Anda di halaman 1dari 17

Laporan Akhir

PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

BAB 2
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Wilayah KAPET DAS KAKAB

2.1 TUJUAN SASARAN PENATAAN RUANG WILAYAH KAPET DAS KAKAB

2.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah KAPET DAS KAKAB


Tujuan pengembangan wilayah KAPET DAS KAKAB mengacu pada arahan
kebijaksanaan pembangunan serta permasalahan wilayah yang dihadapi baik dalam
lingkup eksternal maupun internal.
Secara rinci, tujuan penataan ruang wilayah KAPET DAS KAKAB yakni :
§ Mewujudkan ruang wilayah KAPET untuk menciptakan pengembangan Kawasan
Strategis Nasional dalam bidang ekonomi dengan pengembangan komoditi unggulan
utama yang memiliki daya saing tinggi dan pengembangan komoditi unggulan lokal
dalam kerangka pengembangan komoditas yang terpadu (hulu sampai hilir) yang
memperkuat dan menumbuhkan KUKM.
§ Mewujudkan kelestarian lingkungan hidup dengan senantiasa mempertimbangkan
keseimbangan ekologis dan daya dukung lingkungan dengan mewujudkan pola ruang
dengan terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya
terutama kawasan-kawasan pengembangan yang memiliki nilai investasi yang tinggi
§ Mewujudkan struktur ruang dengan menciptakan dan mengembangkan simpul-simpul
pertumbuhan dan pusat-pusat pengembangan serta infrastruktur pendukung regional
yang memadai untuk melayani potensi pengembangan ekonomi kawasan internal
maupun kawasan hiterland KAPET DAS KAKAB.
§ Mewujudkan Arahan Pemanfaatan ruang sebagai acuan bagi pemerintah dan
masyarakat dalam bentuk sinkronisasi indikasi program pengembangan KAPET DAS
KAKAB.
§ Mewujudkan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dalam kerangka
pengembangan kawasan yang berkelanjutan.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-1
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KAPET DAS


KAKAB

Kebijakan penataan ruang wilayah KAPET DAS KAKAB merupakan upaya perwujudan
ruang KAPET DAS KAKAB. Kebijakan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
 Pengembangan Ekonomi wilayah yang Diarahkan oleh Bentukan Pengembangan
Komoditi Unggulan Utama (skala nasional dan regional) dan Bentukan
Pengembangan Komoditi Unggulan Lokal (Provinsi dan Kabupaten) dalam kerangka
pengembangan komoditas yang terpadu (hulu sampai hilir).
 Pengembangan Wilayah yang Diarahkan oleh Bentukan Struktur Ruang melalui
Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan dan Prasarana Wilayah
 Pengaturan Pemanfaatan Ruang yang Diarahkan dengan oleh Bentukan Pola Ruang
melalui Pemantapan Kawasan Lindung, Pengembangan Kawasan Budidaya, dan
Pengembangan Kawasan Strategis
Masing-masing kebijakan selanjutnya akan dijabarkan kedalam strategi penataan ruang
yang merupakan arahan strategis pelaksanaan kebijakan sebagaimana dimaksud.

2.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah


Kebijakan pengembangan ekonomi wilayah pada intinya diarahkan pada upaya-upaya:
 Pengembangan Ekonomi KAPET DAS KAKAB secara internal digerakan oleh
pengembangan komoditas unggulan utama (karet dan kelapa sawit) dan komoditas
unggulan lokal (padi, kelapa, rotan perikanan budidaya, sapi dan ayam petelur) yang
diarahkan kepada konsep penerapan linkage pengembangan usaha dari hulu sampai
hilir sesuai dengan skala ekonomis dan pembentukan cluster komoditi.
 Pengembangan Ekonomi KAPET DAS KAKAB digerakan oleh potensi potensi sumber
daya alam dan ekonomi wilayah hiterland (yaitu Kabupaten Kabupaten Barito Timur,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Gununga Mas, dan
Kabupaten Katingan yang menjadi Zona Penyengga KAPET DAS KAKAB), dimana
KAPET DAS KAKAB berperan sebagai inletdan outlet utama.
 Pengembangan Ekonomi internal dan eksternal ditunjang oleh pengembangan
infrastruktur koleksi dan distribusi regional yang memadai, pengembangan zona
kawasan industri dan fasilitas lembaga ekonomi yang menunjang disetiap level
pelayanan.
 Pengembangan Ekonomi ditunjang oleh peningaktan kemampuan SDM dan tenaga
kerja melalui lembaga pendidikan dan pelatihan sesuai dengan pengembangan
komoditi unggulan utama dan lokal.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-2
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

2.2.1.1 Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Utama dan Lokal, serta


