KAJIAN
PETA JALAN (ROAD MAP) PEMBANGUNAN DESA DAN
PERDESAAN TAHUN 2020-2024 dan 2020-2045
Disampaikan oleh:
Pusat Penyusunan Keterpaduan Rencana Pembangunan Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
9,54% 12,29%
Jumlah penduduk miskin di Jumlah penduduk miskin di
Indonesia: 26,16 juta perdesaan: 14,34 juta
(BPS, Maret 2022)
*Kepmendagri No. 146.1-4717 Tahun 2020
❑ Tingkat pengangguran terbuka perdesaan mengalami penurunan dari Agustus 2020 sebanyak 4,71% menjadi 4,17% pada
Agustus 2021 (BPS, Agustus 2021).
❑ Berdasarkan data BPS (Feb, 2022) penduduk usia kerja terdampak Covid-19 hingga Februari 2022 mencapai 7,57 juta orang
secara nasional dan kemungkinan tersebar di desa-desa di Indonesia.
ISU PEMBANGUNAN DESA (3/5)
KETIMPANGAN (GINI RATIO)
GINI RATIO NASIONAL Perkembangan Gini Ratio Indonesia Periode Maret 2016-Maret 2022
MARET 2022
0,384
Kesenjangan yang tercermin dari nilai
Koefisien Gini harus terus diturunkan,
misalnya melalui:
▪ pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
▪ perluasan lapangan kerja, dan
▪ perluasan akses terhadap sarana
prasarana pendukung ekonomi di
daerah-daerah khususnya di desa
Tingkat Kepadatan:
Kepadatan Sangat Tinggi
Pulau Sumatera
Kepadatan Tinggi
Jumlah penduduk Indonesia sesuai hasil Sensus Penduduk pada September 2020 sebesar +270,20 Juta Jiwa dengan luas wilayah + 1,92 Juta Km2.
Sebanyak +151,59 Juta Jiwa (56,10 %) terpusat di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan tingkat kepadatan tinggi sebesar 6.943 Jiwa/Km2.
Desa diharapkan dapat menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat sehingga urbanisasi bisa ditekan.
Sumber : Diolah dari BPS (2021)
ISU PEMBANGUNAN DESA (5/5)
TRIPPLE DISRUPTION
DISRUPTION
Perubahan besar dan mendasar dengan ditandai adanya kebiasaan baru, menggerus cara-cara konvensional, tak
membutuhkan banyak aset besar di setiap sudut, sederhana dan memaksa beradaptasi.
AKIBAT DISRUPTION:
Millenial Disruption 1.
2.
Penghematan biaya dan proses menjadi lebih sederhana
Inovasi produk menjadi lebih baik
3. Menciptakan pasar baru dan membuat pasar yang selama ini
tertutup menjadi terbuka
Digital Disruption 4.
5.
Lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya
Segala sesuatu kini menjadi serba smart
1 2 3
Disruption sesungguhnya terjadi secara meluas, mulai dari
Pandemic Disruption pemerintahan, ekonomi, hukum, politik, penataan kota,
konstruksi, pelayanan kesehatan, pendidikan, kompetisi
bisnis dan juga hubungan-hubungan sosial.
Pembangunan Desa perlu inovasi mengingat secara nyata telah terjadi tripple disruption ,
salah satunya melalui program/kegiatan yang
sesuai dengan kebutuhan saat ini dan dimasa yang akan datang
INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM)
3 INDEKS DAN 47 INDIKATOR
1. INDEKS KETAHANAN SOSIAL 2. INDEKS KETAHANAN EKONOMI
S.1 : Akses sarana kesehatan S.17 : Keragaman komunikasi E.1 : Keragaman produksi E.7 : Fasilitas kredit
S.2 : Ketersediaan tenaga kesehatan S.18 : Keragaman bahasa E.2 : Pertokoan E.8 : Lembaga ekonomi
S.3 : Akses terhadap Poskesdes S.19 : Keragaman agama E.3 : Pasar E.9 : Kedai dan penginapan
S.4 : Aktivitas Posyandu S.20 : Pos keamanan E.4 : Toko dan warung kelontong E.10 : Moda transportasi umum
S.5 : Tingkat kepesertaan BPJS S.21 : Siskampling E.5 : Pos dan jasa logistik E.11 : Keterbukaan wilayah
S.6 : Akses terhadap SD/MI S.22 : Konflik E.6 : Bank dan BPR E.12 : Kualitas jalan
S.7 : Akses terhadap SMP/MTS S.23 : Akses SLB
S.8 : Akses terhadap SMU/SMK S.24 : PMKS
S.9 : Ketersediaan PAUD S.25 : Air minum
3. INDEKS KETAHANAN LINGKUNGAN
S.10 : Ketersediaan PKBM/Paket ABC S.26 : Air mandi dan cuci L.1 : Kualitas lingkungan
Akses terhadap pusat L.2 : Rawan bencana
S.11 : S.27 : Akses jamban L.3 : Tanggap bencana
keterampilan/kursus
Ketersediaan taman bacaan
S.12 : S.28 : Sampah
masyarakat/perpustakaan desa
S.13 : Kebiasaan gotong-royong S.29 : Akses listrik
S.14 : Keberadaan ruang publik S.30 : Sinyal
S.15 : Kelompok kegiatan olahraga S.31 : Internet (Kantor Desa)
S.16 : Kegiatan olahraga S.32 : Akses internet warga
Pembangunan Th 2022
33.892
Mandiri
8,43%
Tertinggal
desa telah 12,47%
Maju
mengalami 27,36%
perkembangan
positif dan Th 2022
Berkembang
45,79%
signifikan 20.248
Th 2019
17.626 Th 2021
Th 2020
15.324
13.961
Th 2021 Th 2020
12.177 11.899
Th 2019
Th 2022
8.647 Th 2022
Th 2021 9.233
Th 2019 Th 2020 4.985 Th 2022 Th 2021 6.239
3.536 2.466 4.407 3.278
Th 2020
Th 2019 1.741
840
0,3
0,2
0,1
E2
E6
E9
E1
E3
E5
E7
E8
S.11
S.13
S.16
S.19
E4
S.10
S.12
S.14
S.15
S.17
S.18
S.20
S.22
S.26
S.29
L.2
S.21
S.23
L.1
L.3
S.24
S.25
S.27
S.28
S.30
S.31
S.32
S.2
S.6
S.9
E11
S.1
S.3
S.4
S.5
S.7
S.8
E10
E12
*Bobot indikator yang rendah (<0,5) menjadi fokus intervensi
E1
E2
E3
E5
E6
E9
S.16
S.19
E4
E7
E8
S.11
S.13
S.14
S.15
S.10
S.12
S.17
S.18
S.20
S.22
S.26
S.29
S.21
S.23
L.1
L.2
L.3
S.24
S.25
S.27
S.28
S.31
S.30
S.32
S.2
S.6
S.9
E11
S.1
S.3
S.4
S.5
S.7
S.8
E10
E12
E.11 : Keterbukaan Wilayah
L.3 : Tanggap bencana
0,1
0
E1
E3
E6
E8
E9
E4
E5
E7
S.11
E2
S.10
S.12
S.13
S.14
S.15
S.16
S.17
S.18
S.19
S.21
S.23
L.1
L.3
S.20
S.22
S.24
S.25
S.26
S.27
S.28
S.29
L.2
S.30
S.32
S.31
E10
E11
E12
S.1
S.3
S.2
S.4
S.5
S.6
S.7
S.8
S.9
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
S.10
S.12
S.16
S.19
S.11
S.13
S.21
S.14
S.15
S.17
S.18
S.20
S.22
S.23
S.24
S.26
S.27
S.28
S.29
L.1
L.2
S.25
L.3
E11
S.31
S.1
S.30
S.32
E10
E12
S.2
S.4
S.7
S.8
S.3
S.6
S.9
S.5
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
E1
E2
E4
E7
E8
E3
E6
E9
S.15
S.16
S.19
E5
L.1
S.11
S.13
S.10
S.12
S.14
S.17
S.18
S.20
S.22
S.26
S.29
L.2
S.21
S.23
L.3
S.24
S.25
S.27
S.28
S.31
S.1
S.30
S.32
S.2
E11
S.3
S.6
S.9
S.4
S.5
S.7
S.8
E10
E12
Sumber: Diolah dari IDM 2022
0
1
0,9
0,3
0,5
0,1
0,2
0,4
0,6
0,7
0,8
S.1
S.2
S.3
S.4
S.5
S.6
S.7
DESA MANDIRI
S.8
S.25
S.26
S.27
S.28
S.29
S.30
S.31
S.32
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
E10
E11
E12
L.1
L.2
L.3
S.2
KONDISI DESA BERDASARKAN IDM 2022 (5/5)
50.000 : Mandiri
8,45%
: Maju
: Berkembang
27,42% : Tertinggal
40.000 : Sangat Tertinggal
70,44%
30.000
45,87%
20.000
6,28%
12,43% 23,28%
10.000
5,83%
0,00%
2022 2045
Tahun
Status Kawasan
2019 2020 2020a*
Berdaya Saing 1 2 2
92 Kawasan Perdesaan,
Mandiri 48 35 63 yang terdiri dari:
Konsolidasi 41 8 27 ▪ 62 Kawasan Perdesaan Prioritas
Inisiasi 1 Nasional (KPPN)
▪ 30 Kawasan Perdesaan Prioritas
IPKP tidak tersedia 1 47
Kementerian (KPPK)
* Nilai IPKP yang tidak tersedia pada tahun 2020 diisi oleh nilai tahun 2019
KONDISI EKSISTING KAWASAN PERDESAAN
KAWASAN PERDESAAN STATUS KONSOLIDASI
ISU PRIORITAS
(A1) Pengembangan Komoditas Unggulan Kawasan Perdesaan
*) Nilai IPKP yang tidak tersedia di 2020 diisi dengan IPKP 2019
