Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah..................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................8

BAB II KERANGKA TEORITIK..........................................................................10


2.1. Landasan Teori.......................................................................................10
2.1.1. Keputusan Pembelian....................................................................10
2.1.2. Store Atmosphere..........................................................................13
2.2. Penelitian Terdahulu...............................................................................16
2.3. Kerangka Pikir........................................................................................20
2.4. Hipotesis.................................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................23


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................23
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................23
3.3. Jenis dan Sumber Data..........................................................................24
3.4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................24
3.5. Model dan Analisis Data.........................................................................24
3.6. Defenisi Operasional Variabel.................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

LAMPIRAN

i
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Toko Retail Modern di Kota Ternate...................................................3


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................................19
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.............................................................30

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Suasana lokasi dan tempat toko retail ...........................................4

Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, keberadaan pasar tradisional

mulai tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern. Bisnis

eceran atau biasa disebut dengan pedagang eceran semakin terasa

keberadaannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Berbagai macam

pusat perbelanjaan eceran bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran

yang menyebabkan persaingan dalam dunia retail semakin ketat, Beberapa

contoh bentuk pusat perbelanjaan eceran yang meramaikan dunia retail

diantaranya adalah minimarket, convenience store, supermarket dan

hypermarket (Arisman, 2015).

Pergeseran tingkah laku dan pola konsumsi masyarakat yang berubah

seperti saat ini seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga

menyebabkan pula peningkatan pada kebutuhan masyarakat. Perilaku

konsumen tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat memicu

berkembangnya bisnis retail modern di Indonesia. Maka dari itu hal tersebut

menjadi peluang besar bagi para pembisnis khususnya retail modern (Ilyas dan

Hufron, 2016).

Persaingan yang ketat di bisnis retail, juga disebabkan dengan semakin

banyaknya bisnis retail luar negeri yang memasuki pasar domestik. Masuknya

bisnis retail dari luar negeri yang dikelola secara profesional menuntut bisnis ritel

domestik untuk dikelola secara profesional pula agar mampu bersaing dalam

melayani konsumen. Realitas kompetitifnya adalah pusat-pusat perbelanjaan

1
harus bekerja sekeras mungkin untuk menarik konsumen dari pusat

perbelanjaan lain. Oleh karena itu diperlukan strategi jitu untuk merebut hati

konsumen dengan terus menerus memperhatikan kepuasan dan loyalitas

pelanggannya.

Keputusan pembelian oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu

produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan

keinginan. Sesudah konsumen dipengaruhi oleh tingkat pentingnya kebutuhan

tersebut serta sumber daya yang dimiliki oleh konsumen, pada akhirnya

konsumen akan melakukan proses keputusan pembelian. Dimana pengambilan

keputusan konsumen mempunyai berbagai pengaruh luar yang dapat menarik

konsumen untuk membeli (Usti dan Fitriani, 2018).

Melisa (2012) menyatakan bahwa, untuk dapat bertahan dan

berkembang sebuah perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar

mampu menimbulkan pembelian ulang konsumen sehingga pada akhirnya dapat

bersaing dengan perusahaan lainnya. Disinilah banyak muncul strategi

bagaimana agar suatu produk dari merek tertentu dapat diterima oleh konsumen

dengan baik, karena setiap konsumen mempunyai cara pandang yang berbeda-

beda terhadap suatu produk tertentu.

Agar konsumen merasa senang berkunjung, maka pedagang harus

senantiasa mengusahakan suasana yang menyenangkan bagi para pengunjung.

Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan retailer adalah dengan

menciptakan store atmosphere yang aman dan nyaman agar dapat memberi

kesan menarik kepada konsumen sehingga menimbulkan minat beli yang pada

akhirnya dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian

(Indriastuty et al., 2017). Dengan kata lain, store atmosphere bisa mempengaruhi

2
perasaan atau mood dari para konsumen yang berkunjung ke toko sehingga

mempengaruhi minat untuk membeli.

Menurut data mini riset yang peneliti dapatkan dilapangan menunjukan

toko retail pada tahun 2021 indomaret store mengalami peningkatan 6 toko dari

tahun sebelumnya sebesar 22 toko, sedangkan toko retail alfamidi pada tahun

2021 juga ikut mengalami peningkatan 7 toko dari tahun sebelumnya yaitu 20

toko. Namun untuk hyppermart dan mall yang berada di kota ternate tidak

mengalami peningkatan dari tahun 2020 sampai saat ini.

Tabel 1.1 Toko Retail Modern di Kota Ternate

No Kecamatan 2020 2021

1 Mall 2 2

3 hyppermart 1 1

Alfa Midi

1 Ternate Selatan 7 11

2 Ternate Utara 6 8

3 Ternate Tengah 7 8

Total 20 27

Indomaret Store

1 Ternate Selatan 9 10

1 Ternate Utara 7 8

1 Ternate Tengah 6 10

Total 22 28
Sumber: dikembangkan oleh peneliti

3
Gambar 1.1

Suasana lokasi dan tempat took retail

Meningkatnya jumlah unit indomaret dan alfamidi yang berada di Kota

Ternate belum dapat menunjukan bahwa konsumen lebih banyak memilih toko

retail modern, dari hasil pengamatan yang peneliti dapatkan dilapangan

kebanyakan konsumen lebih tertarik memilih hyppermart dan mall yang berada di

Kota Ternate, salah satu penyebab minat beli konsumen masi tertarik memilih

Hyppermart dan Mall dikarenakan suasana swalayan yang sengaja diciptakan,

harga maupun kesediaan barang dagangan yang sifatnya fashionable. Suasana

toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik swalayan seperti arsitektur, tata

letak, pemanjangan, warna, music, aroma yang secara menyeluruh akan

menciptakan citra dalam bentuk penarikan konsumen.

4
Menurut Fuad (2009) salah satu strategi pemasaran pada toko adalah

pendesainan store atmosphere (suasana toko). Perancangan tersebut dilakukan

diantaranya untuk dapat menarik konsumen, memicu pembelian oleh konsumen,

menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi emosi konsumen, dan untuk

dapat mempengaruhi bagaimana konsumen berperilaku.

Store atmosphere (suasana toko) adalah kegiatan mendesain lingkungan

toko yang menarik dan memberikan kesan bagi konsumen. Utami (2006)

menjelasakan bahwa mendesain toko dengan baik sama halnya membuat

sebuah cerita yang menarik bagi pembaca, desain toko yang baik akan menarik

keinginan konsumen untuk mengetahui lebih dalam segala sesuatu yang

ditawarkan oleh toko tersebut. Suasana toko dapat dibangun melalui sistem

pencahayaan, pengaturan tata letak, dan penataan atau pengaturan produk yang

baik yang akan menarik konsumen.

Atmosfer toko juga dapat dijadikan sebagai salah satu alat pemasaran

untuk dapat menarik konsumen untuk datang, menikmati suasana toko sampai

melakukan keputusan pembelian seperti apa yang telah disimpulkan oleh

(Meldarianda dan Lisan, 2010). Atmosfer toko tidak hanya dapat memberikan

suasana lingkungan pembelian yang menyenangkan saja, tetapi juga dapat

memberikan nilai tambah terhadap produk yang dijual. Atmosfer toko juga akan

menentukan citra toko itu sendiri. Karmela dan Junaedi (2009) dalam

penelitiannya menyatakan atmosfer toko yang baik dan menyenangkan juga

akan dapat menjaga dan mendorong citra perusahaan. Citra toko yang baik

dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan untuk bertahan terhadap

persaingan dalam membentuk pelanggan yang loyal, sama halnya dengan

atmosfer toko dapat membuat konsumen untuk lebih loyal. Jika konsumen sudah

5
merasa puas berbelanja ditempat tersebut, kemungkinan besar konsumen

tersebut akan berbelanja kembali.

Potensi yang ada pada konsumen seperti perubahan gaya hidup,

perubahan pola pembelian konsumen di kota Ternate dari tradisional ke modern

menyebabkan banyak industri yang bergerak di sektor retail mencoba untuk

merebut pasar yang ada di Kota Ternate. Indomaret, Indomaret, Multi Mart, Jati

Land Mall dan Alfamidi adalah beberapa contoh retailer yang meramaikan pasar

persaingan di Kota Ternate. Banyak retailer yang ikut bermain di pasar menuntut

mereka untuk mempunyai suatu keunggulan kompetitif dan ciri khas yang tidak

dimiliki oleh para pesaingnya. Agar konsumen tertarik untuk melakukan

pembelian dapat pula dilakukan dengan cara memberikan atmosphere yang

menyenangkan bagi konsumen pada saat di dalam toko, karena konsumen yang

merasa senang diharapkan akan melakukan pembelian kembali.

Adapun riset mini yang dilakukan peneliti terhadap 30 pengunjung pada

lima retail yang tersebar di Kota Ternate diantaranya Indomaret, Hypermart, Multi

Mart, Jati Land Mall dan Alfamidi terkait atmosfer toko menunjukan bahwa

sebagian besar pengunjung lebih memilih indomaret dari pada 4 retail lainya

yakni dari segi, akses masuk pembeli ke dalam toko, memiliki fasilitas parkir

yang luas, pencahayaan di dalam toko mampu meningkatkan daya tarik pembeli,

kondisi ruangan toko bersih, suhu udara membuat saya nyaman, karyawan-

karyawan ramah terhadap pengunjung, pemasangan tanda petunjuk produk

memudahkan saya dalam mencari produk yang saya inginkan, pemasangan

tanda produk diskon memudahkan saya dalam mencari produk yang didiskon

dan jarak antar rak mendukung kelancaran lalu lintas pengunjung. Sehingga dari

6
pernyataan pengunjung tersebut menarik bagi peneliti untuk meneliti pengaruh

store atmosphere terhadap keputusan pembelian di Indomaret.

Indomaret Ternate adalah cabang perusahaan ritel yang bergerak di

bidang usaha perdagangan produk-produk ritel. Kehadiran Indomaret di Kota

Ternate secara resmi dibuka pada akhir Tahun 2020 dan kini Indomaret telah

tersebar di Ternate sebanyak 19 cabang. Kehadiran Indomaret di ternate

merupakan tuntutan perkembangan dan kemajuan sebuah daerah yang sedang

berkembang. Dilihat dari desain toko, Indomaret Ternate memiliki desain toko

yang cukup menarik bagi para konsumen. Ruangan toko di atur sedemikian rupa

agar konsumen merasa nyaman dalam melakukan pembelian dan toko ini pun

memberikan daya tarik tersendiri serta memiliki lay out toko yang membuat para

konsumen merasa lebih mudah untuk berbelanja dan pada akhirnya akan

merangsang konsumen untuk melakukan pembelian. Akan tetapi, setelah peneliti

melakukan observasi di dalam toko maka di dapati bahwa Indomaret Ternate

masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan Indomaret Ternate mengenai

atmosfer toko yang didapati adalah fasilitas parkir yang disediakan tidak

melindungi kendaraan yang diparkir ketika turun hujan dan panas. Hal tersebut

mengakibatkan para konsumen merasa agak tidak nyaman untuk berbelanja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astutik et al., (2018) menunjukan

bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Fikri dan Mulazid (2018) dan Jaya dan

suparna (2018) mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa

store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik store atmosphere maka

semakin baik pula keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

7
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung (2012) dan Cristinto dan

Hadi (2018) menunjukan bahwa store atmosphere tidak berpengaruh terhadap

keputusan pembelian.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh store

atmosphere terhadap keputusan pembelian, menunjukan ketidak konsisten

dalam menunjukan hasil penelitiannya. Sehingga menarik peneliti untuk menguji

variabel tersebut tentang pengaruh store atmosphere terhadap keputusan

pembelian studi pada Indomaret Kota Ternate.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah store atmosphere mempunyai pengaruh terhadap

keputusan pembelian di Indomaret Kota Ternate?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun permasalaban yang diangkat dalam penelitian ini antara lain :

1. Untuk menguji pengaruh store atmosphere secara parsial terhadap

keputusan pembelian di Indomaret Kota Ternate.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan

mendapatkan gambaran tentang pengaruh store atmosphere

terhadap keputusan pembelian.

2. Bagi Akademik

Hasii penelitian diharapkan dapal memperkaya khasanah dan

obyek permasalahan yang dikaji dalam ranah riset pemasaran.

8
3. Bagi pihak lain

Hasii penelitian dapaf memberikan informasi awai dan referensi

lambahan bagi penelitian-penelitan selanjutnya yang membahas

topik yang sam

9
BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Keputusan pembelian

2.1.1.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen meliputi semua proses yang dilalui

konsumen dalam mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif

dan memilih di antara pilihan-pilihan pembelian mereka (Mowen dan Minor,

2002:34). Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:181) keputusan

pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian di

mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan

suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang yang ditawarkan.

Keputusan pembelian merupakan seleksi terhadap dua pilihan alternatif

atau lebih. Bagi konsumen, proses keputusan pembelian merupakan kegiatan

penting karena didalam proses tersebut memuat berbagai langkah yang terjadi

secara berurutan sebelum konsumen mengambil keputusan. Bila konsumen

memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan

yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kualitas, waktu

pembelian dan cara pembayarannya. Maka setiap perusahaan dapat

mengusahakan untuk menyederhanakan pengambilan keputusan yang akan

dilakukan oleh para konsumen (Dharmmesta dan Handoko, 2011:110).

Suhamo (2010:96) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah

tahap di mana pembeii lelah menentukan piiihannya dan melakukan pembelian

10
produk, serta mengkonsumsinya. Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk

melakukan pembeiian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas

kebutuhan dan keinginan.

Keputusan pembelian menurut dalam Hatane (2007:75) adalah pemilihan

dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa

seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif

pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses

dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.

Berdasarkan beberapa defnisi tersebut keputusan pembelian merupakan

kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif

perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai

tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui

tahapan proses pengambilan keputusan.

2.1.1.2. Jenis-Jenis Keputusan Pembelian

Jenis-jenis keputusan pembeiian menurut Suharno (2010:93) adalah :

1. Pembeiian kompleks, adalah perilaku konsumen dalam situasi yang

ditentukan oleh keterlibatan konsumen yang tinggi dalam pembelian dan

perbedaan yang dianggap signifikan antar merek.

2. Pembeiian mengurangi ketidakcocokan, tipe ini adaiah perilaku pembeli

konsem dengan keterlibatan tinggi, tetapi hanya ada sedikit perbedaan

merek.

3. Pembeiian kebiasaan, tipe pembeli kebiasaan adalah perilaku pembeli

konsumen dengan keterlibatan konsumen rendah dan berpedaan merek

sedikit.

4. Pembelian mencari variasi, adalah perilaku pembelian konsumen dengan

11
keterlibatan konsumen rendah tetapi perbedaan merek yang signifikan.

2.1.1.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2008:183) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian adalah:

1. Faklor Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.

2. Faktor Sosial

Seiain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor

faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran status sosial.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembeiian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,

keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

4. Faklor Psikoiogis

Piiihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi

utama: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.

2.1.1.4. Indikator Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan dalam pembelian produk dikemukakan

oleh Kotler dan Keller (2008:234) bahwa proses pengambilan keputusan

membeli melalui lima tahap yaitu :

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mulai mengenal suatu masalah

atau kebutuhan. Pembeli merasakan suatu perbedaan antara keadaan

yang actual dengan keadaan yang dia inginkan. Kebutuhan tersebut dapat

dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.

12
2. Pencarian Informasi

Seseorang yang tergerak oleh simultan akan berusaha untuk mencari lebih

banyak informasi. Proses pencarian informasi dapat dibedakan menjadi

dua tingkatan yaitu perhatian yang memuncak dan pencarian informasi

aktif.

