Anda di halaman 1dari 21

Dukungan Dana Alokasi

Khusus untuk Penurunan


Pravelensi Stunting

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan


9 Maret 2023

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1


OUTLINE

KEBIJAKAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

DTK MENDUKUNG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


Ringkasan Eksekutif
1. DAK Fisik TA 2022 yang mendukung penurunan stunting pada tahun 2022 telah disalurkan sebesar Rp7,849
triliun atau 87,45% dari total Rp8,975 triliun.
2. DAK Nonfisik TA 2022 yang mendukung penurunan stunting pada tahun 2022 telah direalisasikan sebesar
Rp1,67 triliun atau 94,8% dari total Rp1,76 triliun.
3. Pada tahun 2023 Dukungan Dana Alokasi Khusus untuk Penurunan Pravelensi Stunting dialokasikan sebesar
Rp14,88 triliun yang terdiri dari DAK Fisik sebesar Rp5,91 triliun dan DAK Nonfisik sebesar Rp8,97 triliun.
4. Pada tahun 2022, dukungan intervensi penanganan stunting juga dilaksanakan oleh kementerian/lembaga (K/L)
terkait dengan total alokasi sebesar Rp34,28 triliun dengan realisasi sebesar Rp13,63 triliun, berdasarkan
laporan tahap 1 2022.
5. Terhadap 12 Provinsi Prioritas Penanganan Stunting TA 2023 (termasuk Provinsi Aceh), telah dilakukan
Bimbingan Teknis dengan muatan Kebijakan DAK Fisik TA 2023 serta evaluasi pelaksanaan 2022 dengan
melibatkan unit pusat lintas sektor, yaitu Kemenkeu, Bappenas, K/L (Kemenkes, BKKBN, dan PUPR).
6. Salah satu tantangan utama yang perlu mendapatkan perhatian adalah kurangnya koordinasi lintas sektor dan
kurangnya pemahaman daerah dan desa atas program-program penanggulangan stunting.
7. Peran Pemerintah Daerah sangat penting untuk terus mendorong program stunting sebagai prioritas utama,
dan kepada Gubernur/Walikota/Bupati agar dapat memberikan arahan kepada seluruh dinas dan organisasi
perangkat daerah untuk memahami, mengenali, dan berkomitmen untuk menangani stunting ini.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


KEBIJAKAN PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


KERANGKA KONSEPTUAL INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
(Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting)

5 PILAR PERCEPATAN K
INTERVENSI OUTPUT INTERVENSI DAMPAK
PENCEGAHAN STUNTING
Gizi Spesifik Peningkatan cakupan intervensi
pada sasaran 1.000 HPK
PILAR 1:
Komitmen dan Visi
Kepemimpinan
• PMT (ibu hamil KEK, balita gizi kurang) Konsumsi Gizi
• TTD (ibu hamil, remaja putri)
• Pemberian ASI eksklusif Perbaikan Asupan Gizi
PILAR 2:
Kampanye Nasional • MP ASI baduta
dan Perubahan • Tata laksana gizi buruk • Anemia
Pola Asuh
Perilaku • Pemantauan tumbuh kembang balita • BBLR
• Pemberian imunisasi • ASI Eksklusif
PREVALENSI
• ANC • Diare
PILAR 3: stunting TURUN
• Pemberian Vit. A • Kecacingan
Konvergensi
Pelayanan Kesehatan • Gizi Buruk
Program Pusat,
Daerah dan Desa

Penurunan Infeksi

PILAR 4:
Gizi Sensitif
Kesehatan Lingkungan
Ketahanan
Pangan dan Gizi
• Air minum layak
• Sanitasi layak
• Penerima Bantuan Iuran JKN
PILAR 5: • Bantuan tunai bersyarat
Pemantauan • Bantuan sosial pangan
dan Evaluasi • Layanan KB pasca persalinan
• Menekan kehamilan yang tidak
diinginkan Sumber: Stranas Percepatan Pencegahan Anak Stunting 2018 – 2024
• Pemberian informasi mengenai stunting

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5


LOKASI FOKUS PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
2018 – 2024
SEBARAN LOKUS STUNTING 2018 - 2021
LOKASI FOKUS STUNTING 12 Provinsi
• Lokasi fokus sebagai acuan bagi K/L dan
Prioritas 2023
pemangku kepentingan dalam 1. Aceh
memprioritaskan lokasi pelaksanaan 2. Sumatera Utara
program/kegiatannya. 3. Jawa Barat
4. Jawa Tengah
• Kriteria pemilihan lokasi fokus:
5. Jawa Timur
1. Jumlah balita stunting 6. Banten
2. Prevalensi stunting 7. Nusa Tenggara Barat
3. Tingkat kemiskinan 8. Nusa Tenggara Timur
4. Daerah dengan komitmen & praktik baik 9. Kalimantan Barat
5. Pemerataan lokus di tiap provinsi 10. Kalimantan Selatan
11. Sulawesi Tenggara
12. Sulawesi Barat
Untuk mempercepat penurunan stunting,
mulai tahun 2022 seluruh kab/kota akan
menjadi lokus percepatan penurunan
stunting 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Tahun 2023 Lokus priortas diarahkan


pada 12 Provinsi Prioritas dengan
pravelensi jumlah balita stunting tertinggi 100 160 260 360 514 12
dan terbanyak kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota Provinsi Prioritas

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA6 6


DTK MENDUKUNG PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


LOKASI INTERVENSI YANG FOKUS DAN PRIORITAS 2023

Estimasi Lokasi Lintas Sektor Per encanaan DA K TA 2023:


Prevalensi Jumlah Balita
1. DA K Fisik
Stunting (%) Stunting
No. Provinsi ▪ Semua menu dibatasi pada seluruh Kab/Kota di 12
(orang)
Provinsi

1 NTT 37,8 218.443 ▪ Khusus untuk lokus di tingkat desa, secara prinsip seluruh
2 Sulawesi Barat 33,8 44.760 desa di wilayah Kab/Kota di 12 provinsi dapat menjadi
3 Aceh 33,2 168.777 lokus prioritas dengan prioritas pada desa dengan
4 NTB 31,4 153.826 capaian intervensi rendah
5 Sulawesi Tenggara 30,2 80.003
6 Kalimantan Selatan 30,0 110.881 2. DA K N o n Fisik:
7 Kalimantan Barat 29,8 131.466
▪ Lokus lebih leluasa sehingga memungkinkan untuk
8 Jawa Barat 24,5 968.148
23,5 656.449 dialokasikan pada Kab/Kota di luar 12 Provinsi Prioritas
9 Jawa Timur
10 Jawa Tengah 20,9 510.646 Khusus
11 Banten 24,5 268.226 ▪ Skala prioritas dapat mengacu pada rencana lokus pada
12 Sumatera Utara 25,8 348.889 DAK Fisik diatas

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


DUKUNGAN DAK TA 2021-2023
Dukungan DAK untuk penurunan stunting telah dilakukan sejak tahun 2018

DAK Nonfisik DAK Fisik Perluasan cakupan lokasi prioritas stunting dari 360
daerah di TA 2021, menjadi seluruh daerah (514
2021 Kab/Kota) di TA 2022.
BOP Pangan & Kesehatan+ Pada TA 2023 ditetapkan 12 Provinsi Prioritas (248
BOK BOKB LH* Air Minum Sanitasi
Rp11,58 T PAUD* Pertanian* KB
Kab/Kota) yang memiliki angka stunting tertinggi.
Realisasi: Rp10.380,8
Rp270M Rp221M Rp4T Rp97,4M Rp262M Rp829M Rp4,9T Rp981M
Pagu DAK NF turun dikarenakan jenis dana BOP PAUD
89,4% Total Rp4,602T Total Rp6,98T
tidak ditagging sebagai jenis dana untuk pravelensi
*merupakan bagian kecil dari sub kegiatan penyediaan makanan tambahan untuk peserta didik PAUD stunting sesuai kesepakatan Multilateral Meeting
yang diberikan dalam rangka mendukung pemenuhan gizi dan kesehatan
Pada Tahun 2023, menu BOK Stunting dialihkan ke BOKB,
DAK Nonfisik namun tetap dilakukan tagging pada menu kegiatan BOK
DAK Fisik
sesuai kesepakatan pada Multilateral Meeting.
2022 2021
Alokasi DAK sebesar Rp11,61 T dengan Kinerja
Rp10,73 T BOK BOKB Pangan & Pertanian* Air Minum Kesehatan+KB Sanitasi
Realisasi: Rp9,5T Rp239M Rp1,4T Rp119,3M Rp3T Rp3,9T Rp2T Realisasi sebesar 89,4%

88,7% Total Rp1,76T Total Rp8,97T


2022 (per 30 Des)
Per 30 Desember 2022
Alokasi DAK sebesar Rp10,73 T dengan Kinerja
DAK Nonfisik DAK Fisik realisasi sebesar 88,7%

2023 Kesehatan+K 2023


BOP Pangan & Air Minum Sanitasi
BOK BOKB
Pertanian* Rp1,92T
B
Alokasi DAK sebesar Rp14,88 T
Rp14,88 T Rp6,7T Rp1,7T PAUD
Rp2,44T Rp1,54T
Rp350,9M Rp95,8M Total Rp5,91
Total Rp8,97T
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9
ALOKASI DAK UNTUK STUNTING PADA 12 PROVINSI PRIORITAS
2022 2023
No Provinsi
DAK Fisik Non Fisik Total DAK Fisik Non Fisik Total
1 Provinsi Aceh 339,177,309,000 66,253,969,000 405,431,278,000 450,546,724,000 376,124,696,633 826,671,420,633
2 Provinsi Banten 91,397,247,000 67,172,330,000 158,569,577,000 168,309,928,000 187,649,019,895 355,958,947,895
3 Provinsi Jawa Barat 381,071,581,000 277,014,132,000 658,085,713,000 759,485,439,000 771,920,429,708 1,531,405,868,708
4 Provinsi Jawa Tengah 677,403,154,000 199,459,440,000 876,862,594,000 1,013,731,740,000 771,553,004,233 1,785,284,744,233
5 Provinsi Jawa Timur 726,557,757,000 225,225,440,000 951,783,197,000 956,851,274,000 776,838,121,132 1,733,689,395,132
6 Provinsi Kalimantan Barat 213,488,145,000 43,264,896,000 256,753,041,000 323,681,080,000 271,986,599,608 595,667,679,608
7 Provinsi Kalimantan Selatan 255,518,811,000 33,235,287,000 288,754,098,000 305,634,635,000 214,239,215,767 519,873,850,767
8 Provinsi Nusa Tenggara Barat 233,311,750,000 39,211,551,000 272,523,301,000 256,489,696,000 220,586,742,043 477,076,438,043
9 Provinsi Nusa Tenggara Timur 434,581,356,000 60,446,582,000 495,027,938,000 492,842,798,000 507,722,569,610 1,000,565,367,610
10 Provinsi Sulawesi Barat 138,999,799,000 13,061,603,000 152,061,402,000 144,561,877,000 102,948,135,225 247,510,012,225
11 Provinsi Sulawesi Tenggara 304,061,317,000 34,556,918,000 338,618,235,000 320,076,585,000 281,477,326,139 601,553,911,139
12 Provinsi Sumatera Utara 470,584,110,000 104,243,414,000 574,827,524,000 721,274,628,000 592,903,453,374 1,314,178,081,374
Grand Total 4,266,152,336,000 1,163,145,562,000 5,429,297,898,000 5,913,486,404,000 5,075,949,313,367 10,989,435,717,367

1. TKD Tahun 2023 untuk penanganan stunting bersumber dari DAK Fisik sebesar Rp5,91 T, dan DAK Non Fisik sebesar Rp5,07 T.
2. Pagu DAK Fisik dan DAK NF tahun 2023 mengalami kenaikan dibandingkan dengan pagu tahun 2022.
3. Dukungan Dana BOP PAUD untuk stunting adalah melalui subkegiatan pemberian makanan tambahan, namun tidak ada
penetapan pagu alokasi khusus untuk Penyediaan Makanan Tambahan bagi Peserta Didik sehingga nilai alokasi, realisasi
penyaluran dan penggunaan pada level subkegiatan tidak ter-capture.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


KINERJA DAK FISIK TA 2020-2022
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING (Realisasi per tanggal 30 Desember 2022)

% Penyaluran TA 2022 lebih rendah,


Tahun Pagu RK % RK Kontrak Salur %Salur
Kontrak dikarenakan:
a. Pada TA 2021 diberikan relaksasi
2020 1.949.051.812.000 1.931.459.146.513 99,10% 1.761.593.006.999 90,38% 1.761.889.854.225 90,40% perpanjangan penyampaian syarat salur
Tahap I (dari 21 Juli menjadi 31 Agustus)
dan Tahap II (dari 31 Oktober menjadi 30
2021 6.983.429.320.000 6.983.304.219.725 100,00% 6.407.859.918.690 91,76% 6.305.568.341.897 90,29% November) untuk seluruh bidang DAK Fisik;
b. Pada TA 2022 relaksasi hanya diberikan
untuk penyaluran Tahap I (21 Juli menjadi
2022 8.975.122.362.000 8.388.322.274.558 93,46% 7.884.080.686.419 87,84% 7.849.114.996.234 87,45% 31 Juli), terbatas untuk Bidang Pendidikan
dan Bidang Kesehatan.

DUKUNGAN DAK FISIK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING 202210.000,00 Kinerja DAK Fisk Stunting TA 2022
90,40% 90,29% 100,00%
9.000,00
Jenis 87,45%

8.975,12
Bidang - Subbidang Alokasi Realisasi 8.000,00

8.388,32
DAK

7.884,08
7.849,11
7.000,00 50,00%
DAK Air Minum Rp3T Rp2,72T

6.983,43
6.983,30
6.000,00

6.407,86
Fisik

6.305,57
Bidang: Kesehatan dan Keluarga Berencana Rp3,9T Rp3,16T
Reguler 5.000,00
Subbidang: 0,00%
a. Keluarga Berencana 4.000,00
b. Penguatan Penurunan Angka Kematian Ibu 3.000,00

1.949,05
1.931,46
1.761,59
1.761,89
dan Bayi 2.000,00 -50,00%
c. Penguatan Percepatan Penurunan 1.000,00
Stunting
- -100,00%
Sanitasi Rp2T Rp1,95T 2020 2021 2022
Pagu RK Kontrak
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11
KINERJA DAK FISIK PER BIDANG TA 2022
Untuk Percepatan Penurunan Stunting
(Dalam Juta Rupiah)
Bidang Kebijakan Bidang/Subbidang Alokasi Kontrak % Realisasi %
Bidang Mempercepat penurunan prevalensi balita stunting
Kesehatan melalui optimalisasi intervensi spesifik dalam Bidang Kesehatan dan
3.975.122 3.175.809 79,89% 3.166.642 79,66%
dan KB pemenuhan gizi ibu hamil dan balita serta penguatan KB
surveilans gizi, edukasi dan pengasuhan
Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan Keluarga Berencana 598.371 555.027 92,76% 548.913 91,73%
remaja, calon pengantin, Pasangan Usia Subur (PUS),
ibu hamil dan melahirkan melalui pemenuhan standar
sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) di Rumah Penguatan Penurunan
Sakit Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) dan Puskesmas Mampu
Angka Kematian Ibu 2.626.363 2.297.286 87,47% 2.297.435 87,48
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dan Bayi
(PONED) serta akses pelayanan penunjangnya;
Bidang Air Mendukung Desa/Kelurahan intervensi penurunan Penguatan Percepatan
Minum stunting dan diprioritaskan bagi yang belum pernah 750.389 323.496 43,11% 320.293 42,68%
mendapakan intervensi dari pemerintah pusat dan DAK
Penurunan Stunting
untuk penanganan stunting sebelumnya
Bidang Diprioritaskan bagi desa/kelurahan yang sudah ODF Bidang Air Minum 3.000.000 2.747.540 91,58% 2.200.643 73,35%
Sanitasi selama minimal 1 tahun (paling akhir 31 Januari 2021)
berdasarkan data dari STBM, daerah afirmasi,
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional, serta Bidang Sanitasi 2.000.000 1.960.730 98,04% 1.577.189 78,86%
desa/kelurahan penurunan stunting dan diprioritaskan
bagi yang belum pernah mendapatkan intervensi dari
pusat dan DAK untuk penanganan stunting sebelumnya Total 8.975.122 7.884.081 87,84% 7.849.114 87,45%

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


PROSES PERENCANAAN & PENGANGGARAN DAK FISIK
START FINISH Pelaksanaan tahun berjalan

KRISNA (LEAD BAPPENAS) KRISNA (LEAD DJPK) KERTAS KERJA KRISNA SAKTI / OMSPAN

Penilaian Sinkronisasi & Perpres Rencana


Pra-Usulan Usulan Rekomendasi Awal Harmonisasi Alokasi Kegiatan Penyaluran
(RK)
PERENCANAAN

FEB-APRIL MEI-JUN MEI-JUN JULI AGS SEP-OKT NOV-DES JAN

Multilateral
Meeting: K/L dan Bappenas melakukan: • Perhitungan • Penyusunan dan • Penyaluran DAK
1. DJPK • Pemda menyiapkan dan • Penilaian awal dg mempertimbangkan: alokasi DAK Fisik penyampaian Fisik dari RKUN
2. Beppenas menyampaikan usulan awal − Target output dan lokpri Rencana ke RKUD
3. KL • Pembahasan dan
DAK Fisik melalui KRISNA − Pagu indikatif/pagu anggaran Kegiatan (RK)
4. Kemendagri penetapan RUU
• Rekomendasi usulan • Sinkronisasi/harmonisasi usulan dg pemda: DAK Fisik oelh
APBN antara
membahas dan dilakukan oleh Gubernur − Kesesuaian usulan dg kebutuhan daerah pemda
pemerintah dan
menyepakati arah sebagai wakil pemerintah − Pemenuhan readiness criteria • Pembahasan dan
kebijakan, − Keselarasan kegiatan dg pendanaan lain DPR RI
persetujuan RK
prioritas nasional, − Keselarasan kegiatan suatu daerah
pemda dengan
dan sasaran DAK dalam 1 wilayah provinsi dg
PENGANGGARAN

K/L
Fisik mempertimbangkan rekomendasi
• Menyusun DPA
gubernur
− Pagu anggaran berdasarkan RK

IKD PAGU INDIKATIF PAGU ANGGARAN PAGU DIPA DAK FISIK


Ket:
ALOKASI
• KRISNA adalah sistem informasi perencanaan yang terintegrasi
• SAKTI/OMSPAN adalah sistem informasi penganggaran yang terintegrasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13


DUKUNGAN DAK NONFISIK 2O23 UNTUK PENURUNAN STUNTING
DAKNF Sub Menu Kegiatan Target Sasaran Alokasi Realisai Penyaluran
BOK 1. BOK Provinsi 508 kab/kota dan Rp6.748,85 M Rp1.549,48M
a. Penurunan AKI, AKB, dan Percepatan Perbaikan Gizi 33 Provinsi
b. Upaya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
c. Pengadaan Obat program Gizi, dan Program KIA
2. BOK Kab/Kota
a. Penurunan AKI, AKB, dan Percepatan Perbaikan Gizi
b. Upaya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
c. Kefarmasian dan BMHP (Barang Medis Habis Pakai)
d. BMHP P2P
e. Pelatihan/Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan workshop kader
3. BOK Puskesmas
a. Penurunan AKI, AKB, dan Percepatan Perbaikan Gizi
b. Upaya deteksi dini, preventif, dan respons penyakit
c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal bagi Ibu hamil dan balita gizi kurang
d. Insentif tenaga UKM Puskesmas
BOKB – 1. BKB Kit Stunting 508 kab/kota Rp1.777,3M Rp449,6M
Operasional 2. Operasional pendampingan calon pengantin (catin) di desa dan 1 Provinsi
Penurunan 3. Operasional Pencatatan Hasil Pemantauan sasaran beresiko stunting tingkat desa.
Stunting 4. Operasional DASHAT.
5. Koordinasi di tingkat Kab/Kota.
6. Audit Kasus stunting.
7. Mini lokakarya kecamatan
Dana Bidang Ketahanan Pangan berupa kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) meliputi: 1.236 kelompok Rp95,79M -
Ketahanan 1)Pengadaan sarana pembibitan; masyarakat
Pangan dan 2)Demplot;
Pertanian 3)Pertanaman;
4)Kegiatan pasca panen;
5)Operasional P2L.
BOP PAUD Penyediaan makanan tambahan, diskusi perkembangan anak, pembiayaan deteksi perkembangan anak, 508 Rp350,99M Rp149,95M
penyediaan alat-alat deteksi dini tumbuh kembang anak, pelaksanaan parenting kelas orang tua/wali, kabupaten/kota
penyediaan laporan capaian tingkat perkembangan anak dan 1 Provinsi

