a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Blechnales
Famili : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
Spesies : Stenochlaena palustris
b.Morfologi
Kelakai merupakan paku tanah, yang memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang
yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik kerapkali dengan tubas
yang merayap, tumbuhnya secara perlahan atau epifit dengan akar utama berada di tanah.
Daun kelakai menyirip tunggal, dan dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-
20 cm, yang cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang
muda kerap kali berwarna keungu-unguan; anak daunnya banyak, bertangkai pendek,
berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip baji atau membulat,
kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan halus, yrat daun berjarak lebar, anak
daun fertil lebarnya 2-5 mm (Hessler et al., 2000).
C.Fisiologi
Kelakai (Stenochlaena palustris) memiliki kandungan zat besi yang cukup tinggi.
Hasil analisis penelitian (Maulidya dkk., 2006),mineral Fe tertinggi 291,32 mg per100 g.
vitamin C tertinggi terdapat di batang 264 mg per 10 g dan vitamin A tertinggi terdapat di
daun 26976,29 ppm. Kandungan fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid tertinggi terdapat
pada batang ,sebesar 3,010%, 3,817% dan 2,583%. Senyawa bioaktif yang paling dominan
adalah alkaloid.
Selain tumbuhan kelakai yang berfungsi sebagai obat, Jahe (Zingiber officinale)
merupakan salah satu rempah-rempah penting yang digunakan sebagai bumbu masak,
pemberi aroma dan rasa pada makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu
tradisional.Gingerone dan gingerol pada jahe berperan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli dan B. subtilis, sedangkan kemampuan antioksidannya berasal dari kandungan
gingerol dan shogaol (Irfan, 2008).
Berdasarkan hasil analisis, Kalakai dapat dijadikan pangan fungsional dan bahan baku
pembuatan teh memberikan alternative lain untuk memperoleh manfaat kandungan Fe dalam
kelakai, akan tetapi daun kelakai memiliki kelemahan dari segi aroma yang dihasilkan jika
dibuat sebagai minuman herbal. Untuk menanggulangi kelemahan aroma dari minuman
herbal daun kelakai maka dapat diformulasikan dengan jahe yang diketahui memiliki aroma
yang kuat dan dominan serta memiliki khasiat sebagai tanaman obat.Selama ini pemanfaatan
Kelakai masyarakat Desa Kuala Dua yaitu sebagai sayur tumis dan sebagian diolah menjadi
keripik kelakai.
Keripik Kelakai Tumis Sayur Kelakai
4.Teh Herbal Kelakai
Kandungan besi pada daun kelakai yaitu 291,32 mg/100 g bahan, hal ini
memungkinkan daun kelakai berkhasiat sebagai pencegah anemnia atau sebagai penambah
darah.kandungan yang terdapat pada kelakai, terutama kandungan Fe yang tinggi dan belum
dimanfaatkan dengan baik, maka perlu adanya inovasi baru dalam bentuk olahan yang lebih
menarik,salah satunya minuman herbal. Pemanfaatan kelakai sebagai minuman herbal dapat
diformulasikan dengan jahe.Minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari tanaman atau
tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam kesehatan atau pengobatan
dalam bentuk seperti minuman “teh”, contohnya rebusan dari bagian-bagian tanamannya
yang diseduh dengan air mendidih (Tasia dan Widyaningsih, 2014).
Prosedur Penelitian
1. Proses pembuatan minuman herbal kelakai dan jahe, sebagai berikut : Persiapan
bahan yaitu daun kelakai dan jahe, kemudian proses sortasi dilakukan sebagai cara
untuk penyeragaman ukuran bahan yang akan digunakan dengan parameter yang
meliputi tingkat ketuaan masing-masing bahan, serta kondisi kedua bahan tidak rusak,
lalu pembersihan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel setelah itu
dilakukan pencucian pada air mengalir,proses pengirisan dilakukan sebagai tujuan
untuk pengecilan ukuran daun kelakai.
2. Pengirisan juga dilakukan pada jahe dengan cara mengiris tipis-tipis agar kandungan
sari atau ekstrak jahe tidak hilang,proses pengeringan bahan daun kelakai dan jahe
dilakukan menggunakan metode pengeringan daun kelakai menggunakan oven
dengan suhu sekitar 55 ºc selama 12 jam dan pada jahe dengan suhu sekitar 55 ºc
selama 24 jam sampai bahan tersebut benar-benar kering, atau dengan menggunakan
sinar matahari secara tidak langsung yang ditutup dengan menggunakan kain
berwarna hitam, penggunaan kain berwarna hitam bertujuan agar simplisia tidak
langsung terpapar oleh sinar matahari dan mencegah kerusakan kandungan zat aktif
yang ada dalam tanaman.
3. pencampuran bahan yang telah dikeringkan kemudian dicampur sesuai dengan
perbandingan perlakuan yang ditentukan, setelah itu bahan dikemas menggunakan
kertas saring lalu ditimbang masing-masing beratnya sebanyak 2g, penyeduhan pada
bahan yang sudah ditimbang sebanyak 2 gram dengan menggunakan air hangat
dengan suhu 70-80˚C(tidak sampai panas atau mendekati mendidih) sebanyak 150
mL.