Anda di halaman 1dari 53

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PELUANG, PEMBELAJARAN BAIK DAN


TANTANGAN PENANGGULANGAN
STUNTING DI INDONESIA
Disampaikan Oleh:
SRI PURWANINGSIH, SH., MAP
SEKRETARIS DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Semiloka Nasional Penguatan Perencanaan Dan Pelaksanaan
Upaya Kesehatan Pasca COVID19
4 Nopember 2021
OUTLINE

LATAR BELAKANG PROGRES PELAKSANAAN


1 5 8 AKSI KONVERGENSI
SECARA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 72 TAHUN
2 2021 TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN PELUANG, TANTANGAN DAN
PEMBELAJARAN BAIK DALAM
STUNTING 6 PENURUNAN STUNTING DI
DUKUNGAN KEMENDAGRI DALAM INDONESIA
IMPLEMENTASI PERATURAN PRESIDEN
3 NOMOR 72 TAHUN 2021 TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERCEPATAN


4 PENURUNAN STUNTING
01
LATAR BELAKANG
“ Stunting adalah gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
anak akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya berada di bawah
standar yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

(sumber : Perpres 72 Tahun 2021)
KONDISI PREVALENSI STUNTING NASIONAL TAHUN 2019
(INTEGRASI SSGBI DAN SUSENAS)

Keterangan :
Batas maksimal toleransi angka stunting WHO yaitu 20% atau seperlima dari jumlah total anak balita yang sedang tumbuh

Rata-rata angka stunting Indonesia adalah 27,67%


Arahan Presiden Pada Ratas
Tanggal 5 Agustus Tahun 2020
Pertama, fokus penurunan stunting di 10 provinsi yang
memiliki prevalensi stunting tertinggi, di antaranya NTT
(Nusa Tenggara Timur), Sulbar (Sulawesi Barat), NTB (Nusa
Tenggara Barat), Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara,
dan Sulawesi Tengah.
Kedua, memberikan akses pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil maupun balita di Puskesmas dan Posyandu dipastikan
tetap berlangsung.
Ketiga, Tingkatkan upaya promotif, edukasi dan sosialisasi
bagi ibu-ibu hamil serta pada keluarga harus terus
digencarkan sehingga meningkatkan pemahaman untuk
pencegahan stunting, dengan melibatkan PKK, tokoh-tokoh
agama, tokoh masyarakat RT dan RW serta relawan, dan kita
harapkan ini menjadi gerakan bersama di masyarakat,”
Keempat, upaya penurunan stunting berkaitan dengan
program perlindungan sosial, terutama Program Keluarga
Harapan (PKH), kemudian pembagian Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT), dan juga pembangunan infrastruktur dasar
yang menjangkau keluarga-keluarga yang tidak mampu.

Perpres Nomor 72 Tahun 2021


tentang Percepatan Penurunan Stunting
Arahan Wakil Presiden
disampaikan pada Rakornas
Percepatan Penurunan Stunting
tanggal 23 Agustus 2021.
1. Konvergensi percepatan
pencegahan stunting hingga
kabupaten/kota dan desa adalah
tantangan terbesar kita.

2. Konvergensi adalah kata yang


mudah diucapkan, tapi tidak mudah
untuk diwujudkan.

3. Setiap lembaga yang terlibat


pencegahan stunting harus
menghilangkan ego sektoral,
karena konvergensi membutuhkan
kerjasama antar pihak.
TARGET PENURUNAN STUNTING DALAM RPJMN 2020-2024

Sasaran/targetnya sesuai dengan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
27,7% Balita di Indonesia menurunkan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)
mengalami Stunting (SSGBI, 2019) pada anak bawah usia 2 tahun menjadi 14% dengan Pelibatan
Lintas Sektor. Sasaran strategisnya adalah pencegahan dan
penurunan stunting adalah Ibu Hamil dan anak berusia 0-23
bulan atau rumah tangga 1.000 HPK.
Tren Stunting Balita 2013-2019 dan Target 2024
37,20
Rata-rata
30,80 Penurunan

25,84
Target 2024:
1,3 % /tahun
27,67 Penurunan 2X lipat dari
19,00 1,7 % /tahun Tren Saat Ini
14,00
2,7 % /tahun Perlu Kerja Keras

