Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kekurangan yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Yodium merupakan
zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Masalah GAKY
merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3
aspek, yaitu aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial dan aspek
perkembangan ekonomi.

Hasil Riskesdas tahun 2007, secara keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) rumah tangga
yang mengonsumsi garam mengandung cukup yodium mencapai 62,3%, yang mengonsumsi
garam kurang mengandung yodium sebesar 23,7% dan yang tidak mengandung yodium
sebesar 14,0%. Berkaitan dengan itu Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
mengeluarkan Surat Edaran Nomor : JM.03.03/BV/2195/09 tertanggal 3 Juli 2009, mengenai
Percepatan Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium yang antara lain
menginstruksikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar meningkatkan
kerjasama dengan instansi terkait dalam peningkatan garam beryodium dan menghentikan
suplementasi kapsul minyak yodium pada sasaran (WUS, ibu hamil, ibu menyusui dan anak
SD/MI). Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010
tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Da erah.

Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-


2014 telah menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan umur harapan
hidup dari 70,7 ( Proyeksi BPS, 2008) menjadi 72, menurunkan angka kematian bayi dari 34
(SDKI, 2007) menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu dari
(SDKI, 2007) menjadi 118 per 100 ribu kelahiran hidup dan menurunkan gizi kurang (termasuk
gizi buruk ) dari 18,4% (Riskesdas, 2007 ) menjadi kurang dari 15% dan menurunkan balita
pendek dari 36,8% ( Riskesdas, 2007) menjadi kurang dari 32%.

Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010 2014 Bidang Kesehatan, Kementerian Kesehatan
telah menetapkan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2010-2014, yang memuat indikator
keluaran yang harus dicapai. Salah satu dari 8 indikator keluaran di bidang Perbaikan Gizi
yang harus dicapai pada tahun 2014 yaitu 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium
dengan kadungan yodium cukup. Oleh karena itu program penanggulangan GAKY difokuskan
pada peningkatkan konsumsi garam beryodium.

Untuk meningkatkan konsumsi garam beryodium tersebut perlu disusun Pedomam


Pemantauan Garam Beryodium di Rumah Tangga sebagai acuan para pengelola program di
pusat maupun daerah. Pedoman ini ini digunakan untuk menilai keberhasilan program,
perencanaan dan menetapkan kebijakan dalam rangka penanggulangan GAKY melalui
konsumsi garam beryodium dengan kadungan yodium cukup .

1
B. Tujuan

Tujuan Umum :
Tersedianya informasi secara terus menerus setiap tahun tentang konsumsi garam
beryodium rumah tangga di tingkat Kabupaten/Kota

Tujuan Khusus :

1. Mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium
cukup (>=30 ppm), kurang ( < 30 ppm) dan tidak mengandung yodium.
2. Diperolehnya informasi tentang :
a. Jenis garam yang digunakan di rumah tangga.
b. Merk garam yang digunakan di rumah tangga
c. Konsumsi garam beryodium pada ibu hamil
d. Cara penyimpanan garam beryodium
e. Lokasi penyimpanan
f. Tempat membeli

C. Manfaat

1. Tersedianya informasi rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium 6(enam) bulan
untuk keperluan dan evaluasi.
2. Terpantaunya konsumsi garam beryodium secara berkala setiap enam bulan di tingkat
rumah tangga berguna untuk peningkatan program penanggulangan GAKY termasuk
perencanaan, dan penetapan kebijakan.
3. Tersedia dan tersebar luasnya informasi persentase rumah tangga yang mengonsumsi
garam beryodium kepada penentu kebijakan dan pengambil keputusan, lintas program,
lintas sektor, lembaga donor, lembaga penelitian, institusi pendidikan, LSM dan media
massa.
4. Menindaklanjuti masalah konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga di berbagai
tingkatan administrasi pemerintahan.

D. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan


2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014
7. Keputusan Presiden Nomor 69 tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beryodium
8. Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang Pedoman Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah

2
BAB II
PELAKSANAAN

Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium di Rumah Tangga meliputi beberapa tahapan


sebagai berikut :

2.1 Pemilihan Klaster

Pemilihan klaster dilakukan oleh Pengelola Program Gizi kabupaten/kota, dengan langkah
sebagai berikut:
1. Buat daftar seluruh desa yang ada di kabupaten/kota sesuai dengan daftar yang ada di
kabupaten/kota.
2. Beri nomor urut untuk desa yang sudah didaftar secara kumulatif. Contoh: Misalnya
Kecamatan A ada 10 desa, maka beri nomor urut desa 1-10. Kecamatan B ada 15 desa
beri nomor urut 11-25 dan seterusnya.
3. Hitung interval dengan cara membagi jumlah seluruh desa dengan 30 klaster.
Contoh: Di Kabupaten A ada 400 desa, jumlah klaster (desa) yang diperlukan untuk
sampel adalah 30. Maka, intervalnya adalah 400:30 = 13,3. Angka ini digunakan untuk
memilih desa sampel dengan cara meloncat sebanyak 13,3 desa.
4. Tentukan desa sebagai titik awal untuk memilih sampel desa secara acak dan
sistematis, dilakukan dengan cara:
a. Buatlah gulungan kertas yang diberi nomor sesuai dengan jumlah interval. Dalam hal
ini dari nomor 1 sampai nomor 13
b. Masukkan ke dalam wadah, kemudian dikocok sampai keluar 1 gulungan kertas
(seperti pada undian)
c. Nomor yang keluar adalah sebagai nomor desa awal dilanjutkan dengan memilih
desa-desa berikutnya. Contoh: Keluar nomor 7, berarti desa nomor urut 7 menjadi
desa pertama dalam sampel klaster
d. Pilih desa berikutnya dengan cara menambahkan nomor awal (7) dengan 13,3
(interval) seperti berikut:
Desa kedua adalah : desa nomor 7+13,3 = 20,3 dibulatkan menjadi desa nomor
urut 20
Desa ketiga adalah : desa 20,3+13,3 = 33,6 dibulatkan menjadi 34
Desa keempat adalah: desa 33,6+13,3 = 46,9 dibulatkan menjadi 47
Desa kelima adalah: desa 46,9+13,3 = 60,2 dibulatkan menjadi 60
Dan seterusnya sehingga didapat 30 desa yang diperlukan menjadi sampel
klaster

Catatan: cara pembulatan bila angka desimal 0,5 atau lebih dibulatkan keatas, bila
kurang dari 0,5 dibulatkan ke bawah.

5. Informasikan hasil penentuan klaster kepada TPG Puskesmas yang desanya terpilih
sebagai klaster. Contoh pemilihan desa sebagai klaster terpilih seperti pada Tabel 1.

3
Tabel 1. Contoh Pemilihan Sampel Desa (Klaster)

No.
Kecamatan Nama Desa Urut
Langkah Desa (Klaster)
Desa
ke Terpilih
(Klaster
)
1. Sindang Sari
Sindang Barang 1
Sindang Laya 2
Sindang Laut 3
Sindang Reret 4
Sindang Sari 5
Sindang Maju 6 30 Sindang Maju
Sindang Rame 7 1 Sindang Rame
Sindang Haur 8
2. Kuala
Kuala Hati 9
Kuala Sari 10
Kuala Barito 11
Kuala Hulu 12
Kuala Tani 13
Kuala Hilir 14

30.
Kriuk Sari 340 25 Kriuk Sari
Kriuk Wati 341
Kriuk Krupuk 342
Kriuk Djoko 343
Kriuk Titin 344
Kriuk Abas 345
Kriuk Itje 346
Kriuk Andry 347
Kriuk Basuki 348

38. Pawitan
Pawitan Kulon 393 29 Pawitan Kulon
Pawitan Pusat 394
Pawitan Wetan 395
Pawitan Hilir 396
Pawitan Tengah 397
Pawitan Timur 398
Pawitan Kaler 399
Pawitan Legi 400