3. Evaluasi Alternatif

Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut yang relevan dan

dianggap menonjol. Konsumen menilai dan mengevaluasi beberapa pilihan

berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan

sehingga alternatif yang dipilih.

4. Keputusan Pembelian

Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat

diterima bila perlu konsumen menentukan dimana produk akan dipilih.

5. Perilaku Setelah Membeli

Proses ini konsumen akan mengalami suatu tingkatan kepuasan atau

ketidakpuasan yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.

2.1.2. Store Atmosphere

2.1.2.1. Pengertian Store Atmosphere

Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008:106) store atmosphere adalah

istilah yang digunakan untuk menggambarkan usaha peritel untuk mendesain

lingkungan fisik toko guna menarik konsumen sasarannya. Sedangkan menurut

Utami (2010:255) store atmosphere (suasana toko) merupakan kombinasi dari

karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan,

warna, temperatur, musik, aroma secara menyeluruh akan menciptakan citra

dalam bentuk konsumen. Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan oleh

13
ritel. Ritel berupaya untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan

layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat

fashionable.

Kotler dan Keller (2010:177) mengatakan bahwa store atmosphere

merupakan unsur lain yang dimiliki toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik

yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar-putar didalamnya.

Setiap toko mempunyai penampilan. Toko harus membentuk suasana terencana

yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk

membeli. Store atmosphere menurut Ma’ruf (2006:201) merupakan salah satu

marketing mix dalam gerai yang berperan penting dalam memikat pembeli,

membuat mereka nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan

mereka produk apa yang ingin dimiliki baik untuk keperluan pribadi, maupun

untuk keperluan rumah tangga.

Atmosfer toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap

perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus

yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. Atmosfer

toko juga telah menjadi pusat diskusi baru sebagai sarana untuk menciptakan

pengalaman konsumsi yang menyenangkan (Hedrick dkk, 2002). Menurut

Berman dan Evan (2010) dalam Agusta (2013:27) store atmosphere dapat

diartikan bahwa bagi sebuah toko, penting untuk menonjolkan tampilan fisik,

suasana toko berguna untuk membangun citra dan menarik minat pelanggan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut store atmosphere (suasana toko)

adalah kombinasi karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata ruang, papan

tanda dan pajangan, pewarnaan, pencahayaan, suhu udara, suara dan aroma,

14
dimana semua itu bekerja bersama-sama untuk menciptakan citra perusahaan di

dalam benak pelanggan.

2.1.2.2. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Store Atmosphere

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko

menurut Lamb dkk (2001) yaitu :

1. Jenis karyawan dan kepadatan yaitu karakteristik umum dari karyawan

yang mereka miliki. Contoh : kerapian, tingkat wawasan, dan tingkat

keramahan.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan yaitu jenis barang yang mereka

tawarkan, bagaimana mereka menawarkan serta memajang barang

tersebut menentukan suasana yang ingin diciptakan oleh pengecer.

3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan perlengkapan tetap harus

sesuai dan konsisten dengan tema awal yang ingin diciptakan. Pemilihan

furniture dan peralatan yang ada disesuaikan dengan suasana yang ingin

dicapai. Sebagai contoh outlet biru, sebuah distro kaum muda yang

berkesan trendi dan modern memilih furniture yang bergaya minimalis dan

modern untuk menunjang tema yang ingin dicapai.

4. Bunyi suara musik dapat berdampak respon positif maupun negatif dari

pelanggan. Karena musik dapat membuat seorang konsumen tinggal lebih

lama dan membeli lebih banyak barang, atau malah lebih cepat

meninggalkan toko.

5. Aroma atau bau juga mempunyai dampak positif dan negatif bagi penjulan.

Penelitian menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan

secara lebih positif, menghabiskan waktu yang berlebih untuk berbelanja

dan umumnya bersuasana hati lebih baik jika ada aroma yang disukai.

15
2.1.2.3. Indikator Store Atmosphere

Menurut Berman dan Evans (2010) dalam Agusta (2013:27) store

atmosphere meliputi :

1. Exterior (bagian luar toko)

Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko

tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.

2. General Interior (bagian dalam toko)

Desain interior di dalam toko haruslah dirancang untuk memaksimalkan

visual merchandising. Display yang baik adalah display yang dapat menarik

perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,

memeriksa, memilih barang dan akhirnya melakukan pembelian.

3. Store Layout (tata letak toko)

Pengelola harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan fasilitas

toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang seefektif

mungkin, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangannya.

4. Interior Point Of Purchase (POP) Display

Mempunyai dua tujuan utama dalam penataannya yaitu memberikan

informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere. Hal ini

dapat meningkatkan penjualan dan laba toko.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang membahas tentang pengaruh

store atmosphere terhadap keputusan pembelian oleh para peneliti tersebut,

16
dalam penelitian ini dijadikan sebagai dasar pijakan empirik yang nantinya di

harapkan memperkaya kajian tentang masalah store atmosphere terhadap

keputusan pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Cristinto dan Hadi (2018) dengan judul

pengaruh store atmosphere dan promosi terhadap keputusan pembelian pada

Gramedia Matos Malang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa store atmosphere tidak

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Sedangkan promosi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Astutik dkk (2018) dengan judul penelitian

pengaruh store atmosphere, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian

(Studi pada Toko Ritel Mitra 10 Wiyung Surabaya). Alat analisis yang digunakan

adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa store

atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Sedangkan harga dan promosi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

keputusan pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Fikri dan Mulazid (2018) dengan judul

penelitian pengaruh brand image, lokasi dan store atmosphere terhadap proses

keputusan pembelian konsumen pada Minimarket Kedai Yatim. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa

brand image, lokasi, dan store atmosphere secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian konsumen.

Penelitian yang dilakukan oleh Jaya dan Suparna (2018) dengan judul

pengaruh atmosfer toko, kesesuaian harga terhadap keputusan pembelian

17
konsumen pada Temday Store Denpasar. Metode analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa

atmosfer toko dan kesesuaian harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian baik secara parsial maupun simultan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2018) dengan judul penelitian

analisis pengaruh store atmosphere dan lokasi toko terhadap keputusan

pembelian El’s Coffe Bandar Lampung. Alat analisis yang digunakan adalah

analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa store

atmosfer berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian baik secara

parsial maupun simultan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasbi (2018) dengan judul penelitian

pengaruh store atmosphere dan kelompok referensi terhadap keputusan

pembelian konsumen pada Warkop Radja Gowa. Alat analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa store

atmosphere dan kelompok referensi secara parsial maupun simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Tansala dkk (2019) dengan judul

penelitian pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian di

Gramedia Manado. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier

sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa store atmosphere memberi

pengaruh positif dan kuat terhadap keputusan pembelian konsumen. Tabel

penelitian terdahulu dapat dilihat berikut ini.

18
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Hasil Penelitian Variabel Penelitian Perbedaan

1 Pengaruh store Store atmosphere Variabel Independen : 1. Obyek dan metode


atmosphere dan promosi tidak berpengaruh X1 : Store atmosphere Penelitian
terhadap keputusan secara positif dan X2 : Promosi 2. Waktu penelitian
signifikan terhadap
pembelian pada 3. Tempat Penelitian
keputusan pembelian.
Gramedia Matos Malang. Sedangkan promosi Variabel dependen : 4. Promosi
Oleh Cristinto dan Hadi memiliki pengaruh Y : Keputusan
(2018). yang positif dan Pembelian
signifikan terhadap
keputusan pembelian.
2 Pengaruh store Store atmosphere Variabel Independen : 1. Obyek dan metode
atmosphere, harga dan berpengaruh positif X1 : Store atmosphere Penelitian
promosi terhadap dan signifikan X2 : Harga 2. Waktu penelitian
terhadap keputusan
keputusan pembelian X3 : Promosi 3. Tempat Penelitian
pembelian.
(Studi pada Toko Ritel Sedangkan harga dan 4. Harga
Mitra 10 Wiyung promosi berpengaruh Variabel dependen : 5. Promosi
Surabaya). Oleh Astutik positif dan tidak Y : Keputusan
dkk (2018). signifikan terhadap Pembelian
keputusan pembelian.
3 Pengaruh brand image, Brand image, lokasi, Variabel Independen : 1. Obyek dan metode
lokasi dan store dan store atmosphere X1 : Brand image Penelitian
atmosphere terhadap secara parsial X2 : Lokasi 2. Waktu penelitian
berpengaruh
proses keputusan X2 : Store atmosphere 3. Tempat Penelitian
signifikan terhadap
pembelian konsumen keputusan pembelian 4. Brand image
pada Minimarket Kedai konsumen. Variabel dependen : 5. Lokasi
Yatim. Oleh Fikri dan Y : Keputusan
Mulazid (2018). Pembelian
4 Pengaruh atmosfer toko, Atmosfer toko dan Variabel Independen : 1. Obyek dan metode
kesesuaian harga kesesuaian harga X1 : Store atmosphere Penelitian
terhadap keputusan berpengaruh positif X2 : Promosi 2. Waktu penelitian
dan signifikan
pembelian konsumen 3. Tempat Penelitian
terhadap keputusan
pada Temday Store pembelian baik Variabel dependen : 4. Promosi
Denpasar. Oleh Jaya dan secara parsial Y : Keputusan
suparna (2018). maupun simultan. Pembelian

19
5 Pengaruh store Store atmosfer Variabel Independen : 1. Obyek dan metode
atmosphere dan lokasi berpengaruh X1 : Store atmosphere Penelitian
toko terhadap keputusan signifikan terhadap X2 : Lokasi 2. Waktu penelitian
keputusan pembelian
pembelian El’s Coffe 3. Tempat Penelitian
baik secara parsial
Bandar Lampung. Oleh maupun simultan. Variabel dependen : 4. Promosi
Pratama (2018). Y : Keputusan
Pembelian

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Judul Peneliti Hasil Penelitian Variabel Penelitian Perbedaan
6 Pengaruh store Store atmosphere Variabel Independen : 1. Obyek dan metode
atmosphere dan dan kelompok X1 : Store atmosphere Penelitian
kelompok referensi referensi secara X2 : Promosi 2. Waktu penelitian
terhadap keputusan parsial maupun 3. Tempat Penelitian
pembelian konsumen simultan Variabel dependen : 4. Promosi
pada Warkop Radja berpengaruh positif Y : Keputusan
Gowa. Oleh Hasbi dan signifikan Pembelian
(2018). terhadap keputusan
pembelian.
7 Tansala dkk (2019) Store atmosphere Variabel Independen : 1. Obyek dan metode
dengan judul penelitian memberi pengaruh X1 : Store atmosphere Penelitian
pengaruh store positif dan kuat 2. Waktu penelitian
atmosphere terhadap terhadap keputusan Variabel dependen : 3. Tempat Penelitian
keputusan pembelian di pembelian konsumen Y : Keputusan
Gramedia Manado. Oleh Pembelian
Tansala dkk (2019).

2.3. Kerangka Pikir

2.3.1. Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan


Pembelian

Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi seorang konsumen

yang akan menyebabkan meningkatnya atau menurunnya pembelian. Keadaan

emosional akan membuat dua perasaan yang dominan, yaitu perasaan senang

dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psychological set ataupun

keinginan yang bersifat mendadak (Sutisna, 2003).

Store atmosphere yang didesain secara tepat dan baik akan dapat

mendorong konsumen untuk pasti membeli barang. Unsurunsur pendukung

20
suasana ruang yang mencakup bagian depan toko, interior, layout dan interior

display, kesemuanya akan terintegrasi membentuk suatu citra atau image toko

yang diharapkan. Citra toko di mata pengunjung dapat menjadi stimuli untuk

masuk ke dalam toko, yang berlanjut pada proses interaksi hingga pembelian.

Karenanya penting bagi semua pihak terkait untuk dapat memahami dengan baik

obyek toko maupun citra yang dinginkan agar desain yang dihasilkan bukan

hanya sekedar desain yang menarik namun ideal dan dapat menjual (Huda dan

Martaleni, 2007). Atmosfir toko tersebut dapat memberikan respon dan

menciptakan kenyamanan bagi konsumen pada saat menikmati suasana di

dalam toko, dan dalam kelanjutannya dapat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen (Sumarwan, 2004).

Kalangi (2010:29) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan

suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang

hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Pada

dasarnya manusia bertindak secara rasional dengan cara mempertimbangkan

segala jenis informasi yang mereka dapatkan dan mempertimbangkan segala

sesuatu yang bisa muncul dari tindakannya sebelum melakukan perilaku tertentu.

Menurut Levy dan Weitz (2007:167) store atmosphere bertujuan untuk

menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka untuk

mencari barang yang dibutuhkan, memotivasi mereka untuk membuat

perencanaan secara mendadak, mempengaruhi mereka untuk melakukan

pembelian, dan memberikan kepuasan dalam berbelanja. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa store atmosphere yang dilaksanakan dengan baik

akan memberikan pengaruh positif terhadap keputusan pembelian oleh

konsumen.

21
Berdasarkan Konsep alur pikir dari masing – masing variabel penelitian di

atas, menjelaskan adanya keterkaitan antara variabel store atmosphere (X1)

yang cenderung berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian (Y). Guna

menjelaskan keterkaitan variabel tersebut, berdasarkan pada kajian pustaka dan

penelitian sebelumnya maka kerangka berfikir/konseptualnya selanjutnya dapat

digambarkan skema kerangka berfikir sebagai berikut :

Store Atmosphere Keputusan Pembelian


(X1) (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Uji Parsial

1.

2.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, penelitian terdahulu dan

landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

Store atmosphere mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap


keputusan pembelian di Indomaret Kota Ternate.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indomaret Kota Ternate, dengan pertimbangan

kemampuan peneliti dalam penelitian sehingga akan mempermudah dalam

memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada

bulan Desember 2020 sampai Januari 2021.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015:72) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang

berkunjung di Indomaret Kota Ternate.

3.2.2. Sampel

Menurut Arikunto (2005:117) sampel adalah sebagian dari populasi yang

diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling, yaitu teknik

yang tidak memberikan kesempatan yang sama terhadap anggota populasi

(Sugiyono, 2015:84). Teknik ini digunakan karena jumlah populasi yang tidak

diketahui. Teknik non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah convenience/accidental sampling. Accidental sampling yaitu teknik

23
penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok

sebagai sumber data (Sugiyono, 2015:85).

3.3. Jenis dan Sumber Data

Sebagai upaya untuk memperkuat penulisan pada penelitian ini. Maka

peneliti menggunakan jenis data primer. Mas’ud (2004:14) mendefinisikan data

primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.

Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari

kuesioner, yakni identitas responden serta tanggapan responden terhadap

pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner yang terkait dengan variabel yang

akan diteliti.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:114) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Untuk memperoleh data dan informasi

yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penelitian menggunakan teknik

pengumpulan data menggunakan metode kuesioner, yakni sebuah set

pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap

pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam menguji

hipotesis.

3.5. Model dan Analisis Data

3.5.1. Analisi Regresi Linier Berganda

24
Model analisis data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model

analisis regresi linier berganda. Alasan menggunakan model ini karena penulis

ingin mengetahui seberapa besar pengaruh yang bermakna variabel store

atmosphere (X1) terhadap keputusan pembelian (Y).

Model analisis regresi linier berganda dalam perhitungan akan di olah

dengan menggunakan program SPSS 16, sehingga akan diketahui berapa besar

pengaruh store atmosphere (X1) terhadap keputusan pembelian. Sedangkan

pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Adapun formula

dari model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

y = a + β 1 x 1+e

Dimana:

Y = Keputusan Pembelian

x 1 = Store Atmosphere

a = Konstanta persamaan regresi

β = Koefisien regresi dari masing-masing variabel

e = Standar eror

3.5.2. Teknik Pengelolaan Data

Analisis data kuantitatif menggunakan bantuan program SPSS 16 for

windows, dan hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pembuktian

hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian data dengan menggunakan uji

validitas, reliabilitas dan uji asumsi klasik.

3.5.2.1. Uji Statistik Deskriptif

25
Uji Deskriptif deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), stdandar deviasi, maksimum dan

minimum. Uji deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan atau

mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah

untuk dipahami.

3.5.2.2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2011:41). Item pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai

nilai r hitung yang lebih besardari r standar yaitu 0.3.Bila nilai korelasi dibawah

0.3 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga

harus diperbaiki atau dibuang.

Uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011:41). Metode uji

reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini, adalah dengan

menggunakan fasilitas SPSS, yakni dengan uji statistik cronbach alpha. Suatu

konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0.6.

3.5.3. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik

sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan

26
bermanfaat. Dalam uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multkoilinearitas

dan uji heterokesdastitas (Ghozali, 2011:43).

3.5.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji

kolmogorov Smirnov satu arah. Pengambilan kesimpulan untuk menentukan

apakah suatu data mengikuti distribusi normal atau tidak adalah dengan menilai

nilai signifikannya. Jika signifikan > 0,05 maka variabel berdistribusi normal dan

sebaliknya jika signifikan <0,05 maka variabel tidak berdistribusi normal (Ghozali,

2011:43).

3.5.3.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas memiliki arti bahwa terdapat korelasi linear sempurna

atau pasti diantara dua atau lebih variabel independen. Adanya multikolinieritas

menyebabkan standar deviasi masing-masing koefisien regresi akan sangat

besar sehinga membuat bias signifikansi pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya

multikolinieritas adalah dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF).

Batas VIF adalah 0,10 artinnya jika VIF lebih besar dari 10 maka variabel

tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain.

3.5.3.3. Uji Heterokedastisitas

27
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah terdapat ketidaksamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi

yang memenuhi persyaratan adalah homoskedastisitas atau atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan

melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED

(Ghozali, 2011:43). Adapun dasar analisisnya sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.4. Pengujian Hipotesis

Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows,

hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pembuktian hipotesis yang

diajukan. Pembuktian hipotesis yang diajukan menggunakan uji statistik sebagai

berikut :

3.5.4.1. Pengujian Secara Parsial

Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) digunakan untuk

mengetahui apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan

regresi secara individual berpengaruh terhadap nilai variabel dependen (Ghozali,

2011:45). Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1 terhadap Y

28
secara individual (parsial) maka digunakan uji t. yaitu untuk mengikuti keberartian

koefesien regresi parsial, dengan rumus sebagai berikut :

H0 : B1 = 0 dan Ha : B1 ≠ 0

Pengujian dilakukan dengan uji t caranya adalah membandingkan t hitung

dengan t tabel pada α = 0,05 Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa:

1. thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dimaksudkan bahwa

variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas, dan ada

pengaruh di antara kedua variabel yang diuji.

2. thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Hal ini dimaksudkan bahwa

variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel tidak bebasnya dan tidak

ada pengaruh diantara kedua variabel yang diuji.

3.6. Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu

variabel di ukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran

tersebut:

1. Store Atmosphere (X1).

Store atmosphere dapat diartikan bahwa bagi sebuah toko, penting untuk

menonjolkan tampilan fisik, suasana toko berguna untuk membangun citra

dan menarik minat pelanggan (Berman dan Evan (2010) dalam Agusta

(2013:27). Indikatornya yaitu; Exterior, general interior, store layout dan

interior point of purchase (pop) display.

2. Keputusan Pembelian (Y).

29
Keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan. (Kotler dan Amstrong, 2008:181). Indikatornya yaitu;

Pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian dan perilaku pasca pembelian (Kotler dan Amstrong, 2008:181).

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah meliputi

variabel store amosphere terhadap keputusan pembelian. Secara rinci defenisi

operasional variabel dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No
Variabel Konsep Indikator Skala Kuesioner

1 2 3 5 6

Store atmosphere dapat


diartikan bahwa bagi sebuah Exterior Likert 1
Store toko, penting untuk
Atmosphere menonjolkan tampilan fisik, General Likert 2
interior,
suasana toko berguna untuk
(X1)
membangun citra dan store layout Likert 3
menarik minat pelanggan.
Interior point of
purchase (pop)
display. Likert 4
(Berman dan Evan (2010)
dalam Agusta (2013:27).

Keputusan Keputusan pembelian Pengenalan


Pembelian merupakan suatu kegiatan kebutuhan Likert 1
individu yang secara
(Y) langsung terlibat dalam Pencarian Likert 2
mendapatkan dan informasi
mempergunakan barang
Evaluasi Likert 3
yang ditawarkan.
alternatif

30
Keputusan
pembelian
(Kotler dan Amstrong, Likert 4
2008:181).
Perilaku pasca
pembelian Likert 5

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Rifki Arga, 2013. Pengaruh Store Atmosphere dan Word of Mouth
terhadap Minat Beli Konsumen (Studi pada Konsumen The House of
Raminten Yogyakarta). Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

Arisman, 2015. Pengaruh Store A Tmosphere Terhadap Keputusan Pembelian


(Studi pada Hypeimart Palerabang Indah Mall). Skripsi Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Astutik, Ayu Dwi., Pujianto, Agung dan Maduwinarti, Ayun, 2018. Pengaruh Store
Atmosphere, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
(Studi pada Toko Ritel Mitra 10 Wiyung Surabaya). Artikel Ilmiah
Administrasi Bisnis.

Christinto, I. M Diranata dan Hadi, Musthofa, 2018. Pengaruh Store Atmosphere


dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian pada Gramedia Matos
Malang. J A B Jurnal Aplikasi Bisnis. Vol. 4, No 2.

Dharmmesta dan Handoko, 2011. Manajemen pemasaran-analisis perilaku


konsumen. Yogyakarta: BPFE.

Fikri, M.Z dan Mulazid, A.S, 2018. Pengaruh Brand Image, Lokasi dan Store
Atmosphere Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pada
Minimarket Kedai Yatim. Jurnal Syarikah. Vol. 4, No 1.

Fuad, Muhammad. 2009. Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian


Konsumen di Toko Buku Gramedia Malang.

Hatane, Semuel, 2007. Perilaku dan Keputusan Pembelian Konsumen Restoran


Melalui Stimulus 50% Discount di Surabaya. Jurnal Manajemen
Pemasaran Universitas Kristen Petra Surabaya.

31
Hedrick, Natalie., Harmen Oppewal dan Michael Beverland, 2002. Store
Atmosphere effects on Customer Perceptions of the Retail Sales
Person. Hlm: 96-97.

Huda, Akhsanul dan Martaleni, 2007. Penerapan Strategi Physical Surrounding


terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Lesehan dan Galeri
Joglo Dau. Jurnal Manajemen Gajayana. Vol. 4 No. 1. Hlm. 1-14.

Ilyas, M. Amin dan Hufron, 2016. Pengaruh Atmosfer Toko, Promosi dan
Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian di Indomaret Tlogomas. E-
Jurnal Riset Manajemen.

Indriastuty, Nina., Hadiyatno, Didik dan Juwari, 2017. Store Atmosphere


Mempengaruhi Keputusan Pembelian pada Retailer Giant Ekstra
Balikpapan. Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi
dan Bisnis. Hal 269-283.

Jaya, Handy Surya dan Suparna, Gede, 2018. Pengaruh Atmosfer Toko,
Kesesuaian Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada
Temday Store Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 6.

Kalangi, Audrey, 2010. Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan


Pembelian para Konsumen yang Berbelanja di Gelael Supermarket
(Cabang Mega Mall Manado). Skripsi Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Karmela F, Lili dan Jujun Junaedi. 2009. Pengaruh Store Atmosphere


terhadap Minat Beli Konsumen pada Toserba Griya Kuningan. Vol.
5, No. 9. Hal 94-106.

Kotler, Phillip dan Amstrong Gary, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1.


Jakarta: Erlangga.

Kotler, Phillip, 2008. Manajemen Pemasaran,Jilid II, Edisi Kesebelas. Jakarta,


P.T Indeks Gramedia.

Kotler, Phillip dan Keller, K. L, 2010. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa: Bob
Sabran. Jilid 1. 12 ed. Jakarta: Erlangga.

Lamb, Hair, dan McDaniel, 2001. Pemasaran, Buku 1. Penerjemah David


Octarevia. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Levy, Michael & Weitz, Barton A, 2007. Retailling Management (4th ed). New
York: McGrawHill/Irwin.

Ma'ruf, H, 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

32
Meldarianda, Resti dan Henky Lisan S, 2010. Pengaruh Store Atmosphere
terhadap Minat Beli Konsumen pada Resort Café Atmosphere
Bandung. Jurnal Bisnis dan Ekono. Vol.17, No. 2. Hal 97-108.

Melisa, Yuda. 2012. Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel terhadap


Keputusan Pembelian Ulang Konsumen Mega Prima Swalayan
Payakumbuh. Jurnal Manajemen. Vol. 1, No. 1. Hal 1-20.

Mowen, John C dan Minor, Michael, 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta:


Erlangga.

Pratama, Riddo Rizkha, 2018. Analisis Pengaruh Store Atmosphere dan Lokasi
Toko Terhadap Keputusan Pembelian El’s Coffe Bandar Lampung.
Skripsi Institut Informatika Dan Bisnis Darmajaya.

Sopiah dan Syihabudhin, 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.
Suharno, 2010. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: ANDl.

Sumarwan, Ujang, 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam


Pemasaran. PT. Ghalia Indonesia. Bogor.

Sutisna, 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Tansala, Desilsan., Tumbel, Tinneke M. dan Walangitan, Olivia F. C, 2019.


Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian di
Gramedia Manado. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 8 No. 1.

Usti, Yessi Mariana dan Fitriani, Lili Karmela, 2018. Pengaruh Store Atmosphere
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Toserba Terbit
Kuningan (Survey pada Konsumen Toserba Terbit Kuningan).
Indonesian Journal Of Strategic Management. Vol. 1, No 1.

Utami, Christina, 2006. Manajemen Ritel :Strategi dan Implementasi Ritel


Modern. Selemba Empat, Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai