Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan Pangan Lokal : Teh Herbal Dari Formulasi Daun Kelakai

(Stenochlaena palustris) Dan Jahe (Zingiberofficinalerosc)


Yessi Lestari _ C1061201007_ITP_A
1.Ketahanan Pangan Lokal
Ketahanan pangan suatu daerah, khususnya aspek ketersediaan pangan, sangat
membutuhkan peran teknologi untuk menjamin ketersediaan pangan,yang mudah diperoleh
dengan harga produksi terjangkau masyarakat umum.Salah satu teknologi yang berperan
penting adalah teknologi pangan. Teknologi pangan berperan penting dalam meningkatkan
keanekaragaman pangan, nilai gizi pangan, dan keamanan pangan serta menekan kehilangan
hasil (food loss).
Teknologi pangan juga berperan dalam bidang keanekaragaman pangan,yaitu dengan
meningkatkan nilai tambah produk lokal, sehingga produk pangan lokal yang dihasilkan
menarik minat konsumen (Yusuf, 2015). Sebagai contoh, peningkatan peran pangan lokal
non beras dapat dilakukan dengan melakukan subtitusi (penambahan) atau komplemen
dengan beras atau gandum melalui pengembangan teknologi pengolahan produk pangan
sehingga tercipta produk pangan yang baru dengan menggunakan bahan lokal.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 menyebutkan bahwa
penganekaragaman pangan dilakukan dengan mengembangkan teknologi pengolahan dan
produk pangan. Oleh karena itu kajian terkait diversifikasi non beras berbasis pangan lokal
perlu dilakukan. Salah satu kajian yang perlu dikembangkan adalah teknologi produksi.
Menurut Yusuf (2015), kegiatan pengolahan pangan berbasis pangan lokal di tingkat rumah
tangga dan industri kecil belum berkembang dengan baik. Sebagian besar masyarakat tani
masih menjual dalam bentuk bahan segar dan membeli hasil olahan industri besar dengan
harga yang relatif mahal.walaupun program diversifikasi konsumsi pangan telah digulirkan
(sejak 1960an), namun justru pangan pokok telah bergeser yaitu pola pangan pokok yang
semula beragam dan berasal dari pangan lokal seperti jagung, ubi kayu,ubi jalar, Sagu, dan
lain-lain beralih ke pola tunggal dengan komoditi pangan pokok bukan beras beralih ke beras.
Pola tunggal pangan pokok akan membahayakan ketahanan pangan karena masing-
masing daerah tergantung pada suplai pangan dari luar daerah. Secara nasional, jika
kemampuan produksi bahan pangandomestik tidak dapat mengikuti peningkatan kebutuhan,
maka Indonesia akan terus menerus tergantung pada impor, yang akan menurunkan
ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu tantangan utama dalam pemantapan ketahanan
pangan adalah optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pangan domestik dan peningkatan
kapasitas produksi pangan dalam jumlah, kualitas, dan keragamannya.
Pemanfaatan pangan lokal di daerah masing-masing merupakan usaha yang dapat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah. Hal ini dapat dimulai dengan
mengenali jenis-jenis pangan lokal dan potensi pemanfaatannya sebagai bahan
pangan.Menurut Ariani dkk. (2013), pola konsumsi pangan pokok di Indonesia cenderung
merupakan pola pangan tunggal yaitu beras. Selain itu terdapat juga pola pangan pokok
kedua, yang semula dari umbi-umbian dan jagung bergeser ke terigu dan produknya seperti
mi instan. Sebelum melakukan diversifikasi bahan pangan lokal, perlu diketahui dengan baik
jenis-jenis bahan pangan lokal yang ada di Indonesia dan karakteristinya, yang meliputi
sebaran dan komposisi nutrisinya. Dengan demikian maka akan dapat dilakukan
pertimbangan implementasi produk pangan apa yang dapat dikembangkan sesual dengan
karakteristik bahan.
2. Potensi Pangan Lokal Di Daerah
Saat ini banyak daerah-daerah di Indonesia yang tidak sepenuhnya dapat mencapai
swasembada pangan, artinya tidak seluruh tidak seluruh wilayah dapat memenuhi kebutuhan
pangan yang beraneka ragam sehingga pada saat tertentu merlukan impor. Jika kemampuan
produksi bahan pangan domestik tidak dapat mengikuti peningkatan kebutuhan, maka pada
waktu yang akan datang Indonesia akan tergantung impor.
Kondisi ketergantungan terhadap impor akan berakibat tidak baik terhadap kondisi
ketahanan pangan nasional. Impor bahan pangan yang semakin banyak akan menurunkan
ketahanan pangan. karena menyebabkan ketergantungan pada kebijakan ekonomi negara lain,
Menurut Ariani dkk. (2013), berdasarkan perkiraan tersebut maka tantangan utama dalam
pemantapan ketananan pangan adalah optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pangan
domestik dan peningkatan kapasitas produksi pangan dalam jumlah, kualitas dan
keragamannya. Hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya
alam lokal sebagai bahan pangan.
Kalimantan Barat merupakan kawasan spesial di Indonesia karena merupakan salah
satu daerah yang dilalui garis khatulistiwa. Terdapatnya garis khatulistiwa menyebabkan
munculnya ragam vegetasi yang spesifik yang bermanfaat sebagai bahan pangan atau
penggunaan lainnya, seperti untuk pengobatan. Tanaman yang digunakan untuk pengobatan
(tanaman obat) biasanya merupakan tanaman liar yang tumbuh di hutan. Tanaman ini
diketahui mempunyai khasiat obat karena digunakan sebagai obat tradisional oleh penduduk
di sekitar hutan, yang terdiri dari beberapa suku. Menurut Wardani (2008) di Kalimantan
Barat terdapat lebih dari 1000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan sekitar
300 jenis sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
Berbagai tanaman dan hewan yang terdapat di Kalimantan Barat dapat dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat, sumber protein, sumber lemak,dan sumber bahan aktif
(fitokimia). Hingga saat ini kekayaan alam yang terdapat di Kalimantan Barat tersebut belum
dapat dimanfaatkan secara optimal. khususnya dalam hal penyediaan pangan. Menurut
Burhansyah,secara umum ketahanan pangan di wilayah Kalimantan Barat masih tergolong
rentan. Dari total 14 kabupaten/kota, terdapat 10 kabupaten termasuk dalam 100 kabupaten
yang rentan berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit. Kabupaten Landak termasuk
prioritas 1, sedangkan Kabupaten Kapuas Hulu,Melawi, Sekadau, Ketapang, Bengkayang,
Sambas, dan Sintang termasuk dalam Prioritas 2. Kabupaten Sanggau dan Pontianak
termasuk prioritas 3.
Pengetahuan tentang berbagai tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pangan
dan sumber gizi perlu terus menerus disebarluaskan agar sumber daya pangan lokal yang
tersedia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan di Kalimantan Barat.
Desa Kuala Dua merupakan wilayah kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dengan
kondisi tanah gambut, kondisi lingkungan tersebut akan berpengaruh jenis tanaman yang
tumbuh contohnya kelakai yang mudah dijumpai di tepi-tepi jalan. Kelakai hidup di daerah
tanah gambut, air tawar dan hutan belukar. Habitat tanaman kelakai ini memang di daerah
yang basah dan tergenang.Selama ini pemanfaatan kelakai belum optimal masyarakat hanya
mengolah sebagai sayuran dan hiasan saja.
3. Kelakai
Ketahanan pangan merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh
memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang
didasarkan pada optimasi pemanfaatan sumberdaya domestik (Balitbangtan, 2005).Desa
Kuala Dua merupakan wilayah kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dengan
kondisi tanah gambut, kondisi lingkungan tersebut akan berpengaruh jenis tanaman yang
tumbuh dan bermanfaat sebagai bahan pangan atau penggunaan lainnya, seperti untuk
pengobatan.Salah satu jenis tanaman yang termasuk sumber pangan yaitu kalakai
(Stenochlaena palutris).

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Blechnales
Famili : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
Spesies : Stenochlaena palustris
b.Morfologi
Kelakai merupakan paku tanah, yang memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang
yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik kerapkali dengan tubas
yang merayap, tumbuhnya secara perlahan atau epifit dengan akar utama berada di tanah.
Daun kelakai menyirip tunggal, dan dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-
20 cm, yang cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang
muda kerap kali berwarna keungu-unguan; anak daunnya banyak, bertangkai pendek,
berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip baji atau membulat,
kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan halus, yrat daun berjarak lebar, anak
daun fertil lebarnya 2-5 mm (Hessler et al., 2000).
C.Fisiologi

Kelakai (Stenochlaena palustris) memiliki kandungan zat besi yang cukup tinggi.
Hasil analisis penelitian (Maulidya dkk., 2006),mineral Fe tertinggi 291,32 mg per100 g.
vitamin C tertinggi terdapat di batang 264 mg per 10 g dan vitamin A tertinggi terdapat di
daun 26976,29 ppm. Kandungan fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid tertinggi terdapat
pada batang ,sebesar 3,010%, 3,817% dan 2,583%. Senyawa bioaktif yang paling dominan
adalah alkaloid.
Selain tumbuhan kelakai yang berfungsi sebagai obat, Jahe (Zingiber officinale)
merupakan salah satu rempah-rempah penting yang digunakan sebagai bumbu masak,
pemberi aroma dan rasa pada makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu
tradisional.Gingerone dan gingerol pada jahe berperan dalam menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli dan B. subtilis, sedangkan kemampuan antioksidannya berasal dari kandungan
gingerol dan shogaol (Irfan, 2008).
Berdasarkan hasil analisis, Kalakai dapat dijadikan pangan fungsional dan bahan baku
pembuatan teh memberikan alternative lain untuk memperoleh manfaat kandungan Fe dalam
kelakai, akan tetapi daun kelakai memiliki kelemahan dari segi aroma yang dihasilkan jika
dibuat sebagai minuman herbal. Untuk menanggulangi kelemahan aroma dari minuman
herbal daun kelakai maka dapat diformulasikan dengan jahe yang diketahui memiliki aroma
yang kuat dan dominan serta memiliki khasiat sebagai tanaman obat.Selama ini pemanfaatan
Kelakai masyarakat Desa Kuala Dua yaitu sebagai sayur tumis dan sebagian diolah menjadi
keripik kelakai.
Keripik Kelakai Tumis Sayur Kelakai
4.Teh Herbal Kelakai
Kandungan besi pada daun kelakai yaitu 291,32 mg/100 g bahan, hal ini
memungkinkan daun kelakai berkhasiat sebagai pencegah anemnia atau sebagai penambah
darah.kandungan yang terdapat pada kelakai, terutama kandungan Fe yang tinggi dan belum
dimanfaatkan dengan baik, maka perlu adanya inovasi baru dalam bentuk olahan yang lebih
menarik,salah satunya minuman herbal. Pemanfaatan kelakai sebagai minuman herbal dapat
diformulasikan dengan jahe.Minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari tanaman atau
tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam kesehatan atau pengobatan
dalam bentuk seperti minuman “teh”, contohnya rebusan dari bagian-bagian tanamannya
yang diseduh dengan air mendidih (Tasia dan Widyaningsih, 2014).
Prosedur Penelitian
1. Proses pembuatan minuman herbal kelakai dan jahe, sebagai berikut : Persiapan
bahan yaitu daun kelakai dan jahe, kemudian proses sortasi dilakukan sebagai cara
untuk penyeragaman ukuran bahan yang akan digunakan dengan parameter yang
meliputi tingkat ketuaan masing-masing bahan, serta kondisi kedua bahan tidak rusak,
lalu pembersihan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel setelah itu
dilakukan pencucian pada air mengalir,proses pengirisan dilakukan sebagai tujuan
untuk pengecilan ukuran daun kelakai.
2. Pengirisan juga dilakukan pada jahe dengan cara mengiris tipis-tipis agar kandungan
sari atau ekstrak jahe tidak hilang,proses pengeringan bahan daun kelakai dan jahe
dilakukan menggunakan metode pengeringan daun kelakai menggunakan oven
dengan suhu sekitar 55 ºc selama 12 jam dan pada jahe dengan suhu sekitar 55 ºc
selama 24 jam sampai bahan tersebut benar-benar kering, atau dengan menggunakan
sinar matahari secara tidak langsung yang ditutup dengan menggunakan kain
berwarna hitam, penggunaan kain berwarna hitam bertujuan agar simplisia tidak
langsung terpapar oleh sinar matahari dan mencegah kerusakan kandungan zat aktif
yang ada dalam tanaman.
3. pencampuran bahan yang telah dikeringkan kemudian dicampur sesuai dengan
perbandingan perlakuan yang ditentukan, setelah itu bahan dikemas menggunakan
kertas saring lalu ditimbang masing-masing beratnya sebanyak 2g, penyeduhan pada
bahan yang sudah ditimbang sebanyak 2 gram dengan menggunakan air hangat
dengan suhu 70-80˚C(tidak sampai panas atau mendekati mendidih) sebanyak 150
mL.

Teh Herbal Daun Kelakai


DAFTAR PUSTAKA
Balitbangtan. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 -2010. Balitbangtan,
Deptan. 60 hal.
Fahriza,A.,F.,dkk.(2021).Pemanfaatan Tepung Kelakai Sebagai Bahan Pangan Alternatif
Sumber Zat Besi Dalam Subtitusi Produk Cookies Chickpea Untuk Ibu Hamil Anemia. Jurnal
Pangan dan Gizi 11(2),88-99.
Juliani,E., Bernatal.S.,Hudaida.S.(2019). PENGARUH FORMULASI DAUN KELAKAI
(Stenochlaena palustris(Burm. f) Bedd) DAN JAHE (Zingiberofficinalerosc) TERHADAP
SIFAT SENSORIS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN HERBAL.Prosiding
Seminar Nasional Ke-2 Tahun 2019 Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda.53-61
Marisa,D., Istiana, Lisda.H., Eko.S.(2022).Pelatihan Pembuatan Minuman Serbuk Instan
Kelakai dan Inovasi Marketing pada Mahasiswa.SSEJ.2 (2), 37 - 43.
Maherawati,dan Dzul,F.2020.TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL.UNTAN
Press,Pontianak.
Mahdiyah,D., dkk.(2021). PEMANFAATAN KEKAYAAN HAYATI LOKAL: TEH
FERMENTASI DARI KELAKAI (Stenochlaena palustris) SEBAGAI PRODUK
KEWIRAUSAHAAN.Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas 7(1),124-130.
Purwandari,S.E.(2013).KALAKAI SEBAGAI SAYURAN ORGANIK KALIMANTAN
TENGAH. BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN,1,(1), 45-46.
Rahayu,M.A.D.(2017). Pemanfaatan Daun Kelakai Sebagai Teh Penambah Darah. Jurnal
Ilmiah Kanderang Tingang 8(1),8-10
Rostinawati,T.,dkk.Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelakai (Stenochlaena
palustris (Burm.F) Bedd) Terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan
Metode Difusi Agar CLSI M02-A11.Pharmauho 3(1),1-5.
Saragih, B.,(2017). Potensi Pangan Dari Lahan Gambut “Bagian Dari Riset Komoditi Lokal
Potensial Lahan Gambut”. Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia dan Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Mulawarman Samarinda.
Widayati,R.,Sarah.N.,Rahayu, Helena.J.,(2022). AKTIVITAS ANTIJAMUR DAUN
KELAKAI (Stenochlaena palustris (Burm.f)Bedd).JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI
3(2),55-61.

Anda mungkin juga menyukai