Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dzikra

Nim : 1713060261
Lokal : Eksya-C
Tugas Mid : Metodologi Penelitian
Dosen : Dr. Davy Hendri, Se, M.Si

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Diawal tahun 2020, dunia digempakan dengan merebaknya Virus baru yaitu corona virus
jenis baru (SARS-Cov-2) dan penyakitnya disebut coronavirus diase 2019 (covid-19).
Diketahui asal mula virus berasal dari tiongkok. Ditemukan pada akhir desember tahun 2019,
sampai saat ini dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus satu ini. (Data WHO,
1 maret 2020 PDPT, 2020).
World Health Organization memberi namatersebut severe acute respitatory syndrome
corronavirus-2 (SARS-COV-2) dan nama penyakitnya sebagai corronavirus diare 2019
(covid-19) (WHO.2020). pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah
dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu.
Selain itu terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien.
Saat ini sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut data WHO pertanggal 2
maret 2020 jumlah penderita 90.308 terinfeksi covid-19. Di Indonesia pun saat ini terinfeksi
2 orang. Angka kematian mencapai 3.087 atau 2,3% dengan angka kesembuh3(WHO,2020).
Untuk mengurangi penyebaran covid-19 ini pemerintah memberlakukan PSBB
(pembatasan sosial berskala besar) yang mana masyarakat diharuskan melakukan segala
aktivitas dirumah. Pemerintah juga menghimbau kepada masyarakat untuk selalu masker,
mencuci tangan, menjaga kesehatan dengan selalu mematuhi protokol kesehatan , agar tidak
tertular covid-19.
Dampak covid-19 ini terlihat hampir diseluruh sektor kehidupan masyarakat. Aktivitas
sosial dilarang dan ditunda sementara waktu, melemahnya ekonomi, pelayanan transportasi
dikurang dan diatur dengan ketat, pariwisata ditutup. Pusat perbelanjaan sepi pengunjung dan
ditutup informal seperti ojek online, sopir angkot, pedagang kaki lima, pedagang keliling,
UMKM dan kuli kasar penurunan pendapatan. Pusat-pusat perdagangan seperti mol, pasar
tanah abang yang biasanya ramai dikunjungi oleh masyarakat mendadak sepi dan saat ini
ditutup sementara sektor pariwisata mengalami penurunan, pemerintah menutup tempat
wisata, tempat hiburan, bekerja dan belajar pun dilakukan secara online.
Salah satu yang terkena dampak covid-19 adalah Nagari Lawang, Kecamatan Matur,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Di Nagari Lawang masyarakat belum ada yang
terkena covid-19, sehingga masyarakat masih bisa melaksanakan aktivitas diluar rumah,
dengan anggapan bahwa nagari Lawang belum ada yang terkena covid-19. Akan tetapi pada
tanggal 22 april-5 mei 2020 pemerintah Sumatera Barat memberlakukan PSBB untuk
mencegah perluasan infeksi covid-19, sehingga masyarakat tidak diperbolehkan untuk keluar
rumah. Pada masa inilah perekonomian masyarakat terancam.
Nagari lawang merupakan nagari yang perekonomiannya berasal dari tebu. Tebu
merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki kandungan gula yang tinggi pada
batangnya. Tebu adalah tanaman yang paling banyak ditanami di daerah tersebut yang lebih
dikenal sebagai “tebu lawang”.
Berdasarkan data produksi tebu di provinsi Sumatera Barat pada lima tahun berakhir
(2010-2015) terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produksi tebu sebesar 14.908
ton. 2011 produksi tebu sebesar 14.915 ton. 2012 produksi tebu sebesar 14.921 ton. 2013
produksi tebu sebesar 15.023 ton dan pada tahun 2014 produksi tebu sebesar 15.063 ton
(Dinas perkebunan Sumbar 2014). Dari data tersebut produksi tebu di Provinsi Sumatera
Barat terus mengalami peningkatan, dan Agam merupakan kabupaten penghasil produksi
tebu sebesar di Sumatera Barat, karena dari hasil produksi tanaman tebu pada tahun 2014
sebesar 8,259 ton merupakan hasil produksi tanaman tebu di Kabupaten Agam dari 15.063
ton. Para petani di Lawang menggunakan lahannya untuk ditanami tebu, karena tebu di olah
menjadi gula merah “saka lawang” dan para petani juga menggunakan tebunya untuk dijual
yang dijadikan tebu batangan. Tebu batangan merupakan tebu yang memiliki kualitas yang
lebih bagus untuk dijual keluar daerah. Dari penjelasan ini penulis hanya meneliti terbatas
kepada tebu batangan.
Penjualan tebu batangan tergantung kepada permintaan tebu batangan. Apabila
permintaan tebu batangan banyak maka penjualannya pun akan meningkat.
Didalam teori ekonomi yang dimaksud dengan “permintaan” ialah keinginan konsumen
untuk memilki dan menguasai barang dan jasa dan keinginan ini didukung oleh kekuatan
untuk membeli atau menukar barang dan jasa tersebut. Dalam sitem harga, yang dimaksud
dengan “barang yang diminta” ialah keinginan untuk membeli yang didukung oleh uang yang
cukup untuk membayar barang yang diinginkan itu sendiri bisa di definisikan dengan
berbagai kemungkinan jumlah barang atau jasa yang diminta oleh pembeli pada berbagai
tingkat harga untuk periode tertentu dan dalam suatu pasar tertentu.
Pada masa covid-19 permintaan terhadap tebu batangan terjadi penurunan drastis yang
mana sebelum covid-19 permintaan tebu batangan sangat banyak namun setelah covid-19
terjadi penurunan. Hal ini membuat para petani tebu batangan sangat resah karena sebagian
masyarakat nagari Lawang sumber mata pencaharian hanya dari tebu.
Salah satu petani tebu batangan yang merasakan dampak covid-19 ini adalah Marlin
Tanjung (59), salah seorang petani tebu di Nagari Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten
Agam, Provinsi Sumatera Barat, mengataka bahwa kondisi saat ini berbeda dengan
sebelumnya.
Sebelum corona, kami rutin mengeluarkan tebu batangan ke pulau jawa, pekanbaru, dan
beberapa daerah provinsi tetangga. Namun saat ini permintaan sedikit sekali dan menurun
drastis, jauh lebih kurang dari biasanya “ujar Marlin Tanjung, pada sabtu 25 juli 2020”.
Disinggung mengenai harga jual, Marlin mengatakan bahwa harga tebu lawang berkisar
antara Rp.3000 hingga Rp.3.300 perbatangnya.
Diakui covid-19 tidak mempengaruhi harga jual, namun permintaan tebu sangat jauh
berkurang.
Diluar pengeluaran ke Jawa, biasannya agak terjual agak lima puluh batang, kami sudah
dapat Rp.150.000. kalau kini tidak ada penjualan sama sekali, “ujar Marlin”.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dampak
covid-19 terhadap permintaan tebu batangan (studi kasus Nagari Lawang, Kecamatan Matur,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat).

Anda mungkin juga menyukai