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Benchmark Tren % Penurunan Stunting di Negara Lain*
Capaian Bussiness as Usual Skenario Kebijakan Target 14% (2024)
2%/tahun (2005-2015) 0,8%/tahun (2000-2015)
Sumber: Proyeksi Target SDG Tujuan 2, Bappenas (2018) Peru Vietnam *World Bank (2017)
LOKASI FOKUS INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI

100 Kabupaten/Kota 260 Kabupaten/Kota 514 Kabupaten/Kota


Lokasi Fokus Lokasi Fokus Lokasi Fokus

2018 2019 2020 2021 2022

160 Kabupaten/Kota 360 Kabupaten/Kota


Lokasi Fokus Lokasi Fokus
02
PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 72 TAHUN 2021
TENTANG PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
STRATEGI PENURUNAN STUNTING

Tujuan Stranas Kelompok Sasaran


1. Menurunkan prevalensi Stunting; Calon
2. Meningkatkan kualitas penyiapan Remaja
kehidupan berkeluarga;
pengantin
3. Menjamin pemenuhan asupan
gizi;
4. Memperbaiki pola asuh; Ibu hamil Ibu
5. Meningkatkan akses dan mutu menyusui
pelayanan kesehatan; dan
6. Meningkatkan akses air minum
dan sanitasi. Anak berusia 0 - 59 bulan

Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Dilaksanakan Dengan 5 (Lima) Pilar


Untuk Mencapai Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2O3O.
STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
RPJMD
Komitmen RKPD
Peningkatan Komitmen dan visi APBD
kepemimpinan di k/l, pemprov, PERAN
pemda kab/kota, dan pemdes. KEMENDAGRI
5 PILAR
Peningkatan komunikasi
perubahan perilaku dan STRATEGI NASIONAL DAN UPAYA MANAJERIAL PEMDA
pemberdayaan masyarakat. DALAM PERCEPATAN PENURUNAN PREVALENSI STUNTING
MELALUI 8 AKSI KONVERGENSI

Peningkatan konvergensi,
intervensi spesifik dan sensitive 8 Aksi Konvergensi
di k/l, pemprov, pemda
kab/kota, dan pemdes.

Peningkatan ketahanan pangan


dan gizi pada tingkat individu, Pilar Pilar Pilar Pilar Pilar
keluarga, dan masyarakat. 1 2 3 4 5

Penguatan dan pengembangan


sistem, data, informasi riset,
dan inovasi
PENYELENGGARAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
DALAM PERPRES 72/2021

Penyelenggara
1. Penguatan
1. Kementerian/ perencanaan dan
Lembaga Penganggaran
2. Pemerintah 2. Peningkatan kualitas
Daerah Provinsi Program pelaksanaan
3. Pemerintah & 3. Peningkatan Kualitas
Kegiatan Pemantauan,
Daerah
Evaluasi dan
Kabupaten/Kota pelaporan; serta
4. Pemerintah 4. Peningkatan sumber
Desa daya manusia
KOORDINASI PENYELENGGARAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(PERPRES 72/2021 PASAL 20, 21 DAN 22)
Tim Percepatan Tim Percepatan Tim Percepatan
Penurunan Stunting Penurunan Stunting Penurunan Stunting
Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota Tingkat Desa/Kelurahan

1. Kepala desa/lurah menetapkan tim


1. Gubernur menetapkan tim 1. Bupati/walikota Percepatan Penurunan Stunting
Percepatan Penurunan menetapkan tim tingkat Desa/Kelurahan.
Stunting tingkat Provinsi. 2. Tugas : koordinasi, sinergi, dan
Percepatan Penurunan evaluasi.
2. Tugas : koordinasi, sinergi,
dan evaluasi.
Stunting tingkat 3. Tim melibatkan : bidan, tenaga gizi,
dan tenaga kesehatan lingkungan;
3. Tim terdiri atas perangkat Kabupaten/Kota. 4. Penyuluh Keluarga Berencana
daerah dan Pemangku 2. Tugas : koordinasi, dan/atau Petugas Lapangan
sinergi, dan evaluasi. Keluarga Berencana;
Kepentingan, termasuk Tim 5. TP-PKK;
Penggerak Pemberdayaan 3. TP-PKK 6. Pembantu Pembina Keluarga
Kesejahteraan Keluarga (TP- 4. Susunan tim disesuaikan Berencana Desa (PPKBD) dan/atau
PKK). Sub-PPKBD/ Kader Pembangunan
dengan kebutuhan Manusia (KPM), kader, dan/atau
4. Susunan tim disesuaikan Pemerintah Daerah unsur masyarakat lainnya.
dengan kebutuhan 7. Susunan tim disesuaikan dengan
kabupaten/kota. kebutuhan pemerintah
Pemerintah Daerah provinsi.
desa/kelurahan.
03
DUKUNGAN
KEMENDAGRI DALAM
IMPLEMENTASI
PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 72 TAHUN 2021
TENTANG PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
SINKRONISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PUSAT DAN DAERAH

PENCAPAIAN TARGET PENURUNAN STUNTING


DILAKUKAN DALAM BENTUK KOORDINASI TEKNIS

ANTARA K/L DAN PEMDA PROVINSI


DIKOORDINASIKAN OLEH
ANTARA PROVINSI DAN KAB/KOTA MEKANISME KORTEK
DIKOORDINASIKAN OLEH GUBERNUR PEMBANGUNAN DAERAH
MENDAGRI DAN MENPPN
Koordinasi teknis antara kementerian atau Koordinasi teknis antara Daerah Dilakukan pada tahap
lembaga pemerintah nonkementerian dan provinsi dan Daerah kabupaten/kota perencanaan,
Daerah dikoordinasikan oleh Menteri
dan antar-Daerah kabupaten/kota pelaksanaan,
dengan menteri yang menyelenggarakan
lingkup Daerah provinsi
urusan pemerintahan bidang pengendalian, dan
perencanaan pembangunan.
dilaksanakan oleh gubernur
evaluasi
sebagai wakil Pemerintah Pusat.
DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

1. Permendagri 100 Tahun 2018 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal


2. Permendagri 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan dan Pembangunan dan Keuangan Daerah
● Kepmendagri 050-3708 Tahun 2020 Tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur, Perencanaan dan Pembangunan dan
Keuangan Daerah
3. Permendagri 17 Tahun 2021 Tentang Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Tahun
2022
4. Permendagri 27 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2022
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN DALAM NEGERI, KEMENTERIAN
KESEHATAN, BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
DALAM PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING

1 2 3 4 5

Mendorong Mendorong Mendorong Memfasilitasi Memberikan


Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi penghargaan bagi
menetatpkan dan menyusun program dan Pemerintah untuk melakukan Pemerintah Provinsi
memperkuat Tim dan kegiatan di 34 Kabupaten/Kota Penilaian kinerja (PK) Terbaik dan
Koordinasi Percepatan Provinsi dan 514 menyediakan dan kepada Pemerintah Pemerintah
Penurunan Stunting Tk Kabupaten/Kota untuk meningkatkan alokasi Kabupaten/Kota; Kabupaten/Kota
Provinsi melalui Surat mengintegrasikan APBD untuk terbaik dalam
Keputusan Gubernur, program dan kegiatan mendukung Penurunan Stunting;
dengan melibatkan percepatan penurunan program/kegiatan
Perangkat Daerah, stunting dalam intervesi gizi spesifik
para pemangku dokumen perencanaan dan gizi sensitif;
kepentingan termasuk daerah (RPJPD, RJMPD,
TP-PKK; RAD Pangan dan Gizi) ;
04
PERAN PEMERINTAH
DAERAH DALAM
PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(BERDASARKAN PERPRES 72/2021)

PEMERINTAH PROVINSI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


NO
PILAR KEGIATAN KELUARAN PILAR KEGIATAN KELUARAN
1 1 1 2 1 2 6
2 2 1 1 2 3 11
3 3 2 4 3 2 18
4 Nihil 4 2 7
5 5 2 2 5 2 5
*) Rincian Kegiatan dan Keluaran ada pada lampiran
PILAR 1 PERAN PROVINSI DAN PERAN KABUPATEN
PILAR 1
Kegiatan :
Meningkatkan komitmen percepatan Penurunan Stunting.
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota
1. Tersedianya kebijakan/peraturan bupati/wali kota tentang 1. Terselenggaranya koordinasi di kabupaten/kota.
kewenangan desa/kelurahan dalam penurunan Stunting. 2. Terselenggaranya rembug Stunting tingkat kecamatan
2. Persentase Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang 3. Tersedianya bidan desa/kelurahan sesuai kebutuhan.
meningkatkan alokasi anggaran pendapatan dan belanja 4. Jumlah desa/kelurahan bebas Stunting.
daerah untuk Percepatan Penurunan Stunting.
Kegiatan :
Meningkatkan kapasitas Pemerintah Desa.
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota
5. Jumlah pemerintah desa yang mendapatkan peningkatan
kapasitas dalam penanganan Percepatan Penurunan
Stunting.
6. Persentase desa/kelurahan yang kader pembangunan
manusianya mendapatkan pembinaan dari Pemerintah
Daerah kabupaten/ kota.
PILAR 2 PERAN PROVINSI DAN PERAN KABUPATEN
PILAR 2
Kegiatan :

Melaksanakan kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang berkelanjutan.


Keluaran Kab/Kota

1. Terlaksananya kampanya nasional pencegahan Stunting.


2. Persentase keluarga yang stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
3. Persentase keluarga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
4. Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang memperoleh imunisasi dasar
lengkap.
Kegiatan :

Melakukan penguatan kapasitas institusi dalam komunikasi perubahan perilaku untuk penurunan stunting
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota

• Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 20 tenaga pelatih berjenjang tingkat dasar 5. Persentase desa/kelurahan yang memiliki guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terlatih
serta pendidikan dan pelatihan pengasuhan stimulasi penanganan Shmting bagi guru pengasuhan stimulasi penanganan Stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). kabupaten/kota.
6. Persentase Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mengembangkan Pendidikan
Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUDHI).
7. Terpenuhinya standar pelayanan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
8. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kelas Bina Keluarga Balita (BKB) tentang
pengasuhan 1.O00 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
9. Persentase kelompok Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH)
yang mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dengan modul
kesehatan dan gizi.
10. Persentase Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dan Bina Keluarga Repaja (BKR)
yang melaksanakan edukasi Kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja.
Kegiatan :

Melakukan penguatan peran organisasi keagamaan dalam komunikasi perubahan perilaku untuk penurunan Stunting.
Keluaran Provinsi : Keluaran : Kabupaten Kota

11. Terlaksananya forum komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan Stunting lintas
agama.
PILAR 3 PERAN PROVINSI DAN PERAN KABUPATEN
PILAR 3
Kegiatan :

Melaksanakan konvergensi dalam perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan jenis, cakupan, dan kualitas intervensi gizi di tingkat pusat dan daerah.
Keluaran Provinsi Keluaran Kabupaten/Kota

• Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan aksi konvergensi Percepatan Penurunan 1. Persentase desa/kelurahan yang mengintegrasikan program dan kegiatan Percepatan
Stunting. Penurunan Stunting dalam dokumen perencanaan dan penganggaran desa/kelurahan (Rencana
• Persentase kabupaten/kota yang mengintervensi keamanan pangan untuk mendukung Pembangunan Jangka Menengah Desa, Rencana Kerja Pemerintah Desa, serta Anggaran
Percepatan Penurunan Stunting. Pendapatan dan Belanja Desa dan Rencana Kerja dan Anggaran Desa).
• Persentase kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi sebagai daerah ramah 2. Persentase desa/kelurahan yang meningkatkan alokasi dana desa/kelurahan untuk Intervensi
perempuan dan layak anak dalam Percepatan Penurunan Stunting. Spesifik dan Intervensi Sensitif dalam penurun an Stunting.
3. Persentase desa/kelurahan yang melakukan konvergensi Percepatan Penurunan Stunting.
4. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
5. Persentase calon pengantin f calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD).
6. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang menerima tambahan asupan gizi.
7. Persentase ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama
masa kehamilan.
8. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
9. Persentase anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
10. Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan tata
laksana gizi buruk.
11. Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat tambahan
asupan gizi.
Kegiatan :

Melaksanakan konvergensi dalam upaya penyiapan Kehidupan berkeluarga.


Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota :

• Persentase kabupaten/kota dengan Age Specific Fertilitg Rale/ASFR (15-19) paling sedikit 12. Cakupan pendampingan keluarga berisiko Stunting.
18 per 1.O00. 13. Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang menerima pendampingan kesehatan
reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pranikah.
14. Persentase remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia (hemoglobin).
15. Tersedianya data hasil surveilans keluarga berisiko Stunting.
16. Persentase pelayanan keluarga berencana pasca melahirkan.
17. Persentase unmet need pelayanan keluarga berencana.
PILAR 4 PERAN PROVINSI DAN PERAN KABUPATEN
PILAR 4
Kegiatan :
Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi individu, keluarga, dan masyarakat termasuk dalam keadaan bencana.
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota
1. Persentase keluarga berisiko Stunting yang mendapatkan manfaat sumber
daya pekarangan untuk peningkatan asupan gizi.
2. Persentase keluarga berisiko Stunting yang mendapatkan promosi peningkatan
konsumsi ikan dalam negeri.
3. Persentase Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu
mensusui, dan anak berusia di bawah dua tahun (baduta) yang menerima
variasi bantuan pangan selain beras dan telur (karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, vitamin dan mineral, dan/atau Makanan Pendamping Air Susu
Ibu/MP-ASI).
4. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat.
5. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang
masalah kesejahteraatl sosial yang menerimabantuan pangan nontunai.
6. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu
yang menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
Kegiatan :
Meningkatkan kualitas fortifikasi pangan
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota :
7. Persentase pengawasan produk pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh
pelaku usaha.
PILAR 5 PERAN PROVINSI DAN PERAN KABUPATEN

PILAR 5
Kegiatan :
Melakukan penguatan sistem Pemantauan dan Evaluasi terpadu Percepatan Penurunan Stunting.
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota
Terselenggaranya Pemantauan dan Evaluasi 1. Terselenggaranya Pemantauan dan Evaluasi
Percepatan Penurunan Stunting di Pemerintah Daerah Percepatan Penurunan Stunting di Pemerintah
provinsi. Daerah kabupaten/ kota.
2. Terselenggaranya audit anak berusia di bawah dua
tahun (baduta) Stunting.
Kegiatan :
Mengembangkan sistem data dan informasi terpadu.
Keluaran Provinsi : Keluaran Kabupaten/Kota :
• Persentase kabupaten/kota yang 3. Tersedianya data keluarga risiko Stunting yang
mengimplementasikan sistem data surveilans gizi termutakhirkan melalui Sistem Informasi Keluarga
elektronik dalam (SIGA).
05
PROGRES
PELAKSANAAN
8 AKSI KONVERGENSI
SECARA NASIONAL
MONITORING PELAKSANAAN KONVERGENSI INTERVENSI PENURUNAN
PREVALENSI STUNTING TERINTEGRASI MELALUI WEB MONITORING BANGDA
SECARA NASIONAL TAHUN 2020 DAN 2021

MONITORING PELAKSANAAN KONVERGENSI INTERVENSI MONITORING PELAKSANAAN KONVERGENSI INTERVENSI


PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI MELALUI WEB PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI MELALUI WEB
MONITORING BANGDA SECARA NASIONAL TAHUN 2020 MONITORING BANGDA SECARA NASIONAL TAHUN 2021

AKSI 1 AKSI 2 AKSI 3 AKSI 4 AKSI 5 AKSI 6 AKSI 7 AKSI 8 AKSI 1 AKSI 2 AKSI 3 AKSI 4 AKSI 5 AKSI 6 AKSI 7 AKSI 8

95,38% 95,38% 95,38% 93,46% 90% 94,62% 92,31% 94,62% 88% 41% 44% 38% 50% 66% 0% 0%

Melaksanakan PADA TAHUN 2020 DARI 260 KAB/KOTA INTERVENSI


Belum TERDAPAT 248 KAB/KOTA (95,38%) YANG TELAH
PRESENTASE KAB/KOTA YANG TELAH
MELAKSANAKAN KONVERGENSI MELAKSANAKAN KONVERGENSI INTERVENSI
INTERVENSI PENURUNAN STUNTING PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI, SEDANGKAN
TERINTEGRASI TAHUN 2021 UNTUK PADA TAHUN 2021 DARI 360 KABUPATEN/KOTA
91%
INTERVENSI 323 KAB/KOTA DI 31 PROVINSI (91%) TELAH
MELAKSANAKAN 8 AKSI KONVERGENSI INTERVENSI
PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI.

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Oktober 2021


STATUS KELEMBAGAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
DI 34 PROVINSI DAN 360 KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021

251

1. Dari 34 Provinsi, semua Provinsi telah


menetapkan tim koordinasi percepatan
penurunan stunting.
34
2. Dari 360 Kab/Kota Lokus intervensi tahun
2021 yang telah menetapkan Kelembagaan
Stunting sebanyak 251 Kab/Kota Lokus dan
109 Kab/Kota dalam proses pembentukan
SK KELEMBAGAAN/POKJA tim koordinasi percepatan penurunan
stunting.
PROVINSI KAB/KOTA

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, Oktober tahun 2021


0%
100%

10%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%

20%
Cakupan Bumil KEK yang mendapat
PMT pemulihan

84%
Cakupan Ibu Hamil mendapat IFA
(TTD) minimal 90 tablet selama

74%
kehamilan

Cakupan balita kurus yang


mendapatkan PMT
86%
Cakupan kehadiran di posyandu (rasio
yang datang terhadap total sasaran)
76%

Sumber : Web Aksi Bangda Kemendagri Oktober 2021


Cakupan Ibu Hamil-K4
68%

Cakupan anak 6-59 bulan yang


memperoleh Vit A
87%

Cakupan bayi 0-11 bulan telah


diimunisasi dasar secara lengkap
74%

Cakupan balita diare yang memperoleh


suplementasi zinc
70%

Cakupan remaja putri mendapatkan


TTD
61%

Cakupan layanan Ibu Nifas


73%

Cakupan kelas ibu hamil (ibu mengikuti


konseling gizi dan kesehatan)
64%

Cakupan keluarga yang mengikuti Bina


Keluarga Balita
43%

Cakupan rumah tangga yang


menggunakan sumber air minum layak
71%

Cakupan rumah tangga yang


menggunakan sanitasi layak
70%
STATUS 20 CAKUPAN LAYANAN
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2021

Cakupan orang tua yang mengikuti


kelas parenting
41%

Cakupan anak usia 2-6 tahun terdaftar


(peserta didik) di PAUD
48%
CAKUPAN LAYANAN GIZI YANG PERLU DIANGGARKAN DALAM APBD

Cakupan rumah tangga peserta


JKN/Jamkesda
55%

Cakupan KPM PKH yang mendapatkan


FDS gizi dan kesehatan
55%

Cakupan keluarga 1000 HPK kelompok


miskin sebagai penerima BPNT
51%

Cakupan desa menerapkan KRPL


33%
06
PELUANG ,
PEMBELAJARAN BAIK &
PELUANG
PENANGGULANGAN
STUNTING DI INDONESIA
PELUANG PENANGGULANGAN STUNTING DI INDONESIA

1 2 3
Adanya Komtmen Pemerintah Indonesia
Terbitnya Peraturan Presiden Nomor Adanya Modal Sosial (Social Capital)
untuk menurunan prevalensi stunting
berupa budaya gotong, saling bantu
sebesar 14% pada tahun 2024, 72 Tahun 2021 tentang Pecepatan
membantu yang masih berlaku dan
sebagaimana tertuang pada Rencana Penurunan Stunting yang diterbitkan dipratekkan terutama oleh masyarakat
Pembangynan Jangka Manengah pada tanggal 5 Agustus 2021 pedesaan dalam kehidupan sehari-hari
Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

4 5 6
Adanya Organisasi Kemasyaratan Yang Aktif Adanya program CSR
dan tumbuh dalam masyarakat seperti Dasa- Adanya Tokoh Adat dan Tokoh (Coorporate Social Responsibiity)
Wisma, Tim Penggera-PKK, Majlis Taklim Agama yang menjadi panutan dan
Perempuan, Fatayat NU, Aisyuah
dari sector swasta untuk
menjadi rujukan dalam beragam
Muhamadiyah dll yang bergerak dan bergiat mendukung program
pada beragam aktivitas ditingkat akar rumput
aktivitas kehidupan di masyarakat
pembangunan
TANTANGAN PENANGGULANGAN STUNTING DI INDONESIA

Kelembagaan dan Program/Kegiatan Kebijakan penurunan


Kordinasi Percepatan Intervensi Gizi stunting belum
Penurunan Stunting Spesifik dan Sensitif sepenuhnya masuk
masih lemah pada Dokumen Perencanaan
belum konvergen dan
semua tingkatan masih Daerah (Dokurenda)
belum sepenuhnya
lemah dan perlu yaitu RPJMD, RKPD dan
dilakukan penguatan efektif APBD)

Kapasitas pelaksana Kualitas, pengelolaan Perilaku masyarakat


program didaerah dan penggunaan data belum sejalan dengan
masih lemah dan masih terbatas dan upaya penurunan
terbatas dari sisi belum digunakan bagi stunting dan
pengetahuan dan penyusunan rendahnya dukungan
ketrampilan perencanaan social.
01
BEST PRACTICE
KAB. TANGERANG
PEMBELAJARAN BAIK DALAM UPAYA PENURUNAN STUNTING DI
INDONESIA

Kabupaten Tangerang
Program Kemitraan dalam Menurunkan AKI dan AKN
GERAI KIA Sasaran Gerai KIA

• Ibu hamil
Inovasi
pelayanan
berupa
informasi
tempat
dan
• Ibu nifas
konseling seputar Kesehatan • Wanita usia
Ibu dan Anak oleh Bidan subur (15 s/d
Puskesmas dan Motivator 49 th.)
Kesehatan Ibu dan
– Sebelum
Anak(MKIA) yang
menikah
ditempatkan pada sudut toko
Alfamart.
– Sesudah
menikah
LAUNCHING GERAI KIA

KECAMATAN SUKAMULYA KECAMATAN TIGARAKSA


APLIKASI GERAI KIA adalah program rintisan nasional, hasil kolaborasi antara sektor
Pemerintah dan swasta yang dikembangkan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga –
Kementerian Kesehatan RI
Facilitated and developed Application ICT base Android
02
BEST PRACTICE
KAB. ENREKANG
AKSI PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN STUNTING
DI KABUPATEN ENREKANG
GEMPITA merupakan Regulasi yg di
INOVASI susun dalam percepatan penurunan
Stunting dengan tujuan
KABUPATEN ENREKANG menggerakkan seluruh komponen
DALAM PENCEGAHAN Lintas sektor dan Lintas Program,
untuk menyisir masalah keluarga
STUNTING mulai dari 1000 HPK untuk peduli
(SK Bupati No. 107/KEP/II/2018) dengan berperilaku sehat. untuk
meningkatkan kualitas hidup guna
GERAKAN MASYARAKAT mendapatkan informasi,
PEDULI STUNTING pencegahan, penanggulangan dan
mendapatkan akses pelayanan
“GEMPITA “ terkait Penangaan Stunting.
1. Program Terkait Dengan sasaran Ibu hamil :
a. Antenatal Care, Suplementasi tablet Tambah daraht, Imunisasi tetanus texoid, dan
Pemberian makanan Tambahan
b. Program untuk mengatasi kekurangan Iodium
c. Pemberian Obat cacing dan melindungi Ibu Hamil dari malaria
d. Skerening HIV AIDS, HBSag dan Penyakit Kronis Penyakit menular termasuk Penyakit
menular Seksual Pada Ibu Hamil

2. Program Menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0 – 6 Bulan :


ALUR a. Memberikan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan
PELAKSANAAN b. Inisiasi Menyusui Dini,Promosi Menyusui ASI Eksklusif
GEMPITA c. Pantau Tumbuh Kembang Balita dan Stimulasi deteksi intervensi Dini Tumbuh Kembang
d. Penanganan Bayi sakit dengan Sistem manajemen Terpadu balita Muda dan Balita sakit

3. Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 6 – 24
bulan
a. ASI hingga 24 Bulan dan MP-ASI
b. Obat Cacing dan Suplementasi zink serta VIT A Ibu Nifas
c. Perlindungan Malaria
d. Imunisasi Lengkap
e. Pencegahan dan Pengobatan Diare
LOUNCHING GEMPITA
(Gerakan Masyarakat Peduli Stunting )
MOU Dengan TP. PKK Nomor : 16/078/MOU/VII/2019/T.PEM
Tentang : Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu (PEPAYA)
Dan POS GIZI
AKSI PERGERAKAN PIHAK SWASTA, MASYARAKAT MADANI DAN
KOMUNITAS
KEMITRAAN DUNIA USAHA JAPFA DALAM PENANGANAN MASALAH GIZI
DI KABUPATEN ENREKANG
Adanya Pendamping Gizi yang
di tempatkan di Kecamatan
Maiwa selama 6 Bulan :

1. Mendampingi Desa Lokus


di Kecamatan Maiwa
2. Melaksanakan Sosialisasi
Penanggulangan Masalah
Gizi
3. Melaksanakan
Pendampingan Keluarga
4. Meningkatkan kapasitas
kader Posyandu
5. Melatih keterampilan
dan pembuatan PMT
yang berbasis pangan
Lokal
6. Membagikan media
Edukasi dan Alat
Antropometri Kit
03
BEST PRACTICE
KAB. DEMAK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai