Anda di halaman 1dari 33

Sosialisasi Kebijakan

Dana Alokasi Khusus


Tahun 2023
Dalam rangka Sosialisasi Sosialisasi Arah
Kebijakan DAK Stunting Tahun Anggaran 2023

14 Juni 2022

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1


Executive Summary

1. Data tahun 2021 menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia telah mengalami penurunan,
namun masih menunjukkan persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar 24,4 persen atau menurun 6,4% dari
angka 30,8% pada 2018. Pemerintah mempunyai target untuk menurunkan prevalensi hingga 14% pada tahun
2024.

2. DAK merupakan bagian TKD yang bertujuan membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana (DAK
Fisik) dan operasional (DAK Non Fisik) dalam rangka pemenuhan standar pelayanan minimal, pencapaian
prioritas nasional, dan percepatan pembangunan Daerah, sesuai dengan kewenangan daerah
3. Kebijakan DAK Fisik 2023 secara umum diarahkan untuk mendorong percepatan penyediaan infrastruktur
Pendidikan, kesehatan, penurunan stunting serta tematik tertentu sesuai Prioritas Nasional, serta
memperkuat sinergi pendanaan dengan APBD, APBN maupun sumber pendanaan lainnya.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


KEBIJAKAN PROGRAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Kerangka Konseptual Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi

5 PILAR PERCEPATAN K
INTERVENSI OUTPUT INTERVENSI DAMPAK
PENCEGAHAN stunting

Gizi Spesifik Peningkatan cakupan intervensi


pada sasaran 1.000 HPK
PILAR 1:
Komitmen dan Visi • PMT (ibu hamil KEK, balita gizi
Kepemimpinan
kurang)
Konsumsi Gizi
• TTD (ibu hamil, remaja putri)
• Pemberian ASI eksklusif Perbaikan Asupan Gizi
PILAR 2:
Kampanye Nasional • MP ASI baduta
dan Perubahan • Tata laksana gizi buruk • Anemia
Perilaku Pola Asuh
• Pemantauan tumbuh kembang • BBLR
balita • ASI Eksklusif
• Pemberian imunisasi • Diare PREVALENSI
PILAR 3: stunting
• ANC • Kecacingan
Konvergensi TURUN
• Pemberian Vit. A Pelayanan Kesehatan • Gizi Buruk
Program Pusat,
Daerah dan Desa

Penurunan Infeksi

PILAR 4:
Gizi Sensitif
Kesehatan Lingkungan
Ketahanan
Pangan dan Gizi • Air minum layak
• Sanitasi layak
• Penerima Bantuan Iuran JKN
• Bantuan tunai bersyarat
PILAR 5:
• Bantuan sosial pangan
Pemantauan
dan Evaluasi • Layanan KB pasca persalinan
• Menekan kehamilan yang tidak
diinginkan Sumber: Stranas Percepatan Pencegahan Anak stunting 2018 – 2024 dengan
• Pemberian informasi mengenai
update dari Rancangan Perpres Percepatan Penurunan stunting
stunting

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


Lokasi Fokus Percepatan Penurunan Stunting 2018 – 2024
SEBARAN LOKUS STUNTING 2018 - 2021
LOKASI FOKUS STUNTING
• Lokasi fokus sebagai acuan bagi K/L
dan pemangku kepentingan dalam
memprioritaskan lokasi pelaksanaan
program/kegiatannya.

• Kriteria pemilihan lokasi fokus:


1. Jumlah balita stunting
2. Prevalensi stunting
3. Tingkat kemiskinan
4. Daerah dengan komitmen & praktik baik
5. Pemerataan lokus di tiap provinsi

Untuk mempercepat penurunan


stunting, mulai tahun 2022 seluruh
kab/kota akan menjadi lokus
percepatan penurunan stunting 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Tahun 2023 Lokus priortas diarahkan


pada 12 Provinsi Prioritas dengan
pravelensi jumlah balita stunting 100 160 260 360 514 514 514
tertinggi dan terbanyak kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5


ARAH KEBIJAKAN DAK TAHUN
ANGGARAN 2023

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Desain Transfer Ke Daerah Dalam UU Nomor 1 Tahun 2022
tentang HKPD
• Pagu mempertimbangkan tingkat kebutuhan • Penggunaan DAU dilakukan sesuai kinerja
pendanaan dan target pembangunan daerah dalam pencapaian layanan publik
• Berbasis unit cost memperhatikan kebutuhan dasar • Earmarking untuk kelurahan
pelayanan pemerintahan, target layanan,
karakteristik wilayah
DAU
• Alokasi untuk daerah penghasil, daerah pengolah &
• Bersifat penugasan sesuai nonpenghasil terdampak eksternalitas negatif
prioritas nasional Redesain pengelolaan
transfer ke daerah • Memperhatikan kinerja dukungan
• Fokus pada pencapaian target penerimaan negara dan pemulihan
kinerja DAK untuk mengurangi
ketimpangan dan DBH lingkungan
• Perancanaan & pengalokasian mendorong perbaikan
kualitas belanja yang • Penggunaan sesuai prioritas daerah
disinergikan dengan pendanaan efisien dan efektif, dan diarahkan sebagiannya
lain melalui TKD yang
berbasis kinerja

• Pengalokasian memperhitungkan kinerja DANA


• Pemerintah dapat menentukan fokus
DANA Untuk daerah yang memiliki otonomi
OTSUS
penggunaan Dana Desa setiap tahunnya sesuai DESA & DAIS khusus dan keistimewaan dan dilaksanakan
prioritas nasional berdasarkan RPJMN dan RPJMD, serta
target kinerja.
Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal bagi Pemda yang memiliki kinerja baik dalam memberikan layanan publik
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7
Pengaturan Dana Alokasi Khusus

KONDISI DESAIN TUJUAN


EKSISTING PERUBAHAN
• DAK seharusnya menjadi skema Jenis DAK • Peningkatan sinergi &
penunjang, namun menjadi Menggabungkan Hibah Daerah ke dalam DAK (DAK Fisik, Non efisiensi belanja (pusat dan
sumber utama belanja modal Fisik dan Hibah Daerah) daerah)
• Sebagian besar DAK Fisik Pengalokasian • Pengejaran ketertinggalan
reguler untuk kegiatan rutin • Dialokasikan untuk mencapai target kinerja dan dianggarkan layanan di kawasan
(pemenuhan SPM), yang secara tahunan tertinggal karena DAK lebih
idealnya dipenuhi melalui DAU. • Pengalihan pendanaan/ belanja K/L menjadi DAK bagi daerah fokus
• Belum terintegrasi/kurang yang telah berkinerja baik dalam mengelola APBD • Keselarasan output-
bersinergi dengan belanja • Tidak ada kewajiban dana pendamping 10%
outcome antara pusat dan
lainnya, seperti DAK Non Fisik, Penggunaan daerah
Hibah Daerah, Dekon/TP, atau DAK difokuskan pada penugasan untuk mencapai prioritas
pendanaan lain dari pinjaman nasional yang menjadi urusan daerah dan kebijakan pemerintah
/Hibah LN. lainnya, sedangkan DAK Reguler dilebur dalam formulasi DAU agar
dapat mem boosting pencapaian pembangunan di daerah.

DAK diperkuat dengan mengalihkan secara bertahap berbagai belanja Kementerian/Lembaga yang masih mendanai
Dampak urusan kewenangan Daerah, dengan terlebih dahulu memperhatikan kualitas kinerja pengelolaan APBD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


ARAH KEBIJAKAN DAK FISIK TA 2023

Mengoptimalkan pemanfaatan sistem


informasi dalam proses perencanaan,
Mendorong percepatan penyediaan penganggaran, penyaluran, pelaporan
serta pemantauan dan evaluasi DAK
infrastruktur pendidikan dan kesehatan,
penurunan stunting serta tematik
tertentu sesuai Prioritas Nasional (PN). Meningkatkan akuntabilitas
pengelolaan DAK Fisik melalui
penguatan alokasi dan penyaluran
berbasis kinerja serta penguatan
Mempertajam implementasi konsep
tematik berbasis pendekatan holistik, kualitas pengawasan.
integratif dan spasial dalam rangka
pencapaian outcome optimal. Memperkuat sinergi pendanaan DAK
Fisik dengan kegiatan yang didukung
oleh APBD, APBN, maupun sumber
pendanaan lainnya.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9


ARAH KEBIJAKAN DAK NONFISIK TAHUN 2023

Melanjutkan penguatan fokus kegiatan Melanjutkan kebijakan perluasan target


DAK Nonfisik yang berdampak langsung output Tunjangan Guru, dengan
pada pertumbuhan ekonomi penambahan output guru PPPK untuk TPG,
Tamsil, dan TKG

Melanjutkan kebijakan pengalokasian


DAK Nonfisilk bersifat penugasan sesuai
dengan unit cost majemuk untuk Dana
prioritas nasional
BOS, BOP PAUD, danBOP Pendidikan
Kesetaraan

Melanjutkan Kebijakan Pengalokasian DAK


Nonfisik berbasis Kinerja untuk BOS Kinerja,
BOP PAUD Kinerja.

10
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DUKUNGAN STUNTING

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DUKUNGAN DAK UNTUK PENURUNAN STUNTING
TA 2021-2023
DAK Nonfisik DAK Fisik
Highlights Dukungan DAK