Infrastruktur Ekonomi
Strategi pengembangan kawasan pada dasarnya merupakan tahapan langkah-langkah
dalam mencapai tujuan dan sasaran pengembangan kawasan. Strategi pengembangan
ini terutama disusun dalam rangka pengembangan kawasan secara keseluruhan dengan
dasar potensi pengembangan ekonomi pertanian/agribisnis kawasan serta perdagangan
dan jasa yang ditunjang oleh potensi wilayah hiterland. Aspek-aspek utama dalam
pengembangan ekonomi kawasan ini adalah :
1. Strategi pengembangan infrastruktur regional khususnya infrastruktur
perdagangan-jasa dan fungsi koleksi distribusi dengan tujuan meningkatkan
efesiensi pergerakan barang yang memiliki nilai strategis dan optimalisasi berbagai
potensi internal dan ekternal di wilayah hiterland yang kaya akan sumberdaya alam
terutama batubara, baik sebagai sumber energi dan potensi pengembangan sektor
perdagangan-jasa.
2. Strategi pengembangan pertanian dan agribisnis kawasan dalam
pengembangan komoditas unggulan utama dan lokal dengan tujuan peningkatan
pendapatan petani dan pengembangan sektor pertanian dalam wilayah yang lebih
luas yaitu bagi kawasan KAPET DAS KAKAB.
3. Strategi pendukung pengembangan pertanian dan agribisnis kawasan yaitu
melalui :
 Pengembangan struktur ruang pelayanan, baik dari segi agribisnis
kawasan maupun dalam mendukung perkembangna pusat pelayanan
perkotaan secara umum yang dirumuskan dalam struktur ruang dan pusat
pelayanan agropolitan (kota-kota agropolis).
 Pengembangan sarana dan prasarana pendukung, baik dalam
kerangka agribisnis (perkebunan dan perikanan), pariwisata maupun pelayanan
umum, sosial dan kemasyarakatan.
Strategi Pengembangan Ekonomi KAPET DAS KAKAB terdiri dari 4 tahapan sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Strategi Pengembangan Ekonomi KAPET DAS KAKAB

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-3
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

Stage 1: Pengembangan infrastruktur perdagangan regional dalam meningkatkan


efesiensi dan optimalisasi potensi kawasan internal dan hiterland yang selaras
dalam Pengembangan Usaha komoditas Unggulan Utama (Perkebunan Karet,
Sawit), Komoditas unggulan lokal (Pertanian Padi, Kelapa, , Rotan,
Peternakan Sapi, Perikanan Darat, Tambak) serta aglomarasi pusat
pelayanan. Stage 1 dilakukan pada tahun pertama sampai tahun ke lima.
Tujuannya adalah dengan terbangunnya sistem transportasi sebagai
infrastruktur perdagangan yang baik akan dapat mengurangi biaya transportasi
yang menjadi beban bagi petani sehingga komoditi unggulan baik kawasan
intenal maupun hiterland dapat menjadi prime-mover pergerakan ekonomi dan
dapat meningkatkan daya saing komoditi unggulan Wilayah KAPET DAS
KAKAB di Pasar Regional, Nasional dan Dunia.
Stage 2 : Pembangunan Industri Pengolahan skala besar dan kecil Stage 2 mulai dari
tahun ke 6 s/d. tahun ke 10. Bertujuan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan industry memberikan nilai tambah bagi komoditi unggulan dan
memberikan multiplier effect sehingga tumbuh jenis-jenis usaha baru,
perekonomian akan tumbuh lebih cepat.
Stage 3 : Pembangunan Fasilitas-Utilitas dalam rangka mendukung peningkatan
orientasi ke pasar Internasional .Stage 3 mulai dari tahun ke 11 s/d. tahun ke
15. Dengan semakin cepatnya pertumbuhan ekonomi di Wilayah Kapet Das

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-4
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

KAKAB akan membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan ekonomi


dalam rangka memperkuat daya saing dengan daerah sekitar.
Stage 4 : Terbentuknya Kawasan Ekonomi Terpadu Stage 4 mulai dari tahun ke 16 s/d.
tahun ke 20. Pada stage ini diharapkan . Wilayah Kapet Das KAKAB menjadi
pusat perkeonomian baru dan penjadi pusat pelayanan dan jasa bagi daerah-
daerah sekitar.

2.2.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah


melalui Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan dan Prasarana Wilayah
Kebijakan pengembangan struktur ruang pada intinya diarahkan pada upaya-upaya:
 Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan yang menjadi pusat perkembangan wilayah
sekaligus titik pembagi pelayanan sesuai hierarki pelayanan wilayah yang akan
dikembangkan berdasarkan kebutuhan
 Pengembangan Prasarana Wilayah sesuai dengan tujuan penataan ruang untuk
pemerataan pembangunan dan pelayanan publik yang lebih baik dan mudah bagi
masyarakat

2.2.2.1 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Pusat-pusat


Pelayanan
Terkait arahan Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan dalam Kebijakan
 Penentuan pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan dilakukan secara
terstruktur (berhirarki) mulai dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKN) atau Pusat Utama,
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Primer; Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau
Pusat Sekunder; Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL).
 Penetapan pusat kegiatan permukiman perkotaan dan perdesaan dilakukan dengan
mencermati sistem perkotaan nasional yang telah ditetapkan dalam rencana tata
ruang wilayah nasional dan interaksi antar pusat perkotaan yang berdekatan
 Memacu perkembangan ketiga pusat pertumbuhan primer, terutama Kota Pualng
Pisau, Kuala Kapuas, dan Buntok antara lain dengan dukungan infrastruktur, agar
dapat terwujud fungsinya sebagai pusat pertumbuhan.
 Memacu perkembangan pusat pertumbuhan sekunder, yaitu Kota Batanjung,
Basarang, Lamunti (Mentangai), Pangkoh, Bawaan, dan Kota Bangkuang antara lain
dengan dukungan infrastruktur, agar dapat terwujud fungsinya sebagai pusat
pertumbuhan.
 Mengembangkan keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan secara fungsional.

 Mengembangkan dan meningkatkan fungsi kota kecil dan pedesaan terutama


sebagai pusat pelayanan Lingkungan (PPL)

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-5
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

2.2.2.2 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Prasarana


Wilayah

 Pengembangan transportasi dilakukan dengan mengarahkan pola pengembangan


jaringan jalan yang terintegrasi, pengembangan intermoda dan multimoda, dan
pengembangkan prasarana pelabuhan regional.
Optimasi dan mengembangkan sistem trasnportasi wilayah secara terpadu serta
terintegrasi guna mendukung perwujudan struktur ruang, pola ruang dan kawasan
strategis wilayah adalah :
 Mengembangkan jaringan jalan primer :
o Pembangunan jaringan jalan yang melayani Utara Selatan melayani sistem
perdagangan lokal dan regional yang melayani Pusat Pengembangan di
Selatan Batanjung – Kuala Kapuas sampai pusat pengembangan di Utara
Timpah
o Pengembangan jaringan jalan dan pemantapan jaringan jalan kolektor primer
yang melayani pergerakan lokal kabupaten Pulang Pisau bagian selatan yang
terhubung dengan jalan arteri primer yang menghubungkan Pulang Pisau -
Bahaur
o Pembangunan jaringan jalan kabupaten (lokal primer) yang terputus antara
Palingkau – Mangkatip yang akan sebenarnya terhubung dengan jalan
kolektor primer Palangkaraya - Buntok
 Pengembangan Jaringan Rel Kereta api yang terbagi menajdi dua tahap
pengembangan yaitu Puruk Cahu – Buntok – Bangkuang.
o Memberikan alternatif pergerakan yang efesien dan optimal untuk pergerakan
barang dan jasa yang secara keseluruhan akan mempercepat pengembangan
kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam
o Perlu adanya pengembangan kawasan pelabuhan sebagai outlet akhir dari
sestem pergerakan tersebut yang berskala regional.
o Secara jangka panjang pengembangan kawasan industri akan sangat efesien
dilakukan pada sistem pergerakan ini yang memadukan jaringan jalan kerte
api dan pelabuhan regional.
 Pengembangan Sistem Transportasi Sungai
o Lebih diutamakan untuk mengakses aliran barang dan penumpang di daerah
pedalaman terutama di daerah Mentangai, Timpah, Dusun Selatan dan Dusun
Hilir serta di daerah Selatan Pulang Pisau
o Untuk memfasilitas pengembangan jaringan rel kereta api tahap I yang hanya
sampai Bangkuang, maka integrasi dengan moda angkutan sungai sangat vital
oleh karena itu perlu pengembangan Pelabuhan Angkutan Sungai di
Bangkuang - Mengkatip – Palingkau – Kuala kapuas

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-6
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

 Dikembangkannya Pelabuhan laut di Batanjung dengan fungsi sebagai Pelabuhan


utama sekunder, yaitu pelabuhan utama yang berfungsi khususnya untuk
melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam
jumiah besar dan jangkauan pelayanan yang luas dan lebih besar peranannya
sebagai simpul pada lokal jaringan transportasi nasional. Dengan jaringan
pelayanan sekunder yaitu jaringan pelayanan transportasi laut yang
menghubungkan pelabuhan utama sekunder ke/dari pelabuhan di luar negeri atau
yang menghubungkan pelabuhan utama primer dengan pelabuhan utama
sekunder atau yang menghubungkan pelabuhan utama sekunder dengan
pelabuhan utama sekunder.
 Pengembangan prasarana listrik dilakukan dengan pembangunan pembangkit listrik
baru dengan memanfaatkan potensi batubara wilayah hiterland dan pengembangan
EBT terutama potensi airdan biomassa serta perluasan cakupan pelayanan dengan
memperhatikan kawasan-kawasan baru yang akan dikembangkan
 Pengembangan jaringan telekomunikasi dilakukan melalui peningkatan cakupan
pelayanan dan peningkatan kapasitas
 Pengembangan sistem prasarana pengairan diarahkan untuk mendukung
pengembangan kawasan pertanian pangan lahan basah sesuai dengan potensi yang
ada

2.2.3 Kebijakan dan Strategi Pengaturan Pemanfaatan Ruang Wilayah


melalui Pemantapan Kawasan Lindung, Pengembangan Kawasan
Budidaya, dan Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pengaturan pemanfaatan ruang wilayah diterapkan melalui strategi yang terkait
dengan pemantapan kawasan lindung, pengembangan kawasan budidaya, serta
pengembangan kawasan strategis.

2.2.3.1 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pemantapan Kawasan Lindung


 Kawasan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung, kawasan pelestarian alam, dan
kawasan suaka alam pada skala propinsi maupun kabupaten akan tetap
dipertahankan dan dimantapkan sebagai kawasan lindung.
 Pemantapan fungsi kawasan lindung sesuai dengan arahan menurut Keppres No 32
Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung. Pemantapan kawasan lindung diarahkan pula
pada perlindungan kawasan pesisir (hutan mangrove) berupa perlindungan
keanekaragaman biota serta ekosistemnya dan melindungi kawasan rawan bencana.
 Penetapan kawasan konservasi sesuai dengan scenario pengembangan yang dipilih
yaitu dengan memprioritaskan kepada revitalisasi dan rehabilitasi kawasan gambut
dan kawasan konservasi lainnya. Oleh karena itu apabila terdapat ijin lokasi
pengembangan budidaya dalam kawasan Konservasi akan ditinjau kembali.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-7
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

 Arah pemanfaatan kawasan PLG lebih ditujukan kepada pengembangan kawasan


penelitian menjadi pusat pengembangan Gambut skala internasional dan ekgiatan
budidaya yang terbatas.
 Pencegahan kegiatan budidaya di atas kawasan lindung, kecuali kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi lindung.
 Pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung di atas
kawasan lindung agar tidak menimbulkan gangguan terhadap fungsi lindung.
 Penertiban terhadap kegiatan budidaya yang telah berlangsung di atas kawasan
lindung yang terbukti telah menimbulkan gangguan fungsi lindung.
 Melakukan rehabilitasi terhadap kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan
untuk mengembalikan fungsinya terutama kawasan-kawasan konservasi yang terdiri
dari Konservasi Air Hitam, Konservasi Gambut Tebal, Konservasi Mangrove,
Konservasi Flora dan Fauna, Konservasi Hidrologi, dan Konservasi Hutan Gelam.
 Usaha konservasi diarahkan dalam bentuk reboisasi dan pengaturan drainase dan
tata air.
 Usaha konservasi juga diarahkan untuk meminimalkan bencana kebakaran lahan.

 Dikembangkan mekanisme REDD – CDM dalam kerangka rehabilitasi dan revitalisasi


kawasan gambut sebagai alternative sumber pembiayaan.

2.2.3.2 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Kawasan


Budidaya
Strategi pokok dalam pengembangan kawasan budidaya di KAPET DAS KAKAB adalah :
 Pengelolaan kawasan budidaya melalui pemanfaatan sumber daya wilayah secara
optimal dengan batasan daya dukung lingkungan.
 Penentuan prioritas dalam pemanfaatan kawasan budidaya agar terjadi efisiensi
dalam penggunaan sumber daya wilayah dan tujuan-tujuan pokok pengembangan
wilayah dapat tercapai.
 Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya agar tidak terjadi konflik
antar sektor kegiatan.
 Kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya pertanian mempertahankan areal
pertanian yang ada dan mengarahkan pada lahan-lahan yang kurang produktif dan
mengarahkan pengembangan komoditi unggulan untuk meningkatkan perekonomian
wilayah mendukung perwujudan KAPET DAS KAKAB sebagai daerah agribisnis dan
Industri
Selanjutnya dengan melihat klasifikasi kawasan budidaya agar tidak terjadi konflik antara
sektor kegiatan.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-8
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

a. Kehutanan
 Menetapkan batas dan fungsi hutan secara tegas pada tiap kecamatan dengan
mengacu tata ruang kawasan hutan.
 Menetapkan kawasan hutan yang perlu di konservasi (hutan lindung, kawasan
lahan gambut, kawasan rawan bencana (longsor, banjir, abrasi), kawasan sekitar
sumber mata air.
 Mempertahankan keberadaan hutan lindung untuk konservasi sumberdaya alam.

 Memberikan ijin pemanfaatan hutan secara terbatas diluar kawasan hutan lindung
untuk pengembangan sektor kehutanan dan non hutan (pariwisata, pertambangan).
 Memberikan insentif bagi pihak yang memberikan kontribusi dalam menjaga dan
mengawasi kelestarian hutan.
 Mengawasi pengelolaan sumberdaya hutan secara berkala/periodik dengan
melibatkan partisipasi masyarakat
 Mengkaji dan mengevaluasi kembali kebijakan perijinan pemanfaatan kawasan
hutan.
 Menertibkan kegiatan pemanfaatan ruang yang berpotensi menimbulkan degradasi
lingkungan baik didalam maupun diluar kawasan hutan lindung.
 Usaha budidaya di kawasan hutan yang berdekatan dengan kawasan gambut atau
yang berada pada daerah gambut tipis direkomendasikan pengembangan usaha
dalam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI) terutama karet yang menjadi komoditi
unggulan utama
b. Perkebunan
 Menumbuhkan komoditas unggulan utama perkebunan yaitu kelapa sawit dalam
dalam kerangka pengembangan agribisnis dalam pengembangan hilir sampai hulu.
 “Re-Investment” yaitu penyusunan ulang izin-izin pemanfaatan lahan yang sudah
dikeluarkan oleh pemerintah provinsi dan Kabupaten pada lahan konservasi
gambut
 Melakukan “Deregulasi” yaitu merevisi izin yang tidak memenuhi syarat
pemanfaatan lahan pada lokasi-lokasi yang tumpang tindih terutama dengan
kawsan konservasi gambut.
c. Pertambangan
 Melanjutkan mekanisme sistem pinjam pakai dari kawasan hutan dalam
pengembangan kawasan pertambangan tertuma untuk komoditas batubara,
pasirkuarsa dan zirkon.
 Melakukan “Deregulasi” yaitu merevisi izin yang tidak memenuhi syarat
pemanfaatan lahan pada lokasi-lokasi yang tumpang tindih terutama dengan
kawsan konservasi.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-9
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

d. Pertanian
 Mengamankan fungsi lahan pertanian pada daerah aliran sungai (diluar
sempadan sungai) untuk pengembangan budidaya pertanian
 Rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan baru prasarana dan sarana irigasi

 Pengembangan usaha pertanian diarahkan kepada intensifikasi, rehabilitasi dan


diversifikasi komoditi pertanian.
 Mengembangkan sentra distribusi dan pengolahan produk pertanian

 Meningkatkan kemampuan dan kualitas sumberdaya petani melalui


sosialisasi/penyuluhan dan pendampingan.
 Memberikan insentif dan subsidi (dapat berupa bibit dan pupuk) kepada pelaku
usaha pertanian.
 Mengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu
dengan konsep cooperative farming dan agropolitan.
e. Perikanan
 Menata dan mengelola wilayah perairan guna pengembangan budidaya
perikanan melalui penetapan zonasi kawasan pesisir dan laut.
 Mengembangan teknik pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan yang
lebih ramah lingkungan (silvofishery).
 Mengembangan sentra pengolahan (makanan olahan dan sistem pengepakan)
dan distribusi hasil perikanan dan kelautan (sistem pemasaran) terutama di
Kabupaten Pulang Pisau yang ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan.
 Membatasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan di
kawasan pesisir (pelabuhan, pertambangan, industri).
 Memberdayaan masyarakat dalam menjaga ekosistem perairan agar
kelangsungan budidaya perikanan dapat berkelanjutan
f. Pengembangan kawasan permukiman diarahkan untuk
mendukung terbentuknya sistem kota-kota yang seimbang dan mendukung
kawasan yang berkembang cepat seperti kegiatan industri dan kawasan yang
berkembang pesat.
g. Pengembangan budidaya industri diarahkan kepada upaya
pembangunan kawasan industri yang disesuaikan dengan potensi kegiatan industri
yang dihasilkan dari pengembangan komoditas unggulan utama dan lokal. Zona
kawasan industri akan dikembangkan pada kawasan yang memiliki nilai pergerakan
regional yang tinggi yaitu di Lamunti, Bahaur dan Batanjung.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-10
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

2.2.3.3 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Kawasan


Strategis

 Membuka dan memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembangnya kawasan


strategis melalui kegiatan yang dapat memberikan aksesibilitas dan mobilitas yang
tinggi terhadap perkembangan wilayah.
 Menumbuh kembangkan kawasan strategis yang dapat mengoptimalkan aset
nasional dan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan melalui kegiatan pengembangan
permukiman dan prasarana wilayah

2.3 KONSEP KESEIMBANGAN RUANG TERKAIT DIMENSI EKOLOGIS


DALAM PENATAAN RUANG KAPET DAS KAKAB

2.3.1 Dimensi Ekologis dalam Perencanaan Ruang Wilayah KAPET DAS


KAKAB
Interaksi antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan lingkungan pada dasarnya
dapat dikategorikan menjadi dua hal, yaitu interaksi yang saling menguntungkan dan
interaksi yang mengganggu. Interaksi yang saling menguntungkan adalah interaksi yang
terjadi dimana antara aktivitas manusia dengan aktivitas yang dilakukan lingkungan saling
mengisi satu sama lain.
Adapun interaksi yang seperti ini terjadi pada siklus hidrologi dan fotosintesis. Interaksi ini
terjadi karena adanya keseimbangan persediaan dan kebutuhan antara manusia dan
makhluk hidup lainnya dengan lingkungan. Sedangkan interaksi yang mengganggu
adalah interaksi sebaliknya, dimana proses pencapaian keseimbangan persediaan dan
kebutuhan di dalam ekosistem tersebut gagal untuk dicapai. Umumnya terjadi karena
beban kebutuhan yang besar dari aktivitas manusia yang tidak diimbangi dengan
ketersediaan sumber daya di lingkungan. Adapun bentuk interaksi yang seperti ini
menimbulkan berbagai persoalan lingkungan seperti banjir, longsor, perubahan iklim, dan
sebagainya.
Dalam pemahaman yang lebih lanjut, ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
persediaan muncul sebagai akibat dari adanya perbedaan siklus dan intensitas yang
terjadi pada masing-masing aktivitas. Aktivitas manusia merupakan aktivitas yang
berubah dengan cepat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan
penduduk, sedangkan aktivitas regenerasi diri yang dilakukan lingkungan merupakan
siklus yang berjalan lambat. Proses ini bukan proses yang berkembang seperti penduduk,
melainkan suatu siklus yang berulang yang secara jumlah adalah tetap. Terkait dengan
karakteristik ini, lingkungan dapat dikatakan statis relatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas manusia.

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-11
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

2.3.2 Konsep Supply & Demand dalam Penataan Ruang Wilayah KAPET
DAS KAKAB
Berdasarkan pada karakteristik lingkungan dan aktivitas yang berbeda tersebut, maka
pada dasarnya penanganan dalam persoalan lingkungan dapat didekati melalui
pendekatan permintaan dan penyediaan sebagaimana dalam penentuan harga pasar
dalam ilmu ekonomi. Dalam hal ini proses lingkungan yang dilihat dari ketersediaan
sumber daya alam merupakan permintaan, sedangkan pertumbuhan penduduk dan
ekonomi merupakan permintaan yang direpresentasikan dalam bentuk kebutuhan.
Dalam konteks ini, lingkungan dipandang sebagai bagian dari penyediaan yang sifatnya
tetap, yang berarti bahwa pada kondisi permintaan berapa pun sumber daya yang
disediakan oleh lingkungan tetap sama, sedangkan pertumbuhan penduduk dan
perkembangan ekonomi yang membangkitkan adanya kebutuhan akan sumber daya
alam dilihat sebagai suatu permintaan yang semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Kedua karakteristik tersebut akan saling mencari titik temu sampai dicapai suatu “titik
keseimbangan” ekosistem. Titik keseimbangan inilah yang pada dasarnya merupakan titik
optimum dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berarti juga batas
ambang lingkungan. Dari sisi teknis, titik ini menunjukkan daya dukung lingkungan
(carrying capacity) dalam mendukung meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
perkembangan aktivitas ekonomi.
Gambar 2.2 Pertimbangan Keseimbangan Ekosistem dalam Perencanaan
Ruang

Pertumbuhan
Penduduk dan
PENYEDIAAN
Ekonomi

Q Titik optimum pemanfaatan sumber daya


≈ batas ambang lingkungan (daya
dukung lingkungan)

PERMINTAAN = KEBUTUHAN

Q (tetap) Lingkungan
(Ketersediaan
Sumber Daya Alam)

Dalam konteks penanganan persoalan lingkungan, konsep permintaan dan penyediaan


ini lebih digunakan untuk melihat bahwa kemampuan alam untuk menampung
perkembangan ekonomi itu ada batasnya yang apabila dilanggar dapat mengakibatkan

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-12
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

adanya degradasi lingkungan yang pada akhirnya pada tidak adanya keberlanjutan
pembangunan.
Persoalan lingkungan akan muncul pada saat permintaan lebih besar dari penyediaan
atau dalam artian bahwa perkembangan aktivitas yang ada sudah melebihi ambang batas
lingkungan untuk mentoleransi. Oleh karena itu dalam proses penanganan persoalan
lingkungan perlu dilihat titik batas ambang lingkungan, dimana dengan diketahuinya titik
ambang tersebut segala aktivitas yang berkembang perlu diarahkan dan dikendalikan
agar tidak melebihi titik batas ambang tersebut.
Gambar 2.3 Terlampauinya Titik Keseimbangan Ekosistem yang Berakibat
Pada Munculnya Persoalan Lingkungan

Pertumbuhan
Penduduk dan
PENYEDIAAN
Ekonomi

Q Titik optimum pemanfaatan sumber daya


≈ batas ambang lingkungan (daya
dukung lingkungan

PERMINTAAN = KEBUTUHAN
PERSOALAN LINGKUNGAN

Q (tetap) Lingkungan
(Ketersediaan
Sumber Daya Alam)

2.4 KONSEPSI KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN PENATAAN RUANG


KAPET DAS KAKAB

2.4.1 Isu Desentralisasi dan God Governance


Pembangunan di Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dari isu desentralisasi dan
good governance. Dalam kerangka kebijakan pembangunan, proses desentralisasi dan
otonomi daerah dapat membantu proses perubahan dan peningkatan kinerja pemerintah
daerah yang relatif lemah, menjadi sistem administrasi dan manajemen pemerintahan
daerah yang lebih tanggap, dapat dipertanggung-jawabkan dan transparan. Pada
dasarnya desentralisasi maupun good governance merupakan mekanisme yang
terbentuk atas tuntutan masyarakat, yang mendorong prakarsa pemerintah menjadi

