Disampaikan pada
Sabtu, 14 Agustus 2021 di UPT. Puskesmas Belakang Padang
PERMASALAHAN GIZI DI
INDONESIA
Balita Berat Badan Kurang* : 16,3 % (2 dari 10
Sekitar 7 jutaan Balita di Indonesia anak)
mengalami Stunting
Balita Stunting* : 27,7 % (3 dari 10 anak)
VISI–MISI
PRESIDEN
Terkait Gizi
5 PILAR
PENCEGAHAN STUNTING
• 2018 30,8%
1 2 3 4 5
• 2019
27,7% Komitmen Kampanye Konverge Mendoron Pemanta
dan Visi Nasional nsi, g
Pimpinan uan dan
Berfokus Koordinas Kebijakan
• 2020 Evaluasi
Tertinggi pada i, dan “Nutririon
? Negara pemahama Konsolida al Food
n, si Security”
• 2021 perubahan Program
perilaku, Nasional,
? komitmen Daerah,
Diperlukan • 2022
poitik dan
akuntabilit
dan
Masyarak
? as at
Penurunan • 2023
? Pemantauan Angka
2,7% per Stunting
tahun • 2024
14 %
SSGI
Tren Masalah Gizi Di Indonesia Tahun 2007-2018
Masalah Gizi Di Kepulauan Riau Tahun 2018
APA ITU STUNTING ?
A B C D
Normal Gizi Buruk Pendek Gizi Buruk &
Berat Badan Berat Badan Tinggi Badan Pendek
menurut lebih rendah lebih Berat Badan dan
Tinggi Badan menurut rendah Tinggi Badan lebih
Tinggi Badan menurut rendah
Umur dibandingkan
Normal
CONTOH ANAK STUNTING/ PENDEK
A B C D
GAMBARAN STUNTING PADA
ANAK SEKOLAH DASAR
ANAK SD KELAS IV
ANAK SD KELAS 1
ANAK SD KELAS V
ANAK SD KELAS IV ANAK SD KELAS III
PENYEBAB MASALAH GIZI
APA PENYEBAB STUNTING ?
STUNTING DISEBABKAN
OLEH BANYAK FAKTOR
Penyebab Stunting (syst rev WHO)
Faktor Ibu hamil Intake zat gizi (Ibu dan Baduta) Infeksi/ Faktor
Penyakit lingkungan dan
• Kurang gizi pada Praktik ASI • Infeksi pola asuh
Kualitas pangan Pemberian Makan saluran cerna • Stimulasi bayi
masa remaja, dan balita yg
kehamilan, dan • Rendahnya intake • Tidak ASI (diare,
laktasi micronutrient (Vit • Infrequent ekslusif amoebiasis, kurang
• Ibu pendek (<150 dan mineral) feeding kecacingan) • Pola asuh yg
• Tidak Inisiasi
cm) • Buruknya • Inadequate Menyusui • Infeksi jelek
• Infeki pd Ibu keragaman
RGA
feeding Dini (IMD) saluran nafas • Sanitasi yg jelek
• Kehamilan remaja pangan dan
LUA (selama dan (ISPA, • Ketahanan
• Gangguan mental sumber protein
T KE setelah sakit) pneumonia) pangan
pada Ibu hewani
G KA • Kekurangan
intake
• Malaria keluarga yg
TIN
• IUGR dan kelahiran • Taboo makanan • HIV/AIDS jelek
premature (kuantitas dan • • Pendidikan Ibu/
• Kekurangan kualitas) TB
• Jarak anak yg pendek pengasuh yg
kecukupan energi • Infeksi yg
• Hipertensi rendah
(eclampsia) menurunkan
nafsu makan
Termiskin Terkaya
Faktor Penyebab Stunting(2)
KECENDERUNGAN PROPORSI TEMPAT PERSALINAN PADA
PEREMPUAN UMUR 10-49 TAHUN,
INDONESIA 2013-2018
79.2726359302521
16.7
Faskes Rumah
2013 2018
18
DISTRIBUSI PROPORSI KEPEMILIKAN BUKU KIA PADA
IBU HAMIL*, INDONESIA 2018
19
Faktor Penyebab Stunting(3)
• Bayi BBLR
(BB < 2500 gram)
• Bayi Pendek
(PB < 48 cm)
• Pembentukan Otak & organ
lain terganggu
0 1.7
14.4
Aceh
Bengkulu
Kalimantan Timur
Riau
KEK WUS:
DKI Jakarta
Bangka Belitung
Gorontalo
Bali
Sumatera Utara
Sulawesi Utara
Lampung
Jawa Barat
Jambi
Kalimantan Barat
Wanita Tidak Hamil
Sumatera Selatan
Banten
RKD 2018: WUS hamil 17.3%, WUS tidak hamil 14.5%
RKD 2013: WUS hamil 24.2%, WUS tidak hamil 20.8%
Indikator KEK: lingkar lengan atas wanita usia subur 15-49 tahun < 23.5 cm Sumatera Barat
Kepulauan Riau
INDONESIA
14.5
17.3
Sulawesi Barat
Jawa Timur
Kalimantan Selatan
Wanita Hamil
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
WANITA USIA SUBUR MENURUT PROVINSI, 2018
PROPORSI RISIKO KURANG ENERGI KRONIS PADA
DI Yogyakarta
Papua
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Maluku
24
36.8
WUS KEK
17.2
18
16 14.3 13.5 14.3
13.4
14 11.4
12 10.4
9.1
10
8
6
4
2
0
S
UN AN NA GA BA
M N G AU
IM T U G TA NA RI
R BI
N AT LIN A M BA
P I
AN
KA . .N .
AN TA U
B. AB B AB NG A
A K A K AN KO U UL
K K
AU NJ E P
L TA K
PU TA
. KE KO
K AB
Riskesdas, 2018
PROPORSI RISIKO KURANG ENERGI KRONIS PADA
WANITA USIA SUBUR, 2007-2018
46.6
38.5
36.3 2007 2013 2018
33.5
31.3 30.9 30.1 30.6
Hamil Tidak Hamil Tidak Hamil Tidak Hamil Tidak Hamil Tidak Hamil Tidak Hamil Tidak
hamil hamil hamil hamil hamil hamil hamil
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
26
CAKUPAN TABLET TAMBAH DARAH (TTD) YANG DIPEROLEH
REMAJA PUTRI DAN IBU HAMIL, 2018
Remaja putri Ibu hamil
mendapat TTD Remaja putri mendapat mendapat TTD
Jumlah TTD
TTD di sekolah
diperoleh
Mendapat
≥90 butir
Mendapat
<90 butir
27
PROPORSI ANEMIA IBU HAMIL, 2018
Anemia ibu hamil menurut umur
60
50
48.9
40 37.1 24
30 33.6 84.6
20
10
33.7
28
Jaminan Kesehatan
100.0 85.9 90.3
73.3 71.3 69.1
80.0 68.0 64.3
60.0 47.1
40.0
20.0
0.0
S
UN TAN U NA GGA BA
TAM A NG I AU
IM N R
A R B I
NAT . L IN A M B A
PI
N
A N
.K B. B . B AN TA NG U
B KA A KA N KO U LA
KA K UA NJ PU
LA TA KE
PU TA
. KE KO
A B
K
Faktor Penyebab Stunting(4)
SIKLUS STUNTING
BAYI BBLR REMAJA PUTRI KURANG GIZI
Faktor Ibu hamil Intake zat gizi (Ibu dan Baduta) Infeksi/ Faktor
Penyakit lingkungan dan
• Kurang gizi pada Praktik ASI • Infeksi pola asuh
Kualitas pangan Pemberian Makan saluran cerna • Stimulasi bayi
masa remaja, dan balita yg
• Rendahnya intake • Tidak ASI (diare,
kehamilan, dan
laktasi micronutrient (Vit • Infrequent
RGA ekslusif amoebiasis, kurang
• Ibu pendek (<150 dan mineral) feeding
LUA • Tidak Inisiasi kecacingan) • Pola asuh yg
& KE
cm) • Buruknya • Inadequate Menyusui • Infeksi jelek
• Infeki pd Ibu keragaman
: I B Ufeeding
(selama dan
Dini (IMD) saluran nafas
(ISPA,
• Sanitasi yg jelek
• Kehamilan remaja
• Gangguan mental
pangan dan
NCI setelah sakit) pneumonia)
• Ketahanan
KU
sumber protein pangan
pada Ibu hewani • Kekurangan • Malaria keluarga yg
• IUGR dan kelahiran • Taboo makanan intake • HIV/AIDS jelek
premature (kuantitas dan • • Pendidikan Ibu/
• Kekurangan kualitas) TB
• Jarak anak yg pendek pengasuh yg
kecukupan energi • Infeksi yg
• Hipertensi rendah
(eclampsia) menurunkan
S S EK
Ekonomi Akses kes Pendidikan
NTA
Infrastruktur Budaya Sist. pangan Lingk.
: LI
•I Jalan • Perumahan
• Pemberdayaan • Akses • Akses
U N C • Norma/
kepercayaan
• Pertanian
• Air bersih
ekonomi
keluarga
• Yankes
bermutu
K
• Kualitas guru • Listrik
• Komunikasi • Status wanita
• Food
safety • Bencana
• Akses modal • Iklim
35
Spesifik
I.Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:
1.Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein
kronis.
2.Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
3.Mengatasi kekurangan iodium.
4.Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5.Melindungi ibu hamil dari Malaria.
II.Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1.Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2.Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
III.Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing.
3. Menyediakan suplementasi zink.
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6. Memberikan imunisasi lengkap.
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare. 36
2 | Intervensi Gizi
Sensitif
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada
Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
37
Bagaimana Cara Mendeteksi Anak yg Gagal Tumbuh ?
Penilaian Status Gizi Berdasarkan Pengukuran
Antropometri (Ukuran Tubuh) :
1 . Berat Badan (BB)
2 . Panjang/Tinggi Badan (PB/TB)
3 . Lingkar Lengan Atas (LiLA)
4 . Lingkar Kepala (LK
5 . Lingkar Dada (LD)
Bagaimana Mengetahui gagal tumbuh secara dini ?
Anak Kelas 4 SD
Cek BB/U Skrining awal 1 kali Tidak Naik
2 kali Tidak Naik
• Berat Badan Kurang
• Berat Badan Sangat
Kurang
Cek TB/U Kurang gizi kronik
• Gizi Buruk
Cek BB/TB • Gizi Kurang • PMT Pemulihan
Kurang gizi Akut
40
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM MELAKUKAN PENGUKURAN
ANTROPOMETRI
1. KETERSEDIAAN ALAT
UKUR
2. VALIDITAS ALAT UKUR
3. KETERAMPILAN SDM
YANG MENGUKUR
Alat Antropometri yang digunakan :
Alat Ukur
Panjang/Tinggi
Timbangan Berat Badan
Badan Digital Multi Fungsi
Prosedur Penimbangan Anak Yang Belum Bisa Berdiri
atau Tidak Mau Ditimbang Sendiri
1. Mintalah ibu untuk membuka topi/tutup kepala, jaket, sepatu, kaos kaki atau
asesoris yang digunakan IBU maupun ANAK termasuk pampers yang digunakan
oleh ANAK
2. Aktifkan alat timbang
3. Timbang ibu dari anak yang akan ditimbang (TANPA ANAK)
4. Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang
5. Catat angka yg terakhir (atau muncul huruf “O” pada bagian kiri atas kaca display)
6. Minta ibu tetap di atas alat timbang dan tunggu sampai alat timbang OFF
secara otomatis
7. Hidupkan kembali timbangan kemudian pada saat muncul angka “0,00” maka
gendong anak oleh ibu. Angka statis yang terakhir muncul/tertera di
timbangan adalah berat badan anak yang ditimbang
8. Selanjutnya bacakan dengan keras angka hasil penimbangan oleh petugas
penimbang. Selanjutnya angka hasil penimbangan disebutkan ulang oleh
petugas pencatat.
Pengukuran Tinggi/Panjang Badan
Alat Ukur Multifungsi dengan tinggi maksimum 195 cm dan ketelitian 0,1 cm
a a. 3 batang ukur (pertama: 0 – 77,0 cm, kedua: 77,1
– 135,0 cm dan ketiga: 135,1 – 195,0 cm
b. Alas alat ukur tinggi badan beserta pengunci
c b c. Alat geser dengan jendela baca
d. Alat tumpuan yang digunakan saat mengukur
tinggi dan panjang badan
d e. Panel/bagian yang menempel pada kepala anak,
e
yang digunakan saat mengukur panjang badan
secara berbaring/telentang
Pemasangan Alat Ukur Tinggi Badan
2
3
Posisi Pengukuran Panjang Badan
Posisi puncak kepala menempel pada panel statis
Garis imajiner (dari titik cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus dengan lantai tempat
anak dibaringkan
Posisi kedua telapak kaki tegak lurus saat menempel rapat pada alat geser.
Jika tidak memungkinkan kedua telapak kaki anak menempel, maka cukup satu telapak
kaki anak yang tegak lurus menempel rapat pada alat geser
• Posisi ideal pada saat pengukuran panjang badan
• Ibu dapat membantu memegang anak agar anak tidak rewel
• Menggerakkan alat geser dan membaca skala harus dilakukan dengan
cepat karena anak sering rewel dan bergerak
ALAT DETEKSI DINI RISIKO
STUNTING
PETUGAS
KESEHATAN STUNTING
DIRUJUK UTK DICEK ATAU
DENGAN NORMAL
STANDAR
TABEL STANDAR STATUS GIZI UMUR 0-23 BULAN
TABEL STANDAR STATUS GIZI UMUR 24-60 BULAN
Apa Peranan Kader dalam
Meningkatan Gizi Keluarga ?
Peranan Kader Posyandu sebagai bagian dari PKK
PKK merupakan sebagai gerakan nasional dalam pembangunan yang tumbuh dan
berkembang dari bawah dengan pengelolaan dari, oleh dan untuk masyarakat menuju
terwujudnya keluarga sejahtera
Tujuan gerakan PKK adalah memberdayakan keluarga dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir dan batin
Sasaran gerakan PKK adalah keluarga-keluarga di perdesaaan dan perkotaan yang perlu
ditingkatkan kemampuan dan kepribadiannya secara mental dan fisiknya
Salah satu tugas Pokja III PKK adalah mengelola program Pangan, Sandang, Perumahan
dan Tata laksana rumah tangga termasuk mengupayakan Ketahanan Pangan di tingkat
keluarga
Kader Posyandu Motor penggerak program peningkatan ketahanan pangan
Kader Posyandu Binaan PKK
Peranan Kader dalam Meningkatkan Ketahanan pangan
Kader berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan
dengan ketahanan pangan
Meningkatkan penganekaragaman tanaman pangan dalam upaya
peningkatakan gizi keluarga menuju keluarga yang berkualitas
Membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam, berimbang,
aman (B2SA), dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi
kebutuhan gizi untuk mendukung hidup yang sehat, aktif dan produktif
Apabila ketahanan pangan keluarga kuat maka Kebutuhan gizi keluarga akan
terjamin sehingga dapat hidup dengan sehat dan optimal
Mengusahakan pemanfaatan lahan atau pekarangan, minimal untuk
pemenuhan kebutuhan pangan keluarga
Kader Posyandu dapat berperan dalam
Pemanfaatan Pekarangan
Dapat berupa :
Lumbung Hidup Pekarangan dapat ditanami dengan tanaman yang
mengandung karbohidrat
Warung Hidup sebagian lahan dapat ditanami sayuran dan buah-buahan
Apotek Hidup sebagian lahan dapat ditanami tanaman Toga
Peternakan sebgaian lahan dapat dimanfaatkan untuk beternak
Perikananan sebagain lahan dimanfaatkan untuk budidaya ikan
Tabungan Sebagian halaman ditanami dengan tanaman yang bernilai
ekonomi tinggi seperti kayu jati, kelapa, sengon, dll
Peranan Kader Posyandu dalam Meningkatkan Gizi Keluarga
dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan
PERAN
KADER
Cakupan Penimbangan
86.8
88 84.7
83.8
84 81.2
79.8 80.2
79.1
80 77
76
72 A A S
UN AN UN GG BA AM NG A U
IM IN
T T N M T A RI
A R .B A LI A BA PI
N
A N
.K AB .N . AN TA AU
B AB NG
KA
B K KA K N KO U L
UA NJ EPU
ULA TA K
P TA
KE KO
A B.
K
Riskesdas, 2018
SDSG, 2020
Deteksi
Dini
Deteksi Gagal
Gangguan
Gizi Tumbuh
Skrining Wasting
(Gizi Buruk)
Cukupi Gizi Bumil
dan
Gizi Balita