Data per 8 Maret 2023 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14


DUKUNGAN DAK NONFISIK 2O22 UNTUK PENURUNAN STUNTING
DAKNF Sub Menu Kegiatan Target Alokasi Realisai
Sasaran Penyaluran
BOK – 1. Penyusunan regulasi daerah terkait stunting, termasuk regulasi dan strategi komunikasi 508 Rp 239M Rp231,3M
Stunting perubahan perilaku pencegahan stunting tingkat Kabupaten/kota.
2. Pemetaan dan analisis situasi program stunting. kab/kota
3. Pelaksanaan rembuk stunting.
4. Pembinaan kader pembangunan manusia terkait seribu hari pertama kehidupan, pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, optimalisasi dana desa untuk intervensi stunting
termasuk peningkatan kapasitas kader dalam Komunikasi Antar Pribadi (KAP) terkait stunting;
implementasi KAP dan Penggerakan masyarakat.
5. Pengukuran dan publikasi stunting.
6. Pencatatan dan pelaporan (termasuk dokumentasi) intervensi dan hasil.
7. Reviu kinerja tahunan aksi integrasi stunting.
BOKB – 1. Operasional pendampingan calon pengantin (catin) di desa -> screening dan edukasi kespro dan 508 Rp1.399,4M Rp1.339,5M
Operasional gizi melalui aplikasi pendampingan Catin
2. Operasional pendampingan ibu hamil di desa -> kondisi ibu hamil sesuai hasil pendampingan kab/kota
Penurunan dan 1
3. Operasional pendampingan pasca persalinan di desa –> kegiatan pengasuhan dan pembinaan
Stunting tumbuh kembang anak yang tepat dengan usianya. Provinsi
4. Operasional Surveillance Stunting tingkat desa/kelurahan -> data dan informasi terkini tentang
kondisi Catin, Ibu Hamil, Anak usia 0 - 23 bulan
5. Operasional Mini Lokakarya Tingkat Kecamatan -> pengawalan dan evaluasi pelaksanaan
pendampingan keluarga dan pembinaan Tim Pendamping Keluarga
6. Audit Kasus stunting -> laporan audit kasus stunting di tingkat kabupaten/kota
7. Biaya cetak data keluarga berisiko stunting -> Pemetaan keluarga yang beresiko stunting
Dana Operasional Pekarangan Pangan Lestari -> kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang 2.945 Rp119,3M Rp96,31M
Ketahanan secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan, dan pendapatan. kelompok
Pangan dan masyarakat
Pertanian
Data per 30 Desember 2022 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15
ALOKASI DAN PENYALURAN DAK NON FISIK
UNTUK UPAYA PENURUNAN STUNTING 2019 s.d. 2022 dalam miliar rupiah

BOK Stunting ✓ Secara umum alokasi DAK Nonfisik untuk upaya


300,00 100% 99% 97% 110% penurunan stunting meningkat dari tahun ke tahun
91%
250,00 90% dengan rata-rata penyaluran sebesar 98%.

270,00

246,00
Dukungan dana BOK untuk stunting digunakan

239,00

231,32
200,00 70%
untuk mempercepat penurunan prevalensi balita
195,00

193,88
150,00 50%
stunting melalui optimalisasi koordinasi lintas
100,00 30% sektor di daerah serta penguatan intervensi
120,00

120,00

50,00 10%
spesifik dan sensitif.

0,00 -10%
✓ Dukungan dana BOKB untuk stunting digunakan
2019 2020 2021 2022 untuk Mempercepat penurunan prevalensi balita
Alokasi Penyaluran
Stunting-BOK
Persentase stunting melalui optimalisasi intervensi spesifik
Capaian output BOP Paud 2020: 509 pemda dalam pemenuhan gizi ibu hamil dan balita serta
Capaian output BOK 2020: 251 daerah Capaian output BOP Paud 2021: 509 pemda penguatan surveilans gizi, edukasi dan
Capaian output BOK 2021: 3.971.818 balita stunting BOP PAUD tidak di tagging untuk 2022 pengasuhan.
Ketahanan Pangan dan Pertanian
1.600,00
BOKB - Stunting
110% 140,00 110% ✓ Dukungan dana BOP Paud untuk stunting adalah
98% melalui subkegiatan pemberian makanan
1.400,00 120,00 90% tambahan, namun tidak ada penetapan pagu
105% 81%
1.200,00 100,00 alokasi khusus untuk Penyediaan Makanan
70%
1.000,00 100% 100% 80,00
Tambahan bagi Peserta Didik sehingga nilai
100% 96%
800,00
99%
133,05 130,01 50% alokasi, realisasi penyaluran dan penggunaan
1.399,39
95%
60,00 119,37 pada level subkegiatan tidak tercapture.
600,00 1.339,47 96,31 30%
400,00
40,00 ✓ Dukungan dana Ketahanan Pangan dan Pertanian
90% 10% digunakan untuk menunjang program stunting
20,00
200,00 0% 0%
32,54 32,54 56,10 55,88 220,72217,98 0,00 0,00 0,00 0,00 dalam bentuk kegiatan pekarangan pangan
0,00 85% 0,00 -10%
2019 2020 2021 2022 lestari dan untuk jangka panjang dapat
2019 2020 2021 2022
Alokasi Penyaluran Persentase Alokasi Penyaluran Persentase meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui
Stunting-BOKB Ketahanan Pangan dan Pertanian
penyediaan pangan yang berorientasi pasar.
Capaian output BOKB 2020: 2.788 desa Capaian output DKPP 2021: 1.321 kelompok masyarakat
Capaian output BOKB 2021: 4.863 desa
Data per 30 Desember 2022 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16
PROSES PERENCANAAN DAK MELIBATKAN MULTI-PIHAK

DAK Fisik
• Penetapan jenis, bidang/subbidang, menu, dan lokasi prioritas DAK Fisik oleh
Bappenas, Kemenkeu, KL Teknis, dan Kemendagri.
• Pengusulan kegiatan DAK Fisik oleh Pemda
• Penilaian teknis oleh KL Teknis dan Bappenas.
• Penyesuaian nilai alokasi DAK Fisik berdasarkan kapasitas fiskal daerah dan
kinerja pelaksanaan DAK Fisik oleh DJPK
• Pembahasan dengan Banggar DPR untuk kemudian ditetapkan dalam Perpres
tentang Rincian APBN

DAK Nonfisik
• Penyampaian Indikasi Kebutuhan Dana (IKD) oleh KL kepada DJPK;
• Penentuan jenis/bidang DAK Nonfisik oleh Kemenkeu, Bappenas, Kemendagri,
dan Kementerian/Lembaga ;
• Penentuan pagu anggaran DAK Nonfisik dalam Sidang Kabinet mengenai RAPBN
• Penentuan rincian alokasi DAK Nonfisik per daerah dalam forum Multilateral
Meeting berdasarkan besaran unit cost dikalikan dengan jumlah target/sasaran.
• Pembahasan dengan Banggar DPR untuk kemudian ditetapkan dalam Perpres
tentang Rincian APBN.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17
PENURUNAN STUNTING JUGA MENJADI KUNCI PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS SDM INDONESIA
2022: 21,6% 2023: Menurunkan ~3,8% 2024: Menurunkan ~3,8%
Perkembangan Prevalensi Stunting Untuk mencapai prevalensi Stunting 14% (2024) →
30,8
28,9 29
27,5
29,6
27,7 turun 3,8% per tahun
26,9
24,4 49,12
21,6
Rata-rata penurunan
Rp57,6 T
19,58
17,56
stunting 2019-2022 21,6
2,02% 17,8
14 Untuk penurunan 7,09
Stunting Stunting (Intervensi)
Stunting 3,8% 1,39
Sensitif Spesifik Pendampingan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
• Intervensi pada 12 Provinsi prioritas, yaitu:
Rata-rata untuk penurunan stunting 2,02% ✓ 7 Provinsi prevalensi tertinggi (NTT, Sulbar, Aceh, NTB, Sulteng, Kalbar,
membutuhkan anggaran Rp30,6T Sulteng)
✓ 5 Provinsi dengan jumlah anak stunting terbesar (Jabar, Jateng, Jatim,
Rp Triliun

48,4
34,1
Banten dan Sumut).
25,4
30,6 32,95 • Intervensi spesifik : peningkatan gizi untuk ibu hamil kurang energi kronik
46,6
29,2
32,1 (KEK) dan balita kurus serta imunisasi.
28,5
21,9
• Intervensi sensitif: Penyediaaan fasilitas kesehatan (al. posyandu),
2019 2020 2021 2022 2023 penyediaan tambahan makanan dan minuman bernutrisi melalui bansos
dan penyediaan akses sumber air minum sehat
Spesifik Sensitif Pendampingan & Koordinasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 18


DUKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENANGANAN STUNTING TA 2022

Dukungan intervensi penanganan stunting juga dilaksanakan oleh Rincian Alokasi Per K/L:
kementerian lembaga terkait 1. KEMENSETNEG (Rp25,2M)
2. KEMENDAGRI (Rp15.2M)
3. KEMENTAN (Rp149,2M)
Total Alokasi terkait Stunting: 4. KEMENDIKBUDRISTEK (Rp24,1M)
Rp34,28 T 5.
6.
KEMENKES (Rp9,3T)
KEMENAG (Rp1,8M)
7. KEMENSOS (Rp21,6T)
Total Realisasi*: 8. KEMEN KP (Rp27,1M)
9. KEMEN PUPR (Rp677,6M)
Rp13,63 T (41,37%) 10. KEMENKO PMK (Rp1,1M)
*berdasarkan data semester 1 2022 11. KEMEN PPA (Rp2,6M)
12. KEMEN PPN/BAPPENAS (Rp10,8M)
13. KEMENKOMINFO (Rp15,7M)
Menu Program/Kegiatan: 14. BPOM (Rp133,8M)
❑ Intervensi Gizi Sensitif 15. KEMENDES PDTT (Rp15,7M)
16. BKKBN (Rp810,4M)
❑ Intervensi Gizi Spesifik
17. BNPP (Rp0,7M)
❑ Pendampingan, Koordinasi, dan Dukungan Teknis

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19


Rekomendasi
• Pendanaan yang diberikan melalui TKDD telah disusun dengan desain transfer yang konvergen untuk
mengintegrasikan berbagai sumber TKDD dalam penanggulangan stunting melalui penerbitan PMK No.
61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung
Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi.
• Dukungan TKDD untuk penanggulangan stunting sejak tahun 2018 telah dilakukan melalui Dana Insentif
Daerah, Dana Desa, Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik), dan Dana Alokasi Khusus Nonfisik (DAK Non Fisik).
• Dalam upaya sinkronisasi belanja APBN, perlu dilakukan tagging pembiayaan maupun jenis kegiatan baik pada
saat perencanaan, pengalokasian, hingga penyusunan petunjuk pelaksanaan/teknis yang akan menjadi
pedoman bagi pelaksana kegiatan untuk menghindari adanya double funding.
• kepastian lokus penerima manfaat harus tidak tumpang tindih, sehingga koordinasi antar OPD di daerah harus
diperkuat (memperkuat pelaksaan rembug stunting), yang nanti tercermin dari proposal usulan DAK Fisik yang
disampaikan.
• Komitmen dan konvergensi di daerah ini harus tercermin dalam pendanaan APBD. Pendanaan dalam APBD
tersebut juga harus disinergikan dengan dukungan dari Pemerintah Pusat, baik melalui belanja K/L maupun
transfer ke daerah dan juga yang didanai melalui Desa. Dengan demikian, berbagai sumber dana tersebut
dapat memberikan hasil yang paling optimal dalam upaya penurunan stunting.
• Peran Pemerintah Daerah sangat penting untuk terus mendorong program stunting sebagai prioritas utama,
dan kepada Gubernur/Walikota/Bupati agar dapat memberikan arahan kepada seluruh dinas dan organisasi
perangkat daerah untuk memahami, mengenali, dan berkomitmen untuk menangani stunting ini.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 20
TERIMA KASIH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai