Anda di halaman 1dari 27

Stunting dan Dampaknya pada

Kualitas Sumberdaya Manusia


Puskesmas Belanting
Stunting dan Stunted (pendek) ??
Stunting :
?
Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
anak-anak akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu lama,
Penyakit infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak
adekuat.
??
Stunted :
Kondisi gagal tumbuh ditandai dengan ukuran PB/U
atau TB/U kurang dari -2SD standar median WHO
Child Growth Standards

Ukuran tubuh yang pendek dijadikan sebagai indikator penanda dampak


stunting jangka panjang karena dapat dikenali paling dini, yaitu sejak
kelahiran
Stunting pasti stunted, tetapi stunted belum tentu stunting
Permasalahan Gizi
Triple burden of malnutrition
Defisiensi • Gizi Buruk dan Gizi kurang 17,7%
Kalori dan • Stunting 30,8%
Protein

Defisiensi Zat • Anemia pada Ibu Hamil 48,9%, 32%


Gizi Mikro remaja 15-24, dan 38,5% balita,

Kelebihan • Gizi Lebih pada balita 8%


Kalori • Gizi Lebih usia >18 th 28,9%

Riskesdas, 2018
KOMITMEN PENINGKATAN STATUS GIZI
Percepatan Penurunan Stunting dalam Rancangan RPJMN 2020-2024

Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat dengan


fokus penurunan stunting menjadi salah satu
proyek prioritas RPJMN 2020-2024 bidang 1
kesehatan

Percepatan penurunan kematian ibu dan stunting


termasuk ke dalam salah satu major projects di
tahun 2020-2024 melalui peningkatan daya saing 2
SDM dan derajat kesehatan masyarakat

Titik dimulainya pembangunan SDM dimulai dengan menjamin kesehatan ibu


hamil, bayi, balita, anak sekolah karena merupakan umur emas untuk mencetak
manusia Indonesia yang unggul. Jangan sampai ada stunting, kematian bayi dan
kematian ibu yang meningkat
Permasalahan Gizi di Indonesia
27,7% Balita di Indonesia • Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi
mengalami Stunting (SSGBI, 2019) angkanya masih tinggi.
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia
dan di seluruh kelompok sosial ekonomi.
• Penyebab stunting bersifat multidimensional, tidak
hanya kemiskinan dan akses pangan tetapi juga pola
asuh dan pemberian makan pada balita.

Tren Stunting Balita 2013-2019 dan Target 2024


37.2
Rata-rata Tren % Penurunan
30.8 Penurunan Stunting di Negara
Lain*
27.67 25.84
1,3%/tahun
2%/tahun (2005-2015)
19.00 Peru
1,7%/tahun
14
0,8%/tahun (2000-2015)
2,7%/tahun
Vietnam

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 *World Bank (2017)

Capaian Series3 Target 2024:


Bussiness as Usual Skenario Kebijakan
penurunan 2X
Target 14% (2024)
lipat dari Tren
Saat Ini
Sumber: Proyeksi Target SDG Tujuan 2,
Bappenas (2018)
 Perlu Kerja
Keras 6
PERMASALAHAN Stunting Balita
MULTIDIMENSIONAL, tidak hanya 27,67% (SSGBI,
sebatas pemberian makan 2019)

ASI eksklusif %, Anak Diare 11%


Penyebab
6-23 bulan makan tidak Belum imunisasi
langsung
beragam 53,4% lengkap 42,1%
(Riskesdas, 2018) (Riskesdas, 2018)

7 Juta Penduduk Balita tidak dipantau KK blm akses


Penyebab
Rawan Pangan pertumbuhannya scr sanitasi layak
Tidak
langsung (FSVA, 2018) rutin 45,4% (Riskesdas, 22,39% (Riskesdas,
2018) 2018)

Penduduk >15 th rerata 26 Juta


Akar mendapatkan pendidikan kurang Penduduk Miskin
masalah dari 9 th (susenas, 2018) (BPS, 2018)
Stunting dan Hambatan
pertumbuhan dan perkembangan
• Bukan krn fisik pendek, ttp lebih pada konsep
bahwa proses terjadinya stunting bersamaan
dengan proses terjadinya hambatan
pertumbuhan dan perkembangan organ
lainnya termasuk Perkembangan otak 
Artinya seorang anak yang menderita stunting,
kemungkinan besar juga berisiko mengalami
hambatan pertumbuhan dan perkembangan
organ lainnya
Kemampuan Kognitif Anak pd Umur 7-8 Tahun,
data dari 13 Propinsi
Hampir separo
(48.6%) Anak 51.4%
umur 7-8 tahun Mempunyai
mempunyai Kemampuan
Kemampuan kognitif baik
kognitif kurang

Bayi umur 0-6 bulan yang pendek dan tetap pendek sampai dengan
umur 7-8 tahun berisiko mempunyai kemampuan kognitif kurang
sebesar 2,8 kali dibandingkan dengan anak yang mempunyai
panjang/tinggi badan normal pada umur 0-6 bulan dan tetap
normal sampai dengan umur 7-8 tahun

HASIL PENELITIAN DR. Feri Ahmadi


Data IFLS tahun 2000 dan 2007: 13 provinsi, 492 anak
Stunting dg Intelegensi Anak
Penelitian Chang et al., (2010) anak-anak yang menderita stunting
lebih banyak mengalami kesulitan belajar dan mendapatkan nilai
yang lebih rendah di bidang matematika, pengejaan, membaca
dan pamahaman bahasa daripada anak-anak non stunting, tanpa
menghiraukan latar belakang sosial ekonomi.

Penelitian oleh Grantham et al. (2008) di sejumlah negara


berkembang mengenai stunting menunjukkan bahwa stunting
berhubungan erat dengan lambatnya pemahaman, kemajuan
sekolah, dan skor IQ yang lebih rendah daripada non stunting.

Chang SM, Walker SP, GranthamMcGregor S, Powell CA. Early childhood stunting and later fine motor abilities. 2010
Grantham-McGregor S. Development potential in the first 5 years for children in developing countries. 2008
Fenomena keterkaitan 1000 HPK dg kualitas SDM
berawal dari penelitian Dr. Barker di Inggris thn
1980an.

Dr. Barker menemukan bahwa risiko penyakit jantung


koroner lebih tinggi pd kelompok yang dilahirkan dg
berat badan < 2500 gram dibandingkan dg yang lahir
dengan BB di atas 2500 gram

Fetal Origin Hypothesis (Hipotesis Barker)


Penyakit-penyakit kronis tersebut berasal dari
respons tubuh thd kekurangan gizi pd masa awal
kehidupan (fetal stage)
DOHaD (Developmental Origin of Health and Disease)
- Penyakit yang berakar dari periode saat terjadinya
perkembangan organ tubuh
Barker Hypotesis
• Di dalam batasan yang luas yang ditentukan oleh gen
yang kita warisi, setiap diri kita mempunyai suatu
rentang pilihan hidup masing-masing. Lingkungan kita,
yaitu di dalam kandungan dan beberapa bulan setelah
lahir, memilihkan jalan khusus untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang kita jalani...
• Orang membicarakan tentang anak yang tumbuh
mengikuti potensi genetiknya, padahal yang
sesungguhnya terjadi adalah anak tumbuh
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
 PERAN LINGKUNGAN JAUH LEBIH BESAR DARI GEN
Sumber: Dr. David Barker, yang memperkenalkan “the Barker Hypothesis” dan DOHaD dlm bukunya Nutrition in the Womb, 2008
Bagaimana Pengaruh Genetik terhadap Pertumbuhan
(Tinggi Badan)?

Penelitian Chao-Qiang Keturunan sangat berperan pada tinggi badan seseorang.


Lai dari Tufts University sekitar 60-80% perbedaan tinggi badan antar individu
ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan 20-40%
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama asupan gizi.

Faktor keturunan memengaruhi tinggi badan seseorang saat


lahir dalam jumlah yang rendah (hanya sekitar 4,8-7,9%).
Penelitian Dubois Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir
et al (2012) ternyata sangat besar (sekitar 74,2-87,3%).

Namun, seiring dengan pertambahan usia, pengaruh faktor


keturunan pada tinggi badan akan semakin meningkat,
menggantikan faktor lingkungan yang semakin rendah.
1000 HPK merupakan
Periode Emas
Penanganan periode 1000
HPK yang adekuat: akan
menghasilkan Generasi
Emas  Sehat, Cerdas,
dan Berprestasi
FAKTOR PENYEBAB STUNTING
1. Kebersihan lingkungan di sekitar anak yang tidak baik, seperti
akses sanitasi dan air bersih
2. Ibu hamil yang sering konsumsi alkohol membuat bayi terlahir
dengan sindrom alkohol janin (Fetus Alcohol Syndrome)
3. Status gizi ibu saat hamil dan menyusui. Kekurangan gizi dalam
waktu lama dapat terjadi sejak janin dalam kandungan.
4. Pola pemberian makanan pada anak. Apabila ibu tidak
memberikan asupan gizi yang cukup, anak berisiko lebih tinggi
untuk mengalami stunting
5. Rendahnya asupan vitamin dan mineral akibat anak jarang makan
ikan, sayur dan buah
6. Asupan makanan anak tidak beragam dan bervariasi
7. Infeksi pada ibu saat hamil
8. Jarak kelahiran yang pendek dengan sebelumnya
9. Ibu mengalami hipertens dan usia ibu saat hamil masih dini
KERANGKA RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING

1
Pendidikan
Kesehatan
dan Gizi

5 2
Penguatan
Peningkatan Surveilans
Akses Pangan RENCANA AKSI Kesehatan,
DAERAH MULTI Gizi, & Pangan
SEKTOR
PENANGGULANGAN
STUNTING

4 3
Pelayanan
Penyediaan kesehatan
dasar,
Air bersih Pemberian
dan Sanitasi Suplementasi
Gizi

17
INTERVENSI GIZI SPESIFIK

BAYI 6 BULAN-2
IBU HAMIL BAYI LAHIR TAHUN

• Makan 1 • IMD • ASI


porsi • ASI sampai 2
lebih tahun atau
Eksklusif lebih
banyak/ • PantauT • MP-ASI
hari ubuh • Kapsul
• Pmt bila Kemban vit.A
KEK g Secara • Imunisasi
• Periksa Rutin • PantauTub
kehamila uh
n min. 4 Kembang
Secara 18
GIZI IBU HAMIL

DIANJURKAN DIBATASI

Makanan Nasi, Makanan


Lauk,sayur dan
bauh Diawetkan

Makanan seperti
Makan Lebih daging dan telur
Banyak yang kurang
matang

Membatasi
Hindari Pantangan Mkanan
Sesuai Petunjuk MengandungGas
Dokter (nangka, ubi jalar,
kol) 19
GIZI BALITA

20
21
INTERVENSI GIZI SENSITIF

• Terapkan PHBS
• Keluarga Berencana
• Kebun Gizi dan Ternak kecil
• Penanggulangan Kemiskinan
• Pengadaan Lapangan Kerja
• Perbaikan Infrastruktur

23
Kesimpulan
• Tiga masalah gizi ada di Indonesia, prioritas
dg mengatasi stunting maka permasalahan
gizi lainnya juga dapat teratasi.
• Stunting berdampak jangka panjang pada
sumber daya manusia, yaitu kemampuan
kognitif yang rendah dan resiko tinggi untuk
menderita penyakit degeneratif seperti
stroke, obesitas, dan Diabetes Melitus.
Kesimpulan
• Memutus syndrome stunting, paling optimal
dilakukan pada periode 1000 HPK, Karena
penyebab dan faktor yang mendasari bukan
genetik tetapi faktor lingkungan maka
intervensi yang terbaik adalah pada 1000
HPK, untuk menghasilkan generasi yang
unggul dan berkualitas.
Kesimpulan
• Kesiapan remaja puteri dan calon pengantin sebelum
memasuki kehamilannya merupakan upaya yg penting untuk
persiapan sebelum memasuki periode 1000 HPK yg optimal
• Investasi gizi terutama pada 1000 HPK tidak hanya
meningkatkan status gizi, tetapi mereka juga membawa
keuntungan dalam efisiensi pengeluaran kesehatan dan
pendidikan serta memicu peningkatan produktivitas yang
selanjutnya mempercepat pertumbuhan ekonomi.
• Mencegah stunting sekarang - mencegah rendahnya Kualitas
SDM Indonesia Tiga Generasi Kedepan untuk menjadi
bangsa yang sehat, cerdas, dan produktif (Endang L Achadi,
2020).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai