tataguna lahan untuk
masing masing segmen ruas tol sebagai berikut.
Segmen-1;L=12.4 km (sta.0+349–sta.12+800) dan SS.Stabat (sta.12+300)
tataguna lahan di segmen 1 didominasi lahan perkebunan mulai dari sta. 0+349 –
sta.10+500, selanjutnya kawasan permukiman dari sta.10+500 - SS. Stabat
(sta.12+300). Akses SS. Stabat berada dikawasan perkebunan.
Segmen-2;L=26.1 km (sta.12+800–sta.38+900) dan SS.Tanjung Pura
(sta.38+553) tataguna
lahan disegmen 2 didominasi lahan perkebunan dari sta.12+800 – sta.21+200;
sta.22+400– sta.29+100; S.Basilam (sta.30+538) – SS.TanjungPura (sta.38+553).
MelewatidaerahirigasiBasilam(sta.30+538)danirigasiAirPutih(sta.34+887).
Diselingi kawasan permukiman yaitu di sta. 21+200 - sta.22+400 dan sta.29+100
-sta.30+538 (S.Basilam). Akses SS.Tanjung Pura menempati kawasan
perkebunan.
Segmen-3;L=19km(sta.38+900–
sta.57+900)danSS.PangkalanBrandan(sta.57+525).
Tata guna lahan disegmen 3 didominasi lahan perkebunan dari sta.38+900–
S.Lepan (sta.55+257) dan sta.56+699 (JlKabupaten) - SS.Pangkalan Brandan
(sta.57+525).
Trase tol melintasi kawasan pertanian sawah dari sta.55+257 (S.Lepan) -
sta.56+699 (Jl Kabupaten). Akses SS. Pangkalan Brandan melintasi kawasan
perkebunan dari sta.3+350– sta.2+150, melintasi kawasan pertanian sawah dari
sta.2+150–sta.0+150.
Segmen-4;L=44.3km(sta.57+900–sta.102+200) dan SS.Aceh Tamiang
(sta.101+825) Tata guna lahan disegmen 4 didominasi lahan perkebunan dari
S.Babalan (sta.58+829)- sta.79+350; sta.81+130–sta.81+900. Melewati kawasan
pertanian sawah dari sta.79+350 - sta.81+130; dari sta.81+900–Perbatasan
Prov.Sumut (sta.87+350).
Diprovinsi NAD melewati lahan perkebunan dari Perbatasan
Prov.Sumut(sta.87+350) – sta.91+000 dan dari sta.92+850 – sta.99+100.
Melewati pertanian lahan kering dari sta.91+000- sta.92+850 dan sta.99+100-
SS.Aceh Tamiang (sta.101+825).
Akses SS.Aceh Tamiang berselingan melewati kawasan pertanian sawah
dan perkebunan. Segmen-5;L=29.1 km (sta.102+200sta.131+291) dan SS.Langsa
(sta.130+050) Tata guna lahan disegmen 5 didominasi lahan perkebunan (Kb) dan
pertanian lahan kering(Plk). Lahan perkebunan mulai dari sta.105+250–
sta.107+300; dari sta.109+700 sta.114+000;
dari sta.124+250 (perbatasan Kab.Aceh Timur) SS.Langsa (sta.130+050)
sta.131+291 (Akhir proyek).
Lahan pertanian lahan kering mulai dari S.Tamiang (sta.103+113) - sta.105+250;
dari sta.107+300 - sta.109+700; dari sta.114+000 - sta.119+050 (perbatasan
Kab.AcehTimur).
Lahan pertanian sawah berada di sta.102+200 – sta.103+113 (S.Tamiang).
4.2.1 Besar Debit Limpasan Yang Terjadi Di Kawasan Proyek
Pembangunan Jalan Tol Binjai – Langsa Zona 1 Dan Sekitarnya

A. Debit Banjir Rencana Sungai Kecil

Sungai kecil yang dimaksudkan pembahasan ini adalah sungai yang mempunyai
catchment area dibawah 30km2, dimana perhitungan debit banjir rencana
menggunakan rumus Rational. Sungai kecil diidentifikasi per ruas segmen tol
yaitu antar Simpang susun.
Deliniasi catchment area sungai kecil didasarkan pada peta kontur DEMNAS
interval 1.0m dengan koridor 500m dikombinasi dengan peta RBI skala 1:50.000.
Penamaan sungai kecil diambilkan dari alur anak sungai besar atau dari desa
sekitar. Daftar sungai kecil dan paramter hidrologi serta debitbanjir rencananya
dibagi dalam 5 segmen yang diterangkan sebagai berikut.

Sungai Kecil di ruas tol Segmen-1, L=12.4 km (sta.0+349 –sta.12+800)

Analisa perhitungan mengunakan kriteria sebagai berikut. Periode ulang (Tr) = 50


tahunan;
Curah hujan ekstrim rencana R50= 413.7 mm/hari

Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tataguna lahan eksisting didominasi lahan
perkebunan, koefisien limpasan aktual (Cx) = 0.35, Simpang susun Stabat
menempati kawasan perkebunan.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-1 dan SS. Stabat dapat dilihat pada
Tabel 8-9 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada Gambar 8.16.

Sungai Kecil di ruas tol Segmen-2, L=26.1 km (sta. 12+800 –sta.38+900)

Analisa perhitungan mengunakan kriteria sebagai berikut. Periode ulang (Tr) = 50


tahunan;
Curah hujan ekstrim rencana R50= 413.7 mm/hari
Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tataguna lahan eksisting didominasi lahan
perkebunan dan sebagian daerah pertanian sawah, koefisien limpasan aktual (Cx)
= 0.35 untuk perkebunan; Cx =0.30 untuk daerah pertanian sawah, Simpang susun
Tanjung pura menempati
kawasan perkebunan.

Khususnya untuk saluran irigasi tidak dihitung debit banjirnya karena saluran
irigasi mempunyai debit konstan, sehingga yang diperlukan pendataan dimensi
saluran eksisting dan level invertnya. Dalam desain basic ini belum dilakukan
pendataan detain saluran irigasi, sehingga dimensi crossing tol nya hanya prediksi
berdasarkan identifikasi hirarkhi saluran.

Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-2 dan SS. Tanjungpura dapat
dilihat pada Tabel 8-10 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada
Gambar 8.17 dan Gambar 8.18

Sungai Kecil di ruas tol Segmen-3, L=19 km (sta. 38+900 –sta.57+900)

Analisa perhitungan mengunakan kriteria sebagai berikut. Periode ulang (Tr) = 50


tahunan;
Curah hujan ekstrim rencana R50=413.7 mm/hari

Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tata guna lahan eksisting melalui lahan
perkebunan dan sebagian daerah pertanian sawah, koefisien limpasan aktual (Cx)
= 0.35 untuk perkebunan; Cx =0.30 untuk daerah pertanian sawah, Simpang susun
Pangkalan Brandan menempati kawasan perkebunan dan daerah pertanian sawah.

Khususnya untuk saluran irigasi tidak dihitung debit banjirnya karena saluran
irigasi mempunyai debit konstan, sehingga yang diperlukan pendataan dimensi
saluran eksisting dan level invertnya. Dalam desain basic ini belum dilakukan
pendataan detain saluran irigasi, sehingga dimensi crossing tol nya hanya prediksi
berdasarkan identifikasi hirarkhi saluran.

Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-3 dan SS. Pangkalan Brandan dapat
dilihat pada Tabel 8-12 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada
Gambar 8.19.
Sungai Kecil di ruas tol Segmen-4, L=44.3 km (sta. 57+900 –sta.102+200)

Analisa perhitungan mengunakan kriteria sebagai berikut. Periode ulang (Tr) = 50


tahunan;
Curah hujan ekstrim rencana R50= 413.7 mm/hari

Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tata guna lahan eksisting melalui lahan
perkebunan, sebagian daerah pertanian sawah, dan daerah pertanian lahan kering,
koefisien limpasan aktual (Cx) = 0.35 untuk perkebunan; Cx =0.30 untuk daerah
pertanian sawah, Simpang susun Aceh Tamiang menempati kawasan perkebunan
dan daerah pertanian sawah.

Khususnya untuk saluran irigasi tidak dihitung debit banjirnya karena saluran
irigasi mempunyai debit konstan, sehingga yang diperlukan pendataan dimensi
saluran eksisting dan level invertnya.

Dalam desain basic ini belum dilakukan pendataan detain saluran irigasi, sehingga
dimensi crossing tol nya hanya prediksi berdasarkan identifikasi hirarkhi saluran.
Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-4 dan SS. Aceh Tamiang dapat
dilihat pada Tabel 8-13 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada
Gambar 8.20, Gambar 8.21 dan Gambar 8.22.

Sungai Kecil di ruas tol Segmen-5, L=29.1 km (sta. 102+200 –sta. 131+291)

Analisa perhitungan mengunakan kriteria sebagai berikut. Periode ulang (Tr) = 50


tahunan;
Curah hujan ekstrim rencana R50= 413.7 mm/hari

Koefisien limpasan rencana (C) = 0.60, tata guna lahan eksisting melalui lahan
perkebunan dan daerah pertanian lahan kering, koefisien limpasan aktual (Cx) =
0.35 untuk perkebunan; Cx =0.40 untuk daerah pertanian lahan kering, Simpang
susun Langsa menempati daerah pertanian lahan kering.

Debit rencana sungai kecil di ruas tol Segmen-5 dan SS. Langsa dapat dilihat pada
Tabel 8-17 dan catchment area sungai kecil dapat dilihat pada Gambar 8.23 dan
Gambar 8.24.
Tabel 4.1 Debit BanjirRencana Sungai Kecil di Segmen -1 dan SS.Stabat
Gambar 4.1 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-1
Tabel 4.2 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-2 dan SS.Tanjungpura
Gambar 4.3 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-2(B)

Tabel 3 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-3 dan SS.Pangkalan


Brandan
Tabel 4 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-3 dan SS.Pangkalan
Brandan (lanjutan)

Gambar 4.4 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-3


Tabel 5 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang

Tabel 6 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang
(lanjutan)
Tabel 7 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang
(lanjutan)

Tabel 8 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-4 dan SS.Aceh Tamiang
(lanjutan)
Gambar 4.6 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-4(A)
Gambar 4.7 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-4(B)

Gambar 4.8 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-4(C)

Tabel 9 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-5 dan SS.Langsa


Tabel 10 Debit Banjir Rencana Sungai Kecil di Segmen-5 dan SS.Langsa
(lanjutan)

19
Gambar 4.9 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-5(A)

20
Gambar 4.10 Catchment Area Sungai Kecil di Segmen-5(A)

4.2.3 Bentuk Dan Dimensi Penampang Saluran Serta Bangunan


Pelengkap Pada Sistem Drainasenya
Gambar 1.1 Penampang S.Lepan
Gambar 1.2 Penampang S.Babalan

Gambar 1.3 Penampang S.Besitang

Gambar 1.4 Penampang S.Simpang Kiri


Gambar 1.5 Penampang S.Langsa
Gambar 1.6 Penampang S.Tamiang
A. Lingkup Kegiatan Hidrologi dan Drainase

Lingkup kegiatan hidrologi dan drainase pada pekerjaan Review Desain Awal
(BasicDesign) dan dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Tol
Ruas Binjai-Langsa, meliputi:

a) Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait

b) Survey lapangan dan dokumentasi untuk inventarisasi perlintasan badan air


(sungai,Alurdrainase,saluran irigasi dan lain-lain).

c) Analisis data hujan untuk memprediksi hujan ekstrim dan kondisi banjir
yang mungkin terjadi;

d) Identifikasi parameter sungai antara lain: deliniasi catchment area masing-


masing sungai, tata guna lahan, panjang sungai,slope sungai, penampang
sungai.

e) Analisahi drolika bangunan air dan rencana normalisasi sungai,alur


drainase serta menentukan muka air banjir (MAB) sungai.

f) Analisa Peil banjir kawasan khususnya daerah pertanian;


g) Desain kebutuhan dan dimensi gorong-gorong pipa (RCP=Reinforced
Concrete Pipe), gorong-gorong persegi (BC = Box Culvert), dan saluran
drainase samping; saluran peluncur, Simpang susun dan crossing jalan
eksisting.

h) Penggambaran desain drainase antara lain: plan&Profile drainase, lokasi


dan dimensi bangunan silang; normalisasi sungai/alur

i) Penggambaran Kebutuhan ruang (ROWPlan) tambahan untuk normalisasi


sungai/alur.

B. Lokasi dan Data Teknis Proyek

Lokasi trase tol Binjai-Langsa yang diuraikan untuk analisa drainase adalah
trase yang sudah terpilih dan sudah melalui rapat di tim teknis BPJT (Badan
Pengatur Jalan Tol),Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan (JBH),
Direktorat Jenderal Bina Marga,Kementerian PUPR serta diskusi di tingkat
Bappeda Propinsi Sumatera Utara, PropinsiNAD, Bappeda Kabupatenyang
terlewati trase Tol.Alinyemen horisontal trase tol rencana dimulai dari Simpang
Susun (SS) Binjai sejajar dengan Jalan Nasional Binjai- Langsa eksisting
berjarak sekitar 2-6 km disisi baratnya.Trase tersebut banyak perubahan dari
trase studi sebelumnya, akan tetapi jumlah simpang susunnya tetap yaitu 5
lokasi. Proyek studi sebelumnya yaitu “Studi Kelayakan dan Desain Awal Jalan
Tol Ruas Medan Banda Aceh” sepanjang 425 km yang dilakukan pada tahun
2013 oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Satuan Kerja Direktorat Bina Program.

Trase tol baru secara koordinat geografi berada pada (03o38’58.4”-


04o29’06.8”)LU dan (97o54’52.2”- 98o32’30.3”) BT. Batas wilayah berada di
2 provinsi yaitu ProvinsiSumatera Utara dan Provinsi NAD di sta.87+350.
Dimana awal ruas tol di sta.0+349 danakhir ruas tol di sta.131+291. Jadi ruas
tol di wilayah Provinsi Sumatera Utara sepanjang 87 km dan diProvinsi NAD
sepanjang 43.9km.

Data teknis trase tol untuk keperluan pembahasan drainase sebagai


berikut.Panjang ruas tol = 130.9 km (sta.0+349 –sta.131+291)

Simpang Susun =5buah

1. SS.Stabat (sta.12+300)

2. SS.Tanjung Pura (sta.38+553)

3. SS.Pangkalan Brandan (sta.57+525)

4. SS.Aceh Tamiang (sta.101+825)

5. SS.Langsa (sta.130+050)

Segmen ruas Tol = 5Segmen

a) Segmen-1; 12.4km (sta.0+349 – sta.12+800)

b) Segmen-2; 26.1km (sta.12+800–sta.38+900)

c) Segmen-3; 19 km (sta.38+900 –sta.57+900)

d) Segmen-4; 44.3km (sta.57+900 –sta.102+200) e)Segmen-5; 29.1km


(sta.102+200– sta.131+291)
Tempat istirahat = 3 buah

a) TI-01;(sta.24+200) b)TI-02;(sta.73+125) c)TI-03;(sta.118+328)


C. HidroklimatologiProyek
Kondisi hidrologi diruas Tol Binjai-Langsa yang selanjutnya disebut “Proyek“
secara umum didasarkan data klimatologi dari 5 stasiun disekitar ruas Proyek
yaitu :

a) Stasiun klimat Belawan, Kota Medan, periode 1998-2008

b) Stasiun klimat Binjai Utara, Kota Binjai,periode2009-2018

c) Stasiun klimat Pangkalan susu, Kab.Langkat, periode2009-2018

d) Stasiun klimat Sawit Sebrang, Kab.Langkat, periode2009-2018

e) Stasiun klimat Langsa, Kota Langsa

D. Survey lapangan dan Dokumentasi

Survey lapangan dilaksanakan pada waktu (28-29) Februari 2019 dengan


melakukan inventarisasi badan air antara lain sungai, alur sungai dan saluran
irigasi termasuk bangunan air dan tata guna lahan yang terdapat disekitarnya
yang kemungkinan terpengaruh oleh rencana tol. Dilakukan juga dokumentasi
dengan pengambilan fotokon di sisaat survey. Dibulan tersebut masuk kondisi
musim kemarau.

Hasil inventarisasi badan air dan kondisi tataguna lahan di trase proyek dapat
dilihat pada uraian berikut.
Foto:Segmen-1,sta.12+300 Foto:Segmen-
Calon Lokasi SS.Stabat, disekitarnya kebun 1,LokasiaksesStabatsta.0+000.
sawitperemajaan. LokasiawalaksesSS.Stabatberadadijalanpro
vinsi,disekitarnyakebunsawit
Foto:Segmen-2,sta.23+291 Foto:Segmen-2,sta.23+291
Konstruksi Bendung besar di Sei Wampu Lokasi Bendung Sei Wampu di citra
sudah80%kostruksi. Satelit,sehinggatrasetoldigeser700mkearah
Di kiri dan kanan sungainya terdapat hulu.
tangguldengan tinggisekitar 3-5m

Foto:Segmen-2,sta.23+300 Foto:Segmen-2,sta.23+300
Kondisi S.Sei Wampu di jembatan Jembatan eksisting S.Sei Wampu terdapat
eksistingbentangsekitar 100m. pilar dibantaransungai.
Foto:Segmen-3,sta.55+257 Foto: Segmen-3, sta.50+000 ~ 51+500
Perlintasan dengan S. Sei Lepan, lebar SungaiBantayan
sungai Terjadi banjir saat kegiatan soil
=30m investigasidisekitarsta50+000~51+500,kedal
ama n30cmdi atas jalan kebun sawit, terjadi
di bulan Mei2019

Foto:Segmen-4,sta.65+870 Foto:Segmen-5,sta.103+113
Perlintasan dengan S. Besitang, lebar PerlintasandenganS.Tamiang,lebarsungai=1
sungai = 55m. 60m.
BAB V
PENUTUP

5.1
Adapun kesimpulan dari penulisan Tugas
Kesimpulan
Akhir dengan judul “Perencanaan sistem
drainase pada proyek pembangunan jalan
tol Ruas Binjai – Langsa zona sebagai
berikut:

1. Besarnya debit limpasan yang


terjadi di kawasan Proyek
Pembangunan Jalan Tol Binjai
– Langsa Zona 1 dapat diketahui dari hasil
perhitungan hidrologi pada masing-masing
titik kontrol saluran. Dapat dilihat pada
table 4.1 sampai dengan tabel 4.10
2. Jaringan (Sistem) drainase pada
jalan tol ini mengikuti kemiringan
muka air atau mengalir secara
grafitasi menuju outlet (Skema arah
aliran saluran dapat dilihat pada
gambar 4.1 sampai dengan 4.10)
3. Besarnya dimensi penampang
saluran drainase tergantung dari
besarnya debit hidrologi yang akan
dialirkan. Dalam perencanaan ini
saluran-saluran drain didesain
sebagai saluran terbuka berbentuk
persegi baik itu untuk saluran-
saluran tepi dan gorong- gorong.
Tinggi banjir rencana (h)
ditentukan dari tinggi muka air
bangunan box culvert cross drain

28
tol. diantara lain adalah:
Jika
diasu 1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini
msika diharapkan dapat menambah
n wawasan pengetahuan
dasar terkait“Perencanaan sistem
(inve drainase pada proyek
rt) pembangunan jalan tol Ruas Binjai
salura – Langsa zona 1”(melakukan
n penelitian) maka perlu modifikasi
berad variabel-variabel independen baik
a 1- menambah variabel atau menambah
1.5 m time seriesdatanya. Sehingga akan
dari lebih objektif dan bervariasi dalam
lahan, melakukan penelitian.
maka
dapat 2. Bagi pemerintah, sebagai acuan
dipre dalam pengambilan perencanaan
diksi sistem drainase pada proyek
muka pembangunan jalan tolselanjutnya.
air
banjir 3. Dalam upaya perencanaan sistem
diatas drainase pada proyek pembangunan
lahan. jalan tol Ruas Binjai – Langsa zona
5.2 Sara 1, pemerintah hendaknya
n meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Semakin tinggi sumber
Adapun daya manusia maka akan
manfaat yang mempercepat pembangunan
diharapkan tersebut.
dari hasil
penelitian ini

29
1

Anda mungkin juga menyukai