4
2.2 Pemilihan Titik Pusat Klaster

Pemilihan titik pusat klaster dilakukan oleh TPG Puskesmas, dengan langkah sebagai
berikut:
a. Buat daftar titik pusat klaster di masing-masing desa yang terpilih pada butir 2.1
(Pemilihan Klaster) di atas. Titik pusat klaster dapat berupa: kantor RW, kantor
kelurahan, balai pengobatan, puskesmas, sekolah, tempat ibadah, dll. Tempat-tempat
seperti bandara, pelabuhan, stasiun, pasar, dll jangan dipilih sebagai titik pusat klaster.
b. Beri nomor untuk setiap titik pusat klaster dari 1 sampai dengan nomor sejumlah titik
pusat klaster yang teridentifikasi, seperti pada contoh pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Titik Pusat Klaster

Titik Pusat Klaster Nomor urut

Kantor RW 01 1
Kantor RW 02 2
Masjid Nurul Huda 3
Pura 4
Balai Pengobatan Melati 5
Puskesmas Melati 6
SDN 01 Pagi 7
SMPN1 8
Gereja Santa Ursula 9

c. Penentuan titik pusat kluster dilakukan dengan cara :


Buat gulungan kertas yang diberi nomor 1 sampai sejumlah titik pusat klaster.
Misalnya ada 9 titik pusat klaster, maka nomor yang dituliskan pada gulungan
kertas adalah nomor 1 sampai 9.
Masukkan gulungan kertas tersebut ke dalam wadah, kemudian kocok sampai
keluar 1 gulungan kertas (seperti pada undian)
Nomor yang keluar adalah sebagai nomor titik pusat klaster yang terpilih. Contoh:
Keluar nomor 5, berarti titik pusat klaster nomor 5 (Balai Pengobatan Melati)
menjadi titik pusat untuk penentuan sampel rumah tangga ( Lihat Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Penentuan Titik Pusat Klaster

Titik Pusat Klaster Nomor Keterangan


urut
Kantor RW 01 1
Kantor RW 02 2
Masjid Nurul Huda 3
Pura 4
Balai Pengobatan 5 Titik Pusat Klaster
Melati Terpilih

5
Puskesmas Melati 6
SDN 01 Pagi 7
SMPN1 8
Gereja Santa Ursula 9
2.3 Pemilihan 10 Sampel Rumah Tangga

Pemilihan 10 sampel rumah tangga dilakukan dengan langkah sebagai berikut:


a. Tentukan rumah tangga sebagai sampel pertama, yaitu rumah yang berada di depan
titik pusat klaster terpilih.
b. Rumah tangga sampel kedua, dipilih dengan bergerak melingkar searah jarum jam,
sampai didapat 10 rumah (Gambar 1).

Gambar.1
Contoh Pengambilan 10 Sampel Rumah Tangga di Desa Sindang Maju

Keterangan:
TP adalah Titik Pusat Klaster terpilih di Desa Sindang Maju, yaitu Balai Pengobatan
Melati yaitu nomor urut 5 pada daftar penentuan titik pusat klaster

c. Jika kelompok rumah tangga berjajar mengikuti alur jalan atau sungai, maka
pengambilan sampel dimulai dari titik pusat klaster ke kanan sebanyak 5 (lima)
rumah dan ke kiri sebanyak 5 (lima) rumah (lihat Gambar 2.).

Gambar 2.
Pengambilan 10 Sampel Rumah Tangga di Desa Kriuk Sari

6
2.4 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan cara wawancara, pengamatan dan pengujian garam


beryodium.

a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada ibu rumah tangga atau yang mengetahui tentang
penggunaan garam sehari-hari di rumah tangga (pembantu rumah tangga, nenek,
anak atau bapak, kerabat). Wawancara meliputi identitas lokasi, identitas rumah
tangga dan pertanyaan terkait garam (Formulir 1).

b. Pengujian Garam:
Petugas meminta izin kepada ibu untuk mengambil garam yang biasa
digunakan memasak sehari hari.
Petugas mengambil sendok teh garam setelah garam diaduk secara merata
Taruh garam di piring kecil (sebaiknya piring berwarna putih/bukan transparan).
Petugas meneteskan 2 3 tetes yodium tes pada garam
Amati dan catat perubahan warna yang terjadi pada garam seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Perubahan warna garam setelah ditetesi yodium tes

No. Warna garam Artinya


1. Ungu Garam mengandung cukup yodium
2. Tidak berwarna Garam tidak mengandung yodium

7
c. Cara pengisian formulir:

Sebaiknya, sebelum mengisi Formulir 1 untuk pengumpulan data di setiap klaster,


dilakukan pemeriksaan terhadap garam terlebih dahulu. Cara pengisian Formuli 1 seperti
pada Tabel 5 di bawah ini

Tabel 5. Cara pengisian Formulir 1

No. Judul Kolom Cara Pengisian:

1 Kolom 1 Nomor Urut Rumah Diisi secara berurutan sesuai urutan kunjungan dari nomor 1 s.d.
Tangga 10 di setiap klaster.

2 Kolom 2 Nama Responden Ditulis nama responden yang diwawancara

3 Kolom 3 Status Responden Isi hubungan dengan Kepala RT:


Isteri
Pembantu
Nenek
Anak/Bapak
Kerabat

4 Kolom 4, dan 5 Hasil Pemeriksaan Contreng pada kolom yang sesuai dengan hasil pengamatan
Yodium dalam garam test yodium, bila :
Ungu, contreng kolom (4)
Tidak berwarna, contreng kolom (5)

5 Kolom 6, 7 dan 8 Jenis garam Garam bata, contreng kolom (6)


Garam halus, contreng kolom (7)
Garam krosok, contreng kolom (8)

6 Kolom 9, 10 dan 11 Tempat penyimpanan Botol, adalah tempat dari kaca, melamin atau botol plastik
garam yang tertutup, contreng kolom (9)
Plastik adalah tempat yang terbuka atau hanya
bungkusnya, contreng kolom (10)
Lainnya adalah tempat penyimpanan bukan botol atau
plastik, contreng kolom (11)

7 Kolom 12, 13 dan 14 Lokasi Penyimpanan Atas/para-para, contreng kolom (12)


Di bawah/samping perapian tungku/kompor, contreng
kolom (13)
Lainnya, contreng kolom (14)

8 Kolom 15 Merek dagang Tulis sesuai dengan jawaban responden atau hasil pengamatan.
Contoh Merk : Segi Tiga Biru, Kapal layar, Kuda Terbang.
Ada merek, tulis merek
Tidak ada merek
Lupa

Jika ada lebih dari 1 merek, tulis yang paling sering digunakan

9 Kolom 16, 17, 18 dan Tempat membeli Jika jawaban :


19 Toko, contreng kolom (16)
Warung, contreng kolom (17)
Pasar, contreng (18)
Pedagang keliling, contreng kolom (19)

10 Kolom 20, 21 dan 22 Rumah tangga ada ibu Contreng kolom 20 jika kolom 4 dicontreng;
hamil. Contreng kolom 21 jika kolom 5 dicontreng
Kolom-kolom ini hanya Contreng kolom 22 jika kolom 6 dicontreng.
diisi bila ada ibu hamil di
dalam rumah tangga.

8
2.5 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan oleh kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

a. Tingkat Kabupaten/Kota

Pindahkan angka-angka dari Formulir 1 (pengisian data tingkat desa) yang berada
pada baris jumlah (baris terbawah), ke dalam Formulir tingkat kabupaten
(Formulir 2), mulai dari klaster nomor 1 sampai dengan klaster nomor 30 sehingga
jumlah seluruhnya sebanyak 30 klaster.
Jumlahkan tiap kolom (kecuali kolom merk), dan isikan pada baris jumlah paling
bawah
Lakukan perhitungan persentase sbb:
a) Rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium dan tidak beryodium
b) Rumah tangga yang menggunakan garam bata, krosok dan garam halus.
c) Rumah tangga yang menyimpan garam di botol, plastik dan lainnya
d) Rumah tangga yang menggunakan merek garam beryodium
e) Rumah tangga yang menggunakan merk garam beryodium tertentu caranya
sbb:
1. Buat daftar semua merk garam beryodium yang berbeda dari jawaban yang
diberikan responden
2. Lakukan tally untuk menghitung jumlah RT yang menggunakan merk garam
beryodium
3. Hitung persentase 10 merek garam beryodium yang paling banyak
digunakan
f) Rumah tangga yang meletakkan wadah garam di atas atau di bawah para-
para
g) Ibu hamil yang mengonsumsi garam yang tidak beryodium
Hasil penjumlahan dari formulir tingkar desa (Formulir 1) salin ke dalam Formulir 2
(Formulir rekapituilasi 30 klaster di tingkat kabupaten/kota).
Kirimkan Formulir 2 ke Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Pengiriman dari kabupaten/kota dapat dilakukan melalui faximili , e-mail dengan
alamat:

Subdit Bina Kewaspadaan Gizi


Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Lt. 7 Blok A Kav. 4-9 , Jakarta Selatan 12950
Faximili : (021) 5210176
Email: info@gizi.net
cc: gizi_mikro@yahoo.co.id

9
6.1 Interpretasi dan Alternatif Pemecahan Masalah

Bilamana di suatu wilayah beredar garam konsumsi tidak mengandung yodium segera
lakukan penanganan oleh Dinas Kesehatan setempat. Penanganan dilakukan dalam bentuk
penyuluhan kepada masyarakat dan koordinasi dengan institusi terkait lainnya untuk
distribusi garam berydium. Alternatif pemecahan masalah seperti pada Tabel 6

Tabel 6
Alternatif Pemecahan Masalah

Hasil Pemantauan Interpretasi Intervensi


Wilayah 10% garam krosok Siaga Penyuluhan/sosialisasi/advokasi
yang beredar tidak
beryodium
Distribusi garam beryodium
Pemantauan lebih ketat pada ibu hamil

30% garam yang Waspada Koordinasi dengan pemangku kepentingan
beredar tidak Pencegahan beredarnya garam tidak beryodium
beryodium
Pemantauan ditingkatkan
Dikeluarkan PERDA Garam Beryodium
Rumah tangga 10% rumah tangga Siaga Penyuluhan
tidak mengonsumsi Pengawasan peredaran garam beryodium di masyarakat
garam beryodium

20% rumah tangga Waspada Penyuluhan


tidak mengonsumsi Pengendalian garam beryodium di masyarakat
garam beryodium Distribusi garam beryodium

10
Daftar Pustaka

1. Bappenas. 2010. Lampiran Peraturan Presiden RI nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2015. Buku II: Memper\kuat sinergi antar
bidang pembangunan. Bab II Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

2. Puslitbang Gizi dan Makanan dan UNICEF. 2008. Survei Indikator GAKI: Riskesdas 2007.
Laporan Akhir. Jakarta.

3. WHO/UNICEF/ICCIDD. 2007. Assessment of Iodine Deficiency Disorders and their


elimination: a guide for programme managers. Third edition. Geneva.

4. Tim Penanggulangan GAKY Pusat. 2005. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program
Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Jakarta.

5. Direktorat Gizi Masyarakat dan Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat. 2005. Integrasi
Indikator Gizi Dalam SUSENAS Tahun 2005: Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2005.
Laporan Kegiatan. Jakarta.

6. Sullivan, KM., R.Houston, J.Gorstein and J.Cervinskas. 1995. Monitoring Universal salt
iodization programmes. UNICEF/ICCIDD/WHO/PAMM/MI. Atlanta.

7. Departemen Kesehatan RI. 1995. Panduan Survei Cepat Kelainan Gizi (Anemia, KEK, GAKY)
di Daerah Tingkat II. Jakarta.

8. Draft Rencana Aksi Nasional: Akselerasi Konsumsi Garam Beryodium untuk Semua 2011-
2015. 2011. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai