Anda di halaman 1dari 5

Tugas LM Antropologi Gizi

Kuliah Lapangan Antropologi Gizi Suku Osing, Desa Kemiren, Banyuwangi

Nama Anggota Kelompok :

1. Kurnia Indah Sari 101711535001

2. Oktavia Ika Nur W.S 101711535010

3. Rista Novianti 101711535025

4. Alifatu Rosyida Yuri 101711535035

5. Nika Herawati 101711535045

Mempelajari Kebiasaan Makan, Pantangan Makanan, Preferensi Makan, dan Food


System Masyarakat Suku Osing

A. Latar Belakang
Makanan meupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi oleh masyarakat
dimanapun berada, tidak terkecuali pada masyarakat Suku Osing, Desa Kemiren. Makanan
terdiri dari berbagai jenis makanan yang memiliki kandungan sebagai zat tenaga serta zat
pendukung dalam rangka pemenuhan gizi seimbang seperti karbohidrat, lemak, protein,
mineral dan vitamin. Pola makan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat di suatu wilayah
dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi tiap
harinya. Pola makan juga dapat menentukan status gizi sekelompok orang tersebut. Semakin
baik pola makan yang dimiliki, status gizi yang didapat juga akan baik, pun sebaliknya.
Suku Osing di Desa Kemiren merupakan suatu kelompok masyarakat yang memiliki
kebiasaan makan, pantangan makan, preferensi makan dan food system yang tergolong unik.
Tradisi ini turun menurun dari leluhur mereka dan beberapa masih dipertahankan serta dijaga
hingga sekarang. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut seperti masuknya
budaya dari luar, teknologi yang semakin canggih, dan akses yang lebih mudah untuk
menemuka informasi terbaru.
Berdasarkan hasil observasi dan juga wawancara kepada tokoh masyarakat di Suku Osing
tersebut, didapatkan beberapa informasi yang menjadi bahan dalam penyusunan tugas
lapangan ini.

B. Tujuan

Tujuan umum :
Untuk menganalisis kebiasaan makan, pantangan makanan, preferensi makan dan food
system pada masyarakat Suku Osing
Tujuan khusus :
1. Mengidentifikasi kebiasaan makan masyarakat Suku Osing, Desa Kemiren,
Banyuwangi.
2. Mengidentifikasi pantangan makanan pada masyarakat Suku Osing, Desa Kemiren,
Banyuwangi.
3. Mengidentifikasi preferensi makan masyarakat Suku Osing, Desa Kemiren,
Banyuwangi.

4. Mengidentifikasi food system masyarakat Suku Osing, Desa Kemiren, Banyuwangi.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan mencakup pemilihan, konsumsi dan penggunaan makanan yang
tersedia di sekitar masyarakat. Kebiasaan makan yang ada di masyarakat biasanya dibentuk
dari hasil hubungan sosial, budaya, ekonomi, dan tekanan ekologi kondisi setempat.
Sejumlah penemuan oleh para ahli menyatakan bahwa faktor sosial-budaya memiliki peran
yang besar dalam menyebabkan timbulnya masalah pangan di masyarakat. Elemen budaya
menciptakan kebiasaan makan yang terkadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi.
Budaya yang berbeda memiliki peranan dan nilai yang berbeda pula terhadap makanan.
Di Suku Osing sendiri terutama di Desa Kemiren, masyarkat kemiren
memanfaatkan bahan makanan yang terdapat di sekitar rumahnya misalnya daun kelor dan
umbi-umbian. Selain memanfaatkan bahan-bahan pangan yang terdapat di sekitar
rumahnya, masyarakat juga membeli bahan pangan di pasar.
Di Desa kemiren masyarakat pada umumnya memiliki kebiasaan makan sehari-hari
bersama keluarganya di rumahnya masing-masing. Kebiasaan makan bersam di Desa
Kemiren ini dilakukan pada 2 waktu yaitu pada pagi hari dan malam hari. Sedangkan pada
siang hari dikarenakan mayoritas masyarakat Desa Kemiren adalah seorang petani
sehingga masyarakat Desa Kemiren memiliki kebiasaan makan siang di sawahnya masing-
masing dengan alasan keterjangkauan jarak dan waktu.
Adapun kebiasan masyarakat Desa Kemiren dalam mengkonsumsi makanan sehari-
harinya, masyarakat di Desa Kemiren memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayur mayur
seperti daun kelor; pakis; serta kangkung. Alasan yang mendasari masyarakat
mengkonsumsi sayur mayur karena kemudahan dalam mendapatkan dan daun kelor
memiliki banyak manfaat bagi tubuh salah satunya yaitu kaya akan antioksidan.
Masyarakat Desa Kemiren selain memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayur mayur
juga memiliki kebiasan mengkonsumsi daging Ayam dan juga Telur Ayam. Hal tersebut
dikarenakan masyarakat Desa Kemiren mayoritas berternak ayam dirumahnya. Alasan
masyarakat mengkonsumsi daging ayam maupun telur ayam yaitu dikarenakan daging
ayam dan juga telurnya kaya akan protein.
Di Desa Kemiren memiliki kebiasaan unik lainnya yaitu menyuguhkan Kopi
kepada tamu yang berkunjung di rumahnya. Hal tersebut dikarenakan, penyuguhan kopi
menurut masyarakat setempat dapat merekatkan tali persaudaraan.

2. Pantangan Makan

Pantangan makanan merupakan suatu kebiasaann, budaya atau anjuran yang tidak
memperbolehkan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena adanya pola makan
tertentu pada setiap daerah. Desa Kemiren merupakan salah satu desa yang ada di
Kabupaten Banyuwangi yang kental akan adat dan budaya. Desa Kemiren juga sangat
kental dengan sebutan Suku Adat Osing. Budaya makanan pada Suku Adat Osing juga
sangat beragam, ada beberapa pantangan makanan yang dipercaya oleh masyarakat.
Pantangan makanan pada Suku Adat Osing hanya dilakukan khusus pada Ibu Hamil.
Pantangan makanan bagi wanita hamil yaitu udang, mangga kweni, nanas, tebu, nangka,
dan ontong. Masyarakat Suku Adat Osing percaya bahwa jika wanita hamil mengkonsumsi
makanan yang menjadi panangan akan mengalami gangguan pada kehamilannya, missal
jika wanita hamil mengkonsumsi mangga kweni maka akan merasa panas pada bagian
perut yang nantinya akan berdampak kepada janin. Masyarakat percaya bahwa jika wanita
hamil mengkonsumsi makanan yang berdampak panas akan menyebabkan rawan
keguguran. Untuk pantangan makanan kepada ibu menyusui hampir sama dengan
pantangan makanan ibu hamil. Agar susu lebih banyak masyarakat lebih menganjurkan
untuk banyak mengonsumsi makanan dari sayur, dan pantangannya adalah tidak boleh
makan makanan yang terlalu pedas atau makanan yang banyak mengandung bumbu merica
karena ditakutkan nanti akan berimbas kepada bayi yang menyusu bisa mengalami diare.

3. Preferensi Makan

Diketahui bahwa Suku Osing yang ada di Desa Kemiren masih memegang teguh
dan menjaga kearifan lokal serta adat istiadatnya. Karenanya pula, preferensi makanan
Suku Osing berkaitan erat atau dipengaruhi oleh faktor adat istiadat yang ada. Misalnya
dalam pengonsumsian jamu kunir asem (berasal dari kunyit yang diambil sarinya dan
ditambahkan daun asam), mereka hampir mengonsimsinya setiap hari karena itu
merupakan salah satu pesan serta ramuan yang berasal dari leluhurnya.
Terdapat pula pemilihan makanan yang disajikan saat terdapat suatu keadaan atau
hajatan. Misalnya saat hamil, wanita yang hamil tersebut harus mengonsumsi 2 jamu wajib
yaitu kunir asem setiap hari dan jamu kocakan (campuran telur ayam kampung dan daun
lumbu) yang dikonsumsi saat kehamilan tua. Ditambah lagi terdapat beberapa pantangan
makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil yaitu mangga kuweni, nanas,
jantung pisang, udang, tebu, dan nangka.
Selain itu, terdapat juga makanan bernama jenang abyang (bubur gula merah) yang
sudah seperti makanan wajib ketika ada hajatan karena makanan tersebut menyimbolkan
bahwa kita harus ingat jika kita asal usulnya dari ibu dan ayah, dimana doa yang paling
baik adalah doa orangtua. Hal tersebut disimbolkan dari pemilihan warna bubur yaitu
merah dan putih yang meimbolkan ayah dan ibu. Ditambah lagi dengan juruh (larutan
kental gula merah) yang artinya weruhono (arti dalam bahasa Indonesia adalah ketahuilah).
Jika digabung maknanya adalah weruhono atau ketahuilah bahwa asal usul kita dari orang
tua dan doa paling baik adalah doa orang tua.
Selain dipengaruhi adat istiadat, preferensi makanan Suku Osing juga dipengaruhi
oleh faktor alam karena di wilayahnya masih tumbuh subur tumbuhanan yang dapat
dikonsumsi. Mereka lebih memilih makanan yang berasal dari alam atau alami dibanding
makanan yang memiliki pengawet non alami seperti kebanyakan makanan modern
sekarang. Mereka masyarakat Suku Osing juga yakin bahwa bahan makanan yang berasal
dari alam atau tumbuhannya sendiri lebih baik untuk kesehatan tubuh.

4. Food System

Masyarakat desa Kemiren dalam memperoleh bahan pangan dengan mengambil


dari hasil bercocok tanam di lahan sendiri. Kebanyakan masyarakat desa Kemiren memiliki
rumah yang lahannya ditanami dengan sayur-sayuran, buah-buahan, bumbu dapur, dan
apotek hidup. Jika diladang mereka tidak ditemukan bahan yang dibutuhkan, masyarakat
akan pergi membeli dipasar. Kebiasaan mengkonsumsi makann tradisional yang membuat
masyarakat masih menjaga tradisi menanam sayuran dan bahan-bahan pangan dirumah
dibandingkan membeli makann cepat saji.

D. Kesimpulan

Masyarakat Suku Osing di Desa Kemiren hingga saat ini masih memiliki kebiasaan
makan, pantangan makan, preferensi makan serta food system dari leluhur sejak jaman
dahulu. Kebiasaan makan yang dilakukan adalah mengonsumsi telur dan daging ayam, karena
mayoritas masyarakat di Suku Osing memiliki kandang ternak sendiri, sehingga untuk
mengonsumsi daging, dikatakan masih baik dalam pemenuhan protein. Pantangan makan
yang dimiliki adalah udang, sebagian masyarakat masih percaya bahwa ibu hamil tidak boleh
mengonsumsi udang, karena dapat mengganggu proses kehamilan, padahal kandungan protein
pada udang cukup baik untuk kesehatan calon bayi. Preferensi makanan salah satunya adalah
jenang abyang (jenang merah) yang biasanya dilakukan bersamaan dengan beberapa
selametan di Suku Osing dan juga dalam rangka memohon doa kepada orang tua. Food
system yang dimiliki masyarakat Suku Osing adalah bercocok tanam, sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, mereka lebih memilih memanfaatkan bahan yang ada di kebun
daripada membeli makanan cepat saji.

Anda mungkin juga menyukai