2021 Pangan & 1. Secara umum, dukungan DAK Fisik dan Nonfisik
BOKB BOP Pertanian* Kesehatan Sanitasi
BOK LH* Air Minum utk penurunan stunting telah dilakukan sejak
Rp221M PAUD* Rp204M +KB
Rp270M Rp4T Rp273M Rp829M Rp1T tahun 2018
Rp5,2T
Total DAK NF: Rp4,70T Total DAK Fisik: Rp7,35T
2. Alokasi yang telah diberikan DAK Fisik 2021
*merupakan bagian kecil dari sub kegiatan penyediaan makanan tambahan untuk peserta didik untuk stunting sekitar 11,26% persen dari total
PAUD yang diberikan dalam rangka mendukung pemenuhan gizi dan kesehatan pagu DAK Fisik
DAK Nonfisik DAK Fisik 3. Secara umum kebijakan DAK Fisik dan Nonfisik di
TA 2022 masih melanjutkan kebijakan 2021
dengan penguatan program kegiatan dan
2022 Pangan & konvergensi antar bidang
BOKB Pertanian* Air Minum Kesehatan Sanitasi
BOK +KB
Rp239M Rp1,4T Rp200M
Rp3T Rp3,9T Rp2T 4. Adanya perluasan cakupan lokasi prioritas
Total DAK Fisik: Rp8,97T stunting dari 360 daerah di TA 2021, menjadi ke
Total DAK NF: Rp1,8T
seluruh daerah di Indonesia di TA 2022

DAK Nonfisik DAK Fisik 5. Selain DAK, Kemenkeu juga memberikan


dukungan melalui instrumen TKDD lainnya
seperti DID, Dana Desa, dan Belanja K/L
2023 Pangan & Kesehatan
BOKB BOP Air Minum Sanitasi
BOK PAUD Pertanian* +KB

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


DUKUNGAN DAK FISIK 2O23 UNTUK
PENURUNAN STUNTING
Bidang Menu Kegiatan Bidang Menu Kegiatan

Perluasan SPAM JP
Penguatan Layanan Maternal
Neonatal di Puskesmas Pembangunan Baru SPAM JP
Kesehatan (Subbidang
Penguatan Penurunan Penguatan Kapasitas RS Mampu Peningkatan SPAM JP
Angka Kematian Ibu, Bayi, PONEK Air Minum
dan Intervensi Stunting) Pembangunan Transmisi Air Curah
Unit Transfusi Darah (UTD) untuk SPAM Regional
Penyediaan Alat Surveillans Gizi
Pembangunan Baru SPAM BJP Komunal
Penyediaan Sarana dan Prasarana
Pelayanan KB Pengembangan dan Pembangunan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
Keluarga Berencana Penyediaan Sarana dan Prasarana (SPALD-T)
Dukungan Percepatan Penurunan
Stunting Sanitasi Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Setempat (SPALD-S)

Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan


Sampah

13
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DUKUNGAN DAK FISIK TA 2020-2021
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(dalam miliar rupiah)
(Realisasi per tanggal 19 Agustus 2021)
2020 2021
Realisasi % % Realisasi %
Bidang/Subbidang Pagu Pagu Kontrak
(Penyaluran) Realisasi Kontrak (Penyaluran) Realisasi
Kesehatan dan KB 557,48 473,13 84,86% 4.915,35 4.420,95 89,94% 4.332,91 88,15%
Sanitasi 526,01 501,88 95,41% 981,44 974,87 99,33% 968,48 98,68%
Air Minum 912,23 832,19 91,23% 823,80 778,41 94,49% 771,70 93,68%
LHK 262,83 233,64 88,89% 232,48 88,45%
TOTAL 1.995,72 1.807,20 90,05% 6.983,42 6.407,86 91,76% 6.305,57 90,29%

Ayo Cegah
Berdasarkan data realisasi per 10
Stunting Januari 2022, nilai yang
disalurkan senilai (90,29%).

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


KINERJA DAK FISIK PER BIDANG TA 2022
Untuk Percepatan Penurunan Stunting
(Data per 13 Juni 2022) (Dalam Juta Rupiah)

Bidang Kebijakan Bidang/Subbidang Alokasi Kontrak % Realisasi %


Bidang Mempercepat penurunan prevalensi balita stunting
Bidang Kesehatan dan
Kesehatan dan melalui optimalisasi intervensi spesifik dalam 32,18% 6,63%
KB pemenuhan gizi ibu hamil dan balita serta penguatan KB 3.975.122 1.279.246 263.656
surveilans gizi, edukasi dan pengasuhan
Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan
Keluarga Berencana 9,44% 1,06%
598.371 56.497 6.334
remaja, calon pengantin, Pasangan Usia Subur (PUS),
ibu hamil dan melahirkan melalui pemenuhan standar
sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) di Rumah Penguatan Penurunan
Sakit Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Angka Kematian Ibu dan 4,14% 0,52%
Komprehensif (PONEK) dan Puskesmas Mampu 2.626.363 108.624 13.615
Bayi
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
serta akses pelayanan penunjangnya;
Bidang Air Mendukung Desa/Kelurahan intervensi penurunan Penguatan Percepatan
Minum stunting dan diprioritaskan bagi yang belum pernah 1,02% 0,14%
Penurunan Stunting 750.389 7.645 1.063
mendapakan intervensi dari pemerintah pusat dan DAK
untuk penanganan stunting sebelumnya
Bidang Diprioritaskan bagi desa/kelurahan yang sudah ODF Bidang Air Minum 17,77% 4,24%
3.000.000 533.097 127.292
Sanitasi selama minimal 1 tahun (paling akhir 31 Januari 2021)
berdasarkan data dari STBM, daerah afirmasi, Kawasan
Bidang Sanitasi 28,67% 5,77%
Perdesaan Prioritas Nasional, serta desa/kelurahan 2.000.000 573.382 115.351
penurunan stunting dan diprioritaskan bagi yang belum
pernah mendapatkan intervensi dari pusat dan DAK
Total 8.975.122 2.385.726 26,58% 506.299 5,64%
untuk penanganan stunting sebelumnya

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DAK NONFISIK 2019 – 2021
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(Dalam Miliar Rupiah) BOK dan BOKB untuk Stunting (Dalam Miliar Rupiah)
BOP PAUD untuk Stunting
300,00 100% 99% 100% 100% 99% 110% 4.000,00 110%
91% 100%
250,00 90% 3.500,00

270,00
105%

3.488,43

3.481,25
3.000,00

244,40
200,00 70% 2.500,00

220,72

217,98
100% 100%
195,00

193,88
2.000,00

2.450,49

2.452,17
150,00 50% 96%
1.500,00 95%

1.542,96

1.487,67
100,00 30% 1.000,00
120,00

120,00

90%
500,00

32,54

32,54

56,10

55,88
50,00 10%
0,00 85%
0,00 -10% 2019 2020 2021
2019 2020 2021 2019 2020 2021
BOP PAUD
Stunting-BOK Stunting-BOKB
Alokasi Penyaluran
Data per 13 Desember 2021 Alokasi Penyaluran Persentase
§ Menu Kegiatan Pendukung dapat digunakan untuk
§ Subkegiatan BOKB Desa § Subkegiatan BOK Stunting penyediaan makanan tambahan untuk peserta didik
PAUD yang diberikan dalam rangka mendukung
Stunting § 2019 dengan alokasi pemenuhan gizi dan kesehatan. Meskipun demikian,
§ 2019 dengan alokasi Rp120M (160 daerah) tidak seluruh Pemda/Lembaga membelanjakan dana
BOP PAUD untuk subkegiatan dimaksud. Hal ini
Rp32.5M (159 daerah) § 2020 dengan alokasi disebabkan karena
§ 2020 dengan alokasi Rp195M (260 daerah) BOP § Penggunaan Dana BOP PAUD untuk sub kegiatan

BOKB Rp56,1M (258 daerah) BOK § 2021 dengan alokasi PAUD


penyediaan makanan tambahan bukanlah merupakan
suatu keharusan bagi lembaga,
pada kegiatan Biaya § Penggunaan Dana BOP PAUD digunakan untuk
Rp270M (360 daerah) mendukung “Program Merdeka Belajar”
Operasional Penggerakan Kemendikbudristek, sehingga tidak ada penetapan
di Kampung KB § Diusulkan oleh pagu alokasi khusus untuk Penyediaan Makanan

§ 2021 dengan alokasi Kementerian Kesehatan. Tambahan bagi Peserta Didik serta dari sisi pelaporan
penggunaan Dana BOP PAUD, Pemda menyampaikan
220,72M (360 daerah) § Rata-rata per daerah laporan sampai dengan level Kegiatan, sehingga nilai
alokasi, realisasi penyaluran dan penggunaan pada
§ Diusulkan oleh BKKBN Rp.750 juta level subkegiatan tidak tercapture.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1


Proses Perencanaan DAK Melibatkan Multi-Pihak
DAK Fisik
• Penetapan jenis, bidang/subbidang, menu, dan lokasi prioritas DAK Fisik oleh
Bappenas, Kemenkeu, KL Teknis, dan Kemendagri.
• Pengusulan kegiatan DAK Fisik oleh Pemda
• Penilaian teknis oleh KL Teknis dan Bappenas.
• Penyesuaian nilai alokasi DAK Fisik berdasarkan kapasitas fiskal daerah dan
kinerja pelaksanaan DAK Fisik oleh DJPK
• Pembahasan dengan Banggar DPR untuk kemudian ditetapkan dalam Perpres
tentang Rincian APBN

DAK Nonfisik
• Penyampaian Indikasi Kebutuhan Dana (IKD) oleh KL kepada DJPK;
• Penentuan jenis/bidang DAK Nonfisik oleh Kemenkeu, Bappenas, Kemendagri,
dan Kementerian/Lembaga ;
• Penentuan pagu anggaran DAK Nonfisik dalam Sidang Kabinet mengenai RAPBN
• Penentuan rincian alokasi DAK Nonfisik per daerah dalam forum Multilateral
Meeting berdasarkan besaran unit cost dikalikan dengan jumlah target/sasaran.
• Pembahasan dengan Banggar DPR untuk kemudian ditetapkan dalam Perpres
tentang Rincian APBN.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17
Tren Alokasi Belanja K/L yang Mendukung Penurunan
Stunting
Isu Strategis
§ Perlunya peningkatan cakupan intervensi
§ Dukungan belanja K/L belum optimal dalam
menyasar lokasi & sasaran prioritas
§ Pandemi menghambat pelaksanaan kegiatan
§ Refocussing & realokasi anggaran untuk
penanggulangan pandemi Covid-19
Intervensi Kunci (Rp T)
4,5 4 40 37,8 1,2
4 3,7 32,5 1
35
3,5 30
29,2 1
0,8 Strategi Kunci
3 24,3 0,8
2,4 25 0,6
2,5
20 0,6
§ “Penguncian” anggaran melalui:
2 1,4 0,4
15
1,5
10
0,4 Ø Pendetilan anggaran sampai komponen,
1
0,5 5
0,2
lokasi & sasaran prioritas
0 0 0
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Tahun
2022
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Tahun
2022
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Tahun
2022
Ø Perubahan anggaran harus melalui
persetujuan kesepakatan tiga pihak
Pendampingan, Koordinasi &
Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif
Dukungan Teknis § Penajaman & inovasi pelaksanaan
§ Suplementasi gizi untuk ibu hamil
KEK dan balita kurus (Kemenkes)
§ Penyediaan air minum dan
sanitasi (Kementerian PUPR)
§ Koordinasi & pengendalian
program (Kemenko PMK)
kegiatan untuk menjamin compliance pada
§ Suplementasi Fe dan Vit. A (Kemenkes) § P2L (Kementan) § Pendampingan pelaksanaan sasaran prioritas
§ Promosi dan konseling menyusui § PAUD (Kemendikbud) konvergensi kab/kota
(Kemenkes) § Bimbingan pranikah (Kemendagri) § Peningkatan cakupan intervensi pada
§ Pelaksanaan konvergensi di tingkat
§ Promosi pemantauan pertumbuhan
(Kemenkes)
(Kemenag)
desa (Kemendes PDTT) provinsi prioritas
§ BPNT (Kemensos)
§ Imunisasi (Kemenkes) § PKH (Kemensos) § Survei status gizi (Kemenkes)

Sumber: Ringkasan Rincian Output, Laporan Tahunan dan Semester Percepatan Penurunan Stunting KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 18
Dukungan Belanja K/L yang Ditandai (Tagging) Tematik
Stunting
dalam miliar Rupiah
No K/L 2019 2020 2021 2022
§ Daerah masih tergantung pada APBN (belanja KL & 1 Kemenkes 6.675,10 4.527,4 7.354,16 8.261,99
DAK) dalam penurunan stunting 2 BKKBN 93,4 56,75 74,67 810,44
3 Kemensos 16.945,10 20.630,02 26.948,577 23.333,3
§ Perlu peningkatan kepatuhan K/L dalam pelaporan & 4 Kemenag 10,1 5,59 12,9 31,13

tagging anggaran 5 KemenPUPera 4.760,60 1.815,47 576,41 1.352,46


6 Kemendikbud 52,5 3,63 6,69 25,47

§ Intervensi belum sepenuhnya ditujukan pada 7 Kemenko PMK 0,8 0,92 0,5 1,25
8 Kemensetneg 46,8 50,79 54,25 25,59
kelompok sasaran prioritas, yaitu remaja putri, calon 9 Kemendagri 12,1 24,42 26,08 7,35
pengantin, ibu hamil, anak bawah dua tahun (baduta), 10 KemenPPN/Bappenas 0,8 15,34 17,2 0,7
ibu menyusui, dan balita 11 Kemendes PDTT 7,7 3,5 5 0,8
12 Kementan 284 56,53 112,68 137,1
§ Perlu fokus pada evidence based berdaya ungkit tinggi 13 KKP 32,2 19,5 71,38 15,17
14 Kemenkominfo 27,6 14 11 14,9
Intervensi Sensitif: Dukungan & Koordinasi: 15 BPOM 60,1 53,48 58,41 130,09
16 Kemenperin 1,2 1,58 - -
5
3,7 4 40 32,5 29,2 1,5
17 KemenPPPA 1,6 1,18 1,05 2,63
4 24,3 24,9 1
2,4 30
1 0,8 0,8
3 1,8 20
18 BPS 221,3 242,88 - -
2 0,4
1 10
0,5 19 Batan 13,8 0,31 0,25 -
0 0 0 20 BPPT - 2,68 2 -
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2019 2020 2021 2022 2019 2020 2021 2022 2019 2020 2021 2022 21 BNPP - - 0,85 0,7
Jumlah 29.246,80 27.526,05 35.334,10 34.151,14

KL dengan Intervensi Spesifik KL dengan Intervensi Sensitif


Kegiatan yang menyasar Kegiatan prioritas lain yang Penguatan tata kelola KL dengan Dukungan & Koordinasi
penyebab langsung stunting mendukung penurunan
stunting
Sumber: Ringkasan output dan ringkasan Rincian Output 2019-2022 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19
TERIMA KASIH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Lokus Stunting 12 Provinsi
Provinsi Aceh
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Banten
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Barat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 21


Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting Existing
Saat ini telah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan melalui RPerpres Percepatan Penurunan Stunting

Strategi & kelembagaan telah disiapkan; belum sepenuhnya dapat diimplementasikan dan perlu terus di-improve

• 5 Pilar fokus pencegahan stunting


• Intervensi gizi spesifik dan sensitif pada sasaran prioritas (ibu hamil dan anak usia 0-5 tahun atau rumah tangga 1000 HPK)
• Target output: Perbaikan konsumsi gizi, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan kesehatan lingkungan
• Tahun 2021 fokus di 360 kab/kota | 2022 focus di 514 kab/kota (seluruh daerah) | 2023 focus di 12 Provinsi Prioritas

• Major Project: Percepatan penurunan kematian ibu dan stunting


• Manfaat proyek: meningkatnya status kesehatan masyarakat yang ditandai dengan:
1.Menurunnya angka kematian Ibu hingga 183 per 100.000 kelahiran hidup (KH)
2.Menurunnya prevalensi stunting pada balita hingga 14 persen

• Tujuan: Melembagakan struktur organisasi tim percepatan penanganan stunting, yang saat
ini belum struktur yang resmi dilembagakan
• Terdiri dari Pengarah, Pelaksana (Ketua, Koordinator, Anggota), Kelompok Kerja, dan Tim
Percepatan Penurunan Stunting Provinsi dan Kab/Kota
• Pengaturan tata kelola koordinasi antara K/L, lintas sektor, dan lintas program (meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi)

Perpres Percepatan Penurunan Stunting No. 72 Tahun 2022 tentang


Percepatan Penurunan Stunting
Pelembagaan Stranas Stunting à Dasar hukum/Mandat Legal terkait pembagian tugas, peran dan mekanisme pengkoordinasian dan konvergensi implementasi
Stranas Stunting

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 22


Prioritas Nasional RKP 2023
PN 3: Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing

MAJOR PROJECT 2022: PROGRAM PRIORITAS:


Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan

“ Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan


semesta, terutama penguatan sistem kesehatan dan health security,
termasuk jaminan terhadap akses dan kualitas pelayanan KB dan
Reformasi Sistem
Kesehatan Nasional
Penurunan Kematian Ibu dan
Stunting
kesehatan reproduksi ”

Peningkatan
pengendalian
Percepatan perbaikan
penyakit Pembudayaan Penguatan
gizi masyarakat
Peningkatan kesehatan Gerakan sistem kesehatan &
ibu, anak, KB, dan Masyarakat Hidup pengawasan
kesehatan reproduksi Sehat (Germas) obat dan makanan

KEGIATAN PRIORITAS 23
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 23
Major Project Percepatan Penurunan Stunting

Kerangka Kerangka Kerangka


Regulasi Kelembagaan Pendanaan

§ Stranas Pencegahan Anak § 20 K/L berkontribusi § Penentuan sasaran dan


Stunting 2018 – 2024 dalam penurunan lokus prioritas
stunting
§ Perpres 72/2021 Percepatan § Integrasi anggaran
Penurunan Stunting § Keterlibatan penurunan stunting melalui
multipihak dan belanja KL dan transfer
§ RPJMN 2020 - 2024 multisektor dalam daerah
SUN Networks

§ 8 aksi konvergensi
oleh pemerintah
daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 24


Kerangka Pikir Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi

• Penyebab stunting
STUNTING sangat kompleks baik
langsung maupun tidak
langsung
Penurunan
Asupan Gizi SPESIFIK
Infeksi
• Memerlukan intervensi
lintas sektor: spesifik
Ketersediaan Air Bersih & dan sensitif
Pola Asuh Akses Yankes SENSITIF
Pangan Sanitasi
• Setiap intervensi
memiliki kontribusi
§ Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya dalam percepatan
§ Kemiskinan, Budaya, Politik, Ideologi & Pertanian
penurunan stunting

Sumber: Model UNICEF: Penyebab Kekurangan Gizi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 25


SIKLUS PERENCANAAN –
PENGALOKASIAN DAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Tahap Pengelolaan DAK
Perencanaan Pelaksanaan
§ Siklus perencanaan dimulai sejak awal tahun § Sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh K/L
§ Melibatkan banyak instansi baik di pusat § Tidak dapat dilakukan perubahan lokasi (kecuali dalam
(Bappenas, Kemendagri, K/L Teknis, Kemenkeu) keadaan kahar)
maupun di daerah (Bappeda, OPD teknis,
DPPKAD)
§ Mengacu pada prioritas nasional
Pemantauan dan Evaluasi
Pengalokasian § Dilakukan oleh kepala daerah maupun pemerintah pusat
§ Pemantauan oleh pemerintah pusat dilakukan terhadap
§ Berdasarkan usulan daerah dan/atau DPR pengelolaan kegiatan, capaian keluaran, dampak dan
§ Memperhatikan hasil penilaian teknis oleh K/L. manfaat, realisasi penyerapan dana, pengelolaan
§ Memperhatikan Kapasitas Fiskal Daerah dan kegiatan DAK dalam di APBD
Kinerja DAK TA sebelumnya

• Pengaturan mulai perencanaan sampai pemantauan


Penyaluran dan evaluasi untuk memastikan ketercapaian output
§ Berdasarkan kinerja (nilai kontrak dan realisasi yang telah ditetapkan
penyerapan dan capaian output)
• Peran K/L teknis sangat penting sejak perencanaan
§ Kinerja tersebut direviu oleh APIP daerah
§ Dilakukan secara bertahap (untuk pagu diatas 1
s/d pelaksanaan dan pelaporan
Milyar)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 27
Alur Perencanaan DAK Fisik
Melibatkan multi-pihak, prosesnya menggunakan sistem informasi

KRISNA KERTAS KERJA KRISNA OMSPAN

Pra Rencana
Sinkronisasi &
PERENCANAAN

Usulan Kegiatan
Verifikasi Harmonisasi Perpres Panyaluran
Usulan Penilaian
Agt-Sep Alokasi Nov-Des
Feb-Mar Jun Awal
Juli Okt Feb
Jun

KL, Kemenkeu KL, Kemenkeu


Pemerintah Pemda Kemendagri KL dan
Bappenas Berdasarkan hasil Bappenas dan Pemda
Pusat menyampaikan dan Provinsi Bappenas
membahas Usulan DAK dan Pemda Sinkron dan
dan Pemda
rencana Fisik Harmonisaso dan
Bidang, Menu memperhitungkan
Kapfis dan nilai
dan Kegiatan
kinerja dan
DAK persetujuan DPR
sebagai Dasar
Alokasi
Aplikasi KRISNA digunakan dalam tahap perencanaan-pengalokasian DAK
Aplikasi OMSPAN digunakan dalam tahap penyaluran dan pelaporan DAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Siklus Perencanaan-Pengalokasian DAK Nonfisik
------------------------------------------

----------
• Kebijakan pengalokasian;
KESEPAKATAN : • Jumlah sasaran;
PERTIMBANGAN:
1. Pencapaian prioritas nasional
• Biaya satuan;
v Arah kebijakan 2. Pengurangan kesenjangan layanan publik • Besaran pagu per
v Rencana pemanfaatan 3. Dukungan operasional layanan publik kegiatan/ruang lingkup
v Jenis DAK Nonfisik 4. Kemampuan keuangan negara
• Hasil evaluasi pelaksanaan tahun
anggaran sebelumnya;
---------------------------------- • Formulasi pengalokasian.
PAGU INDIKATIF
------

1 3 5
Penentuan arah kebijakan, RAPBN & NOTA KEUANGAN
K/L terkait rencana pemanfaatan dan
jenis DAK Nonfisik antara Multilateral Meeting
Pengalokasian oleh DJPK,
--------- Bappenas, Kemenkeu
Kemenkeu
(DJPK dan DJA) dengan K/L

AKHIR JANUARI MARET-APRIL MEI-JUNI JULI-AGUSTUS SEPTEMBER-NOVEMBER


TIMELINE

2 4
K/L menyampaikan Indikasi Multilateral Meeting Penyampaian rincian
Kebutuhan Dana (IKD) dan Perencanaan oleh Bappenas alokasi per daerah oleh K/L
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Penyusunan UU APBN
kepada Kemenkeu c.q. PAGU ANGGARAN
DJPK Penyusunan Perpres
IKD • Arah kebijakan;
Rincian APBN
• Sasaran/target;
• Arah kebijakan dan prioritas
• Dukungan terhadap prioritas ALOKASI ANGGARAN
DAK Nonfisik
nasional;
• Perkiraan kebutuhan belanja
• Ruang lingkup/menu PER DAERAH
operasional dan/atau biaya
kegiatan
per unit TA berkenaan;
• Lokasi Prioritas;
• Target sasaran; dan
• Kriteria teknis/penilaian;
• Perkiraan kebutuhan 3 tahun
• Kebutuhan pendanaan
ke depan
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DUKUNGAN DAK FISIK 2O23 UNTUK
PENURUNAN STUNTING
Bidang Menu Kegiatan Bidang Menu Kegiatan

Perluasan SPAM JP
Penguatan Layanan Maternal
Neonatal di Puskesmas Pembangunan Baru SPAM JP
Kesehatan (Subbidang
Penguatan Penurunan Penguatan Kapasitas RS Mampu Peningkatan SPAM JP
Angka Kematian Ibu, Bayi, PONEK Air Minum
dan Intervensi Stunting) Pembangunan Transmisi Air Curah
Unit Transfusi Darah (UTD) untuk SPAM Regional
Penyediaan Alat Surveillans Gizi
Pembangunan Baru SPAM BJP Komunal
Penyediaan Sarana dan Prasarana
Pelayanan KB Pengembangan dan Pembangunan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
Keluarga Berencana Penyediaan Sarana dan Prasarana (SPALD-T)
Dukungan Percepatan Penurunan
Stunting Sanitasi Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Setempat (SPALD-S)

Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan


Sampah

30
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN DAN ALOKASI DAK FISIK PER BIDANG TA 2022
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(Data per 13 Juni 2022) (Dalam Juta Rupiah)

Bidang Kebijakan Bidang/Subbidang Alokasi Kontrak % Realisasi %


Bidang Mempercepat penurunan prevalensi balita stunting
Kesehatan dan melalui optimalisasi intervensi spesifik dalam Bidang Kesehatan dan
KB pemenuhan gizi ibu hamil dan balita serta penguatan KB
surveilans gizi, edukasi dan pengasuhan 3.975.122 1.279.246 32,18% 263.656 6,63%
Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan Keluarga Berencana
remaja, calon pengantin, Pasangan Usia Subur (PUS), 598.371 56.497 9,44% 6.334 1,06%
ibu hamil dan melahirkan melalui pemenuhan standar
sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) di Rumah
Sakit Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Penguatan Penurunan
Komprehensif (PONEK) dan Puskesmas Mampu Angka Kematian Ibu dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Bayi
serta akses pelayanan penunjangnya;
2.626.363 108.624 4,14% 13.615 0,52%
Bidang Air Mendukung Desa/Kelurahan intervensi penurunan
Minum stunting dan diprioritaskan bagi yang belum pernah
mendapakan intervensi dari pemerintah pusat dan DAK Penguatan Percepatan
untuk penanganan stunting sebelumnya Penurunan Stunting
Bidang Diprioritaskan bagi desa/kelurahan yang sudah ODF 750.389 7.645 1,02% 1.063 0,14%
Sanitasi selama minimal 1 tahun (paling akhir 31 Januari 2021)
berdasarkan data dari STBM, daerah afirmasi, Kawasan Bidang Air Minum
3.000.000 533.097 17,77% 127.292 4,24%
Perdesaan Prioritas Nasional, serta desa/kelurahan
penurunan stunting dan diprioritaskan bagi yang belum Bidang Sanitasi
pernah mendapatkan intervensi dari pusat dan DAK 2.000.000 573.382 28,67% 115.351 5,77%
untuk penanganan stunting sebelumnya
Total
8.975.122 2.385.726 26,58% 506.299 5,64%

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DAK NONFISIK 2021
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

Subkegiatan BOK Stunting


§ 2021 dengan alokasi Rp270 M (360 daerah)
§ Diusulkan oleh Kementerian Kesehatan
§ Rata – rata per daerah Rp750 juta § Alokasi Untuk Dukungan
Stunting Pada Tahun 2021
Subkegiatan BOKB Desa Stunting mengalami peningkatan seiring
§ 2021 dengan alokasi Rp221 M (360 daerah) dengan bertambahnya Daerah
§ Diusulkan oleh BKKBN lokus stunting dari 260 lokus
menjadi 360 lokus
BOP PAUD
§ 2021 dengan alokasi Rp3.5 T § Pada Tahun 2021 terdapat
Alokasi untuk kegiatan dukungan pembelajaran Jenis dana DAK Nonfisik yang
(terkait dengan stunting) baru diketahui setelah baru yang mendukung program
pemda menyampaikan laporan pencegahan stunting, yaitu
Dana Ketahanan Pangan dan
Ketahanan Pangan dan Pertanian Pertanian
§ 2021 dengan alokasi Rp204 M (451 daerah)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Capaian Belanja K/L yang Mendukung Percepatan
Penurunan Stunting
Perkembangan Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2019-2021 Capaian Output/Rincian Output K/L yang Mendukung Percepatan Penurunan Stunting
60 120%
Tahun 2019-2021

50 100%
Capaian Output
40 80%
Total Output/
Total
30 60% Tahun Cukup Rincian
K/L Tinggi Cukup tinggi Rendah
rendah (50- NA Output
20 40% (> 90%) (70-90%) (<50%)
70%)
10 20%
27,7% 24,4%
0 0% 69 8 2 19
2019 2020 2021 2019 19 - 98 Output
(70,4%) (8,2%) (2%) (19,4%)
Pagu Revisi d i tingkat an lisis lanjutan
29,24 50 31,74
(triliu n rupiah)
Realisasi Anggaran d i tingkat analisis 72 1 1 1
lanjutan (triliun rupiah)
25,428 48,4 30,63 2020 20 11 86 Output
(83,7%) (1,16%) (1,16%) (1,16%)
Realisasi Anggaran Terhadap Pagu
87,7% 96,8% 96,5%
Revisi
Capaian Output diatas 90% 182 15 4 6 231 Rincian
70,4% 83,7% 80,5% 2021 19 24
Prevalens i Stuntin g 27,7% 24,4% (78,8%) (6,5%) (1,7%) (2,6%) Output

§ Perkembangan pagu belanja K/L cenderung meningkat sejak § Secara umum, perkembangan capaian output sudah baik, dengan
2019. capaian output/rincian output mayoritas >90%
§ Pada 2020, terdapat peningkatan pagu cukup signifikan diakibatkan § Beberapa output/rincian output dengan capaian rendah (<50%)
refocusing dan realokasi anggaran terkait penanganan Covid-19 antara lain disebabkan oleh efisiensi anggaran, sehingga
dengan perluasan cakupan bantuan sosial. berdampak pada pengalihan sumber daya,
§ Peningkatan pagu diikuti dengan peningkatan realisasi anggaran
dan peningkatan capaian output/rincian output dari masing-
masing K/L. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 33

Anda mungkin juga menyukai