B AB I II
R E NC ANA S TR U KT UR R UA NG
Kriteria penentuan PKN adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk
mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa keuangan dengan
Rencana pengembangan sistem perkotaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat
Kegiatan Nasional – Provinsi (PKNp) di Jawa Barat, terdiri atas :
1. Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek (Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, Kota
Depok, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi), Kawasan Perkotaan Bandung Raya
(Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan
5 kecamatan di Kabupaten Sumedang), dan Cirebon (Kabupaten Cirebon dan Kota
Cirebon) sebagai PKN dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala
internasional, nasional atau beberapa provinsi.
TABEL 3.2
SISTEM PERKOTAAN PKN KAWASAN PERKOTAAN BANDUNG RAYA
TABEL 3.3
SISTEM PERKOTAAN PKN CIREBON
PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kinerja PKW sebagai pusat-pusat
pertumbuhan disetiap kawasan andalan perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil kajian,
keberadaan kawasan andalan belum cukup efektif dalam pengembangan kawasan,
sehingga upaya untuk mendorong sinergitas antara pengembangan PKW perlu
ditingkatkan. Pengembangan infrastruktur dan pelayanan yang bersifat lokal
diharapkan dapat dipenuhi oleh PKW sebagai pusat koleksi dan distribusi yang dapat
melayani kebutuhan kawasan andalan terkait.
Kriteria penentuan PKW adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk
mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat pengolahan atau pengumpul
barang, simpul transportasi, dan pusat jasa publik dengan skala beberapa kabupaten.
Dalam upaya mendorong perkembangan fungsi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan
kaitannya dengan desa pusat produksi, rencana pengembangan sistem perkotaan
menetapkan PKL dalam sistem perkotaan provinsi sebagai pendukung berfungsinya
PKW dan mengurangi pergerakan dari desa pusat produksi langsung ke PKN. PKL
diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap
kabupaten dan/atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap PKL akan
dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong berfungsinya
PKL. Namun, pembangunan atau peningkatan fasilitas tersebut juga perlu dilengkapi
dengan peningkatan dalam kualitas pelayanan fasilitas sehingga dapat memenuhi
kebutuhan penduduk di dalam wilayah pelayanan. Desa pusat produksi diproyeksikan
menjadi pusat-pusat perdesaan yang menjadi basis produksi di setiap kawasan
andalan.
PKL yang ditetapkan terdiri dari pusat kegiatan lokal perkotaan dan pusat kegiatan
lokal perdesaan. PKL perkotaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sedangkan PKL
perdesaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan
distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan.
Penetapan PKL perkotaan diarahkan pada pertimbangan teknis bahwa kota-kota yang
ditetapkan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan dengan
kegiatan-kegiatan yang berciri perkotaan, seperti industri, permukiman perkotaan,
perdagangan dan jasa, dan lainnya.
PKL pedesaan diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi
wilayah-wilayah belakangnya dan ditetapkan sebagai kawasan yang dapat
dikembangkan secara terbatas untuk kegiatan industri berbasis pertanian.
PKL PKL
NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp
PERKOTAAN PERDESAAN
1 Kota Bekasi
2 Kab Bekasi
3 Kota Bogor Bodebek
4 Kab Bogor
5 Kota Depok
6 Kota Sukabumi Sukabumi
7 Kab Sukabumi Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Jampang kulon
Sagaranten
Jampang tengah
8 Kab Cianjur Cianjur Sukanagara
Sindangbarang
9 Kab Purwakarta Cikopo- Purwakarta Wanayasa
Cikampek Plered
10 Kab Karawang Karawang Rengasdengklok
Cilamaya
11 Kota Bandung
12 Kab Bandung
13 Kab Bandung Kawasan
Barat Perkotaan
14 Kota Cimahi Bandung
15 Kab Sumedang Raya Sumedang Wado
Tomo
Conggeang
16 Kab Subang Pamanukan Ciasem
Subang Pagaden
Jalan Jagak Kalijati
Pusakanagara
17 Kab Indramayu Indramayu Jatibarang Karangampel
Kandanghaur
Patrol
Gantar
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan sebagai berikut :
a. Menghubungkan secara menerus PKN, PKW, PKL sampai ke pusat kegiatan
lingkungan
b. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional
a. Terminal Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar
provinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi,
angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
dalam provinsi, serta angkutan kota dan/atau angkutan perdesaan.
a. Rencana kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
c. Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
g. Permintaan angkutan;
i. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan atau;
Pelabuhan lokal dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan alih muat
angkutan laut lokal dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan
perintis dalam jumlah kecil, serta menjangkau wilayah pelayanan terbatas. Pelabuhan
lokal ditetapkan dengan kriteria :
a. merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW atau PKL dalam
sistem transportasi antarkabupaten/kota dalam satu provinsi
b. berfungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan budi daya di
sekitarnya ke pasar lokal
c. berada di luar kawasan lindung
d. berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit 1,5 (satu setengah)
meter dan dapat melayani pelayaran rakyat.
Tatanan kebandarudaraan terdiri dari bandar udara umum dan bandar udara
khusus. Bandar udara umum terdiri dari bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan
primer, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder, bandar udara pusat
penyebaran skala pelayanan tersier, dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Pusat
penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani penumpang dalam jumlah sedang
dengan lingkup pelayanan dalam satu provinsi dan terhubungkan dengan pusat
penyebaran primer.
Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari
rencana sistem perkotaan dan rencana infrastruktur jalan dan perhubungan dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Pada tahun 2029, prediksi kebutuhan air di Jawa Barat meliputi kebutuhan air
irigasi, air bersih domestik dan industri mencapai 28.185,84 juta m3/tahun. Sedangkan
prediksi ketersediaan air dihitung pada aliran mantap yaitu debit aliran sungai yang
diharapkan selalu ada meskipun pada musim kemarau yang dihitung berdasarkan
penggunaan lahan yang ada hanya mencapai 14.150,2 juta m3/tahun. Berdasarkan rasio
prediksi kebutuhan dan ketersediaan air masing-masing DAS pada tahun 2029 (aliran
mantap), kategori DAS di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.6.
TABEL 3.6
KATEGORI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI JAWA BARAT PADA TAHUN 2029
ALIRAN MANTAP
Mengalir Ratio kebutuhan dan
No Wilayah Sungai DAS Ke ketersediaan air Kategori DAS
1 Cidanau Ciujung 1 Ciliwung Utara 553.71 SANGAT KRITIS
Cidurian Cisadane 2 Cisadane Utara 296.03 SANGAT KRITIS
Ciliwung Citarum 3 Ciberang Utara 70.55 TIDAK KRITIS
4 Cidurian Utara 182.59 SANGAT KRITIS
5 Cimanceuri Utara 647.24 SANGAT KRITIS
6 Kali Cakung Utara 814.04 SANGAT KRITIS
7 Kali Sunter Utara 1,106.62 SANGAT KRITIS
Kategori DAS sangat kritis menunjukkan rasio kebutuhan dan ketersediaan air
lebih besar dari 100%, sedangkan DAS kritis apabila rasio kebutuhan dan ketersediaan air
berkisar dari 76% sampai 100%.
Berdasarkan kategori DAS di masing-masing wilayah sungai tersebut, untuk
mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian
daya rusak air, maka rencana pengembangan infrastruktur sumber daya air dan irigasi
diarahkan untuk menyediakan infrastruktur yang dapat menampung air untuk memenuhi
Tabel 3.7
Rencana Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air dan Irigasi
WP Pembangunan Daerah
Ciayumajakuning Irigasi Rengrang di
Kabupaten Sumedang
Peningkatan kondisi
jaringan irigasi.
a. Energi Terbarukan
Tabel 3.8
Rencana Pengembangan Infrastruktur Energi dan Kelistrikan
Tabel 3.9
Rencana Pengembangan Infrastruktur Telekomunikasi
Tabel 3.10
Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman
Rencana
No Infrastruktur Wilayah Arahan Pengembangan
Pengembangan
Infrastruktur 1. Pengembangan kawasan WP a. Infrastruktur Permukiman Perkotaan
Permukiman perumahan perkotaan Bodebekpunjur Pengembangan hunian vertikal di
Perkotaan dan 2. Peningkatan pelayanan kawasan perkotaan Bodebek;
Pengembangan kasiba/lisiba;
Perdesaan sistem air minum
Peningkatan ketersediaan air bersih
3. Pengelolaan air limbah perkotaan dan pengembangan
dan drainase IPA/WTP di Kabupaten Bekasi dan
4. Pengelolaan Kabupaten Bogor;
persampahan Regional Pengembangan pengolahan air
5. Peningkatan kualitas limbah yang memperhatikan baku
lingkungan permukiman mutu limbah cair dan merupakan
kumuh. sistem yang terpisah dari
pengelolaan air limbah industri
6. Pengembangan jasa
secara terpusat terutama pada
pelayanan kesehatan, kawasan perumahan padat, pusat
ekonomi, budaya dan bisnis dan sentra industri;
olah raga Penataan jaringan drainase
7. Peningkatan perkotaan;
infrastruktur perdesaan Pembangunan Tempat Pengolahan
dan Pemrosesan Akhir Sampah
Regional Nambo dengan cakupan
pelayanan untuk wilayah Kabupaten
Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok;
Peningkatan kualitas lingkungan
permukiman kumuh di Kota Depok
dan Kota Bekasi;
Pembangunan kawasan olahraga
terpadu di PKN,PKW dan
pembangunan sarana olahraga di
PKL;
Pembangunan Rumah Sakit Tipe A
di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW
dan Rumah Sakit Tipe C di PKL;
Peningkatan kualitas lingkungan
permukiman kumuh di Kota Depok
dan Kota Bekasi;
Pembangunan kawasan olahraga
terpadu di PKN,PKW dan
pembangunan sarana olahraga di
PKL;
Pembangunan Puskesmas.
b. Infrastruktur Permukiman
Perdesaan
Peningkatan infrastruktur dasar
permukiman di desa tertinggal, desa
terpencil, desa perbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah, permukiman
kumuh nelayan, dan kawasan rawan
bencana;
Penataan kawasan permukiman
perdesaan dengan prinsip
konservasi dan pengelolaan
bencana;
Pembangunan sarana olah raga dan
pusat kegiatan belajar;
Pembangunan Puskesmas.