Anda di halaman 1dari 142

Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)

Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Daftar Isi

Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel IV

Daftar Gambar V

Bab 1 – Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1-1

1.2 Maksud dan Tujuan 1-2

1.3 Lingkup dan Tahapan Pekerjaan 1-3

1.4 Lokasi Pekerjaan 1-4

1.5 Sistematika Laporan Pendahuluan 1-5

Bab 2 – Gambaran Umum

2.1 Umum 2-1

2.2 Pembagian Jenis Jembatan 2-1

2.3 Komponen Jembatan 2-7

2.4 Jembatan Rangka Baja 2-13

Bab 3 – Metodologi

3.1 Umum 3-1

3.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan 3-3

3.3 Pekerjaan Persiapan 3-5

3.4 Studi Pendahuluan 3-5

3.5 Survei dan Penyelidikan Lapangan 3-8

Laporan Pendahuluan - ii
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

3.6 Analisa Data 3-15

3.7 Perencanaan Teknis 3-33

3.8 Gambar Perencanaan Akhir 3-64

3.9 Perkiraan Biaya Konstruksi 3-65

3.10 Laporan-Laporan 3-65

Bab 4 – Program Kerja

4.1 Tugas dan Tanggung Jawab Personil 4-1

4.2 Struktur Organisasi Tim Perencana 4-3

4.3 Program Kerja 4-3

4.4 Jadwal Rencana Kerja 4-4

Bab 5 – Survei Pendahuluan

5.1 Pencapaian Lokasi Pekerjaan 5-1

5.2 Kondisi Iklim 5-1

5.3 Kondisi Jembatan Eksisting 5-1

5.4 Kondisi Jalan Eksisting 5-2

5.5 Lokasi Quary Material 5-3

Bab 6 – Prarencana dan Rekomendasi

6.1 Prarencana Desain 6-1

6.2 Rekomendasi untuk Survei Topografi 6-2

6.3 Rekomendasi untuk Penyelidikan Tanah 6-2

6.4 Rekomendasi untuk Survei Hidrologi 6-3

Laporan Pendahuluan - iii


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Daftar Tabel

Bab 3 – Metodologi

Tabel 3.1 R Minimal Untuk Setiap Kecepatan Rencana 3-34

Tabel 3.2 Pelebaran Jari-jari 3-34

Tabel 3.3 Panjang Kritis Suatu Kelandaian 3-39

Tabel 3.4 Faktor Distribusi Lajur 3-42

Tabel 3.5 Tingkat Realibilitas 3-42

Tabel 3.6 Nilai Penyimpangan Normal Standar 3-44

Tabel 3.7 Koefisien Drainase 3-45

Tabel 3.8 Indeks Permukaan Awal 3-46

Tabel 3.9 Indeks Permukaan Akhir 3-46

Tabel 3.1 Koefisien Kekuatan Relatif 3-47

Bab 5 – Survei Pendahuluan

Tabel 5.1 Lokasi Quarry Material 5-4

Laporan Pendahuluan - iv
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Daftar Gambar

Bab 1 – Pendahuluan

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pekerjaan 1-4

Bab 2 – Gambaran Umum

Gambar 2.1 Jembatan Lengkung 2-3

Gambar 2.2 Jembatan Gelagar 2-3

Gambar 2.3 Jembatan Cable Stayed 2-4

Gambar 2.4 Jembatan Gantung 2-4

Gambar 2.5 Jembatan Beton Prategang 2-5

Gambar 2.6 Jembatan Rangka Baja 2-6

Gambar 2.7 Jembatan Box Girder 2-6

Gambar 2.8 Rangka Baja 2-7

Gambar 2.9 Pot Bearing 2-8

Gambar 2.10 Ikatan angin 2-9

Gambar 2.11 Lantai Kerja Jembatan 2-9

Gambar 2.12 Abutment Jembatan 2-11

Gambar 2.13 Pilar Jembatan 2-11

Gambar 2.14 Jembatan Multi Span 2-14

Gambar 2.15 Jembatan Continous Span 2-14

Gambar 2.16 Bentang Pemberat 2-15

Laporan Pendahuluan -v
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 2.17 Detail Perancah 2-15

Gambar 2.18 Perletakan cross Girder 2-16

Gambar 2.19 Segmen Pertama Jembatan Rangka Baja 2-17

Gambar 2.20 Segmen Ketiga Jembatan Rangka Baja 2-17

Gambar 2.21 Keseluruhan Segmen Jembatan Rangka Baja 2-18

Bab 3 - Metodologi

Gambar 3.1 Bagan Alir Pekerjaan Perencanaan 3-6

Gambar 3.2 Pencapaian Kemiringan 3-35

Gambar 3.3 Tikungan Gabungan dan Tikungan Balik 3-36

Gambar 3.4 Titik Sambungan Tikungan Gabungan dan Tikungan Balik 3-37

Gambar 3.5 Panjang Lengkung Vertikal 3-39

Gambar 3.6 Gambar Jembatan Multi Span 3-49

Gambar 3.7 Gambar Jembatan Continous Span 3-49

Gambar 3.8 Sketsa Distribusi Koefisien Gempa 3-56

Gambar 3.7 Sketsa Menentukan Koefisien Tekanan Tanah 3-57

Bab 4 – Program Kerja

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa untuk Kegiatan Perencanaan 4-3

Gambar 4.2 Action Plan Kegiatan Perencanaan 4-4

Bab 5 – Survei Pendahuluan

Gambar 5.1 Lokasi Quarry Material 5-4

Lampiran 1 – Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan

Lampiran 2 – Gambar Basic Design Pekerjaan

Laporan Pendahuluan - vi
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jembatan Rahabangga dan Jembatan Asera adalah jembatan yang


menghubungkan Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara menuju
Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Keberadaan Jembatan Sungai
Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera mendukung percepatan
pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara, mendukung pengembangan
wilayah Kabupaten, memperlancar distribusi barang dan jasa di kawasan
potensial Kota Kendari. Selain sebagai jalur distribusi logistik ke bagian utara
Provinsi Sulawesi Tenggara, keberadaan Jembatan Sungai Rahabangga dan
Jembatan Sungai Asera yang lokasinya tidak jauh dari kawasan
pertambangan nikel yang ada di pesisir Sungai Rahabangga dan Sungai Asera
sehingga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap jumlah
kendaraan yang melalui Jembatan Rahabangga dan Jembatan Asera.

Pada hari Minggu tanggal 09 Juni 2019 telah terjadi peningkatan curah
hujan dengan intensitas yang tinggi di beberapa kabupaten pada wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara yang menyebabkan bencana alam pada wilayah :

a. Kabupaten Konawe Utara pada hari Minggu tanggal 09 Juni 2019


sekitar jam 14.40 WITA terjadi bencana banjir akibat meluapnya
sungai Asera yang mengakibatkan terjadi amblas pada Oprit
Jembatan Sungai Asera di ruas Jalan Nasional 025 Landawe – Kota
Maju – Asera (arah ke Bts Prov. Sulteng) dengan panjang 20 m pada
Km 130+870 yng terletak di Desa Lameoru Kecamatan Oheo
Kabupaten Konawe Utara (Koordinat Lokasi x = 122.0610210, y = -
3.4766420);

b. Kabupaten Konawe pada hari Minggu tanggal 09 Juni 2019 sekitar


jam 14.40 WITA terjadi bencana banjir akibat meluapnya debit air
Bendungan Ameroro sehingga berdampak tergerusnya Oprit Jembatan
Sungai Rahabangga dengan panjang 20 m pada ruas 033.11.K JLN

(Laporan Pendahuluan) 1-1


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Inowa (Unaaha) Km 74+000 Desa Uepai, yang memutuskan jalur lalu


lintas antara Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka Timur (Jalan
Trans Sulawesi Tenggara menuju Sulawesi Selaten). (Koordinat Lokasi
x = 122.0396950, y = -3.8741860);

Kondisi Jembatan Asera dan Jembatan Rahabangga eksisting sudah


tidak memiliki kuat layan secara maksimal akibat beberapa struktur
jembatan yang tergerus banjir pada tanggal 09 Juni 2019. Menindaklanjuti hal
tersebut diatas, Menteri PUPR melalui Direktur Jenderal Bina Marga
menginstruksikan untuk segera dilakukan penggantian Jembatan Sungai
Asera dan Jembatan Sungai Rahabangga dengan menggunakan jenis jembatan
rangka baja. Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Jembatan S. Asera
dilaksanakan dengan waktu 235 (Dua Ratus Tiga Puluh Lima) hari kalender,
maka untuk mempercepat proses pelaksanaan (perancangan dan
pembangunan) digunakan metode design and build.

Untuk mencapai sasaran pekerjaan yang diharapkan sesuai dengan


spesifikasi teknis dan kontrak yang ada, diperlukan adanya tahapan-tahapan
yang jelas dari tahapan awal dengan perencanaan masterplannya sampai
dengan pelaksanaan fisiknya. Untuk mendukung tahapan tersebut diperlukan
adanya tindak lanjut melalui rencana detail engineering design (DED) yang
sifatnya mendesak. Dengan penyusunan DED ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan acuan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera


dengan pekerjaan konstruksi terintegrasi rancang dan bangun (design and
build) akan dibangun di ruas Jalan Inowa Kabupaten Konawe dan pada ruas
Jalan Nasional Asera – Kota Maju – Landawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kegiatan Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S.
Asera bertujuan untuk :

a. Mengembalikan fungsi jalan dan jembatan guna memperlancar


transportasi darat bagi masyarakat khususnya dari dan ke Sulawesi
Tenggara menuju Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan,

b. Memperlancar distribusi logistik ke masyarakat dari dan ke Sulawesi


Tenggara menuju Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

(Laporan Pendahuluan) 1-2


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Sasaran dari pekerjaan perencanaan ini adalah tersusunnya suatu


dokumen Rencana Teknik Akhir (Detail Engineering Design) yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan fisik lapangan pada Paket Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) Penggantian
Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera.

1.3. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan Perencanaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan


Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut :

1. Pekerjaan Lapangan

• Survey Pendahuluan

• Survey Topografi

• Survey Hidrologi

• Penyelidikan Tanah

2. Analisa dan Perencanaan Teknis

• Analisa Hidrologi

• Analisa Mekanika Tanah

• Perencanaan Geometrik Jalan

• Perencanaan Struktur Bawah Jembatan

• Perencanaan Struktur Atas Jembatan


• Perencanaan Oprit Jembatan

• Perencanaan Bangunan Pelengkap

• Penyusunan Gambar Teknis

• Perhitungan Perkiraan Kuantitas dan Biaya

• Penyusunan Dokumen Lelang

Tahap perencanaan dibagi menjadi beberapa tahapan sesuai dengan


Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan. Adapun tahapan-tahapan
pekerjaan yang akan dilaksanakan penyedia jasa meliputi :

1. Tahap Persiapan dan Mobilisasi.

(Laporan Pendahuluan) 1-3


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2. Tahap Pengumpulan Data Sekunder dan Survai Pendahuluan.

3. Tahap Survai Lapangan.

4. Tahap Analisa dan Perencanaan Teknik.

5. Tahap Penggambaran.

6. Tahap Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya.

7. Tahap Penyusunan Dokumen Tender.

1.4. LOKASI PEKERJAAN

Proyek Rancang Bangun (Design And Build) Penggantian Jembatan


S.Rahabangga dan Asera terletak di provinsi Sulawesi Tenggara . Jembatan
Sungai Rahabangga terletak di Kabupaten Konawe, sedangkan Jembatan
Sungai Asera terletak di sungai Konawe Utara. Secara geografis, Jembatan
sungai rahabangga terletak di kilometer 75+605 dari kota Kendari, dengan titik
koordinat Lat : -3.8740480 dan Lon : 122.0397520. Sedangkan Jembatan
sungai Asera terletak di kilometer 130+292 dari kota Kendari dengan titik
koordinat Lat : -3.4769052 dan Lon : 122.0260538. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 1.1. dibawah ini.

Gambar 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan

(Laporan Pendahuluan) 1-4


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan Pendahuluan ini secara sistematis disusun dalam bab – bab


sebagai berikut :

Bab I : Gambaran Umum

Menguraikan secara umum latar belakang pekerjaan, Maksud dan Tujuan


Pekerjaan, Lingkup Pekerjaan serta Lokasi Pekerjaan.

Bab II : Gambaran Umum

Menguraikan pengertian secara umum tentang dasar-dasar tentang struktur


jembatan, jenis-jenis jembatan dan sistem konstruksi pada jembatan rangka
baja.

Bab III : Metodologi

Berisi Metodologi yang akan dilaksanakan oleh penyedia jasa baik dalam
pekerjaan Survey Lapangan maupun Analisa dan Perencanaan Teknis.

Bab IV : Rencana Kerja

Berisikan susunan personil, tugas dan tanggung jawab personil, jadwal


mobilisasi personil serta rencana kerja penyedia jasa

Bab V : Survai Pendahuluan

Berisikan hasil – hasil dari survai pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh
penyedia jasa
Bab VI : Pra Rencana dan Rekomendasi

Berisikan pra rencana serta rekomendasi yang dapat diberikan untuk


pelaksanaan survai teknis selanjutnya, berdasarkan hasil dari survey
pendahuluan.

(Laporan Pendahuluan) 1-5


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

BAB 2

GAMBARAN UMUM

2.1. UMUM
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap
sarana trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lain
yang kondisinya terputus karena adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, jalan raya, jalan kereta dan
lain-lain.

Dalam perencanaan, konstruksi jembatan harus dirancang dengan teliti


dan cermat. Perencanaan jembatan akan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Berbagai kriteria perencanaan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data
yang akurat antara lain adalah dengan melakukan survey dan investigasi yang
meliputi :

• Survei tata guna lahan,

• Survei lalu lintas,

• Survei topografi,

• Survei hidrologi,

• Penyelidikan tanah,
• Penyelidikan geologi,

• Survei bahan dan tenaga kerja setempat

2.2. PEMBAGIAN JENIS JEMBATAN

Ditinjau berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan menjadi


beberapa macam, antara lain :

A. Jembatan Jalan Raya (highway bridge),


B. Jembatan Kereta Api (railway bridge),
C. Jembatan pejalan kaki atau penyebrangan (pedestrian bridge).

(Laporan Pendahuluan) 2 -1
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Ditinjau berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai


berikut :

A. Jembatan di atas sungai atau danau,


B. Jembatan di atas lembah,
C. Jembatan di atas jalan yang ada (flyover),
D. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
E. Jembatan di dermaga (jetty).

Ditinjau berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan


menjadi beberapa macam, antara lain :

A. Jembatan kayu (log bridge),


B. Jembatan beton (concrete bridge),
C. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
D. Jembatan baja (steel bridge),
E. Jembatan komposit (compossite bridge).

Jika ditinjau dari system strukturnya, jembatan dapat dibedakan


menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

A. Jembatan Lengkung (arch bridge)

Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai


kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang
membedakan bentuk pelengkung dengan bentuk – bentuk lainnya adalah
bahwa kedua perletakan ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan
tidak diijinkan adanya pergerakan kearah horisontal. Bentuk Jembatan
lengkung hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil.
Jembatan tipe lengkung lebih efisien digunakan untuk jembatan dengan
panjang bentang 100 – 300 meter.

(Laporan Pendahuluan) 2 -2
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 2.1 . Jembatan Lengkung

B. Jembatan Gelagar (beam bridge)

Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang
terbuat dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai
dengan menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan
pelat yang merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi
panjang bentang 5 – 40 meter.

Gambar 2.2 . Jembatan Gelagar

C. Jembatan Kabel (cable stayed)

Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul


lantai lalu lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower.
Jembatan cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau
lebih yang terpasang diatas pilar – pilar jembatan ditengah bentang. Jembatan
cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah posisinya sehingga

(Laporan Pendahuluan) 2 -3
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko gempa
dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.

Gambar 2.3 . Jembatan cable stayed

D. Jembatan Gantung (Suspension bridge)

Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main


cable) yang memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas
jembatan biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip
pemikulan gelagar terletak pada kabel.

Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi jembatan dapat


ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah sulitnya
mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi. Pemasangan gelagar
jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dan kabel
sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan ini
umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1400 meter.

Gambar 2.4 . Jembatan Gantung

(Laporan Pendahuluan) 2 -4
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

E. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)

Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir


dari bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang
awal yang dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat
beban. Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua sistem
yaitu post tensioning dan pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon
prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras dan transfer
gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan dengan penjangkaran di
ujung gelagar. Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon
prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu dan transfer gaya
prategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan tendon.
Jembatan beton prategang sangat efisien karena analisa penampang
berdasarkan penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi
bentang jembatan 20 - 40 meter.

Gambar 2.5 . Jembatan beton prategang

F. Jembatan Rangka Baja (truss bridge)

Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa
segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga
setiap batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan
rangka merupakan salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat dalam
beragam variasi bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung atau kantilever.
Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 50 – 100 meter.

(Laporan Pendahuluan) 2 -5
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 2.6 . Jembatan rangka baja

G. Jembatan Box Girder

Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional
maupun prategang. box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan,
dan dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan gantung, cable-stayed
maupun bentuk pelengkung. Manfaat utama dari box girder adalah momen
inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan
karena adanya rongga ditengah penampang. Rongga di tengah box
memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar penampang beton. Jenis
gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang
kemudian disatukan dengan sistem prategang post tensioning. Analisa full
prestressing suatu desain dimana pada penampang tidak diperkenankan
adanya gaya tarik, menjamin kontinuitas dari gelagar pada pertemuan
segmen. Jembatan ini digunakan untuk panjang bentang 20 – 40 meter.

Gambar 2.7 . Jembatan box girder

(Laporan Pendahuluan) 2 -6
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2.3. KOMPONEN JEMBATAN

Secara umum jembatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu Struktur


Atas dan Struktur Bawah. Kedua bagian jembatan ini merupakan satu
kesatuan yang bekerja secara bersama-sama walaupun mempunyai fungsi
yang berbeda.
A. Struktur Atas Jembatan

Bangunan atas pada jembatan merupakan elemen yang membentang


antara pilar ke pilar dan kepala jembatan. Struktur atas jembatan adalah
bagian jembatan yang menerima beban langsung baik dari lalu lintas
kendaraan, beban pejalan kaki, dan bahkan beban mati untuk selanjutnya di
salurkan ke struktur bawah jembatan melalui landasan atau perletakan.
Struktur atas jembatan terdiri dari gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan
atau perletakan, struktur lantai jembatan, dan lain-lain.

▪ Rangka Baja

Rangka baja merupakan suatu bagian struktur yang menahan beban


langsung dari pelat lantai kendaraan. Komponen ini letaknya memanjang arah
jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai.

Gambar 2.8 . Rangka baja

(Laporan Pendahuluan) 2 -7
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Gelagar melintang atau Diafragma

Komponen ini berfungsi mengikat beberapa balok gelagar induk agar


menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi pergeseran antar gelagar induk.
Komponen ini letaknya melintang arah jembatan yang mengikat balok-balok
gelagar induk.

▪ Perletakan / Landasan (Bearing)

Bearing merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan


jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan
dengan struktur pier dan abutment. Bearing mampu mengakomodasi
pergerakan jembatan kearah translasional dan rotasional.

Gambar 2.9 . Pot Bearing

▪ Pelat Injak

Komponen ini berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga


tidak terjadi perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan
agar tidak terjadi keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai
jembatan.

▪ Ikatan Angin

Untuk mendapatkan kekakuan jembatan pada arah melintang dan


menjaga torsi maka diperlukan adanya ikatan-ikatan angin tersebut. Ikatan

(Laporan Pendahuluan) 2 -8
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

angin pada jembatan berfungsi untuk memberi kekakuan pada jembatan dan
meneruskan beban akibat angin kepada portal akhir.

Gambar 2.10 . Ikatan angin

▪ Lantai Kerja Jembatan

Lantai kerja jembatan berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan


yang menahan langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan. Komponen
ini merupakan komponen yang menahan suatu beban yang langsung dan
ditransferkan secara merata keseluruh lantai.

Gambar 2.11 . Lantai kerja jembatan

(Laporan Pendahuluan) 2 -9
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Trotoar

Trotoar berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang
melewati jembatan agar tidak mengganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi
trotoar direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada samping lantai
jembatan yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada
pelat jalan. Trotoar terbagi atas :

✓ Sandaran ( Hand Rail ), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton
bertulang.
✓ Tiang Sandaran (Rail Post), biasanya dibuat dari beton bertulang untuk
jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang
sandaran menyatu dengan struktur rangka tersebut.
✓ Peninggi trotoar (kerb).
✓ Slab Lantai Trotoar

B.Struktur Bawah Jembatan

Fungsi utama struktur bawah adalah memikul beban – beban pada


struktur atas dan juga beban pada struktur bawah itu sendiri untuk
disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban – beban tersebut oleh pondasi
disalurkan ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :

▪ Pangkal Jembatan (Abutment)

Abutment merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung


bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bagian – bagian
abutment terdiri dari :

✓ Dinding belakang (Back wall)


✓ Dinding penahan (Breast wall)
✓ Dinding sayap (Wing wall
✓ Oprit / Plat injak (Approach slab), merupakan jalan pelengkap untuk
masuk ke jembatan dengan kondisi disesuaikan agar mampu
memberikan keamanan saat peralihan dari ruas jalan menuju jembatan.
✓ Konsol pendek untuk jacking (Corbel)
✓ Tumpuan (Bearing)

(Laporan Pendahuluan) 2 - 10
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 2.12 . Abutment jembatan

▪ Pilar Jembatan (Pier)

Terletak di tengah jembatan yang memiliki fungsi yaitu mentransfer gaya


beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan standar yang ada, panjang
bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang
maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari bagian
– bagian antara lain :

✓ Kepala Pilar
✓ Kolom Pilar
✓ Pilecap

Gambar 2.13 . Pilar jembatan

(Laporan Pendahuluan) 2 - 11
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Fondasi

Fondasi Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya


ke tanah dasar. Pada perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat
kondisi tanahnya. Dari kondisi tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang
akan dipakai. Pembebanan pada pondasi terdiri atas pembebanan vertikal
maupun lateral, dimana pondasi harusmampu menahan beban luar diatasnya
maupun yang bekerja pada arah lateralnya. Berdasarkan sistemnya tipe
pondasi yang dapat digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain :

✓ Pondasi telapak (Spread footing)

Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras (lapisan tanah


yang dianggap baik mendukung beban) terletak tidak jauh (dangkal) dari
muka tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif,
pondasi telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan
terjadinya pergeseran akibat gerusan.

✓ Pondasi sumuran (Caisson)

Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras antara


2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk
lingkaran berdiameter kurang dari 80 m. penggalian secara manual dan
mudah dilaksanakan. Kemudian lubang galian diisi dengan beton siklop
(1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang jika dianggap perlu. Pada ujung
pondasi sumuran dipasang pier untuk menerima dan meneruskan beban
ke pondasi secara merata.

✓ Pondasi Tiang (Pile Foundation)

• Tiang Pancang Kayu (Log Pile)

• Tiang Pancang Baja (Steel Pile)

• Tiang Pancang Beton (Reinforced Concrete Pile)

• Tiang Pancang Komposit (Compossite Pile)

(Laporan Pendahuluan) 2 - 12
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2.4. JEMBATAN RANGKA BAJA

2.4.1. Pengertian

Konstruksi jembatan rangka baja merupakan struktur jembatan yang


terdiri atas rangkaian batang baja yang saling dihubungkan. Beban atau
muatan yang ditahan oleh struktur rangkaian baja ini akan diuraikan dan
dihantarkan kepada batang – batang baja yang menyusun struktur tersebut.
Daya penahanan beban dalam struktur rangakian baja ini adalah sebagai gaya
tekan dan tarik yang melalui titik-titik pertemuan batang atau titik buhul.

2.4.2. Jenis Konstruksi Jembatan Rangka Baja

Dalam penerapannya, jembatan rangka baja memiliki prinsip yang


sama, baik pada cara perhitungan ataupun pada sistem
penyambungannya. Terdapat dua jenis konstruksi jembatan rangka baja yang
digunakan yaitu :

A. Jembatan rangka baja multi span (bentang tidak menerus)

Jembatan multi span adalah jembatan dengan jenis span yang


terputus pada masing-masing pier. Pada tipe jembatan multi span
konstruksi pier head memiliki dimensi yang lebih besar daripada jenis
jembatan dengan continous span yang berfungsi untuk menopang masing-
masing ujung rangka baja jembatan yang duduk di atas pierhead.
Jembatan rangka baja multi span, masing-masing perletakan harus
diberikan expantion joint untuk mengakomodasi pergerakan translational
dan rotasional jembatan. Kelebihan jembatan multi span adalah biaya
engineering lebih murah dan desain rangka baja relatif lebih mudah.
Sedangkan kelemahan jembatan multi span adalah sebagai berikut :

▪ Jika dilihat secara arsitektural, jembatan multi span terlihat kurang


bagus karena terdapat bagian rangka yang terputus pada lokasi pier.

▪ Kenyamanan pengendara yang melalui jembatan multi span menjadi


berkurang karena pengendara harus melalui hentakan pada area
sambungan yaitu pertemuan antara slab lantai jembatan dengan
pier.

▪ Waktu pelaksanaan menjadi lebih lama karena dalam proses


konstruksi harus dilakukan instalasi dan pembongkaran link set
untuk memasang rangka baja pada span berikutnya.
(Laporan Pendahuluan) 2 - 13
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 2.14 . Jembatan multi span

B. Jembatan rangka baja continuous span (bentang menerus)

Jembatan continous span adalah jembatan dengan jenis span yang


menerus pada masing-masing pier. Pada tipe jembatan continous span
konstruksi pier head memiliki dimensi yang lebih kecil. Karena
menggunakan sistem continous span maka sambungan hanya berada pada
awal dan ujung jembatan. Pada jembatan continous span digunakan LRB
yang dipasang pada masing-masing perletakan untuk mengakomodasi
pergerakan jembatan ke arah lateral pada saat terjadi gempa. Saat terjadi
gempa, semua rangka baja pada jembatan continous span bergerak ke arah
yang bersamaan. Kelemahan jembatan rangka baja continuous span yaitu
jika terjadi penurunan pada struktur abutment dan pier maka akan
mempengaruhi gaya dalam rangka batang yang bekerja.

Gambar 2.15 . Jembatan continous span

(Laporan Pendahuluan) 2 - 14
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2.4.3. Metode Pelaksanaan

Adapun metode pelaksanaan pekerjaan jembatan rangka baja adalah


sebagai berikut :

✓ Konstruksi krib kayu yang kokoh diperlukan untuk menopang tumpuan


ujung bentang pemberat kantilever pada kepala jembatan atau pilar
selama pemasangan.

✓ Ujung bentang pemberat membutuhkan penopang di atas konstruksi krib


kayu atau lantai beton sementara yang direncanakan sesuai dengan
kondisi tanah dan didirikan sesuai petunjuk yang ada.

Gambar 2.16 . Bentang pemberat

✓ Tahap 1 dari pekerjaan rangka baja adalah pemasangan perancah.


Setting perancah 1 dengan jarak 5m dari abutment 1.

Gambar 2.17 . Detail Perancah

(Laporan Pendahuluan) 2 - 15
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

✓ Letakkan semua gelagar melintang (cross girder) di atas perancah


termasuk kedua gelagar ujung melintang dengan ketinggian yang sesuai
(termasuk besarnya lawan lendut).

Gambar 2.18 . Perletakan cross girder

✓ Pasang semua batang datar bawah (bottom chord) dihubungkan ke ujung


pelat gelagar melintang dan pelat penghubung, gelagar melintang dan
batang datar bawah tersambung,

✓ Periksa kembali posisi dan elevasi pada titik sambungan, Pasang dan
baut profil baja penopang (stringer) pada setiap bentang, Kemudian
pasang deck baja di atas Gelagar Memanjang untuk menjaga pergerakan
lateral.

✓ Pastikan semua baut yang dipasang di jembatan dikencangkan 100%,

✓ Pastikan setiap segmen yang terpasang dikontrol mengacu ke camber


rencana.

✓ Pasang Batang Atas dibautkan pada pelat buhul,

✓ Pasang Bracing Atas untuk menghubungkan komponen Batang Atas,

✓ Pasang pelat buhul luar

(Laporan Pendahuluan) 2 - 16
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 2.19 . Segmen pertama jembatan rangka baja

✓ Lakukan pengulangan sampai segmen ke 3.

✓ Dengan Guy derrick, pasang satu per satu komponen di atas perancah
sampai pada abutment seberang sungai.

Gambar 2.20 . Segmen ketiga jembatan rangka baja

(Laporan Pendahuluan) 2 - 17
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

✓ Kemudian lanjutkan perakitan dengan cara yang sama seperti tahap 1


hingga lengkap membentuk satu rangkaian bentang rangka batang dari
ujung perletakan yang satu ke ujung perletakan yang lainnya sampai ke
segmen terakhir.

✓ Pastikan setiap segmen yang terpasang dikontrol cambernya mengacu ke


camber rencana, dan baut dikencangkan 100% sesuai dengan torsi yang
disyaratkan.

Gambar 2.21 . Keseluruhan segmen jembatan rangka baja

(Laporan Pendahuluan) 2 - 18
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

BAB 3
METODOLOGI

3.1. UMUM

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik,


maka sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat
dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran
efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja.

Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di


dalam pelaksanaan pekerjaan akan digunakan standar–standar perencanaan
sebagai berikut :

Perencanaan Struktur Jembatan :

1. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 1992 dengan


revisi pada :

a. Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SNI 1725 : 2016).

b. Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan (RSNI


T-12-2004), sesuai Kepmen PU No.260/KPTS/M/2005.

c. Bagian 7 dengan Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan (RSNI T-


03-2005), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2005.

d. SNI 03-6747-2002 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang Untuk


Jembatan.

e. SNI 03-3446-1994 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Langsung


Untuk Jembatan.

f. SNI 03-6747-2002 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Sumuran


Untuk Jembatan.

2. Perencanaan Struktur Baja untuj Jembatan RSNI T-03-2005.

3. SNI 1726 : 2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur


Bangunan Gedung dan Non Gedung.

(Laporan Pendahuluan) 3-1


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.


07/SE/M/2015 tentang Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan
Jembatan.

5. SNI 3967 : 2008 Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe
Berlapis Untuk Perletakan Jembatan.

6. SNI 2451-2008 Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana


Bentang 5 m sampai dengan 15 m dengan Fondasi Tiang Pancang.

7. Pedoman Penempatan Utilitas Pada Daerah Milik Jalan (Pd T-13-2004-B).

8. SNI 2833:2016 Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan dengan


Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017.

9. Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan


Jembatan.

10. SNI 8460-2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik.

11. AASHTO LRFD Bridge, Design Specification, 2012.

12. Building Code requirements for structural Concrete (ACI 318 R-14).

13. AASHTO, Guide Specification For Seismic Isolation Design, 4th Edition.

14. ASCE 7-10, Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures.

15. 2009 NEHRP Recomended Seisic Provisions.

16. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2013.

Perencanaan Jalan Pendekat (Oprit) :


1. Permen PU No. 19/PRT/M/2011 tentang persyaratan Teknis Jalan dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

2. Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan SNI PJ-T-11-2003.

3. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997.

4. Manual Perkerasan Jalan (revisi Juni 2017) No. 04/SE/Db/2017.

5. Standar-standar Perencanaan Jalan Yang Berlaku (terutama berkaitan


dengan geometrik dan perkerasan jalan).

(Laporan Pendahuluan) 3-2


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Perencanaan Bangunan Pengaman :

1. Manual No. 002/PW/2004 Perencanaan Bangunan Pengaman Air Sungai


Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan.

2. Pedoman Penentuan Beban Impak Bangunan Pelindung Pilar Jembatan


(SE Menteri PUPR No. 12/SE/M/2015 tanggal 23 April 2015).

Rencana Anggaran Biaya :

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.


28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum.

Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL :

1. Penerapan Pertimbangan Lingkungan agar mengacu pada dokumen RK3K


dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Penyiapan Perencanaan Teknik Jembatan :

1. Pedoman/POS Survei Pendahuluan.

2. Pedoman/POS Survei Lalu Lintas.

3. Pedoman/POS Survei Geodesi.

4. Pedoman/POS Survei Geologi.

5. Pedoman/POS Survei Geoteknik.

6. Pedoman/POS Survei Hidrologi dan Morfologi Sungai.

7. Pedoman/POS Perencanaan Teknik Jembatan.

8. Pedoman/POS Penyampaian DED Perencanaan Teknis.

9. Pedoman/POS Sistematika Pelaporan.

3.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, rancangan tahapan pelaksanaan pekerjaan


adalah sebagai berikut :

1. Persiapan dan Mobilisasi

• Mobilisasi personil dan alat

2. Studi Pendahuluan

(Laporan Pendahuluan) 3-3


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

• Inventarisasi data & studi terdahulu

• Penyusunan rencana kerja

• Survei Pendahuluan

• Penyusunan laporan pendahuluan

3. Survei Dan Penyelidikan Lapangan

• Survei topografi

• Survai hidrologi dan hidrolika

• Penyelidikan tanah

• Penyusunan laporan-laporan survei

4. Analisa Data

• Analisa data dan pemetaan topografi

• Analisa data tanah dan sumber material

• Analisa hidrologi

• Penyusunan laporan antara

5. Perencanaan Teknis

• Perencanaan geometrik jalan

• Perencanaan perkerasan jalan

• Perencanaan struktur bawah jembatan

• Perencanaan struktur atas jembatan

• Utilitas umum & drainase

• Penyusunan laporan struktur

6. Gambar Perencanaan Akhir

• Plan dan Profil

• Potongan Melintang

• Detail struktur bawah jembatan

• Detail struktur atas jembatan

• Umum

(Laporan Pendahuluan) 3-4


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

7. Perkiraan Kuantitas dan Biaya

• Perhitungan volume pekerjaan fisik

• Analisa harga satuan pekerjaan

• Penyusunan laporan Engineer Estimate

8. Laporan Akhir

• Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan

• Penyusunan laporan akhir

Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar
2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan. Secara jelas uraian dari
masing-masing tahapan kegiatan tersebut diuraikan pada sub-bab berikut :

3.3. PEKERJAAN PERSIAPAN

Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan


pekerjaan persiapan, baik mengenai kelengkapan administrasi, personil
pelaksana, sarana transportasi, peralatan, dan segala aspek dalam kaitan
pelaksanaan pekerjaan. Penyedia jasa akan menyiapkan program kerja untuk
dikoordinasikan dengan pihak pemberi tugas. Maksud dari koordinasi ini
adalah untuk menyamakan pandangan antara penyedia jasa dengan pihak
pemberi kerja sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak mengalami hambatan.

3.4. STUDI PENDAHULUAN

3.4.1. Inventarisasi Data dan Studi Terdahulu

Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka penyedia


jasa akan segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data, informasi dan
laporan yang ada hubungannya dengan studi untuk mempelajari kondisi
daerah proyek secara keseluruhan guna mempersiapkan rencana tindak lanjut
tahap berikutnya. Penyedia jasa akan mengunjungi kantor-kantor instansi
pemerintah maupun swasta yang sekiranya mengelola data yang diperlukan.
Untuk kelancaran pekerjaan ini, maka sangat diperlukan surat pengantar dari
pihak Direksi Pekerjaan untuk keperluan tersebut. Dari hasil studi meja akan
disusun program kerja untuk perencanaan jalan yang dimaksud.

(Laporan Pendahuluan) 3-5


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

MULAI

PERSIAPAN
Perumusan Masalah
Metodologi

TIDAK

Sesuai dengan
KAK

YA

SURVAI PENDAHULUAN

LAPORAN
PENDAHULUAN

PRESENTASI PENDAHULUAN

MASUKAN
PENGGUNA JASA

PENYELIDIKAN SURVAI
SURVAI TOPOGRAFI SURVAI HIDROLOGI
TANAH LINGKUNGAN

GAMBAR ANALISA MEKANIKA


ANALISA HIDROLOGI STUDI LINGKUNGAN
TOPOGRAFI TANAH

LAPORAN- LAPORAN
SURVAI

PRADESAIN
Pra Desain Geometrik
Pra Desain Struktur Jembatan
Gambar Pra Rencana

LAPORAN ANTARA

PRESENTASI ANTARA

MASUKAN
PENGGUNA JASA

DESAIN
Desain Geometrik & Perkerasan Jalan
Desain Struktur Jembatan
Desain Bangunan Pelengkap
Rencana Anggaran Biaya
Gambar Rencana

LAPORAN DESAIN
LAPORAN UKL/UPL
LAPORAN EE

PRESENTASI AKHIR

MASUKAN
PENGGUNA JASA

DOKUMEN TENDER
Spesifikasi Teknis
Gambar Rencana
Dokumen Lelang
LAPORAN AKHIR
GAMBAR RENCANA
DOKUMEN TENDER

SELESAI

Gambar 3.1. Bagan Alir Pekerjaan Perencanaan

(Laporan Pendahuluan) 3-6


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

3.4.2. Penyusunan Rencana Kerja

Hasil penelaahan data akan dituangkan dalam rencana penyedia jasa


yang meliputi rencana kegiatan survei dilapangan maupun kegiatan analisis
dan evaluasi data. Rencana kerja ini meliputi :

1. Struktur organisasi serta tenaga pelaksana penanganan pekerjaan

2. Rencana waktu penanganan pekerjaan

3. Rencana penugasan personil serta peralatan yang akan digunakan


dalam penanganan pekerjaan.

3.4.3. Survei Pendahuluan

Survei Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


1. Mempelajari lokasi pekerjaan dan pencapaiaan.

2. Mempelajari kondisi eksisting jembatan secara umum seperti


dimensi jembatan, jenis struktur bawah jembatan, jenis struktur
atas jembatan, kondisi terrain/geometrik jalan, kondisi lalu lintas
dan tata guna lahan sekitarnya.

3. Inventarisasi stasiun-stasiun pengamatan curah hujan pada lokasi


pekerjaan melalui stasiun-stasiun pengamatan yang telah ada
ataupun pada Badan Meteorologi setempat.

4. Membuat foto dokumentasi lokasi jembatan dalam berbagai arah


antara lain : arah pergi, arah pulang, arah hulu dan arah hilir
sungai. Serta pada lokasi-lokasi yang penting.

5. Mengumpulkan data, berupa informasi mengenai harga satuan


bahan dan biaya hidup sehari-hari.

6. Mengumpulkan informasi umum lokasi sumber material (quarry)


yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi. Membuat laporan
lengkap dan memberikan saran-saran yang diperlukan untuk
pekerjaan survai teknis selanjutnya.

(Laporan Pendahuluan) 3-7


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

3.4.4. Penyusunan Laporan Pendahuluan

Hasil – hasil dari studi pendahuluan serta survei pendahuluan akan


dituangkan dalam bentuk laporan pendahuluan.

3.5. SURVEI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN

3.5.1. Survei Topografi

Lingkup Pekerjaan

Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan


terdiri dari beberapa bagian pekerjaan yaitu :

1. Persiapan

2. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).

3. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran

4. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :

▪ Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon) dan vertikal


(Waterpass)

▪ Pengukuran situasi/detail

▪ Pengukuran penampang memanjang dan melintang

▪ Pengukuran-pengukuran khusus

Pengukuran Titik Kontrol Horizontal


Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Horizontal dilaksanakan sebagai
berikut :

▪ Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon

▪ Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100m, diukur
dengan pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis

▪ Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang


patok-patok untuk titik ikat adalah patok dari beton

▪ Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolith dengan


ketelitian dalam secon (yang mudah/umum dipakai adalah
Theodolith jenis T2 Wild Zeis atau yang setingkatan)

(Laporan Pendahuluan) 3-8


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Ketelitian untuk poligon adalah sebagai berikut :

▪ Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” akar jumlah titik


polygon

▪ Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”

▪ Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek pada setiap


jarak 5 Km (kurang lebih 60 titik poligon) serta pada titik akhir
pengukuran.

▪ Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4


biasa dan 4 luar biasa)

Pengukuran Titik Kontrol Vertikal

Metodologi Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dilaksanakan sebagai


berikut :

▪ Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah


Waterpass Orde II

▪ Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand


dilakukan 2 kali berdiri alat

▪ Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm. Dimana
D adalah panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari

▪ Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti
pembagian skala jelas dan sama

▪ Setiap pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang


dalam satuan milimeter

▪ Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
Kontol pembacaan : 2BT = BA + BB

▪ Referensi levelling menggunakan referensi lokal

Pengukuran Situasi

Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :

▪ Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri

▪ Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolith T0)
(Laporan Pendahuluan) 3-9
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus


mencakup semua keterangan-keterangan yang ada didaerah
sepanjang rencana jalan tersebut

▪ Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain


pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)

▪ Tempat-tempat sumber mineral jalan yang terdapat disekitar jalur


jalan perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi
material)

Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk


menentukan volume penggalian dan penimbunan. Metodologi pengukuran
dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran Penampang Memanjang

▪ Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu


rencana jalan

▪ Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan


yang dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal

2. Pengukuran Penampang Melintang

▪ Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan


landai dibuat setiap 50m dan pada daerah-daerah tikungan/
pegunungan setiap 25m
▪ Lebar pengukuran penampang melintang 25m ke kiri-kanan as jalan

▪ Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan dengan


ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus)

▪ Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang


melintang sama dengan yang dipakai pengukuran situasi

Pemasangan Patok

Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai


berikut :

▪ Patok-patok dibuat dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm dan harus


dipasang setiap 1 Km dan pada perpotongan rencana jalan dengan
(Laporan Pendahuluan) 3 - 10
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

sungai (2 buah seberang menyeberang). Patok beton tersebut


ditanam kedalam tanah dengan kedalaman 15 cm

▪ Baik patok-patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda


BM dan nomor urut.

▪ Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-pohon disekitar


patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

▪ Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya
pengukuran.

▪ Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak disumbu


jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

3.5.2. Survei Hidrologi

Lingkup Pekerjaan

Lingkup Pekerjaan Survey Hidrologi untuk perencanaan jalan terdiri dari


beberapa bagian pekerjaan yaitu :

▪ Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG).

▪ Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.

▪ Melakukan survey lapangan dan merekam hasilnya dalam catatan


menyangkut saluran samping, gorong-gorong dan jembatan.

▪ Saluran samping dicatat kondisi eksistingnya dan kondisi


pengembangan sesuai kebutuhan yang diakibatkan perubahan guna
lahan

▪ Gorong-gorong dicatat kondisi eksistingnya menyangkut diameter,


kondisi fungsi, kondisi terakhir aliran air.

▪ Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan


kondisi terakhir struktur atas dan struktur bawah, dilihat
kebutuhan penanganan pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 11
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam


perhitungan debit banjir rencana untuk menentukan ukuran
dimensi saluran, gorong-gorong dan aspek struktur serta jagaan
jembatan.

3.5.3. Penyelidikan Tanah

Pemboran Dan Pengambilan Sampel

Pemboran akan dikerjakan sampai kedalaman yang ditentukan atau


setelah didapat informasi yang cukup mengenai letak lapisan tanah keras,
jenis batuan dan tebalnya. Jika sebelum mencapai kedalaman yang
ditentukan telah ditemukan lapisan tanah keras/batu, pemboran akan
diteruskan menembus lapisan tanah tersebut sedalam kurang lebih 3 meter,
tergantung jenis batuannya dan beban bangunan sub strukturnya.

Pada tiap lubang bor yang dikerjakan akan dilakukan pencatatan :


lokasi, elevasi permukaan pemboran, tanggal dimulainya pemboran, tanggal
selesai dan alat yang digunakan.

Bor Mesin

Boring akan dikerjakan dengan alat Bor yang digerakkan dengan mesin
yang mampu mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata bor akan
mempunyai diameter cukup besar sehingga undisturbed sample yang
diinginkan dapat diambil dengan baik, dengan diameter core 54,70 mm.

Untuk tanah clay, slit atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat, dapat
dipakai steelbit sebagai mata bor, bor intan (diamond bit) atau mata bor
tungsten sehingga juga dapat diambil undisturbed samplenya dari lapisan
tanah tersebut.

Pada setiap interval kedalaman 1,5 meter akan dilakukan Standard


Penetration Test (SPT) . Standard Penetration Test dilakukan sesuai ketentuan
sebagai berikut :

▪ Berat palu 63,50 kg

▪ Tinggi jatuh 75,00 cm

▪ Pengujian dilakukan hingga alat masuk 30 cm ke dalam tanah yang


jumlah pukulannya mencapai 50 kali/30 cm. Pelaksanaan dilakukan

(Laporan Pendahuluan) 3 - 12
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

N/15, N/15, N/15 nilai yang diperhitungkan adalah dua kali nilai
pengujian terakhir.

Pada setiap kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain,


maka rata-rata kedalaman diambil kurang lebih 3,0 meter) pada tanah lunak
akan diambil undisturbed sample untuk test di laboratorium guna
mendapatkan harga index dan engineering properties lapisan tanah.

Undisturbed sample akan diambil dengan cara sebagai berikut :

▪ Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan berbentuk
silinder dengan diameter rata-rata 7,0 cm, panjang minimal 50 cm)
dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman dimana undisturbed
sample akan diambil kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga
tabung tersebut dapat penuh terisi tanah.

▪ Tanah tersebut akan tetap berada dalam tabung sample tersebut


samapi saatnya untuk ditest di laboratorium.

▪ Tabung yang berisi contoh tanah tersebut akan segera ditutup dengan
paraffin setelah dikeluarkan dari dalam lubang bor.

Sebagai hasil boring, akan dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi
dengan lithologi (geological description) harga SPT, letak muka air tanah dan
sebagainya beserta letak kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan.

Penamaan dari masing-masing tanah akan dilakukan pada saat itu juga
sesuai dengan kedalaman maupun sifat-sifat tanah tersebut yang dapat dilihat
secara visual. Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk mudah
runtuh, maka persiapan untuk itu (casing) akan segera dilakukan. Pekerjaan
pengambilan tanah dimaksud digunakan untuk penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium. Penyelidikan tanah dengan membor lubang bor akan diatur
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan data maksimal pada tanah dasar
penampang sungai. Sebagai hasil penelitian lapangan yang memerlukan
pemboran, letak lubang bor, jumlah dan kedalamannya akan sesuai dengan
keperluannya.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 13
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Material Konstruksi pada lokasi Quarry

Penyelidikan lapangan yang dilakukan pada daerah lokasi Quarry,


bertujuan untuk mengetahui lebih jelas mengenai jenis, sifat dan ketebalan
lapisan tanah yang dapat digunakan sebagai material timbunan. Ketentuan
pelaksanaan pekerjaan test pits adalah sebagai berikut :

• Ukuran test pits adalah 1,00 – 1,50 m2 dengan kedalaman maksimum


3,00 meter.

• Penamaan dan deskripsi masing-masing jenis tanah, warna dan


tebalnya sesuai dengan kedalamannya dilakukan pada pelaksanaan
pekerjaan test pits.

• Dilakukan pengambilan contoh tanah terganggu (Disturbed Sample).

Pada setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai sumber


quarry, perlu dianalisa dan diplot pada peta Geologi. Hal yang perlu
diperhatikan adalah:

• Jenis Quarry

• Perkiraan volume yang dapat di eksploitasi

• Lokasi/jarak dari rencana pekerjaan

• Kesulitan – kesulitan yang mungkin timbul dalam eksploitasi

• Dan sebagainya

Untuk bahan berbutir kasar akan dilakukan pengambilan contoh sirtu di


daerah-daerah penggalian atau penambangan batu yang ada di sekitar proyek
yang kemudian dianalisa di laboratorium.

Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan lebih lanjut di


laboratorium. Sesuai dengan tujuan dan kegunaannya pengambilan contoh
tanah dibagi menjadi 2 (dua) kelompok sebagai berikut :

1. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (“Undisturbed Sample”).

Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan pada pemboran inti


dan dengan menggunakan tabung contoh (“tube sample”) yang dibuat dari
baja tipis berbentuk silinder dengan diameter rata-rata 7,00 cm, panjang
minimal 50 cm.
(Laporan Pendahuluan) 3 - 14
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2. Pengambilan contoh tanah terganggu (“Disturbed Sample”)

Pengambilan contoh tanah terganggu (“Disturbed Sample”) dilakukan


pada setiap test pits dengan volume/berat  30 kg/contoh tanah ini
ditempatkan pada karung plastik yang cukup kuat, diberi label yang
mencantumkan No. Test pits, lokasi, kedalaman, tanggal pengambilan contoh
tanah dan jenisnya.

Pengujian Laboratorium

Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah adalah untuk


menentukan Index dan Engineering Properties tanah, yaitu sebagai berikut :

1. Besaran Index dimaksudkan untuk menentukan klasifikasi, konsistensi


dan density tanah. Pengujian index meliputi :

▪ Kadar air

▪ Unit Weight

▪ Specific gravity

▪ Atterberg limits

▪ Grain size analysis

2. Besaran Engineering Tanah, dimana pengujian ini meliputi :

▪ Triaxial compression test unconsolidated undrained (uu)

▪ Triaxial compression test consolidated undrained (cu)

▪ Consolidation test

3.6. ANALISA DATA

3.6.1. Pengukuran dan Pemetaan Topografi

Analisis data lapangan (perhitungan sementara) akan segera dilakukan


selama Team Survei masih berada di lapangan, sehingga apabila terjadi
kesalahan dapat segera dilakukan pengukuran ulang. Setelah data hasil
perhitungan sementara memenuhi persyaratan toleransi yang ditetapkan
dalam Spesifikasi teknis selanjutnya akan dilakukan perhitungan data
defenitif kerangka dasar pemetaan dengan menggunakan metode perataan
kuadrat terkecil.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 15
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Perhitungan Poligon

Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan


dalam spesifikasi teknis adalah koreksi sudut antara dua kontrol azimuth =
20". Koreksi setiap titik poligon maksimum 10" atau salah penutup sudut
maksimum 30"  n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.
Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000. Berdasarkan kriteria toleransi
diatas, proses analisis perhitungan sementara poligon akan dilakukan
menggunakan metode Bowdith dengan prosedur sebagai berikut:

Salah penutup sudut:


n
fs = 
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n

n
fs = 
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n

Salah penutup koordinat:


n
fd = 
i=1
d1 - < - 1 : 2000

Dalam hal ini:


n n
fd = 
i=1
(d 1 . sin i ) 2 + 
i=1
(d 1 . Cos i ) 2

= + S i − 180 0

dimana : S : sudut ukuran poligon

d : jarak ukuran poligon


i : nomor titik poligon ( i = 1,2,3, ..... n )

Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran poligon kerangka


kontrol horizontal akan dilakukan dengan metode perataan kuadrat terkecil
parameter. Prinsip dasar perataan cara parameter adalah setiap data ukur
poligon (sudut dan jarak) disusun sebagai fungsi dari parameter koordinat
yang akan dicari. Formula perataan poligon cara parameter dalam bentuk
matriks adala sebagai berikut :

(Laporan Pendahuluan) 3 - 16
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

V = AX-L

X = [ AT .P.A ]-1 . [ AT .P.L ]

X = X° + X

Dimana : V : matrik koreksi pengukuran

A : matrik koefisien pengukuran

X : matrik koreksi parameter

L : matrik residu persamaan pengukuran

X° : matrik harga pendekatan parameter koordinat

X : matrik harga koordinat defeinitif

P : matrik harga bobot pengukuran

Perhitungan Waterpass

Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi


teknis yakni tiap seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm
 D (D = panjang seksi dalam km). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat
diformulasikan cara analisis data ukur waterpass pada setiap kring sebagai
berikut :
n
fh = h i < 10 mm D
i =1

dimana : fh : salah penutup beda tinggi tiap kring waterpass

n : beda tinggi ukuran

i : nomor slag pengukuran waterpass ( i = 1,2,3....n )

Setelah dianalisis keseluruhan data waterpass kerangka kontrol vertikal


memenuhi persyaratan toleransi akan dilakukan proses perhitungan definitif
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil seperti pada poligon.

Perhitungan Azimuth Matahari

Formula perhitungan Azimuth arah dengan metode pengamatan


tinggi matahari adalah sebagai berikut :
sin  − sinh* sin 
sin A =
cosh* cos 

(Laporan Pendahuluan) 3 - 17
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

 = A S
dimana : A : azimut matahari

 : azimut ke target

S : sudut horizontal antara matahari dan target

 : deklinasi

h : tinggi matahari

 : lintang tempat pengamatan.

Apabila hasil perhitungan data pengamatan matahari tersebut tidak


memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis, maka akan
dilakukan pengamatan ulang. Perhitungan dan Penggambaran topografi secara
garis besar mengikuti kaidah-kaidahnya antara lain :

1. Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat


yang dipergunakan.

2. Penggambaran titik-titik poligon akan didasarkan pada hasil


perhitungan koordinat. Penggambaran titik-titik poligon tersebut tidak
boleh secara grafis.

3. Gambar ukur yang berupa gambar situasi akan digambar pada kertas
milimeter dengan skala 1: 1.000 dan interval kontur 1 m.

4. Ketinggian titik detail akan tercantum dalam gambar ukur begitu pula
semua keterangan-keterangan yang penting.

Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru akan dimasukkan dalam
gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu juga
dicantumkan.

3.6.2. Analisa Hidrologi

Tahapan analisis data hidrologi secara garis besar dapat dikelompokkan


dalam beberapa golongan meliputi :

Analisis Data Curah Hujan

Analisis data curah hujan dimaksudkan untuk memperoleh debit banjir


rancangan dan debit andalan. Data curah hujan yang mewakili adalah data-

(Laporan Pendahuluan) 3 - 18
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

data dari stasiun terdekat dengan lokasi. Analisis dilakukan pada data curah
hujan 1 harian, 2 harian, 3 harian, setengah bulanan dan bulanan selama
tahun pencatatan pada masing-masing stasiun curah hujan sesuai dengan
kriteria perencanaan yang dibutuhkan.

Urutan pengolahan data curah hujan dapat dilihat berikut ini :

1. Mengisi Data Hujan yang Kosong

Pemilihan metode berdasarkan karakteristik data yang tersedia. Berikut


ini disajikan 2 (dua) metode yang dapat dipakai untuk pengisian data hujan
yang kosong.

a. Metode Ratio Normal

Metode Ratio Normal dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

r = 1/3 {R/RA . rA + R/RB . rB + R/RC . rC}

dimana : R : Curah hujan rata-rata setahun di


tempat pengamatan R yang datanya
akan dilengkapi

rA, rB, rC : Curah hujan di tempat pengamatan


RA, RB, RC

RA, RB, RC : Curah hujan rata-rata setahun


pada stasiun A, stasiun B, stasiun C

b. Metode Inversed Square Distance

Untuk mengisi data curah hujan yang hilang dapat dilakukan


dengan memperbandingkan terhadap data curah hujan yang dicatat
pada stasiun curah hujan terdekat. Pengisian data dengan metode ini
dihitung dengan telah memperban-dingkan jarak antara stasiun
curah hujan yang diisi terhadap stasiun curah hujan yang
berdekatan. Data hujan dipilih dari stasiun-stasiun yang mewakili
areal dominan sehingga data yang dihasilkan dapat digunakan untuk
kebutuhan perencanaan.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 19
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2. Pengujian Data Curah Hujan

Data hasil perbaikan tersebut, tidak dapat langsung dipakai untuk


kebutuhan perencanaan. Data tersebut perlu dilakukan pengujian dalam
kelangsungan pencatatannya. Parameter yang biasa digunakan untuk
menganalisis adalah reabilitas data dan konsistensi data. Di dalam suatu
deret data pengamatan hujan bisa terdapat non homogenitas dan
ketidaksesuaian (inconsistency) yang dapat menyebabkan penyimpangan pada
hasil perhitungan. Non homogenitas bisa disebabkan oleh berbagai faktor
seperti: perubahan mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya
pembangunan gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan, gempa bumi
dan lain-lain, pemindahan alat ukur, perubahan cara pengukuran (misalnya
berhubung dengan adanya alat baru atau metode baru) dan lain-lain.
Konsistensi data curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat diselidiki
dengan Teknik Garis Massa Ganda (Double Mass Curve Technique). Caranya
dengan membuat kurva hubungan antara kumulatif hujan tahunan masing-
masing stasiun dengan kumulatif hujan tahunan rata-rata. Data yang
menunjukkan hubungan garis lurus dan tidak terjadi penyimpangan
menunjukkan curah hujan konsisten dan tidak perlu dikoreksi.

3. Distribusi Curah Hujan Pada DAS

Untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi hujan di seluruh


Daerah Aliran Sungai, maka dipilih beberapa stasiun yang tersebar di seluruh
DAS. Stasiun terpilih adalah stasiun yang berada dalam cakupan areal DAS
dan memiliki data pengukuran iklim secara lengkap. Metode yang dapat
dipakai untuk menentukan curah hujan rata-rata adalah metode Thiessen dan
Arithmetik. Untuk keperluan pengolahan data curah hujan menjadi data debit
diperlukan data Curah Hujan Bulanan, sedangkan untuk mendapatkan Debit
Banjir Rancangan diperlukan analisis data dari curah hujan Harian
Maksimum.

a. Metode Thiessen

Pada metode Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat

(Laporan Pendahuluan) 3 - 20
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

itu. Metode perhitungan dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian
tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu wilayah poligon tertutup An.
Perbandingan luas poligon untuk setiap stasiun yang besarnya An/A.

b. Metode Arithmetik

Pada metode aritmetik dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat
itu dengan merata-rata langsung stasiun penakar hujan yang digunakan.

c. Metode Ishoyet

Menggunakan peta Ishoyet, yaitu peta dengan garis-garis yang


menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang mana. Besar curah
hujan hujan rata-rata bagi daerah seluruhnya didapat dengan mengalikan CH
rata-rata diantara kontur-kontur dengan luas darah antara kedua kontur,
dijumlahkan dan kemudian dibagi luas seluruh daerah. CH rata-rata di antara
kontur biasanya diambil setengah harga dari kontur.

Analisis Frekuensi Data Debit

Analisis data curah hujan dapat dilakukan pada data curah hujan
ataupun data debit sesuai dengan kebutuhan perencanaan. Metode yang akan
dipakai untuk analisis frekuensi adalah Metode Gumbell dan Metode Log
Pearson Type III.

Masing-masing metode memiliki syarat keandalan dan ketepatan


pemakaiannya. Pemilihan metode berdasarkan karakteristik data yang ada,
yang diperlihatkan dengan besaran statistik cv (koefisien variasi), ck (Koefisien
kurtosis) dan cs (koefisien asimetri). Di bawah ini diuraikan dua buah rumus
yang sering dipakai dalam perhitungan yaitu metode E.J. Gumbell dan Log
Pearson III dengan rumus sebagai berikut :

1. Distribusi Gumbel

Sifat sebaran dari distribusi ini adalah :

a. Cs = 1,4

Ck = 5,4

(Laporan Pendahuluan) 3 - 21
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari


data hujan mendekati nilai tersebut, maka sebaran Gumbel
dapat digunakan.

Rumus : Xtr = Xt ± K.Sx

Dimana :Xtr : Besarnya Curah hujan untuk periode


ulang Tr tahun

Xt : Curah hujan rata-rata selama tahun


pengamatan

Sx : Standard deviasi

K : Faktor frekuensi Gumbell

Ytr : -ln (-ln(1-1/tr))

Sn dan Yn adalah fungsi dari banyaknya sample.

2. Metode Log Pearson Type III

Sifat dari distribusi ini adalah :

a. Cs = O

Ck = 4 - 6

Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari


data hujan mendekati nilai tersebut, maka sebaran log
Pearson type III dapat digunakan. Distribusi frekuensi Log
Pearson Type III dihitung dengan menggunakan rumus :
LogQ = log X + G.s1

Dimana :log X = logaritma rata-rata sample.

s1 = standar deviasi

G = koefisien yang besarnya tergantung dari


koefisien kepencengan (Cs).

Dengan semakin berkembangnya pemakaian software maka selain


dengan cara perhitungan manual seperti di atas saat ini telah dikembangkan
program Flow Freq untuk kepentingan analisis frekuensi. Input data berupa
data curah hujan atau data debit sepanjang tahun pengamatan yang tersedia
dan output berupa grafik analisis frekuensi dengan metode-metode seperti

(Laporan Pendahuluan) 3 - 22
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

yang telah disebutkan di muka. Metode terpilih berdasarkan simpangan


terkecil yang dihasilkan oleh salah satu metode tersebut. Selanjutnya
besarnya debit atau curah hujan rancangan yang dikehendaki dapat ditarik
dari garis yang terbentuk dalam grafik hubungan probabilitas, kala ulang
dan debit/curah hujan tersebut.

Analisis Debit Banjir Rancangan

Analisis debit banjir rancangan dimaksudkan untuk mengetahui besar


banjir rancangan dan hidrograf banjir rancangan yang akan digunakan
sebagai dasar perencanaan tinggi jembatan dari muka air banjir di sungai.
Perhitungan debit banjir rancangan dapat dilakukan dengan analisa frekuensi
dari data-data debit banjir maksimum tahunan yang terjadi, dalam hal ini data
yang tersedia sebaiknya tidak kurang dari 10 tahun terakhir berturut-turut.
Jika data debit banjir maksimum tahunan yang terjadi selama 10 tahun
terakhir berturut-turut tidak tersedia, maka debit banjir rancangan dapat
diperkirakan dari data-data curah hujan harian maksimum tahunan yang
terjadi di stasiun-stasiun yang ada di daerah pengaliran sungai. Metode ini
dikenal dengan “analisa curah hujan - limpasan” dengan mempergunakan
rumus-rumus empiris dan hidrograf satuan sintetis. Data-data yang
diperlukan untuk menghitung debit banjir rancangan adalah data curah hujan
rancangan dan data karakteristik DPS (Daerah Pengaliran Sungai). Dalam
perencanaan ini metode-metode yang dapat dipergunakan yaitu antara lain:

1. Metode Rasional oleh Haspers


Metode perkiraan debit banjir secara empiris seperti Haspers,
Weduwen mempunyai rumus dasar sebagai berikut:

Q = ..q.A

Dimana :Q = debit maksimum (m3/det)

 = koefisien pengaliran

 = koefisien reduksi

q = curah hujan maksimum


(m3/det/km2)

A = luas daerah pengaliran (km2)

(Laporan Pendahuluan) 3 - 23
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

1 + 0,012. A0, 7
 =
1 + 0,075. A0, 7

t + 3,7.10 −0, 4.t A3 / 4


1/ = 1+ .
t 2 + 15 12
t = 0,1 . L0,8 . (H/L)-0,3 jam

Jika t < 2 jam,


t.R24−max
R =
t + 1 − 0,0008.(260 − R24−max ).(2 − t ) 2

Jika 2 jam < t < 19 jam,


t.R24−max
R =
t +1

Jika 19 jam < t < 30 hari,

R = 0,707 . R24-max .  ( t + 1 )

q = R / ( 3,6 . t ) (m3/det/km2)

Q = ..q.A (m3/det)

2. Metode Rasional oleh Weduwen

Metode ini sesuai untuk sungai dengan luas daerah pengaliran


kurang dari 100 km2. Persamaannya adalah:

Q = C..R.A

dimana : Q = debit banjir rancangan (m3/det)


f +1
120 + .A
 = t +9
120 + A
t = waktu konsentrasi
0,476. A0,375
t =
2Q 0,125 .S 0, 25
1 − 4,1
C =
 .R + 7

S = kemiringan sungai rata-rata

A = luas daerah pengaliran (km2)

(Laporan Pendahuluan) 3 - 24
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

3.6.3. Analisa Mekanika Tanah

Analisis dan evaluasi data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan
sumber material dibagi dalam dua tahapan yaitu:

Analisa Laboratorium

Analisis Laboratorium Mekanika Tanah dipakai untuk mengetahui sifat-


sifat teknis tanah, khususnya tanah lunak. Evaluasi hasil penyelidikan
lapangan dan analisis laboratorium selanjutnya digunakan untuk
mengetahui penyebaran dan sifat-sifat teknis tanah. Berdasarkan hal
tersebut dapat ditentukan parameter desain untuk perhitungan daya dukung
pondasi dan kestabilan abutment jembatan. Semua penyelidikan di
laboratorium dilakukan menurut prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi
yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

▪ Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed Sample)

Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak terganggu yang diambil dari


pemboran meliputi :

1. berat jenis tanah (specific gravity)

2. berat volume tanah (volume unit weight)

3. Uji konsistensi (atterberg limits)

4. gradasi butiran (grain size analysis).

▪ Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)

Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang


uji meliputi :

1. berat jenis tanah (specific gravity)

2. Uji konsistensi (atterberg limits)

3. gradasi butiran (grain size analysis).

Dalam hubungannya dengan perencanaan jembatan perlu dilakukan uji


permeabilitas. Penyelidikan sifat mekanis tanah dalam hubungannya dengan
perencanaan jembatan :

(Laporan Pendahuluan) 3 - 25
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

a. Percobaan pemadatan (Compaction test)

b. Uji konsolidasi (Consolidation test)

c. Uji gaya geser langsung ( Direct shear test ).

Prosedure Test laboratorium dilaksanakan berdasarkan tahapan seperti


tersebut di bawah ini :

▪ Specific Gravity (Gs)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis tanah atau


batuan. Untuk sample yang lolos ayak No.4 (4,75 mm) specific
gravity dilakukan dengan menggunakan picnometer dan
perlengkapan sesuai dengan standar ASTM-D.854, test method
for specific gravity of soil. Sedangkan untuk yang berukuran
lebih besar dari 4,75 mm dilakukan bulk specific gravity test
and absorption sesuai dengan standar ASTM-C.127, test for
specific gravity and absorption of moisture content of soil.

▪ Unit Weight

Untuk memperoleh nilai isi berat tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.
Nilai berat isi tanah dapat diperoleh dari perbandingan :
Berat tanah asli
n=
Volume tanah asli

▪ Ruang Pori Total

Ruang pori total dinyatakan dengan e (angka pori) yaitu


perbandingan antara volume rongga dengan volume partikel
tanah. Besarnya angka pori total, e dapat dihitung sebagai
berikut :
G s (1 + w)
n= *w
1+ e
dimana : n : unit weight (berat isi tanah asli)

Gs : berat jenis tanah

w : berat isi air

(Laporan Pendahuluan) 3 - 26
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

e : angka pori total

▪ Ruang Pori Kapiler

Ruang pori kapiler dapat dinyatakan sebagai derajat


kejenuhan, Sr dan dapat dihitung sebagai berikut:
G s * w = Sr * e

Dimana: Gs : berat jenis tanah

w : kadar air

Sr : derajat kejenuhan

e : angka pori (ruang pori total)

▪ Atterberg Limits (Consistency)

Pada cohessive soil, kadar air merupakan faktor terpenting


sebab perubahan kadar air dapat menyebabkan perubahan
sifat- sifat fisik tanah. Kadar air yang sama pada tanah yang
berbeda dapat memberikan sifat fisik yang berlainan.
Sehubungan dengan hal itu Atterberg menetapkan batas-batas
dari keadaan suatu tanah. Batas tersebut dikenal sebagai :

• Batas cair / liquid limit

• Batas plastis / plastic limit

• Batas susut / shrinkage limit

Dengan mengetahui batas-batas Atterberg, kita dapat


menentukan konsistensi tanah. Batas cair (We) ditentukan
dengan percobaan mengggunakan alat cassagrande dan ASTM
grooving tool dan prosedur tes sesuai dengan ASTM-D.423, test
for liquid limit of soil. Setelah batas cair dan batas plastis
diperoleh, dapat dihitung plasticity index (PI). Batas susut (Ws)
diperlukan untuk mengetahui pada kadar air berapa volume
tanah tidak berubah (tetap). Test dilakukan sesuai dengan
standar ASTM-D.427, test for shrinkage factor of soil.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 27
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Grain Size Analysis

Untuk mengetahui distribusi ukuran butir-butir tanah dan


klasifikasi tanah dilakukan analisa ayak dan analisa
hidrometer. Analisa ayak dilakukan untuk butir-butir yang
berukuran lebih besar dari 0,75 mm (ayak No.200) dengan
ASTM standard sieve. Analisa hidrometer dilakukan untuk
butir-butir yang berukuran lebih kecil dari 0,75 mm dengan
menggunakan ASTM soil hydrometer 152.H prosedur tes sesuai
dengan ASTM- D.422, method for particle size analysis of soil.
Hasil uji akan disampaikan dalam bentuk grafik antara
diameter butir dalam milimeter (ukuran bukaan ayakan)
dengan presentase yang lebih kecil (percent retained).

▪ Permeability Test

Tingkat permeabilitas / rembesan suatu bahan umumnya


ditunjukkan dengan suatu koefisien yang dikenal sebagai
koefisien rembesan atau koefisien filtrasi (cm/detik). Koefisien
rembesan dapat diperoleh di laboratorium dengan permeability
test baik terhadap contoh tidak terganggu (asli) maupun
terhadap contoh yang dipadatkan. Pada pekerjaan ini akan
dilakukan permeability test terhadap contoh tanah asli
(undisturbed) untuk mengetahui koefisien rembesan dari
lapisan pondasi. Koefisien ini dibutuhkan untuk menghitung
besarnya hydraulic gradient sehingga dapat ditetapkan perlu
tidaknya dipasang suatu sistem drainage atau dinding muka
atau cut off dan sebagainya serta dimensi dari sistem-sistem
tersebut. Disamping itu juga akan dilakukan permeability test
terhadap contoh tanah yang dipadatkan pada keadaan
optimum untuk mengetahui koefisien rembesan dari bahan
timbunan sehingga dapat diketahui apakah bahan timbunan
tergolong lolos air atau kedap air. Uji untuk contoh tanah
berbutir kasar dilakukan dengan constant head method sesuai
dengan ASTM-D.2434, test for permeabilty of granular soils.
Sedangkan untuk contoh tanah berbutir halus percobaan
dilakukan dengan falling head method tanpa tekanan atau
dengan tekanan.
(Laporan Pendahuluan) 3 - 28
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Consolidation Test

Proses konsolidasi akan terjadi pada suatu lapisan tanah


apabila lapisan tersebut mengalami penambahan beban. Pada
saat itu air dari dalam pori akan mengalir dan volume tanah
berkurang. Besar dan kecepatan perubahan volume ini dapat
diperoleh melalui percobaan konsolidasi. Sehubungan dengan
pekerjaan ini, akan dilakukan one dimensional consolidation
test‘ yang dapat digunakan dalam memperhitungkan besar dan
kecepatan penurunan (settlement) yang mungkin terjadi baik
penurunan pada lapisan pondasi maupun penurunan tubuh
bangunan itu sendiri seperti contohnya pada penurunan
abutment. Prosedur tes dilaksanakan sesuai dengan ASTM-
D.1435 test for one dimensional consolidation properties of soils
dengan penambahan beban sebagai berikut: 0,25; 0,50; 1, 2, 4,
8 dan 16 kg/cm² dan penurunan 4, 1, 0,25 dan 0,10 kg/cm².
Pada percobaan ini akan digunakan oedometer front loading
type dengan diameter contoh 60 mm. Dari percobaan ini
diperoleh harga compression index Cc dan coeficient of
consolidation Cv (cm²/detik).

▪ Triaxial Test

Kekuatan geser tanah ditunjukkan dengan parameter-


parameter kekuatan tanah yang dikenal sebagai kohesi C
(kg/cm²) dan sudut geser  (°). Parameter-parameter ini
dibutuhkan untuk menghitung daya dukung tanah (bearing
capacity) dari pondasi jembatan. Untuk keperluan ini
parameter-parameter kekuatan tanah (C dan ) akan diambil
dari undisturbed sample. Parameter-parameter ini dibutuhkan
pula untuk perhitungan stabilitas lereng (slope stability) dari
tubuh abutment. Dalam hal tubuh Abutment terdiri dari bahan
timbunan, maka C dan  akan diambil dari disturbed sample
yang dipadatkan pada kepadatan maksimum. Triaxial test
merupakan salah satu cara/uji yang dilakukan di laboratorium
untuk mendapatkan harga parameter-parameter C dan 
tersebut. Pada percobaan trixial ini akan dilakukan pengukuran
tekanan air pori sehingga diperoleh tegangan-tegangan efektif
(Laporan Pendahuluan) 3 - 29
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

dan parameter-parameter kekuatan tanah efektif (C dan ).


Percobaan triaxial ini akan dilaksanakan pada dua keadaan
yaitu: CU full saturation (unconsolidated undrained). CU test
digunakan dalam perhitungan long term (jangka panjang) dan
UU digunakan dalam perhitungan short term (jangka pendek).
Untuk memperoleh keadaan sample yang benar-benar jenuh
100 % (full saturation) akan digunakan back pressure. Dengan
penggunaan back pressure ini diharapkan contoh mencapai
100 % jenuh dalam waktu yang relatif lebih singkat. Test
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh
A.W. Bishop & D.J. Henkel dalam bukunya The Measurement of
soil Properties in the Triaxial Test. Alat yang digunakan adalah
Triaxial Cell dengan diameter sample 50 mm, manual pore
water pressure with twin volume change dan high pressure
system (with mercury) dengan tekanan maksimum 10 kg/cm²)
Hasil percobaan akan disampaikan berupa grafik-grafik :

• Strain vs deviator stress

• Strain vs pore pressure

• Lingkaran Mohr (total dan efektif).

▪ Compaction Test

Untuk mengetahui kepadatan maksimum tanah yang akan


digunakan sebagai bahan timbunan, perlu dilakukan
percobaan kompaksi di laboratorium. Hasil dari percobaan
laboratorium adalah harga kadar air yang dapat memberikan
kepadatan kering maksimum. Kadar air pada keadaan ini
dikenal sebagi optimum moisture content (OMC). Nilai-nilai ini
yang akan dijadikan standar pada pemadatan dilapangan.
Percobaan di laboratorium dilaksanakan sesuai dengan standar
ASTM-D.689, test for moisture desinty relations of soil using 5,5,
lb (2,5 Kg) hammer and 12 in (304,8 mm) drop. Mold yang akan
digunakan berukuran diameter 4,0 in (101,6 mm). Hasil uji
disampaikan berupa grafik hubungan antara :

• Kadar air vs kepadatan kering maksimum

(Laporan Pendahuluan) 3 - 30
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

• Kadar air vs kepadatan maksimum

• kadar air vs porositas

Juga diberikan grafik Zero Air Void (Z.A.V. curve).

▪ Uji Gaya Geser langsung (Direct Shear Test)

Salah satu percobaan untuk menentukan nilai kekuatan geser


tanah adalah dengan melakukan percobaan geseran langsung.
Dengan merubah-rubah tegangan axial pada beberapa contoh
tanah (minimal 4 macam pembebanan dengan setiap bahan
pada satu contoh tanah), maka akan diperoleh tegangan
gesernya. Kecepatan perubahan pergeseran contoh tanah pada
arah horisontal, disesuaikan dengan keadaan jenis tanahnya.
Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu
yang akan dicapai sehingga contoh tanah akan longsor. Dengan
diperolehnya garis yang memberikan hubungan antara
tegangan geser dan tegangan axial, maka nilai kohesi dan
sudut gesernya dapat dihitung. Prosedur tes mengikuti : ASTM-
D.3080/72.

Analisa Pondasi

Untuk perhitungan daya dukung pondasi digunakan perhitungan yang


masing-masing berdasarkan referensi analisis pondasi dari Meyerhof dan
Schemertmann. Untuk fondasi dalam digunakan pondasi bored pile dengan
diameter 40 cm hingga 100 cm.
▪ Perhitungan Daya Dukung Berdasarkan Data Sondir

P.ult = Pb + Ps

P.ult = Ab.(qcb + qca)/2 + Cs.Df. tf.

P.all = P.ult/FS

Dimana :

P.ult = Daya dukung ultimit (ton)

P.all = Daya dukung yang diijinkan (ton)

Ab = Luas penampang tiang ( m2 )


(Laporan Pendahuluan) 3 - 31
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Cs = Keliling penampang tiang ( m )

qcb = Nilai qc rata-rata pada zona 4D di bawah ujung


tiang (t/m2)

qca = Nilai qc rata-rata pada zona 8D di atas ujung tiang


(t/m2)

D = Diameter tiang (m)

Df = Kedalaman tiang pancang (m)

tf = Total friction hingga kedalaman pemancangan


(t/m2)

Fs = Faktor keamanan

▪ Perhitungan Daya Dukung Berdasarkan Data SPT


Pult = Pb + Ps
Ab.4.( Na + Nb) Cs.Df .Ns
Pult = + untuk Clay Layer
2 2
Ab.8.( Na + Nb) Cs.Df .Ns
Pult = + untuk Sand Layer
2 2

Dimana :

P.all = P.ult/FS

P.ult = Daya dukung ultimit (ton)

P.all = Daya dukung yang diijinkan (ton)

FS = Faktor Keamanan

Ab = Luas Penampang Tiang

Cs = Circumference of Pile Shaft

Df = Kedalaman Pondasi Tiang

Nb = Average SPT in the zone of approx 4D below pile tip

Na = Average SPT in the zone of approx 8D below pile tip

Ns = Average SPT in the zone of pile shaft

(Laporan Pendahuluan) 3 - 32
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

3.7. PERENCANAAN TEKNIS

3.7.1. Perencanaan Geometrik Jalan

Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus


dihindari dari pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian
atau timbunan yang berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah apabila dikemudian hari akan dilakukan perubahan alinemen
horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit dan dengan biaya yang murah.

▪ Jari-Jari Lengkung Minimum

Jari-jari lengkung minimum akan ditentukan berdasarkan


kemiringan tikungan maksimum dan koefisien gesekan
melintang maksimum dengan rumus sebagai berikut:

R=
(V )
2

127(f + i )

dimana : R : jari-jari minimum, m

V : kecepatan rencana, km/jam

f : koefisien gesekan samping

i : superelevasi, %

Jari-jari minimum untuk kecepatan rencana yang


bersangkutan yang ditunjukkan dalam tabel 2.1. ditentukan
dengan nilai f yang direkomendasikan berkisar antara 0,14
sampai dengan 0,17.

Harus diingat bahwa jari-jari tersebut di atas bukanlah


bukanlah harga jari-jari yang diinginkan tetapi merupakan nilai
kritis untuk kenyamanan mengemudi dan keselamatan. Dan
perlu diperhatikan bila suatu tikungan yang tajam harus
diusahakan untuk jalan yang lurus dan diadakan perubahan
bertahap.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 33
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Vr 120 100 80 60 50 40 30
(km/jam)
Rmin (m) 600 370 210 110 80 50 30

Tabel 3.1. R minimum Untuk Setiap Kecepatan Rencana

▪ Panjang Jari-Jari Minimum

Untuk menjamin kelancaran mengemudi, tikungan harus


cukup panjang sehingga diperlukan waktu 6 detik atau lebih
untuk melintasinya. Untuk menghitung panjang jari-jari
lengkung minimum digunakan rumus sebagai berikut :
L= t*v
dimana : L : panjang jari-jari, m

t : waktu tempuh, detik = 6 dtk.

v : kecepatan rencana, m/dtk

▪ Pelebaran pada Tikungan

Jalan kendaraan pada tikungan perlu diperlebar untuk


menyesuaikan dengan lintasan lengkung yang ditempuh
kendaraan. Nilai pelebaran yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.
didasarkan atas pengelompokan jalan raya. Di sini kendaraan
rencana adalah semitrailer untuk Kelas 1 dan truk unit tunggal
untuk Kelas 2, Kelas 3 dan Kelas 4.
Pelebaran
Jari-jari Lengkungan R (m)
per lajur
Kelas 1, 2, 3
Kelas 1 (m)
160 >  90 0.25
280 >  150
90 >  60 0.50
150 >  100
60 >  45 0.75
100 >  70 1.00
45 >  32
70 >  50 1.25
32 >  26
26 >  21 1.50
21 >  19 1.75
2.00
19 >  16
2.25
16 >  15

Tabel 3.2. Pelebaran Jari – Jari

(Laporan Pendahuluan) 3 - 34
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Kemiringan Melintang

Untuk drainase permukaan, jalan dengan alinemen lurus


membutuhkan kemiringan melintang yang normal 2 % untuk
aspal beton atau perkerasan beton dan 3,0 – 5,0 % untuk
perkerasan macadam atau jenis perkerasan lainnya dan jalan
batu kerikil.

▪ Superelevasi

Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser ke


samping dan menjadikan pengemudi pada tikungan lebih
nyaman. Tetapi, batas praktis berlaku untuk itu. Ketika
bergerak perlahan mengintari suatu tikungan dengan
superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatiff ke samping dan
kendaraan dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika
pengemudi mengemudikannya ke sebelah atas lereng atau
berlawanan dengan arah lengkung mendatar. Nilai pendekatan
untuk tingkat superelevasi maksimum adalah 10 %.

▪ Pencapaian Kemiringan

Ada 2 metode untuk pencapaian kemiringan (gambar 2.1.).


Umumnya, (a-1) atau (b-1) lebih disukai daripada (a-2) atau (b-
2). Pencapaian kemiringan harus dipasang, di dalam lengkung
peralihan. Bilamana tidak dipasang lengkung peralihan,
pencapaian kemiringan harus dipasang sebelum dan sesudah
lengkung tersebut.

Gambar 3.2. Pencapaian Kemiringan

(Laporan Pendahuluan) 3 - 35
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, di ujung dan


di titik balik pada lengkungan untuk menjamin perubahan
yang tidak mendadak jari-jari lengkung, superelevasi dan
pelebaran tikungan. Lengkung peralihan juga membantu
penampilan alinemen. Lengkung clothoide umumnya dipakai
untuk lengkung peralihan. Guna menjamin kelancaran
mengemudi, panjang lengkung peralihan yang ditunjukkan
pada tabel dibawah adalah setara dengan waktu tempuh 3
detik, panjang lengkung peralihan ini dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
L = v*t
= (v/3,6) * t

dimana : L : panjang minimum lengkung peralihan, m

v : kecapatan rencana, km/jam

t : waktu tempuh 3,0 detik

▪ Tikungan Gabungan dan Tikungan Balik

Tikungan gabungan adalah gabungan tikungan dengan


putaran yang sama dengan jari-jari yang berlainan yang
bersambungan langsung (lihat gambar dibawah). Sedangkan
tikungan balik adalah gabungan tikungan dengan putaran
yang berbeda dan bersambung langsung

R1
R1 R2 R1

R3

R1 R2 R2

Gambar Gambar
TIKUNGANGABUNGAN TIKUNGANBALIK

Gambar 3.3. Tikungan Gabungan dan Tikungan Balik

Dalam hal perbedaan jari-jari pada lengkung yang


berdampingan tidak melampaui 1:1,5 maka lengkung bisa

(Laporan Pendahuluan) 3 - 36
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

dihubungkan langsung hingga membentuk lengkung seperti


gambat di atas. Keadaan ini tidak dikehendaki, karena
pengemudi mungkin mendapat kesulitan, paling tidak akan
mengurangi kenyamanan dalam mengemudi. Pada prinsipnya
lengkung peralihan harus dipasang titik balik (lihat gambar
dibawah ini). Suatu garis lurus yang dipasang pada titik balik
untuk pencapaian kemiringan dapat membantu lengkung
gabungan.

R2
R1 R3
R2 R1
R1
R1 R2
R4
Gambar Gambar
LENGKUNG PERALIHAN LENGKUNG PERALIHAN
yang di pasang pada yang di pasang pada
LENGKUNG GABUNGAN LENGKUNG BALIK

Gambar 3.4. Titik Sambung Tikungan Gabungan dan


Tikungan Balik

▪ Jarak Pandang Henti

Jarak pandang henti juga merupakan hal yang menonjol untuk


keamanan dan kenyamanan mengemudi, meskipun sebaiknya
panjangnya diambil lebih besar. Jarak pandang henti disetiap
titik sepanjang jalan raya sekurang-kurangnya harus
memenuhi jarak yang diperlukan oleh rata-rata pengemudi
atau kendaraan untuk berhenti.

Jarak pandang henti adalah jumlah dua jarak, jarak yang


dilintasi kendaraan sejak saat pengemudi melihat suatu benda
yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat rem diinjak
dan jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan
sejak saat penggunaan rem dimulai.

Untuk menghitung jarak pandang henti tersebut didekati


dengan rumus sebagai berikut:

(Laporan Pendahuluan) 3 - 37
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2
V 
 
 V  3,6 
D= *t +
 3,6  2*g*f

dimana : D : jarak pandang henti minimum, m

V : kecepatan rencana, km/jam

t : waktu tanggap 2,50 detik

g : kecepatan garvitasi = 9,80 m/det2

f : koefesien gesekan bujur = 0,3 sampai 0,4

E : ruang bebas samping (lihat gambar)

Alinyemen Vertikal

Alinyemen Vertikal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus


dihindari dari pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian
atau timbunan yang berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah apabila dikemudian hari akan dilakukan perubahan alinemen
horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit dan dengan biaya yang murah.

▪ Kelandaian

Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi


kelandaian 8 sampai 9% tanpa kehilangan kecepatan yang
berarti, tetapi pada kendaraan truk akan kelihatan dengan
nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum, kemampuan
menanjak sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi
hrus diperhitungkan.

Kelandaian maksimum mutlak ditetapkan 4 % lebih tinggi


daripada nilai maksimum standar.

Suatu batas untuk panjang kelandaian yang melebihi


maksimum standar, ditandai bahwa kecepatan sebuah truk
bermuatan penuh akan lebih rendah dari separuh kecepatan
rencana atau untuk jika persneling ‘rendah’ terpaksa harus
dipakai. Keadaan kritis demikian tidak boleh berlangsung
terlalu lama. Untuk menentukan panjang kritis pada suatu

(Laporan Pendahuluan) 3 - 38
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

kelandaian dapat digunakan tabel 2.3. Panjang Kritis Suatu


Kelandaian

▪ Lengkung Vertikal

Untuk menyerap guncangan dan jarak pandang henti,


lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang ada
perubahan kelandaiannya. Lengkung vertikal biasanya
diberikan sebagai lengkung parabola sederhana, yang
ukurannya ditentukan oleh panjangnya, tepatnya panjang
lengkung harus sama dengan panjang A-B-C, namun secara
praktis lengkung tersebut begitu datar sehingga panjang A-B-C
sama dengan jarak datar A-B (lihat gambar 2.5.).

KECEPATAN RENCANA, KM/JAM

80 60 40

5 %, 500 m 6 %, 500 m 8 % , 420 m

6 %, 500 m 7 %, 500 m 9 % , 340 m

7 %, 500 m 8 %, 420 m 10 %, 250 m

8 % , 500 m 9 %, 340 m 11 %, 250 m

Tabel 3.3. Panjang Kritis Suatu Kelandaian


Jarak Pandangan

C
A B
i1
i2

Panjang Lengkung Vertikal Cembung

i1
i2
Jarak Pandangan
A B
C

Panjang Lengkung Vertikal Cekung

Gambar 3.5. Panjang Lengkung Vertikal


(Laporan Pendahuluan) 3 - 39
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Rumus yang digunakan untuk menghitung Panjang Lengkung


Vertikal Cembung adalah sebagai berikut:
  
L vc = D 2 *  
 398 

dimana : Lvc : panjang lengkung vertikal cembung, m

D : jarak pandang henti, m


 : perbedaan aljabar untuk kelandaian, i1 - i2, %

Sedangkan rumus untuk menghitung Panjang Lengkung


Vertikal Cekung adalah sebagai berikut:
  
L vs = V 2 *  
 360 

dimana : Lvs : panjang lengkung vertikal cekung, m

V : laju kecepatan rencana, km/jam


 : perbedaan aljabar untuk kelandaian, i1 – i2, %

3.7.2. Perencanaan Perkerasan Baru

Desain sruktur perkerasan pada dasarnya ialah menentukan tebal lapis


perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkan
sedemikian sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan dan regangan-
regangan pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu-lintas, pada
batas-batas yang dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut.

Ada enam langkah utama yang harus diikuti dalam perencanaan


perkerasan jalan baru, yaitu :

1. Tetapkan kriteria perencanaan yang akan digunakan

2. Tetapkan / perkiraan jumlah lalu-lintas pada akhir umur rencana


berdasarkan beban sumbu standar yang akan melewati jalan
tersebut.

3. Hitung modulus resilen efektif tanah dasar, berdasarkan nilai CBR


yang didapat dari DCP test

(Laporan Pendahuluan) 3 - 40
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

4. Tentukan Structural Number Rencana berdasarkan grafik atau


perhitungan.

5. Tentukan Structural Number tiap – tiap lapisan berdasarkan modulus


resilen lapisan dibawahnya dengan menggunakan grafik atau
perhitungan.

6. Hitung tebal perkerasan tiap lapisan berdasarkan nilai koefisien


kekuatan relatif dan nilai structural number tiap lapisan.

Standar yang digunakan dalam desain perkerasan adalah Pedoman


Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt-01-2002-B). Adapun parameter-
parameter sebagai landasan perencanaan perencanaan tebal perkerasan lentur
adalah sebagai berikut:

▪ Umur Rencana

Jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai


dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap
perlu untuk diberi lapisan permukaan yang baru.

▪ Angka Ekivalen (E)

Angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang


ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal
kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh
satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton
(18.000 lbs).

▪ Lalu Lintas pada Lajur Rencana (w18)

Lalu lintas pada lajur rencana diberikan dalam kumulatif


beban sumbu standar selama umur rencana, yang dapat
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

w18 = D0 x DL x w18

Dimana :D0 =Faktor distribusi arah

DL = Faktor distribusi lajur

w18 = Beban gandar standar kumulatif untuk dua arah

Pada umumnya D0 diambil 0.5, sementara faktor distribusi


lajur dapat dilihat pada tabel 2.4. Faktor Distribusi Lajur

(Laporan Pendahuluan) 3 - 41
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Jumlah lajur per % beban gandar standar


arah dalam lajur rencana

1 100

2 80 – 100

3 60 – 80

4 50 - 75

Tabel 3.4. Faktor Distribusi Lajur

▪ Reliabilitas (R)

Merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian ke


dalam proses perencanaan untuk menjamin bermacam –
macam alternatif perencanaan dapat bertahan selama selang
waktu yang direncanakan. Rekomendasi tingkat reliabilitas
untuk bermacam – macam klasifikasi jalan dapat dilihat pada
tabel 2.5.

Rekomendasi Tingkat Reliabilitas


Klasifikasi
Jalan
Perkotaan Antar Kota

Bebas Hambatan 85 – 99.9 80 – 99.9

Arteri 80 – 99 75 – 95

Kolektor 80 – 95 75 – 95

Lokal 50 – 90 50 - 80

Tabel 3.5. Tingkat Reliabilitas

▪ Standar Deviasi Keseluruhan (So)

Deviasi Standar (So) harus dipilih yang mewakili kondisi


setempat. Rentang nilai So adalah 0,40 – 0,50

(Laporan Pendahuluan) 3 - 42
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Penyimpangan Normal Standar (Zo)

Nilai Penyimpangan Normal Standar berdasarkan Reliabilitas


dapat dilihat pada tabel 2.6.

▪ Koefisien Drainase

Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan


dalam perencanaan dengan menggunakan koefisien kekuatan
relatif yang dimodifikasi. Faktor untuk memodifikasi koefisien
drainase ini adalah koefisien drainase (m). Tabel 2.7.
memperlihatkan nilai koefisien drainase yang merupakan
fungsi dari kualitas drainase dan persen waktu selama setahun
struktur perkerasan akan dipengaruhi oleh kadar air yang
mendekati jenuh.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 43
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

R (%) ZR

50 - 0,000

60 - 0,253

70 - 0,524

75 - 0,674

80 - 0,841

85 - 1,037

90 - 1,282

91 - 1,340

92 - 1,405

93 - 1,476

94 - 1,555

95 - 1,645

96 - 1,751

97 - 1,881

98 - 2,054

99 - 2,327

99,9 - 3,090

99,99 - 3,750

Tabel 3.6. Nilai Penyimpangan Normal Standar

(Laporan Pendahuluan) 3 - 44
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Persen waktu perkerasan dipengaruhi oleh


Kualitas
Kadar air yang mendekati jenuh
Drainase
<1% 1–5% 5 – 25 % > 25 %

1.40 – 1.35 – 1.30 –


Excellent 1.20
1.30 1.30 1.20

1.35 – 1.25 – 1.15 –


Good 1.00
1.25 1.15 1.00

1.25 – 1.15 – 1.00 –


Fair 0.80
1.15 1.05 0.80

1.15 – 1.05 – 0.80 –


Poor 0.60
1.05 0.80 0.60

1.05 – 0.80 – 0.60 –


Very poor 0.40
0.95 0.75 0.40

Tabel 3.7. Koefisien Drainase

▪ Indeks Permukaan (IP)

Suatu angka yang dipergunakan untuk menyatakan kerataan /


kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian
dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat. Indeks
permukaan pada awal umur rencana (IPo) berdasarkan jenis
lapis permukaan dapat dilihat pada tabel 2.8. Sementara
Indeks permukaan pada akhir umum rencana berdasarkan
klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel 2.9.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 45
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

JENIS LAPIS ROUGHNESS


IPO
PERMUKAAN MM/KM

Laston ≥4 ≤ 1000

3.9 -
> 1000
3.5

3.9 -
Lasbutag ≤ 2000
3.5

3.4 -
> 2000
3.0

3.4 -
Lapen ≤ 3000
3.0

2.9 -
> 3000
2.5

Tabel 3.8. Indeks Permukaan Awal

KLASIFIKASI JALAN
ESAL
LOKAL KOLEKTOR ARTERI TOL

1.0 - 1.5 –
< 10 1.5 -
1.5 2.0

10 - 100 1.5 1.5 - 2.0 2.0 -

100 - 1.5 - 2.0 –


2.0 -
1000 2.0 2.5

> 1000 - 2.0 - 2.5 2.5 2.5

Tabel 3.9. Indeks Permukaan Akhir

(Laporan Pendahuluan) 3 - 46
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Modulus Resilien (Mr)

Modulus Resilien tanah dasar dapat diperkirakan dari nilai


CBR standar dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Mr (psi) = 1500 x CBR

▪ Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Berdasarkan jenis dan fungsi material lapis perkerasan,


estimasi koefisien kekuatan relatif dikelompokan kedalam 5
kategori, yaitu : beton aspal, lapis pondasi granular, lapis
pondasi bawah granular, cement treated base dan asphalt
treated base.

Koefisien Kekuatan Relatif masing – masing lapis perkerasan


dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Nilai Nilai Koef.


Jenis Nilai
Marshal Modulus Kekuatan
lapisan CBR
Stability Resilien Relatif

Beton Aspal - - 400.000 psi 0.42

Lapis
Pondasi 90% - 29.000 psi 0.14
Granular

Lapis
Pondasi
40% - 17.000 psi 0.12
Bawah
Granular

Asphalt
- 800 kg 160.000 psi 0.30
Treated Base

Tabel 3.10. Koefisien Kekuatan Relatif

(Laporan Pendahuluan) 3 - 47
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

3.7.3. Perencanaan Jembatan

Konsep Detail Perencanaan

Dalam proses ini penyedia jasa akan menentukan semua kesimpulan hasil
survai lapangan dari semua bagian pekerjaan, antara lain menyangkut :

1. Konstruksi bangunan atas yang dipergunakan adalah tipe jembatan


rangka baja dengan lantai kerja menggunakan material beton komposit.

2. Umur rencana jembatan adalah 50 tahun untuk komponen-komponen


utama jembatan (fondasi, bangunan bawah, gelagar, batang-batang rangka
dan sistem lantai).

3. Terdapat dua jenis span yang biasa digunakan pada jembatan, yaitu :

▪ Jembatan Multi Span

▪ Jembatan Continous Span

4. Jembatan multi span adalah jembatan dengan jenis span yang terputus
pada masing-masing pier. Pada tipe jembatan multi span konstruksi pier
head memiliki dimensi yang lebih besar daripada jenis jembatan dengan
continous span yang berfungsi untuk menopang masing-masing ujung
rangka baja jembatan yang duduk di atas pierhead. Masing-masing
perletakan harus terdapat expantion joint dan pot bearing untuk
mengakomodasi pergerakan translational dan rotasional jembatan.
Kelebihan jembatan multi span adalah biaya engineering lebih murah dan
desain rangka baja relatif lebih mudah. Sedangkan kelemahan jembatan
multi span adalah sebagai berikut :

▪ Jika dilihat secara arsitektural, jembatan multi span terlihat kurang


bagus karena terdapat bagian rangka yang terputus pada lokasi
pier.

▪ Kenyamanan pengendara yang melalui jembatan multi span menjadi


berkurang karena pengendara harus melalui hentakan yang
disebabkan karena sambungan (expantion joint) pada lokasi pier.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 48
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Gambar 3.6. Jembatan Multi Span


5. Jembatan continous span adalah jembatan dengan jenis span yang
menerus pada masing-masing pier. Pada tipe jembatan multi span
konstruksi pier head memiliki dimensi yang lebih kecil. Karena
menggunakan sistem continous span maka sambungan hanya berada pada
awal dan ujung jembatan. Pada jembatan continous span digunakan LRB
yang dipasang pada masing-masing perletakan untuk mengakomodasi
pergerakan jembatan ke arah lateral pada saat terjadi gempa. Saat terjadi
gempa, semua rangka baja pada jembatan continous span bergerak ke
arah yang bersamaan.

Gambar 3.7. Jembatan Continous Span

6. Untuk jenis span yang digunakan direkomendasikan untuk menggunakan


jembatan rangka baja pada S. Rahabangga dan S. Asera dibuat continues
span untuk mengoptimasi desain struktur jembatan sesuai kondisi
lapangan di area gempa besar (lempeng sesar aktif). Jembatan dengan

(Laporan Pendahuluan) 3 - 49
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

struktur tersebut akan memiliki berat yang lebih ringan dan efisien dalam
pengerjaannya karena penggunaan ekspansion joint dan bearing akan
berkurang jumlahnya jika digunakan system single span seperti pada basic
design.

7. Badan jalan pada jembatan adalah sebagai berikut :

a. Dalam hal bahu jalan tidak disediakan, maka harus menyediakan lajur
tepian dan perkerasan yang berpenutup di kiri dan kanan jalur lalu
lintas paling sedikit 0,5 meter.

b. Di kedua sisi jalur lalu lintas harus disediakan jalur trotoar sebagai
fasilitas bagi pejalan kaki dan petugas pemeliharaan dengan lebar paling
sedikit 0,5 meter.

c. Lebar jalur lalu lintas pada jembatan harus sama dengan lebar jalur lalu
lintas pada bagian ruas jalan di luar jembatan.

8. Jika terdapat permuiman penduduk di kiri dan kanan oprit jembatan,


maka harus dibuatkan akses keluar masuk penduduk.

9. Perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan


sebagai berikut :

a. Kekuatan dan stabilitas struktur;

b. Kenyamanan dan keselamatan;

c. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan);

d. Ekonomis;
e. Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan;

f. Durability dan kelayakan jangka panjang dan

g. Estetika.

10. Penetapan lokasi jembatan baru berdasarkan peta topografi dan evaluasi
hasil survai pendahuluan pada jembatan dengan memperhatikan standar
perencanaan yang telah ditetapkan.

11. Untuk perubahan alinyemen akan dicantumkan titik pada jarak tiap 50
meter sepanjang as baru, tangen point, SC, CS. dan beberapa titik lainnya
yang perlu, rencana bangunan-bangunan drainase akan ditetapkan

(Laporan Pendahuluan) 3 - 50
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

penyedia jasa berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan kondisi


setempat.

12. Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah akan


disesuaikan dengan hasil-hasil penyelidikan tanah maupun keadaan
bahan bangunan. Untuk jumlah serta panjang bentang, akan digunakan
basic design yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan
Nasional Wilayah II dengan mempertimbangkan keadaan topographi
setempat dan memperhatikan standar bangunan atas yang akan
ditentukan oleh Pemberi Tugas.

13. Untuk jenis konstruksi bangunan atas akan digunakan basic design
yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
yaitu jenis konstruksi jembatan rangka baja dengan standard Bina Marga
yang ditentukan oleh Direktorat Bina Teknik cq. Sub Direktorat Teknik
Jembatan dan Bangunan Pelengkap.

Kriteria Perencanaan

Dalam perencanaan teknis jembatan, pihak penyedia jasa menggunakan


beberapa kriteria sebagai berikut:
▪ Konstruksi bangunan atas yang dipergunakan adalah tipe jembatan rangka
baja dengan lantai kerja menggunakan material beton komposit.

▪ Umur rencana jembatan adalah 50 tahun untuk komponen-komponen


utama jembatan (fondasi, bangunan bawah, gelagar, batang-batang rangka
dan sistem lantai).

▪ Badan jalan pada jembatan adalah sebagai berikut :

a. Dalam hal bahu jalan tidak disediakan, maka harus menyediakan lajur
tepian dan perkerasan yang berpenutup di kiri dan kanan jalur lalu
lintas paling sedikit 0,5 meter.

b. Di kedua sisi jalur lalu lintas harus disediakan jalur trotoar sebagai
fasilitas bagi pejalan kaki dan petugas pemeliharaan dengan lebar paling
sedikit 0,5 meter.

c. Lebar jalur lalu lintas pada jembatan harus sama dengan lebar jalur lalu
lintas pada bagian ruas jalan di luar jembatan.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 51
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Superelevasi/kemiringan melintang adalah 2% pada permukaan perkerasan


lantai jembatan dan kemiringan memanjang maksimum 5 %.

▪ Perencanaan struktur atas menggunakan limit states / LRFD atau rencana


keadaan batas berupa ultimate limit states (ULS) dan serviceability limit
states (SLS)

▪ Lendutan maksimum akibat beban lalu lintas dengan faktor beban dinamis
tidak boleh melebihi L/800 untuk struktur sederhana diatas dua tumpuan
atau L/400 untuk struktur kantilever. Lawan lendut harus didesain
berdasarkan beban layan sebesar δ = 150 % (δDL + δLL) dimana :

L : Panjang bentang jembatan

δ : Tinggi lawan lendutan

δDL : Lendutan teoritis akibat beban mati

δLL : Lendutan teoritis akibat beban mati

▪ Beban tetap adalah berat sendiri bangunan atas jembatan dan berat
konstruksi pangkal (abutment) atau pilar termasuk pondasinya. Berat jenis
yang dipakai dalam menentukan beban tetap adalah:

Baja = 7.850,00 kg/m3

Beton bertulang = 2.500,00 kg/m3

Pasangan batukali = 2.000,00 kg/m3

Kayu kelas II = 900,00 kg/m3

Beton cyclop = 2.200,00 kg/m3

Perkerasan Aspal = 2.200,00 kg/m3

Tanah timbunan jalan terdekat = 1.800,00 kg/m3

▪ Beban hidup adalah beban/muatan yang bergerak berupa berat kendaraan


beserta muatannya dan pejalan kaki pada bagian trotoar jembatan.
Pembebanan muatan hidup diasumsi 100% terhadap standar pembebanan
dari Bina Marga.

a. Muatan garis = 12,0 ton/jalur

b. Muatan merata,
(Laporan Pendahuluan) 3 - 52
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

q = 2,2 ton/m’, untuk panjang bentang L < 30,0 m.

q = 2,2 – 1,1 (L – 30,0)/60,0 ton/m’, untuk 30,0 < L < 50,0 m.

q = 1,1 (1 + 30,0/L) ton/m’, untuk L > 60,0 m

Muatan pada trotoar, q = 100,0 kg/m3

Lebar per jalur muatan = 2,75 m

▪ Beban kejut merupakan gaya tambahan akibat efek kejut dari muatan
bergerak.

Koefisien kejut, K = 1 + 20 / ( 50 + L )

L : panjang bentang

Pengaruh faktor kejut dianggap hanya berpengaruh pada muatan garis


saja (beban P)

▪ Gaya tekanan aliran air adalah hasil perkalian tekanan air dengan luas
bidang pengaruh pada suatu pilar.

AH = kair x V

Dimana : AH : tekanan aliran air

V : kecepatan aliran air

K : koefisien aliran yang tergantung bentuk pilar


sebagai berikut:

bentuk persegi k = 0,075

bentuk bersudut < 30,0 k = 0,025

bentuk bundar k = 0,035

▪ Gaya gesekan merupakan gaya akibat gesekan pada tumpuan yang terjadi
karena adanya pemuaian dan penyusutan. Gaya gesekan hanya ditinjau
akibat beban mati saja dan besarnya koefisien gesekan diasumsi 0,15
sesuai dengan kondisi perletakan bangunan atas pada konstruksi
pangkal/pilar.

▪ Gaya rem merupakan gaya sekunder yang arah kerjanya searah


memanjang jembatan. Besarnya gaya akibat rem diperhitungkan sebesar
5% dari muatan hidup (D) tanpa kejut. Letak titik tangkap gaya rem
dianggap berada setinggi 1,80 meter dari permukaan lantai kendaraan.
(Laporan Pendahuluan) 3 - 53
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

▪ Besarnya koefisien gempa disesuaikan dengan Petunjuk Perencanaan


Tahan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya. Gaya gempa hanya berlaku
untuk jembatan permanen, dengan syarat-syarat:

▪ bangunan atas tidak monolit dengan bangunan bawah

▪ tinggi pilar kurang dari 30,0 meter

▪ pilar terbuat dari struktur beton bertulang atau baja

Struktur jembatan akan memenuhi ke-3 persyaratan di atas. Gaya


horisontal dianggap sebagai gaya yang mempunyai dua arah horisontal
(searah dan tegak lurus dari jembatan). Gaya gempa dihitung dengan
rumus:

G = Kh x M

Dimana :

G : gaya gempa pada suatu bagian struktur yang


ditinjau (kg)

Kh : koefisien gempa horisontal

M : berat bagian struktur yang didukung oleh


bagian struktur yang ditinjau

Pada perencanaan struktur atau bagian struktur, gaya gempa dianggap


bekerja pada titik berat struktur yang ditinjau. Pada perencanaan
bangunan bawah, gaya gempa akibat bangunan atas pada titik berat
konstruksi untuk gaya gempa melintang jembatan dan pada tepi bawah
perletakan untuk gaya gempa membujur jembatan. Koefisien gempa
dihitung dengan rumus:

Kh = Kr x ft x p x b

Dimana :

Kh : koefisien gempa horisontal

Kr : koefisien respon gabungan yang diperoleh


menurut grafik Kr - Tg

ft : faktor ketinggian massa yang ditinjau

p : faktor kepentingan, jembatan penting p = 1,0

(Laporan Pendahuluan) 3 - 54
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

b : faktor bahan, beton bertulang b = 1,0

Koefisien respon gabungan diperoleh dari grafik Kr - Tg, waktu getar alami
struktur dihitung dengan rumus:
0.3.M p + M a
Tg = 2 .h 3
3.E.I .g

Dimana : Mp : berat bagian bangunan bawah yang di atas


poer (ton)

Ma : berat bagian bangunan atas yang didukung


oleh bangian bangunan bawah yang ditinjau
(ton)

E : modulus elastis bangunan bawah (ton/m2)

I : momen inertia bangunan bawah pada arah


yang ditinjau (m4). Bila penampang
bangunan bawah berubah sesuai tingginya,
nilai I diasumsi nilai rata-ratanya.

g : gravitasi (9,8 m/det)

h : tinggi bangunan bawah (m)

Hubungan Kr dan Tg dipengaruhi oleh keadaan tanah setempat. Keadaan


tanah setempat dianggap:

▪ Tanah lunak, bila kedalaman tanah keras lebih dari 25 m.

▪ Tanah sedang, bila kedalaman tanah keras antara 3 sampai 25 m.

▪ Tanah keras, bila kedalaman tanah keras kurang dari 3 m.

Faktor ketinggian massa dihitung dengan rumus:

ft : 1,0 bila tinggi massa kurang dan tidak lebih dari 10,0
m diukur dari permukaan poer

ft : 1 + (t – 10) / 100 bila tinggi massa lebih dari 10,0 m


diukur dari permukaan poer

(Laporan Pendahuluan) 3 - 55
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

t : ketinggian massa diukur dari permukaan poer (m)


Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017,
Jenis batuan dan tanah di sekitar lokasi pekerjaan Sungai Asera dan
Sungai Rahabangga adalah tanah dengan type D, static equivalen
memanjang dengan nilai damping tanah 30%.

Gambar 3.8. Bridge Design Response Spectrum Curves

(Laporan Pendahuluan) 3 - 56
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Koefisien Tekanan Tanah dan Parameter Tanah

Penetapan nilai koefisien tekanan tanah menggunakan rumus Coulomb


sebagaimana dapat dilihat pada gambar sketsa dibawah ini.

Gambar 3.9. Sketsa Menentukan Koefisien Tekanan Tanah


Cos 2 ( '− )
Ka.p =
sin( '− ). sin( '−  ) 2
Cos 2 .Cos( +  ).[1  ]
Cos( +  ).Cos

jika  = 0,  = 0; maka persamaan menjadi:


Cos 2 '
Ka.p =
Sin( '− ).Sin ' 2
Cos .[1  ]
Cos
Cos 2 ( '−  −  )
Ka.peq =
Sin( '+ ).Sin( '− −  ) 2
Cos .Cos 2  .Cos( +  +  ).[1  ]
Cos( +  +  ).Cos(  −  )

jika  = 0,  = 0; maka persamaan menjadi:


Cos 2 ( '− )
Ka.peq =
Sin( '+ ).Sin( '− ) 2
Cos .Cos( +  ).[1  ]
Cos( +  )

Dimana : Q : tan-1 e

(Laporan Pendahuluan) 3 - 57
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

e : koefisien gempa tanah

Ka : koefisien tekanan tanah aktif

Kp : koefisien tekanan tanah pasif

Ka eq : koefisien tekanan tanah aktif pada saat terjadi gempa

Kp eq : koefisien tekanan tanah pasif pada saat terjadi gempa

Tanah di belakang pangkal abutment merupakan tanah galian yang


ditimbun kembali sesudah konstruksi pangkal selesai dengan kondisi
dipadatkan, jadi parameter tanahnya diasumsi sebagai berikut:

 = 1.800,0 kg/m3

c = 0

 = 25

Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Kombinasi (I)

M + H + K + Ta + Tu, dengan koefisien 1,0

2. Kombinasi (II)

M + Ta + F + Ah + A + SR + Tm, dengan koefisien 1,25

3. Kombinasi (III)

M+H+K+Ta+R+F+Tu+A+SR+Tm+S, dengan koefisien 1,4


4. Kombinasi (IV)

M + Tag + G + F + Ahg +Tu, dengan koefisien 1,5

5. Kombinasi (I)

M + PI, dengan koefisien 1,3

6. Kombinasi (VI)

M + H + K + Ta + S + Tb, dengan koefisien 1,5

Dimana :M : muatan mati

H : muatan hidup

(Laporan Pendahuluan) 3 - 58
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

K : kejut

Tag : tekanan tanah akibat gempa

Ta : tekanan tanah aktif

Tb : gaya tumbuk

Tu : gaya angkat

Tm : gaya akibat perubahan temperatur

A : muatan angin

R : gaya rem

F : gaya gesek

Ah : aliran arus air sungai dan hanyutan

Ahg : aliran arus air sungai dan hanyutan waktu gempa

G : gaya akibat gempa

S : Gaya sentrifugal

PI : Gaya pada waktu pelaksanaan

SR : Gaya akibat susut rangkak

Angka Keamanan

Dalam analisa stabilitas bangunan, ditetapkan angka keamanan (safety


factor) sebesar 3.

Tipe Struktur Bawah Jembatan

Perencanaan struktur bawah menggunakan Limit States/LRFD atau


rencana keadaan batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan
Serviceability Limit States (SLS). Struktur bawah harus direncanakan
berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan,
antara lain : selimut beton yang digunakan minimal 30 mm (daerah normal)
dan minimal 70 mm( daerah agresif), atau sesuai dengan ketentuan
perencanaan yang berlaku.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 59
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

1. Tipe Kepala / Pilar Jembatan (Abutment/Pier)

Beberapa tipe kepala jembatan – pilar yang akan mendapat


perhatian pemanfaatan adalah sebagai berikut :

a. Kepala Jembatan-Pilar Berbentuk Block/Gravitasi

Biasanya penggunaan kepala jembatan berbentuk


block/gravitasi diterapkan jika tinggi konstruksi pangkal
tidak lebih dari 3,00 meter. Tipe pangkal ini bisa
memanfaatkan jenis konstruksi pasangan batu kali atau
beton dengan tulangan praktis. Dalam pertimbangan
kekuatan dan keawetan terhadap beban permanen, beban
hidup dan gempa, maka perencanaan lebih condong
mengunakan jenis konstruksi beton dengan tulangan
praktis.

b. Kepala Jembatan–Pilar Berbentuk Kantilever

Pangkal-pilar dengan tinggi lebih dari 3.00 meter lazimnya


menggunakan bentuk kantilever dengan pertimbangan akan
lebih ekonomis dan pemenuhan tuntutan kebutuhan teknis
agar dapat mengurangi berat sendiri pangkal yang akan
dibebankan ke bagian pondasi. Pangkal-pilar berbentuk
kantilever biasa-nya menggunakan jenis konstruksi beton
bertulang

Kepala Jembatan-Pilar Berbentuk Portal


Kadang kala pada suatu lokasi jembatan, pangkal–pilar
berbentuk block maupun yang berbentuk kantilever tidak
dapat diterapkan, mengingat kondisi lapisan tanah yang
kurang mendukung sehingga perlu adanya pengurangan
berat sendiri konstruksi kepala jembatan–pilar atau karena
muka air tanah tinggi serta debit airnya besar yang mana
akan menyulitjkan dalam pelak-sanaan phisik serta butuh
biaya besar, misalnya butuh konstruksi Cofferdam, maka
pilihan akan jatuh pada kepala jembatan-pilar berbentuk
portal. Tipe ini umumnya menggunakan jenis konstruksi
beton bertulang atau profil baja.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 60
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

2. Tipe Pondasi Jembatan

Dalam perencanaan teknis jembatan, pihak penyedia jasa


menggunakan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Perencanaan fondasi menggunakan working stress design


(WSD).

b. Fondasi direncanakan dengan mempertimbangkan potensi


scouring yang terjadi melalui analisa hidrolika.

c. Jenis fondasi yang digunakan untuk satu lokasi jembatan


memiliki bentuk yang seragam termasuk ukuran
dimensinya.

d. Pondasi dari tiang pancang pipa baja (Grade 2) ASTM-252


yang diisi dengan beton bertulang non-shringkage (semen
type II) dengan mutu material sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan.

e. Faktor keamanan untuk tiang pancang adalah sebesar 3.


Untuk faktor keamanan terhadap geser dan guling sebesar
1,5.

f. Deformasi lateral fondasi tiang yang diizinkan maksimum


sebesar 2,5 cm di bawah pile cap.

g. Penurunan maksimum fondasi yang diizinkan sebesar 1 cm.


h. Kedalaman fondasi direncanakan hingga mencapai tanah
keras, apabila tanah keras cukup dalam (>50m), maka
fondasi dapat direncanakan mengandalkan friksi saja akan
tetapi menjadi batasan adalah daya dukung dan penurunan.

i. Kalendering terakhir tiang pancang baja <2,5 cm / 10


pukulan dan tiang pancang beton 3 – 5 cm / 10 pukulan
untuk end point bearing dengan jenis hummer yang sesuai
sehingga dapat memenuhi daya dukung tiang rencana.

Jenis fondasi Ada beberapa tipe pondasi yang akan mendapat


perhatian pertimbangan penggunaannya, yaitu:

(Laporan Pendahuluan) 3 - 61
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

a. Pondasi Telapak / Langsung

Pondasi telapak dipergunakan jika lapisan tanah keras


(lapisan tanah yang dianggap laik mendukung beban)
terletak tidak jauh (dalam) dari permukaan tanah. Dalam
perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif,
pondasi telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga
kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan.

b. Pondasi Sumuran

Jika lapisan tanah pendukung beban berada tidak jauh di


bawah dasar sungai, pemilihan pondasi sumuran cukup
tepat. Namun demikian panjang/tinggi pondasi sumuran
hendaknya dibatasi tidak lebih dari 8,0 m demi menjaga
ketelitian kerja dan juga kemudahan kerja.

c. Pondasi Strauze Pile

Jika lapisan tanah pendukung beban merupakan lapisan


tidak keras atau lapisan keras berada agak dalam namun
daya lekatnya tinggi maka pemilihan penggunaan pondasi
Strauze Pile layak dipertimbangkan. Berdasarkan
pertimbangan segi praktis dan kemudahan pelaksanaan
biasanya Strauze Pile tidak lebih dari 10,0 m.

d. Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang akan menjadi pilihan jika lapisan
tanah pendukung beban berada jauh dari dasar sungai dan
biasanya lebih dari 8,0 m dan gaya horisontal yang bekerja
cukup besar.

e. Pondasi Bore Pile

Jika lapisan tanah keras berada pada dasar sungai atau


dasar sungai terdiri dari lapisan keras yang sulit digali,
maka pondasi bore pile akan menjadi alternatif yang tepat.
Umumnya dasar pondasi bore pile diletakkan tidak kurang
3,0 m di bawah dasar sungai.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 62
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Metoda Desain Bangunan Bawah Jembatan

Sebelum sampai pada tahap perhitungan, akan ditetapkan terlebih dahulu


sistem struktural dengan metoda perencanaannya. Seperti diketahui pada
konstruksi yang sejenis, namun berbeda sistem struktural serta metoda
perencanaannya, maka cara perhitungannya akan berbeda dan
menghasilkan dimensi konstruksi yang berbeda pula. Metoda Perencanaan
Konstruksi Kepala Jembatan-Pilar (Abutment-Pier) akan mengikuti prosedur
sebagai berikut:

1. Pada awalnya adalah menetapkan panjang dan jumlah bentang


bangunan atas serta jenis konstruksinya karena dalam pekerjaan
Desain Kepala Jembatan-Pilar Jembatan ini adalah desain konstruksi
kepala jembatan-pilar yang menjadi tempat duduknya bangunan atas.
Jika panjang atau jumlah serta jenis konstruksi bangunan atas telah
ditetapkan, maka selanjutnya adalah menentukan konstruksi pangkal-
pilar beserta pondasinya.

2. Bila tinggi konstruksi kepala jembatan (abutment) yang dibutuhkan


tidak lebih dari 4,0 m maka akan memakai konstruksi beton tipe
blok/gravitasi. Konstruksi berbentuk blok/gravitasi ini cukup sederhana
perhitungannya dimana cukup diperhitungkan stabilitas terhadap geser,
guling dan kebutuhan stabilitas pondasi-nya. Tipe blok dengan jenis
konstruksi pasangan batu kali hanya dapat digunakan pondasi langsung
dan sumuran saja. Seandainya dibutuhkan pondasi tiang pancang,
hendaknya menggunakan jenis konstruksi beton dengan penulangan
praktis saja. Jadi jenis konstruksi beton dapat menggunakan pondasi
langsung, sumuran, tiang pancang dan lain-lain. Usahakan tipe blok ini
tidak ada bagian yang perlu ditinjau khusus kekuatannya.

3. Bila tinggi konstruksi kepala jembatan (abutment) yang dibutuhkan


lebih dari 4,0 m maka akan menggunakan tipe bentuk kantilever dengan
jenis konstruksi beton bertulang. Selain tinjauan stabilitas geser, guling
dan kebutuhan pondasinya, penampang beton juga akan dianalisis
terhadap dimensi penampang beton itu sendiri dan penulangannya.

Dasar poer pilar selalu berada dalam lapisan tanah dan berbentuk kantilever.
Tubuh/dinding pilar akan dibuat berbentuk portal berupa dua kolom dan

(Laporan Pendahuluan) 3 - 63
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

apabila aliran sungai sering membawa material batu, maka tubuh pilar dibuat
berbentuk dinding penuh.

3.8. GAMBAR PERENCANAAN AKHIR

Pembuatan gambar rencana selengkapnya, dilakukan setelah Draft Design


mendapat persetujuan dari pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-
koreksi dan saran-saran yang diberikan oleh pemberi tugas. Final Design
digambar di atas kertas Standard Sheet.

Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang


selengkapnya terdiri dari :

1. Umum (General)

• Sampul.

• Lembar Pengesahan.

• Daftar Isi.

• Legenda, symbol dan singkatan.

• Peta Lokasi Pekerjaan.

• Peta Sumber Material.

• Rekapitulasi Daftar Kuantitas.

2. Situasi dan Potongan Memanjang.

• Skala horizontal 1:1000 dan Vertikal 1:100, Maksimum 350 m per


lembar

• Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok
beton, letak dan ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda-tanda
lalu lintas, dan lain-lain.

3. Potongan Melintang

• Skala horizontal 1:100 dan Vertikal 1:100

• Untuk kondisi lurus interval dibuat per 50 m dan kondisi


tikungan interval dibuat per 25 m

(Laporan Pendahuluan) 3 - 64
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

4. Struktur

• Detail Pondasi

• Detail Bangunan Bawah Jembatan

• Detail Bangunan Atas Jembatan

5. Gambar Standar

• Rambu – Rambu Lalu Lintas

• Marka Jalan

• Patok Kilometer, Patok Pengarah, Rel Pengaman.

• Saluran Samping

• Gorong – Gorong

• Dinding Penahan Tanah

• Diagram super elevasi

3.9. PERKIRAAN BIAYA KONSTRUKSI

Lingkup pekerjaan untuk tahapan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan kuantitas pekerjaan berdasarkan mata pembayaran standar


yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

2. Analisa Harga Dasar Satuan Bahan dengan mempertimbangkan jarak


lokasi pekerjaan dengan lokasi Quarry.

3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan.

4. Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik.

3.10. LAPORAN-LAPORAN

Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan
perencana sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah
sebagai berikut :

(Laporan Pendahuluan) 3 - 65
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

1. Laporan Pendahuluan

Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja dan


hasil dari survey pendahuluan

2. Laporan Bulanan

Adalah laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak


konsultan perencana pada setiap bulannya

3. Laporan Final Engineering

Merupakan laporan hasil analisa data dan desain yang terdiri dari :

a) Laporan Topografi

b) Laporan Hidrologi

c) Laporan Penyelidikan Tanah

d) Laporan Analisa Lingkungan

e) Laporan Analisa Struktur

f) Laporan Engineer Estimate

4. Laporan Antara

Berisi tentang data – data primer hasil survey lapangan, analisa data, serta
draft konsep perencanaan

5. Laporan Akhir

Merupakan laporan rangkuman semua kegiatan yang dilaksanakan secara


garis besar namun lengkap dan dapat dimengerti.

6. Gambar Rencana.

Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3


dengan skala yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.

7. CD laporan dan gambar.

Merupakan CD data laporan dan gambar hasil pekerjaan perencanaan


yang dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.

(Laporan Pendahuluan) 3 - 66
Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

BAB 4
PROGRAM KERJA

4.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL


Tugas dan tanggung jawab untuk setiap personil secara umum adalah
sebagai berikut :

1. Team Leader

• Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam


pekerjaan ini sehingga dapat dihasilkan pekerjaan sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.

• Bekerjasama dengan Engineer dan staf teknik lainnya yang membantu


melaksanakan pekerjaan perencanaan ini sehingga hasil yang didapat
sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja atau yang diharapkan oleh
pemberi kerja.

• Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan gambar-gambar


kepada pemberi kerja.

2. Ahli Jembatan

• Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam


pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya.

• Membuat perhitungan dan desain dinding penahan tanah, bangunan


drainase, bangunan pelengkap jalan, dan analisa struktur untuk
jembatan,.

• Merencanakan gambar-gambar desain bangunan pada point 2.

• Bertanggungjawab atas semua hasil pehitungan dan perencanaan


kepada Team Leader dan pemberi kerja.

3. Ahli Geoteknik.

• Bersama Team Leader menentukan lokasi titik pemboran.

(Laporan Pendahuluan) 4-1


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

• Mengkoordinir semua personil yang terlibat dalam pekerjaan


penyelidikan tanah baik di lapangan maupun di laboratorium serta
menyusun rencana kerjanya.

• Mengadakan pengujian tanah baik di lapangan maupun di


laboratorium baik untuk jalan oprit maupun untuk jembatan.

• Melakukan analisa dan evaluasi data geoteknik, termasuk


merencanakan dan merekomendasikan jenis pondasi jalan dan
jembatan berikut perhitungannya.

• Bertanggung jawab atas semua pengujian dan penyelidikan tanah


kepada Team Leader dan pemberi kerja.
4. Ahli Geodesi.

• Mengendalikan dan mengatur semua personil yang terlibat dalam


pelaksanaan pengukuran dan pemetaan topografi di lapangan.

• Memeriksa dan menganalisa data lapangan.

• Membuat perhitungan dan gambar-gambar hasil pengukuran topografi


situasi, potongan memanjang dan melintang.

• Bertanggung jawab atas hasil perhitungan dan gambar hasil


pengukuran topografi kepada pemberi kerja.

5. Ahli Hidrologi.

• Mengendalikan dan mengatur semua personil yang mengadakan survai


lapangan.

• Memeriksa dan menganalisa data lapangan.

• Membuat perhitungan debit banjir sebagai dasar untuk perencanaan


bangunan drainase dan mengestimasi tinggi muka air di sungai sebagai
dasar untuk perencanaan tinggi jembatan.

• Bertanggung jawab atas semua hasil analisa data lapangan dan hasil
perhitungan kepada Team Leader dan pemberi kerja.

6. Asisten Ahli

• Membantu para tenaga ahli dalam melaksanakan tugas


perencanaannya sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.

(Laporan Pendahuluan) 4-2


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

• Membantu menyusun laporan perencanaan yang dibuat oleh bidang


keahliannya.

• Membantu tenaga ahli dalam mengkonsultasikan pekerjaan terhadap


pemberi tugas.

4.2. STRUKTUR ORGANISASI TIM PERENCANA


Tim penyedia jasa akan berkedudukan di Kota Kendari dan dibantu oleh
Tenaga Pendukung. Untuk pelayanan konsultasi secara efisien dan optimal,
akan disusun Struktur Organisasi mulai dari Tenaga Ahli maupun Tenaga
Pendukung. Setelah mempelajari kebutuhan dan tugas serta tanggung jawab
personil yang tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja, penyedia jasa
menyusun struktur Organisasi seperti terlihat pada Gambar 4.1. dibawah ini

TEAM LEADER

AHLI HIDROLOGI AHLI GEOTEKNIK AHLI GEODESI AHLI JEMBATAN

ASS. AHLI GEOTEKNIK ASS. AHLI GEODESI

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Penyedia Jasa Untuk Kegiatan Perencanaan

4.3. PROGRAM KERJA


Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa akan menyusun
program kerja yang meliputi :

1. Jadwal Rencana Pekerjaan secara detail dengan harapan pekerjaan


nantinya dapat selesai tepat waktu tanpa mengurangi kualitas dan
kuantitas hasil perencanaan.
2. Jadwal Penugasan Personil secara detail dengan harapan agar tiap-
tiap personil dapat menggunakan waktunya secara efektif dan efisien
sehingga tugas dan tanggung jawab yang diterimanya dapat
diselesaikan dengan baik.

(Laporan Pendahuluan) 4-3


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

4.4. JADWAL RENCANA KERJA


Penyedia jasa telah mencoba menyusun jadwal rencana untuk pekerjaan perencanaan ini. Untuk
menghindari terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, maka jadwal kegiatan disusun secara overlap
dikarenakan waktu yang disediakan oleh pengguna jasa relatif sempit.

Gambar 4.2. Action Plan Kegiatan Perencanaan

(Laporan Pendahuluan) 4-4


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

(Laporan Pendahuluan) 4-5


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

BAB 5
SURVEI PENDAHULUAN

5.1. PENCAPAIAN LOKASI PEKERJAAN


Proyek Rancang Bangun (Design And Build) Penggantian Jembatan
S.Rahabangga dan Asera terletak di provinsi Sulawesi Tenggara . Jembatan
Sungai Rahabangga terletak di Kabupaten Konawe, sedangkan Jembatan
Sungai Asera terletak di Kabupaten Konawe Utara. Secara geografis, Jembatan
sungai rahabangga terletak di kilometer 75+605 dari kota Kendari, Sedangkan
Jembatan sungai Asera terletak di kilometer 130+292 dari kota Kendari

Kondisi jalan menuju lokasi pekerjaan relatif sedang, sehingga masih


dapat dicapai dengan kendaraan roda empat maupun kendaraan berat lainnya
tanpa mengalami hambatan yang berarti.

5.2. KONDISI IKLIM


Iklim di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh Angin Monson (Monson
Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan
(Nopember - Maret ) cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera,
Samudra Hindia sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia
yang melewati Laut Cina Selatan. Cuaca didominasi oleh angin Timur.
Temperatur di daerah ini dapat mencapai antara 18º C –29º C.
Curah hujan sebesar 2.712 – 3.670 mm pada musim penghujan bulan
September – Mei. Pada musim kemarau, curah hujan sebesar 615 – 833 mm
pada bulan April – Desember .

5.3. KONDISI JEMBATAN EKSISTING


Data kondisi jembatan eksisting secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut :

1) Jembatan Sungai Rahabangga

Nama Jembatan : Jembatan Sungai Rahabangga

(Laporan Pendahuluan) 5-1


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Lokasi : 75+605 dari kota Kendari

Bentang : 50 meter 1 bentang

Ketinggian : 7,00 m dari muka air normal

Abutment : Beton Bertulang

Gelagar : Baja IWF

Plat Lantai : Beton bertulang

Kondisi Abutment : Rusak (Amblas)

Kondisi Gelagar : Relatif Baik

Kondisi Lantai : Relatif Baik


2) Jembatan Sungai Asera

Nama Jembatan : Jembatan Sungai Asera

Lokasi : 130+292 dari kota Kendari

Bentang : 100 meter 2 bentang

Ketinggian : 7,00 m dari muka air normal

Abutment : Beton Bertulang

Pilar : Beton Bertulang

Gelagar : Baja IWF

Plat Lantai : Beton bertulang

Kondisi Abutment : Rusak (Amblas)

Kondisi Abutment : Relatif Baik

Kondisi Gelagar : Relatif Baik

Kondisi Lantai : Relatif Baik

5.4. KONDISI JALAN EKSISTING


Data kondisi jalan eksisting secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Jalan eksisting pada lokasi Jembatan Sungai Rahabangga

Nama Ruas Jalan : Jalan Inowa Unaaha

(Laporan Pendahuluan) 5-2


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Kelas Jalan : Jalan Nasional

Lebar Perkerasan : 3.5 m (rata-rata)

Jenis Perkerasan : Perkerasan lentur

Kondisi Perkerasan : Baik - Sedang

Tata Guna Lahan : Sawah dan Kebun

2) Jalan eksisting pada lokasi Jembatan Sungai Asera

Nama Ruas Jalan : Ruas Landawe – Kota Maju - Asera

Kelas Jalan : Jalan Nasional

Lebar Perkerasan : 3.5 m (rata-rata)


Jenis Perkerasan : Perkerasan lentur

Kondisi Perkerasan : Baik - Sedang

Tata Guna Lahan : Sawah dan Kebun

5.5. LOKASI QUARRY MATERIAL


Untuk lokasi quarry di sekitar lokasi pekerjaan Jembatan Sungai
Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera dapat dilihat pada tabel 5.1.
Perkiraan Luas
No Lokasi Bahan Cadangan Wilayah Jarak quary ke site
(Ton) (Ha)
1 Desa Tinobu Batu belah 75.000 5 5 km to Asera
2 Amesiu Batu Belah 80.000 5 24 km to Rahabangga
3 Desa Tanggobu Batu Belah 80.000 5 20 km to Rahabangga
4 Desa Tinobu Batu Kali 80.000 5 5 km to Asera
5 Amesiu Batu Pecah 80.000 5 24 km to Rahabangga
6 Desa Tanggobu Batu Pecah 80.000 5 20 km to Rahabangga
7 Lameuru Pasir 100.000.000 400 30 km to Rahabangga
8 Sungai Pohara Pasir 100.000.000 400 10 km to Asera

9 Sungai Pasir Quarsa 441,25 5 km to Asera


105.000.000
Walalindu
Material Timbunan Biasa
10 Asera Bukan dari Sumber 135.000.000 25,00 5 km to Asera
Galian
11 Landawe Aggregat kelas A 90.000.000 25,00
12 Asera Aggregat kelas S 90.000.000 25,00 5 km to Asera

13 Material Timbunan 150.000.000 25,00 10 km to Asera


Landawe
Pilihan Bukan dari

(Laporan Pendahuluan) 5-3


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

Sumber Galian
14 Kendari Suplier U Ditch 10.000 2 74 km to Rahabangga
15 Unaaha Sirtu 100.000 5 5 km to Asera
16 Desa Tanggobu AMP 1 5 20 km to Rahabangga

Tabel 5.1. Lokasi Quary Material

Lokasi quarry material berdasarkan data dari Peta Geologi Regional Provinsi
Sulawesi Tenggara .

Gambar 5.1. Lokasi Quary Material

(Laporan Pendahuluan) 5-4


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

BAB 6
PRARENCANA DAN REKOMENDASI

6.1. PRARENCANA DESAIN


Setelah melaksanakan survai pendahuluan, terdapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut :

1. Kondisi geometrik dan perkerasan jalan pendekat eksisting di area sekitar


jembatan eksisting relatif baik,

2. Berdasarkan basic desain, jembatan baru yang akan dibangun posisinya


bergeser ke arah hilir dari posisi jembatan eksisting. Untuk menyesuaikan
posisi jembatan baru yang akan dibangun, maka dibutuhkan penyesuaian
alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal pada jalan pendekat baru
yang akan dibangun.

3. Kondisi struktur jembatan lama yang rusak tergerus aliran sungai,


sehingga setelah selesainya pembangunan jembatan baru, nantinya
jembatan lama tidak digunakan kembali dan akan dilakukan
pembongkaran.

4. Berdasarkan basic desain dan survai ke lokasi pekerjaan, untuk kondisi


normal ketinggian jembatan eksisting dari muka air normal sekitar 7,00
meter dan ketinggian jembatan eksisting dari dasar sungai sekitar 14,00
meter.
berdasarkan hal tersebut diatas, terdapat beberapa rekomendasi dalam
desain sebagaimana berikut :

1. Pembangunan jembatan baru

Dikarenakan kondisi struktur jembatan eksisting yang rusak tergerus


aliran sehingga dikhawatirkan dapat membahayakan lalu lintas yang
melintas pada jembatan eksisting tersebut. Oleh karena itu dilakukan
pembangunan jembatan baru untuk menggantikan jembatan eksisting
yang kondisinya rusak. Berdasarkan basic desain, Jembatan baru akan
dibangun dengan lebar total 9 m. Posisi jembatan baru nantinya akan

(Laporan Pendahuluan) 6-1


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

bergeser kearah hilir sungai dari posisi jembatan lama, sehingga kondisi
trase jalan juga mengalami perubahan posisi trase. Posisi alinyemen
horizontal trase jalan yang baru tidak mengalami perubahan posisi yang
berarti dari posisi trase jalan eksisting.

2. Tipe struktur atas jembatan menggunakan rangka baja

Berdasarkan bentang rencana jembatan serta kondisi lokasi pekerjaan,


maka rekomendasi tipe struktur atas jembatan menggunakan Struktur
Rangka Baja. Tipe struktur ini biasa digunakan untuk jembatan dengan
bentang antara 20 – 80 m. Kelebihan dari tipe struktur ini adalah biaya
konstruksi lebih rendah dan mobilisasi lebih mudah untuk medan
berbukit (pegunungan), sementara kekurangannya pelaksanaan relatif
lebih sulit jika dibandingkan dengan struktur atas jembatan menggunakan
konstruksi beton bertulang.

Untuk jenis span yang digunakan direkomendasikan untuk


menggunakan jembatan rangka baja pada S. Rahabangga dan S. Asera
dibuat continues span untuk mengoptimasi desain struktur jembatan
sesuai kondisi lapangan di area gempa besar (lempeng sesar aktif).
Jembatan dengan struktur tersebut akan memiliki berat yang lebih ringan
dan efisien dalam pengerjaannya karena penggunaan ekspansion joint dan
bearing akan berkurang jumlahnya jika digunakan system single span
seperti pada basic design. Umur rencana struktur rangka baja jembatan ini
yaitu 50 tahun.

6.2. REKOMENDASI SURVEI TOPOGRAFI


Kondisi terrain relatif berbukit, alinyemen horizontal jalan relatif berliku,
jalan eksisting relatif masih baik. Kondisi kedalaman sungai relatif tidak
terlalu tinggi dari permukaan jalan. Daerah aliran sungai di sekitar jembatan
relatif datar, sehingga dapat mempermudah pelaksanaan survai topografi.

6.3. REKOMENDASI PENYELIDIKAN TANAH


Rekomendasi yang dapat diberikan untuk Penyelidikan Tanah adalah
sebagai berikut :

(Laporan Pendahuluan) 6-2


Proyek Rancang dan Bangun (Design and Build)
Penggantian Jembatan Sungai Rahabangga dan Jembatan Sungai Asera

1. Daerah Aliran Sungai di sekitar jembatan relatif datar sehingga dapat


mempermudah dalam pelaksanaan dan mobilisasi peralatan mekanika
tanah.
2. Lokasi Quarry sebagaimana tertulis dalam bab sebelumnya agar dianalisa
lebih lanjut property dan kuantitasnya.

6.4. REKOMENDASI SURVEI HIDROLOGI


Rekomendasi yang dapat diberikan untuk Survey Hidrologi adalah
sebagai berikut :

1. Arus sungai relatif rendah, sehingga dapat memudahkan dalam


melaksanakan survey aliran air
2. Tinggi muka air banjir rencana selain diperoleh dari hasil analisa, juga
sebaiknya diperoleh dari hasik wawancara dengan penduduk setempat.

(Laporan Pendahuluan) 6-3


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) DAN

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

KEGIATAN :

RANCANG DAN BANGUN (DESIGN AND BUILD)

PENGGANTIAN JEMBATAN S. RAHABANGGA DAN JEMBATAN S. ASERA (MYC)

Tahun Anggaran 2019 - 2020

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XXI KENDARI
SATKER PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II PROV. SULAWESI TENGGARA
KERANGKA ACUAN KERJA/ TERM OF REFERENCE

KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TA. 2019 - 2020

Kementerian Negara/ Lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Bina Marga
Unit Eselon II : Direktorat Jembatan
Program : Penyelenggaraan Jalan
Hasil (Outcome) : Meningkatnya Dukungan Penyelenggaraan Jalan
Kegiatan : Rancang dan Bangun (Design and Build) Jembatan S .
Rahabvangga dan Jembatan S. Asera (MYC)

Indikator Kinerja Kegiatan : Pekerjaan perencanaan dan Penggantian Jembatan S.


Rahabangga dengan bentang 180 meter dan Jembatan
S. Asera dengan bentang 150 meter.
Jenis Keluaran (Output) : Penggantian Jembatan dan Jalan Pendekat
Volume Keluaran (Output) : Jalan
Nama Bentang
No. pendekat
Jembatan (meter)
(meter)
1 S. Rahabangga 180 115+360
2 S. Asera 150 39 + 336

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Meter

A. LATAR BELAKANG

I. Dasar Hukum

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2006 tentang Jalan;


 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor : 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum;

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor 12/PRT/M/2017 tanggal 28 Juli 2017 tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Dan Bangung (Design
And Build).
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 07/PRT/M/2019 Tentang Standart Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia

II. Gambaran Umum

Kondisi curah hujan yang cukup tinggi yang melanda wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara menyebabkan debit aliran di beberapa sungai meningkat sehingga
mengakibatkan 2 (dua) jembatan terputus. Jembatan tersebut terletak di ruas Jalan
Inowa Kabupaten Konawe dan pada ruas Jalan Nasional Landawe - Kota Maju -
Asera, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Menindaklanjuti arahan Menteri PUPR saat melakukan kunjungan bersama Komisi V
DPR RI, Direktorat Jenderal Bina Marga akan melakukan penggantian Jembatan S.
Rahabangga dan penggantian Jembatan S. Asera menggunakan rangka baja.
Penggantian dan penggantian dua jembatan tersebut bersifat mendesak, sehingga
metode kontrak yang efisien terhadap waktu dan biaya adalah dengan metode Kontrak
Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) dan dilakukan menggunakan
sumber dana APBN Tahun Anggaran 2019-2020.
Kegiatan penggantian kedua jembatan bertujuan:
a. Untuk lebih memudahkan dan meningkatkan pengangkutan pada ruas yang ada di
daerah (provinsi) tersebut,
b. Untuk lebih melancarkan dan memudahkan hubungan lalu lintas antar daerah
(provinsi).

III. Keterkaitan Program dengan Kegiatan

Lokasi kegiatan Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S.


Asera akan dibangun di ruas Jalan Inowa Kabupaten Konawe dan pada ruas Jalan
Nasional Landawe - Kota Maju - Asera, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kondisi umum
lokasi merupakan jembatan penghubung (S. Rahabangga) antara Kabupaten Konawe/
Kota Kendari dengan Kabupaten Kolaka dan jembatan penghubung (S. Asera) antara
Kabupaten Konawe/ Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe Utara serta Batas
Provinsi Sulawesi Tengah.
Gambaran umum, antara lain :

a. Putusnya jembatan S. Rahabangga dan S. Asera akibat bencana banjir di Sulawesi


Tenggara pada bulan Juni 2019,
b. Lokasi jalan pendekat eksisting pada jembatan S. Asera arah Batas Provinsi
Sulawesi Tenggara rawan terendam banjir sehingga perlu dilakukan pengamanan
dengan meninggikan badan jalan.

B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

I. Uraian Kegiatan dan Keluaran


Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S. Asera di ruas
Jalan Inowa Kabupaten Konawe dan pada ruas Jalan Nasional Landawe - Kota Maju -
Asera, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu program kegiatan Satuan
Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sulawesi Tenggara yang
dilaksanakan dengan Kontrak Tahun Jamak pada Tahun 2019-2020 melalui sumber
pembiayaan APBN. Kegiatan ini menghasilkan keluaran output Penggantian sebagai
berikut.

No. Nama Jembatan Bentang (meter) Jalan pendekat (meter)


1 S. Rahabangga 180 115+360
2 S. Asera 150 39 + 336

II. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dari kegiatan Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan


Penggantian Jembatan S. Asera di ruas Jalan Inowa Kabupaten Konawe dan pada
ruas Jalan Nasional Landawe - Kota Maju - Asera, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
Penggantian Jembatan dan Jalan Pendekat dengan panjang penanganan sebagai
berikut.

No. Nama Jembatan Bentang (meter) Jalan pendekat (meter)


1 S. Rahabangga 180 115+360
2 S. Asera 150 39 + 336

III. Batasan Kegiatan

Batasan kegiatan Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan


S. Asera di ruas Jalan Inowa Kabupaten Konawe dan pada ruas Jalan Nasional
Landawe - Kota Maju - Asera, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:
a. Penggantian jembatan S. Rahabangga dengan bentang 180 meter menggunakan
rangka baja tipe A dan penggantian jalan pendekat sepanjang 475 meter.
b. Penggantian jembatan S. Asera dengan bentang 150 meter menggunakan rangka
baja tipe A dan penggantian jalan pendekat sepanjang 336 meter.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

I. Maksud Kegiatan

Terwujudnya sistem jaringan jalan dan jembatan yang andal, terpadu dan
berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

II. Tujuan Kegiatan

Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S. Asera dengan


Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) bertujuan
untuk :
1) Mengembalikan fungsi jalan dan jembatan guna memperlancar transportasi darat
bagi masyarakat,
2) Memperlancar distribusi logistik ke masyarakat.

D. INDIKATOR KELUARAN, VOLUME DAN SATUAN UKUR

I. Indikator Keluaran

Indikator Keluaran Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan


S. Asera adalah Penggantian Jembatan dan Jalan Pendekat dengan volume sebagai
berikut.

No. Nama Jembatan Bentang (meter) Jalan pendekat (meter)


1 S. Rahabangga 180 115+360
2 S. Asera 150 39 + 336

II. Volume dan Satuan Ukur

Volume berupa penanganan jembatan sepanjang 220 dan jalan pendekat sepanjang
790 dengan satuan ukur berupa panjang meter (M). Volume dan satuan pekerjaan
ditunjukkan pada table berikut.

No. Nama Jembatan Bentang (meter) Jalan pendekat (meter)


1 S. Rahabangga 180 115+360
2 S. Asera 150 39 + 336

E. LINGKUP PEKERJAAN DAN TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN

I. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S.


Asera:

1) Mobilisasi,
2) Perencanaan,
3) Pelaksanaan struktur bawah, meliputi:

a. Pemacangan pondasi tiang pancang beton,


b. Penggantian pilar dan abutment,
c. Perlindungan pilar dan abutment dengan fender,

d. Pembuatan pilar,
e. Pemasangan gelagar.
4) Pelaksanaan struktur atas, meliputi:
a. Pembuatan lantai kendaraan, dengan rincian sebagai berikut;
Jembatan S. Rahabangga Jembatan S. Asera
Jalur Lalu 2 lajur 2 arah (jalur) 2 lajur 2 arah (jalur)
Lintas
Lebar Lajur 3,5 meter 3.5meter
Lebar Trotoar 1 meter 1 meter
Jenis Struktur Rangka baja tipe A Rangka baja tipe A
panjang 3x60 meter panjang 3 x 50 meter
Tipe Perkerasan lentur (AC-WC) Perkerasan lentur (AC-
Perkerasan dengan tebal minimal 4 cm WC) dengan tebal
minimal 4 cm

b. Bangunan pelengkap dan finishing.

5) Pekerjaan lain – lain terdiri dari :

a. Jalan pendekat terdiri dari:


Jembatan S. Rahabangga Jembatan S. Asera
Jalur Lalu Lintas 2 lajur 2 arah (jalur) 2 lajur 2 arah (jalur)
Lebar Lajur 3,5 meter 3 meter
Lebar Bahu Luar 2 meter 2,5 meter
Jenis Perkerasan Lentur tebal 30 cm Lentur tebal 30 cm
Lapis Pondasi Aggregat Kelas A tebal 30 Aggregat Kelas A tebal
cm 30 cm

b. Perancangan dan penggantian geometrik jalan terdiri dari :


Jembatan S. Rahabangga Jembatan S. Asera
Kelandaian Minimal 0,3% maksimal 4% Minimal 0,3%
Memanjang maksimal 4%
Ruang Bebas 5,2 meter 5,2 meter
(cleareance)
Kemiringan 2% 2%
Melintang
Kecepatan 40 Km/jam 40 Km/jam
Rencana
Radius 50 dan 90 meter 50 dan 250 meter
Tikungan

c. Pekerjaan drainase meliputi pekerjaan drainase di jalan pendekat;


d. Perpanjangan konstruksi saluran, jenis konstruksi dan dimensi penampang
disesuaikan eksisting.

e. Pekerjaan pemeliharaan jalan eksisting meliputi pekerjaan detour (jalan


pengalihan dan pengembalian kondisinya) serta pekerjaan terkait lainnya untuk
menjaga fungsi layanan lalu lintas selama masa konstruksi.

f. Pekerjaan marka jalan;


g. Pekerjaan dinding penahan tanah;

h. Pekerjaan pembongkaran jalan lama dan jembatan lama;


i. Pekerjaan galian, timbunan dan galian konstruksi;
j. Pekerjaan saluran drainase;

k. Pekerjaan rambu lalu lintas;


l. Pekerjaan perkerasan jalan pendekat; dan
m. Pekerjaan terkait lainnya.
6) Demobilisasi tahapan pelaksanaan kegiatan.
a. Tahun Pertama 2019
Kebutuhan: Rp. 16.500.000.000,-
Cakupan pekerjaan adalah :

 Uang Muka

 Mobilisasi
b. Tahun Kedua 2020
Kebutuhan : Rp. 91.113.872.000,-
Cakupan pekerjaan adalah :
 Pekerjaan struktur bangunan atas

 Pekerjaan struktur bangunan bawah

 Pekerjaan jalan pendekat/ oprit


 Penggantian jembatan sementara (rakit) di Jembatan S. Asera

 Pembongkaran jembatan dan jalan pendekat eksisting


 Pekerjaan drainase

 Pekerjaan pemeliharaan jalan eksisting

 Pekerjaan lain-lain yang diperlukan

F. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S. Asera dengan


Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) akan dibangun
di ruas Jalan Inowa Kabupaten Konawe dan pada ruas Jalan Nasional Asera – Kota Maju –
Landawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

G. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

I. Pelaksana Kegiatan

Kegiatan Penggantian Jembatan S. Rahabangga dan Penggantian Jembatan S. Asera


dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
Provinsi Sulawesi Tenggara.

II. Penanggung Jawab Kegiatan

Pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Penggantian Jembatan S.


Rahabangga dan Penggantian Jembatan S. Asera di ruas Jalan Inowa Kabupaten
Konawe dan pada ruas Jalan Nasional Asera – Kota Maju – Landawe, Provinsi
Sulawesi Tenggara adalah Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
Provinsi Sulawesi Tenggara.
III. Penerima Manfaat

Penerima manfaat adalah masyarakat pengguna jalan yang melalui ruas Jalan Inowa
Kabupaten Konawe dan ruas Jalan Nasional Asera – Kota Maju – Landawe, Provinsi
Sulawesi Tenggara.

H. JADWAL KEGIATAN

I. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelaksanaan yang dibutuhkan adalah 265 (Dua Ratus Enam Puluh Lima) hari
kalender yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2019-2020.

II. Matriks Pelaksanaan Kegiatan

TAHAPAN PENANGANAN
TAHAPAN PEKERJAAN 2019 2020
Uang Muka √
Mobilisasi √
Pengadaan tiang pancang √
Pekerjaan struktur bangunan atas √
Pekerjaan struktur bangunan bawah √
Pekerjaan jalan pendekat/ oprit √
Penggantian jalan lingkungan √
Penggantian jembatan akses √
Pekerjaan drainase √
Pekerjaan pemeliharaan jalan eksisting √
Pembongkaran jembatan dan jalan √
pendekat eksisting
Pekerjaan lain-lain yang diperlukan √

I. BIAYA

Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya sebesar Rp. 107.613.872.000,- (Seratus
Tujuh Milyar Enam Ratus Tiga Belas Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Dua Ribu Rupiah)
termasuk PPN, sumber dana APBN TA. 2019-2020.
0,35 m

Anda mungkin juga menyukai