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-13
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

pengarah pembangunan yang tanggap terhadap kondisi dan kebutuhan masyarakat,


serta kecenderungan partisipasi pelaku pembangunan ekonomi daerah (usahawan dan
penanam modal serta masyarakat daerah pada umumnya).
Unsur good governance ini, didalamnya mengandung prinsip-prinsip mengenai kemitraan
(pemerintah – swasta – masyarakat), partisipasi masyarakat (pemberdayaan),
transparansi, akuntabilitas, desentralisasi, pengurangan peran pemerintah pusat di
daerah, dan proses pembangunan berkelanjutan. Proses pembangunan yang lebih
melibatkan kerjasama antar unsur-unsur utama pelaku pembangunan (pemerintahan,
dunia usaha dan civil society) tidak mungkin terlaksana tanpa proses fasilitasi. Kelompok
mediasi diperlukan untuk menjembatani kemungkinan adanya kesenjangan antar pelaku
pembangunan di suatu daerah. Dalam hal ini, yang berpotensi untuk berperan sebagai
kelompok mediasi antara lain adalah Perguruan Tinggi, LSM, media massa, atau
Konsultan pelaksana pemberian bantuan teknis dalam pekerjaan-pekerjaan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan.
Pemerintah daerah memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai permasalahan
setempat yang dihadapi dalam proses pembangunan kota. Salah satu fungsi yang dapat
dijalankan oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah fungsi manajemen lahan
perkotaan. Diketahui bahwa permasalahan dalam manajemen lahan yang paling utama,
baik di Indonesia maupun kota-kota lain di Asia, adalah kurangnya koordinasi dan
tumpang tindihnya kewenangan instansi yang terkait dalam hal perencanaan, perijinan,
administrasi lahan dan perpajakan (Regional Network of Local Authorities for
Management of Human Settlement,).
Reformasi dalam pembangunan perkotaan pada era baru desentralisasi tidak hanya
terbatas pada reformasi atau perubahan pada praktek manajemen pekotaan dan
reformasi kelembagaan saja. Namun lebih daripada itu diperlukan reformasi dalam :
 Perubahan pola pikir
 Perubahan hubungan institusional
 Reformasi cara tindak para pelaku pembangunan perkotaan
Pergeseran paradigma pembangunan ini harus dipahami sepenuhnya oleh staf
pemerintahan di pusat, terutama staf DitJen Penataan Ruang, dalam memberikan
panduan dan mendorong pengembangan perkotaan kepada pemerintah daerah.
Sebagai suatu kawasan strategis nasional, penerapan desentralisasi dan otonomi daerah
ini perlu dipahami, tidak lagi semata-mata kepentingan pemerintah daerah ataupun
pemerintah pusat.

2.4.2 Isu Pergeseran Paradigma dalam Perencanaan Wilayah


Keberadaan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah memberikan
semangat baru dalam penataan ruang di Indonesia. Spirit adanya perwujudan
penyelenggaraan penataan ruang yang selaras dengan prinsip-prinsip good governance,

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-14
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

yaitu transparan, partisipasi, akuntabel, dan sebagainya mulai diakomodir. Selain itu,
dalam peraturan perundangan yang baru tersebut penataan ruang tidak lagi dipandang
sebagai suatu bentuk penyusunan dokumen perencanaan tata ruang saja, tetapi
mencakup semua aspek meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Pergeseran ini mensyaratkan
konsekuensi logis dalam penyelenggaraan penataan ruang, yaitu berupa
penyelenggaraan penataan ruang yang lebih sesuai dengan kebutuhan setempat,
mengembangkan inovasi-inovasi spesifik, serta memberikan pilihan prosedur, standar
dan norma yang sesuai. Untuk itu diperlukan peningkatan capacity building bagi aparat
pemerintah daerah agar mampu menangani perencanaan tata ruang secara spesifik bagi
daerahnya.
Terkait dengan hal ini, terdapat beberapa isu penting dan resiko yang dihadapi
pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi :
 Pemda mungkin memerlukan waktu dalam menyesuaikan diri
dengan tugas dan paradigma baru dalam perencanaan tata ruang.
 Masih kurangnya perangkat baru yang mendukung pembangunan
wilayah yang lebih efesien dan efektif (mis. sistem insentif, kemitraan, dsb).
 Belum terdapat kemampuan yang mencukupi untuk menerapkan
pendekatan participatory planning dalam penyusunan rencana tata ruang
kota/kabupaten.
 Rencana tata ruang umumnya kurang tanggap terhadap dinamika
perkotaan dan wilayah.
Berdasarkan Technical Assistance ADB TA No. 3326 - INO yang disusun untuk
memberikan arahan-arahan terhadap agenda reformasi pembangunan kota, termasuk
perencanaan pemanfaatan ruang, dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
 Agenda Kebijakan Perkotaan Nasional; Agenda kebijakan nasional
perkotaan yang diusulkan pada Proyek ADB TA No. 3326 – INO memformulasikan
perlunya proses strategi perkotaan nasional yang berkesinambungan (seperti NUDS)
dan formulasi kebijakan. Untuk itu harus tersedia data penunjang pengambilan
keputusan yang bersifat kontinyu. Sasaran kebijakan perkotaan nasional adalah :
o Memastikan bahwa sasaran pembangunan nasional diacu dalam
penyusunan sasaran pembangunan perkotaan di tingkat propinsi, kabupaten dan
kota.
o Memastikan konsolidasi otonomi daerah dalam pengembangan perkotaan
di tingkat kota / kabupaten.
o Mengembangkan budaya perencanaan dan manajemen perkotaan yag
akuntabel secara sosial – politik.
 Agenda Kebijakan Perkotaan Propinsi; Pada tingkat propinsi,
kebutuhan akan agenda Kebijakan Perkotaan dilandasi oleh dua alasan. Pertama,

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-15
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

untuk memastikan terjadinya kerserasian kebijakan pengembangan kota dan wilayah


antar kota / kabupaten di propinsi, dan kedua, untuk memastikan adanya hubungan
fungsional (terutama ekonomi) antar kota, seperti hubungan transportasi, keuangan,
bisnis, pendidikan, pelayanan sosial, dsb. Sasaran kebijakan perkotaan pada tingkat
propinsi adalah :
o Memastikan bahwa sasaran pembangunan nasional diacu dalam sasaran
pengembangan sektor perkotaan.
o Memastikan konsolidasi otonomi daerah dengan menentukan peran
propinsi sebagai pendukung.
o Mengembangkan budaya perencanaan dan manajemen pengembangan
perkotaan yang akuntabel secara politis.
 Agenda Kebijakan Perkotaan di Kota/Kabupaten; Agenda ini
terutama ditujukan untuk kota metropolitan, dengan sasaran:
o Pencapaian sasaran pembangunan nasional.

o Terkonsolidasinya otonomi daerah

o Terbentuknya budaya perencanaan kota dan manajemen kota yang


akuntabel secara politis dan sosial
o Pengembangan manajemen perkotaan yang berbudaya menekan resiko
sekecil mungkin.
 Agenda terpenting dalam Pengembangan Perkotaan; Agenda
terpenting adalah penyusunan PP tentang Pengelolaan dan Penataan Ruang
Kawasan Perkotaan (Urban Management Guidelines). Selain itu, ada 9 prioritas
dalam pengembangan kebijakan perkotaan yang memerlukan dukungan donor,
yaitu :
o Program pengembangan kredit perkotaan berdasarkan permintaan

o Program penurunan kemiskinan kota

o Upaya memperkuat peran pembangunan ekonomi bagi pemerintah


propinsi dan kabupaten/kota
o Capacity building bagi pemerintah daerah dalam hal manajemen
pelayanan dan pemerintahan
o Perencanaan kota strategis dan program investasi

o Upaya memperkuat pemerintahan metropolitan

o Teknologi informasi dan pertukaran pengalaman antar pemda

o Pemantauan desentralisasi, pemerintahan dan akuntabilitas

o Capacity building dalam analisa kebijakan nasional dan formulasi strategi


perkotaan

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-16
Laporan Akhir
PT. Archiegama Bangun Cipta Pratama

2.1 TUJUAN SASARAN PENATAAN RUANG WILAYAH KAPET DAS KAKAB..1


2.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah KAPET DAS KAKAB.................................1
2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KAPET DAS
KAKAB..................................................................................................................................2
2.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah................................2
2.2.1.1 Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Utama dan Lokal, serta
Infrastruktur Ekonomi........................................................................................................3
Gambar 2.1 Strategi Pengembangan Ekonomi KAPET DAS KAKAB............4
2.2.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah melalui
Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan dan Prasarana Wilayah.........................................5
2.2.2.1 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Pusat-pusat
Pelayanan...........................................................................................................................5
2.2.2.2 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Prasarana Wilayah
6
2.2.3 Kebijakan dan Strategi Pengaturan Pemanfaatan Ruang Wilayah melalui
Pemantapan Kawasan Lindung, Pengembangan Kawasan Budidaya, dan Pengembangan
Kawasan Strategis..............................................................................................................7
2.2.3.1 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pemantapan Kawasan Lindung.....7
2.2.3.2 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya
8
2.2.3.3 Strategi Penataan Ruang terkait Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis
11
2.3 KONSEP KESEIMBANGAN RUANG TERKAIT DIMENSI EKOLOGIS
DALAM PENATAAN RUANG KAPET DAS KAKAB...................................................11
2.3.1 Dimensi Ekologis dalam Perencanaan Ruang Wilayah KAPET DAS KAKAB
11
2.3.2 Konsep Supply & Demand dalam Penataan Ruang Wilayah KAPET DAS
KAKAB 12
Gambar 2.2 Pertimbangan Keseimbangan Ekosistem dalam Perencanaan
Ruang 12
Gambar 2.3 Terlampauinya Titik Keseimbangan Ekosistem yang Berakibat
Pada Munculnya Persoalan Lingkungan...............................................................13
2.4 KONSEPSI KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN PENATAAN RUANG
KAPET DAS KAKAB.........................................................................................................13
2.4.1 Isu Desentralisasi dan God Governance...........................................................13
2.4.2 Isu Pergeseran Paradigma dalam Perencanaan Wilayah..................................14

Rencana Tata Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu


Pengembangan KAPET DAS KAKAB
II-17

Anda mungkin juga menyukai