Anda di halaman 1dari 16

Nama : Rahmat Nur Sali Jailani

NPM : 181110017311088
Matkul : Perencanaan Permodelan Dan Transportasi
Prodi : Teknik Sipil
Fakultas: Teknik
Ket : Tugas Merangkum

BAB 9
MASALAH TRANPOTASI DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG

9.1 Analisis dampak lalulintas (Andall)

Analisis Dampak Lalulintas (Andall) pada dasarnya merupakan analisis


pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap sistem pergerakan arus
lalulintas di sekitarnya Pengaruh pergerakan lalulintas ini dapat diakibatkan
oleh bangkitan lalulintas yang baru, lalulintas yang beralih, dan oleh
kendaraan keluar-masuk Setiap ruang kegiatan akan ‘membangkitkan’
pergerakan dan ‘menarik’ pergerakan, yang intensitasnya tergantung pada
jenis tata guna lahannya Bila terdapat pembangunan dan pengembangan
kawasan baru seperti pusat perbelanjaan, superblok, dan lain-lain, tentu akan
timbul tambahan bangkitan dan tarikan lalulintas baru akibat kegiatan
tambahan di dalam dan sekitar kawasan tersebut Yang terpenting, seluruh
pergerakan manusia, kendaraan, dan barang harus dapat dikuantifikasi dengan
cermat dan saksama serta harus pula dapat diperkirakan dampaknya (kuantitas
dan kualitas) apabila pergerakan lalulintas baru tersebut membebani sistem
jaringan jalan yang ada Kebijakan pengendalian dampak lalulintas dapat
berupa usaha meminimalkan dampak lalulintas, misalnya dalam bentuk
peningkatan kapasitas prasarana jalan agar dampak tersebut teratasi.

9.2 Metode analisis dampak lalulintas


Secara umum garis besar metode ini adalah mengacu pada Analisis mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal) Daerah yang dikembangkan adalah daerah yang
memberikan bangkitan dan tarikan lalulintas baru yang akan membebani
lalulintas yang ada Rekomendasi yang diberikan dapat berupa upaya yang
harus dilakukan terhadap sistem lalulintas dan prasarana yang ada guna
menghadapi tambahan beban dari kawasan yang akan dikembangkan.

9.2.1 Tahap penyajian informasi awal


Tahap ini merupakan langkah awal untuk memperoleh berbagai data
dan informasi, baik yang diperoleh secara primer (pengamatan,
wawancara, peninjauan, dan diskusi) maupun secara sekunder
(pengumpulan data laporan, kajian, statistik, dan informasi lain) bagi
upaya menunjang pemahaman besar kecilnya dampak yang
diakibatkan suatu kegiatan terhadap pergerakan lalulintas suatu daerah.
Dalam penyajian informasi awal ini, segala data dan informasi
disampaikan dalam kajian yang tersistem dan terstruktur berdasarkan
tujuan dan sasaran yang hendak dihasilkan Dalam kajian dampak
lalulintas ini, tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah mengetahui
berapa besar dampak yang diakibatkan suatu kegiatan terhadap
lalulintas suatu daerah Untuk daerah perkotaan, sektor kegiatan
tersebut menyangkut kegiatan perdagangan, perkantoran, perumahan,
industri, rekreasi, hiburan, dan peribadatan Data yang termasuk dalam
sistem zona ini menyangkut sebaran kepadatan penduduk,
ketenagakerjaan, pendapatan penduduk, dan perekonomian daerah
Data tentang terminal menyangkut lokasi terminal, hierarki, kapasitas,
dan jenis terminal, sedangkan untuk halte menyangkut lokasi dan
kapasitas halte Data penunjang meliputi data tentang masalah
kelembagaan dan biaya untuk melengkapi informasi dalam mengkaji
dampak lalulintas Data yang diperlukan untuk kelembagaan
menyangkut sistem organisasi, aparat, fungsi dan wewenang, serta
proses dan prosedur pelaksanaan

9.2.2 Tahapan Andall


Terdapat lima aspek yang harus dianalisis dalam tahapan ini, yakni
analisis system kegiatan, system jaringan, system pergerakan, kinerja
system transportasi, serta secara umum tahapan andall yang akan
dilaksanakan dapat dilihat pada diagram alir berikut :
Tata guna lahan
masa

Prosedur analisis
Master plan kondisi sekarang
daerah dan masa
mendatang daerah

Peramalan
bangkitan dan
tarikan daerah Kondisi jaringan
jalan sekarang dan
masa mendatang
di sekitar daerah

Peramalan kebutuhan Peramalan


fasilitas sebaran

Kondisi lalulintas Kondisi


lalulintas

Strategi Penentuan jalan akses


perencanaan
ke jaringan
sirkulasi lalulintas
jalan
internal dan

Skenario Sistem dan Dampak


sirkulasi posisi pintu pada
Lalulintas akses daerah Lalulintas

Usulan rencana pengaturan lalulintas

bertujuan untuk melihat besarnya dampak lalulintas yang ditimbulkan


oleh pengembangan kawasan terhadap sistem transportasi di
sekitarnya. Analisis sistem kelembagaan dan pembiayaan bertujuan
untuk memberikan arahan mengenai organisasi dan kelembagaan apa
yang diperlukan untuk mengatasi dampak yang terjadi. Dalam analisis
ini juga dikaitkan sistem pembiayaan yang diperlukan oleh sistem
kelembagaan. Secara umum susunan kegiatan ini diuraikan dalam
tahapan sebagai berikut.

1 Kondisi pada saat sekarang

 Gambaran kebijakan transportasi yang ada pada lokasi


kajian;
 Volume lalulintas pada ruas dan persimpangan di
daerah yang terpengaruh, ruas jalan dan persimpangan
yang kritis;

 Analisis catatan kecelakaan (jika ada);

 Volume pejalan kaki di lokasi kritis;

 Identifikasi ruas atau persimpangan kritis;

 Rencana jaringan jalan di sekitar daerah kajian.


2 Rencana pengembangan

 Kebijakan pengembangan di sekitar lokasi, termasuk


kebijakan perpar- kiran;

 Penggunaan lahan di sekitar lokasi yang ada sekarang;

 Peruntukan daerah pengembangan, termasuk fase


pengembangan;

 Luas daerah pengembangan;

 Ketentuan rencana pengembangan.


3 Pemilihan moda, bangkitan, dan tarikan pergerakan

 Perhitungan volume bangkitan dan tarikan pergerakan


dari/ke lokasi;

 Perkiraan pemilihan moda pada masa mendatang;

 Perkiraan bangkitan dan tarikan pergerakan, termasuk


jenis kendaraan dari setiap arah untuk hari sibuk (kerja,
libur), jam sibuk, dan saat tahap pe- ngembangan selesai;

 Penentuan angka bangkitan dan tarikan pergerakan yang


digunakan;

 Identifikasi saat pengaruh lalulintas terbesar;

 Spesifikasi bangkitan dan tarikan pergerakan pada saat


konstruksi.
4 Sebaran pergerakan
 Penentuan daerah yang terpengaruh;

 Identifikasi besarnya pergerakan yang tertarik ke lokasi;

 Identifikasi besarnya pergerakan lalulintas yang


hanya lewat dan yang ber- alih ke jaringan.
5 Pembebanan bangkitan dan tarikan lalulintas
 Identifikasi rute pergerakan lalulintas dari/ke lokasi
 Penentuan penggerakan membelok pada tempat masuk
 Proyeksi perubahan lalu pada ruas atau persimpangan yang
akan terpengaruh.
6 Tahun perkiraan
 Perkiraan pertumbuhan lalulintas pada jaringan yang ada
dan pada jaringan di daerah pengembangan.
 Perkiraan arus lalu lintas pada jaringan pada tahun dibuka
(tahun pertama operasi penuh) dan 10 atau 15 tahun setelah
dibuka.
 Rencana pengembangan jaringan jalan akibat
pengembangan.
 Jika memungkinkan, penyesuaian dengan tahapan
pengembangan.
7 Tata letak internal

 Tata letak dan sirkulasi internal;

 Kendaraan pelayanan dan darurat;

 Marka jalan, lebar, jarak pandang;

 Kecepatan kendaraan dan kontrol.


8 Pengaturan parkir

 Pengaturan kebijakan perparkiran;

 Lahan lokasi parkir.


9 Pengaruh ke sistem jaringan jalan

 Tata letak jalan keluar;


 Perencanaan pengaturan sistem lalulintas;

 Perkiraan lalulintas pada ruas atau persimpangan yang


terpengaruh;

 Perkiraan alternatif perencanaan yang dapat menambah


pergerakan.
9.2.3 Tahapan penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
Tahap penyusunan rencana, yang dibagi atas rencana pengelolaan
dan rencana pemantauan, pada dasarnya berisi arahan pengembangan
yang harus dilakukan untuk mengatasi dampak lalulintas yang lebih
besar .Dalam rencana pengelolaan disajikan beberapa alternatif
mekanisme pelaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang timbul Dalam rencana pemantauan disajikan langkah
yang harus dilakukan agar arahan pengembangan dari rencana
pengelolaan dapat dilaksanakan.

 NVK sesudah pengembangan sama dengan NVK sebelum


pengembangan;

 NVK sesudah pengembangan mendekati NVK sebelum


pengembangan;
 NVK sesudah pengembangan lebih kecil dari NVK kritis jalan.
9.3 Analisis Ruas jalan dan persimpangan
9.3.1 Kinerja lalulintas di ruas jalan dan persimpangan
Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan perkotaan dibedakan ke dalam
jalan arteri, kolektor, dan lokal; sedangkan klasifikasi berdasarkan sistem
jaringan terdiri atas jalan primer dan sekunder .Pada umumnya,
permasalahan lalulintas perkotaan hanya terjadi pada jalan utama, yang
dalam klasifikasi jalan di atas hanya termasuk jalan arteri dan kolektor Di
lain pihak, pada jalan lokal, karena volume lalulintas umumnya rendah dan
akses terhadap lahan di sekitarnya tinggi, maka permasalahan lalulintas
tidak ada dan sifatnya lokal.

 untuk ruas jalan, dapat berupa NVK, kecepatan, dan kepadatan lalulintas;
 untuk persimpangan, dapat berupa tundaan dan kapasitas sisa;

 jika tersedia, maka data kecelakaan lalulintas dapat juga


dipertimbangkan dalam mengevaluasi efektivitas sistem lalulintas
perkotaan.

9.3.2 Kinerja ruas jalan

Beberapa kinerja yang dibutuhkan dapat diterangkan sebagai


berikut.

 NVK – menunjukan kondisi ruas jalan dalam melayani volume


lalu lintas yang ada

 Kecepatan perjalanan rata-rata – dapat menunjukan waktu tempuh


dari titik asal ke titik tujuan dalam wilayah pengaruh yang akan
menjadi tolok ukur dalam pemilihan rute perjalanan serta analisis
ekonomi.

 Tingkat pelayanan – indikator yang mencakup gabungan beberapa


parameter, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dari ruas jalan
dan persimpangan. Penentuan tingkat pelayanan ini akan
disesuaikan dengan kondisi arus lalulintas yang ada di indonesia.

.Nilai NVK untuk ruas jalan dan persimpangan di dalam ‘daerah


pengaruh’ akan didapatkan berdasarkan hasil survei volume lalulintas di
ruas jalan dan persimpangan serta survei geometrik untuk mendapatkan
besarnya kapasitas pada saat ini Selanjutnya, besarnya volume lalulintas
pada masa mendatang akan dihitung berdasarkan analisa peramalan
lalulintas Besarnya faktor pertumbuhan lalulintas didasarkan pada tingkat
pertumbuhan normal dan tingkat pertumbuhan bangkitan yang
ditimbulkan oleh pembangunan

NVK Keterangan

< 0,8 Kondisi stabil


0,8  Kondisi tidak stabil
1,0
> 1,0 Kondisi kritis

Bersamaan dengan itu akan didapatkan nilai waktu perjalanan rata-rata


antara titik-titik asaltujuan di dalam ‘daerah pengaruh’ serta nilai tundaan
selama perjalanan tersebut.

Besarnya kecepatan perjalanan rata-rata pada saat sekarang maupun yang


akan datang dari setiap ruas jalan akan merupakan masukan bagi analisis
ekonomi dalam kaitannya dengan perhitungan benefit (keuntungan)
berdasarkan besarnya ‘nilai waktu’ yang berlaku.Di samping itu, besarnya
kecepatan perjalanan atau waktu tempuh rata-rata akan menjadi salah satu
tolok ukur dalam pemilihan rute perjalanan pada ruas jalan yang
ada.Besarnya nilai tundaan, terutama di persimpangan, juga akan
merupakan masukan bagi analisa ekonomi maupun pemilihan rute
perjalanan, bersamaan dengan kecepatan perjalanan atau waktu tempuh
.Seperti halnya volume lalulintas, kepadatan lalulintas dapat juga
dikaitkan dengan penyediaan jumlah lajur jalan Semakin tinggi kepadatan
lalulintas, semakin penting juga jalan tersebut di dalam jaringan jalan
Tingkat Pelayanan ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti NVK,
kecepatan perjalanan, dan faktor lain yang ditentukan berdasarkan nilai
kualitatif seperti kebebasan pengemudi dalam memilih kecepatan, derajat
hambatan lalulintas, serta kenyamanan secara umum tingkat dapat
dibedakan sebagi berikut :

 Indeks tingkat pelayanan A : kondisi arus lalulintasnya bebas


antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya, besarnya
kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan pengemudi dan
sesuai dengan batas kecepatan yang telah ditentukan.

 Indeks Tingkat Pelayanan B: Kondisi arus lalulintas stabil,


kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kendaraan lainnya dan mulai
dirasakan hambatan oleh kendaraan di sekitarnya.

 Indeks Tingkat Pelayanan C: Kondisi arus lalulintas masih


dalam batas stabil, kecepatan operasi mulai dibatasi dan hambatan
dari kendaraan lain semakin besar.

 Indeks Tingkat Pelayanan D: Kondisi arus lalulintas mendekati


tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat
hambatan yang timbul, dan kebebasan bergerak relatif kecil.

 Indeks Tingkat Pelayanan E: Volume lalulintas sudah mendekati


kapasitas ruas jalan, kecepatan kira-kira lebih rendah dari 40
km/jam. Pergerakan lalulintas kadang terhambat.

 Indeks Tingkat Pelayanan F: Pada tingkat pelayanan ini arus


lalulintas berada dalam keadaan dipaksakan, kecepatan relatif
rendah, arus lalulintas sering terhenti sehingga menimbulkan
antrian kendaraan yang panjang.
9.3.3 Kondisi persimpangan

Kinerja suatu persimpangan dapat dilihat dari tundaan dan kapasitas sisa
persimpangan tersebut.

 Tundaan Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan


rata-rata yang dialami oleh kendaraan sewaktu melewati suatu
persimpangan. Hambatan tersebut muncul jika kendaraan terhenti
karena terjadi antrian di persimpangan sampai kendaraan itu keluar
dari persimpangan karena adanya pengaruh kapasitas
persimpangan yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan
mempengaruhi nilai waktu tempuh kendaraan. Semakin tinggi nilai
tundaan, semakin tinggi pula waktu tempuhnya.

 Kapasitas sisa persimpangan Untuk penanganan persimpangan,


kinerja lalulintas langsung dievaluasi dengan menggunakan kriteria
dasar yang tersedia dalam menentukan jenis penanganan
persimpangan yang diperlukan
Parameter
Penanganan
Kapasitas sisa Tundaan Jumlah lengan

1. Pengaturan waktu lampu lalulintas Positif < 1 menit -


2. Pelebaran Negatif > 1 menit -
3. Simpang susun Negatif > 2 menit > 5 lajur

9.3.4 Nilai bobot

Sebagai contoh, volume lalulintas yang kecil dapat mencerminkan dua


kondisi lalulintas yang berbeda .Pertama, jika volume lalulintas yang kecil
itu memungkinkan kendaraan bebas bergerak, maka kondisi lalulintas
dapat dikatakan baik (lancar) Sebaliknya, jika volume lalulintas yang kecil
itu diakibatkan oleh jalan yang macet (kecepatan rendah), maka kondisi
lalulintas dapat dikatakan jelek.

9.3.5 Pemeringkatan permasalahan

Makin kecil nilai kondisi ruas jalan, makin tinggi nilai prioritasnya
untuk dievaluasi lebih lanjut mengenai jenis penanganan yang diperlukan
Untuk persimpangan jalan, prioritas penanganan langsung ditentukan
berdasarkan nilai kondisi yang diamati, sesuai dengan kriteria dasar yang
telah ditetapkan

9.4 Bangkitan Lalulintas

Analisis dampak lalulintas didasarkan pada suatu kondisi puncak yang


menunjukkan dampak lalulintas terbesar. Kondisi puncak ini diwakili oleh
suatu bangkitan lalulintas per jam yang menimbulkan dampak terbesar.
Kondisi sibuk lainnya dianggap mempunyai dampak lalulintas yang lebih
kecil, yang tidak perlu dianalisis lagi. Kondisi puncak terjadi karena
kombinasi kondisi lalulintas sekitarnya dan bangkitan lalulintas dari
pembangunan baru. Kondisi puncak dianggap terjadi pada salah satu kondisi
berikut:
 kondisi lalulintas sekitarnya pada jam sibuk;

 kondisi bangkitan lalulintas yang maksimum;

 kondisi sibuk khusus lainnya yang dianggap menentukan.

Dari ketiga kondisi di atas dicari kondisi yang mempunyai kombinasi terbesar
dari kondisi lalulintas sekitarnya ditambah dengan bangkitan lalulintas akibat
pembangunan baru tersebut. Dengan demikian, bangkitan lalulintas dari
pembangunan baru hanya difokuskan pada ketiga kondisi puncak itu.
Perhitungan bangkitan lalulintas perlu dilakukan pada jam sibuk berikut:

 jam sibuk pagi dari lalulintas sekitarnya

 Jam sibuk sore dari lalulintas sekitarnya

 jam puncak bangkitan lalulintas dari pembangunan baru

 jam puncak tarikan lalulintas dari pembangunan baru

 jam puncak khusus lainnya dari pembangunan baru


Tidak tertutup kemungkinan bahwa jam sibuk lalulintas sekitarnya berimpit
dengan jam puncak bangkitan lalulintas, dan jam sibuk ini biasanya menjadi
kondisi puncak untuk analisis dampak lalulintas. Dampak lalulintas
sebenarnya merupakan selisih dari bangkitan pada kondisi puncak akibat
pembangunan baru dan bangkitan kondisi puncak dari penggunaan lahan
sebelumnya.

9.5 Analisis penanganan masalah


Dalam konteks kawasan pengembangan hampir dapat dipastikan bahwa sisi
permintaan akan meningkat sesuai dengan intensitas lahan yang dibangun
Penanganan masalah mengacu kepada kriteria evaluasi yang meliputi NVK
setiap ruas jalan, yang selanjutnya akan menentukan jenis penanganan untuk
ruas jalan dan persimpangan dalam daerah pengaruh

9.5.1 R1: Manajemen lalulintas


Pada prinsipnya penanganan ini ditekankan pada pemanfaatan fasilitas ruas
jalan yang ada, seperti:

 Pemanfaat lebar jalan secara efektif


 kelengkapan marka dan rambu jalan yang memadai serta seragam
sehingga ruas jalan dapat dimanfaatkan secara optimal baik dari
segi kapasitas maupun keamanan lalulintas yang meliputi sistem
satu arah, pengendalian parkir, pengaturan lokasi rambu berbalik
arah, pengendalian kaki lima, pengaturan belok, serta kelengkapan
marka dan rambu jalan.
9.5.2 R2 : Peningkatan ruas jalan
Penanganan ini mencangkup perubahan fisik ruas jalan yang berupa
pelebaran atau penambahan lajur sehingga kapasitas ruas jalan dapat
ditingkatkan secara berarti. Besarnya pelebaran atau penambahan lajur
ditentukan oleh nilai NVK yang terjadi atau hasil peramalan laulintas,
sehingga besarnya NVK yang diharapkan (<0,80) dapat dicapai. Jenis
penanganan ini dilakukan apa bila nilai NVK sudah lebih besar dari 0.80.

9.5.3 R3 : Pembangunan jalan baru


Penanganan ini merupakan alternatif terakhir dari pilihan penanganan R1
dan R2. Jenis penanganan ini dilakukan bila pelenaran jalan atau
penambahan lajur sudah tidak memungkinkan, terutama karena
keterbatasan lahan serta kondisi lalulintas yang nilai NVK nya jauh lebih
besar dari 0,80.

Jenis penanganan di persimpangan dengan lampu lalulintas dan


persimpangan tanpa lampu lalulintas dapat dikelompkkan menjadi:

a. S1: Penanganan lampu lalulintas baru – penanganan ini dilakukan


bagi persimpangan tanpa lampu lalulintas yang telah memiliki arus
lalu lintas dari kaki persimpangan atau ruas jalan yang menuju
persimpangan, dan arus ini cukup tinggi, sehingga titik konfliknya
cukup berat dan kompleks.
b. S2: Penganturan kembali waktu lampu lalulintas - Penanganan ini
dilaku- kan apabila fase dan waktu yang ada sudah tidak sesuai lagi
dengan kondisi volume lalulintasnya, yang antara lain ditunjukkan
dengan tingginya nilai NVK ruas jalan yang menuju persimpangan.
Pendekatan dapat didasarkan pada besarnya nilai NVK ruas jalan
yang sudah mendekati 0,8.
c. S3: Perbaikan geometrik persimpangan Penanganan ini meliputi
pele- baran atau penambahan lajur kaki persimpangan, pelebaran
radius sudut tikungan, pemasangan pulau lalulintas. Penanganan ini
dilakukan bila nilai NVK ruas jalan yang menuju persimpangan
sudah lebih besar dari 0,8.
d. S4: Persimpangan tidak sebidang Penanganan ini terutama
diterapkan pada ruas jalan kelas arteri serta yang kondisi lalulintas
di kaki persimpangannya atau NVK ruas jalan yang menuju
persimpangan tersebut tidak bisa lagi diatasi dengan penanganan R2
maupun R3.
9.6 Sistem angkutan umum massa (SAUM)

9.6.1 Permasalahan

Untuk mengimbangi dan menekan laju peningkatan penggunaan


angkutan pribadi, harus dilakukan perbaikan sistem angkutan umum
berdasarkan kemampuan angkut yang besar, kecepatan yang tinggi,
keamanan dan kenyamanan perjalanan yang memadai dan, karena
digunakan secara massal, haruslah dengan biaya perjalanan yang
terjangkau..Permasalahan keterbatasan prasarana transportasi juga
dapat diatasi dengan mengembangkan Sistem Angkutan Umum Massa
(SAUM)..Karena fungsinya yang demikian itulah sistem angkutan
umum ini dikenal sebagai Sistem Angkutan Umum Massa (SAUM)

Bila jumlah kendaraan di jalan raya terus bertambah, termasuk armada


bus kota, kecepatan rata-rata akan terus menurun. Ini berarti jumlah
orang terangkut per arah per jam akan semakin berkurang.

 Bila mengangkut orang dilakukan dengan kendaraan di jalan rel,


apalagi dengan menambah jumlah kereta, kecepatan rata-rata
masih dapat dipertahankan dan jumlah orang terangkut bahkan
bisa meningkat.

Untuk mengurangi biaya investasi sistem angkutan umum, yang perlu


diingat adalah:

 panjang prasarana jalan; hendaknya diambil rute selurus mungkin


(rute terpendek).

 jarak antarstasiun yang jauh; hendaknya masih dalam jangkauan 2


kali jarak tempuh pejalan kaki.
9.6.2 Kendala yang dihadapi
Pembangunan kereta api perkotaan sangat dibutuhkan bagi kota-kota
besar seperti DKI-jakaeta, bandung , medan, surabaya, dan semarang.
Akan tetapi, beberapa kendala dalam pembangunan dan operasinya
anrata lain:
 Keterbatasan dana pemerintah dalam pembangunan sistem
angkutan kereta api perkotaan sebagai angkutan massa yang
bisa dihandalkan.
 Rencana induk perencanaan pembangunan kereta api perkotaan
yang belum didukung oleh Undang-Undang atau peraturan.
Oleh karena itu pemerintah harus berusaha agar rencana induk
tersebut harus didukung oleh aspek legalitas.
 Tingkat pelayanan kereta api perkotaan yang masih rendah. Hal
ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang terbatas,
tingkat pengetahuan, keterampilan, dan disiplin sumber daya
manusia yang masih kurang.
 Biaya perawatan sarana dan prasarana kereta api perkotaan
yang tinggi. Pemerintah berusaha menekan biaya perawatan
dengan cara melakukan efisiensi dan optimasi dalam bidang
perawatan khususnya pada sarana dan prasarana berteknologi
tinggi.
 Tingkat keselamatan yang masih perlu ditingkatkan. Hal ini
dilakukan dengan melakukan sosialisasi UU no 13 tahun 1992
tentang perkeretaapian serta mengadakan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga operasional kereta api.

9.7 Sistem angkutan umum tranportasi perkotaan terpadu


(SAUTPT)

9.7.1 Kasus DKI-Jakarta

Untuk merencanakan Sistem Angkutan Umum Transportasi Perkotaan


Terpadu (SAUTPT) diperlukan kajian yang menyeluruh dan sistem
koordinasi interaktif yang baik antardepartemen dan instansi terkait
sehingga pelaksanaan pembangunannya berdampak positif terhadap
penataan tata ruang perkotaan.

Akibat yang lebih jauh lagi adalah berkurangnya kepercayaan


masyarakat akan kemampuan moda transportasi tersebut sehingga jika
terdapat alternatif moda lain yang lebih baik, masyarakat akan beralih
memilih moda lain itu Untuk perjalanan yang memerlukan beberapa
moda transportasi, faktor lain yang lebih menentukan (selain waktu
tempuh) adalah biaya transit (biaya perpindahan barang atau
penumpang)

9.7.2 Kasus Kotamadya Bandung


Di Kotamadya Bandung dan wilayah penyangga sekitarnya, kebijakan
pengembangan sistem jaringan transportasi terpadu antara jalan raya
dan jalan rel merupakan kebijakan yang harus segera dilakukan untuk
memecahkan masalah transportasi Dalam merealisasikan Sistem
Angkutan Umum Transportasi Perkotaan Terpadu (SAUTPT)
dibutuhkan suatu kajian yang menyeluruh dan sistem koordinasi
interaktif yang baik antardepartemen dan instansi terkait sehingga
pelaksanaan pembangunannya berdampak positif terhadap penataan
tata ruang perkotaan.

 Sistem jaringan jalan raya: jaringan jalan baru yang terdiri


atas jalan tol, jalan arteri, dan jalan kolektor sebagai jalur
pengumpan dengan ketentuan pelaksanaan peraturan yang ketat
dan pelaksanaan beberapa teknik pengelolaan lalulintas yang
baik.

 Sistem angkutan umum primer: sistem angkutan umum yang


berkapasitas tinggi dan berkecepatan tinggi, biasanya berupa
jaringan angkutan umum berbasis jalan rel.

 Sistem angkutan umum sekunder: sistem angkutan umum


yang dapat berbasis jalan rel maupun jalan raya yang
merupakan jalur pengumpan bagi sistem angkutan primer
khususnya dan sistem transportasi angkutan umum lainnya
secara umum.

 Sistem akses lokal: lanjutan dari sistem transportasi yang


dapat berupa angkot, sepeda motor, becak, dan pejalan kaki.

Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah menetapkan koridoe


sistem jaringan angkutan umum sekunder yang dapat berbasis jalan rel
atau jalan raya.

9.8 Kesimpulan dan saran


Telah dijelaskan beberapa permasalahan transportasi yang sering
terjadi di daerah perkotaan di Indonesia dan ini merupakan ciri negara sedang
berkembang Permasalahan yang utama adalah kemacetan, keterlambatan, serta
polusi suara dan udara Sejumlah makalah (Tamin, 1994ab, 1996cg)
menjelaskan pentingnya pembagian sistem transportasi makro menjadi sistem
transportasi mikro yang terdiri dari sistem Kebutuhan Transportasi (KT),
Prasarana Transportasi (PT), Rekayasa dan Manajemen Lalulintas (RL dan
ML), dan Kelembagaan (KLG) .Beberapa alternatif pemecahan telah
diberikan, ditinjau dari sisi kebutuhan akan transportasi, prasarana
transportasi, rekayasa dan manajemen lalulintas, serta kelembagaa.

Anda mungkin juga menyukai