**) Berdasarkan 44 kawasan yang memiliki IPKP 2019 dan 2020
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS: DIMENSI SOSIAL BUDAYA
Persentase Jumlah Kawasan Perdesaan untuk Nilai Variabel Dimensi Sosial Budaya
ISU STRATEGIS
Peringkat Nilai *) Jumlah **)
Kode Variabel
Rendah Sedang Tinggi Naik Turun Tetap
B1 Kreativitas Masyarakat 2 66 24 12 32 0
B5 Governansi Budaya 6 55 31 15 26 3
ISU PRIORITAS
(B9) Sosial, Kesetaraan dan Inklusi Sosial
*) Nilai IPKP yang tidak tersedia di 2020 diisi dengan IPKP 2019
**) Berdasarkan 44 kawasan yang memiliki IPKP 2019 dan 2020
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS: DIMENSI LINGKUNGAN
Persentase Jumlah Kawasan Perdesaan untuk Nilai Variabel Dimensi Lingkungan
ISU STRATEGIS
Peringkat Nilai *) Jumlah **)
Kode Variabel
Rendah Sedang Tinggi Naik Turun Tetap
Pembangunan Kawasan Perdesaan
C1 Mengacu pada Tata Ruang Kawasan 17 18 57 17 25 2
Perdesaan
C2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 18 16 58 13 22 9
Pemanfaatan Amenity Resources untuk
C3 13 68 11 12 26 6
Kegiatan Ekonomi dan Sosial
Regulasi dan Edukasi terkait Pengelolaan
C4 21 60 11 12 23 9
Lingkungan
Persentase Dinamika Nilai Variabel Dimensi Lingkungan C5 Adaptasi terhadap Perubahan Iklim 7 62 23 8 29 7
ISU PRIORITAS
(C7) Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah
*) Nilai IPKP yang tidak tersedia di 2020 diisi dengan IPKP 2019
**) Berdasarkan 44 kawasan yang memiliki IPKP 2019 dan 2020
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS: DIMENSI JEJARING PRASARANA DAN SARANA
Persentase Jumlah Kawasan Perdesaan untuk Nilai Variabel Dimensi Jejaring
Prasarana dan Sarana
ISU STRATEGIS
Peringkat Nilai *) Jumlah **)
Kode Variabel
Rendah Sedang Tinggi Naik Turun Tetap
D1 Konektivitas antar Desa dalam Kawasan 1 35 56 13 30 1
D2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 49 36 7 13 26 5
Pelayanan pendidikan Vokasi dan
D3 14 33 45 16 21 7
Keterampilan
Aksesibilitas ke dan dari Kawasan serta ke
D4 0 24 68 15 28 1
Sentra Komoditas Unggulan
D5 Angkutan Umum 40 22 30 18 21 5
D6 Elektifikasi Kawasan Perdesaan 5 10 77 16 26 2
Pemanfaatan Telepon Genggam dan
D7 5 55 32 17 23 4
Persentase Dinamika Nilai Variabel Dimensi Jejaring Prasarana dan Sarana Internet
Sumber Air Minum dan Mandi/Cuci
D8 11 41 40 18 20 6
Masyarakat di Kawasan Perdesaan
D9 Ketersediaan Bahan Bakar 20 35 37 12 26 6
D10 Kios Sarana Produksi Pertanian 6 57 29 14 28 2
D11 Pasar Kawasan Perdesaan 57 30 5 16 22 6
Perbankan dan atau Lembaga Keuangan
D12 Bukan Bank untuk Pengembangan 11 52 29 12 27 5
Komoditas Unggulan
ISU PRIORITAS
(D5) Angkutan Umum
(D11) Pasar Kawasan Perdesaan *) Nilai IPKP yang tidak tersedia di 2020 diisi dengan IPKP 2019
**) Berdasarkan 44 kawasan yang memiliki IPKP 2019 dan 2020
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS: DIMENSI KELEMBAGAAN
Persentase Jumlah Kawasan Perdesaan untuk Nilai Variabel Dimensi Kelembagaan
ISU STRATEGIS
Peringkat Nilai *) Jumlah **)
Kode Variabel
Rendah Sedang Tinggi Naik Turun Tetap
Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dan atau Norma
E1 Masyarakat dalam Meminimalisasi Alih Fungsi Lahan 66 15 11 11 27 6
kepada Badan Usaha Skala Besar
Kebijakan Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota)
E2 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Lokal untuk Dunia 35 37 20 11 27 6
Usaha yang Berinvestasi di Kawasan Perdesaan
E3 Pengembangan Klaster Berbasis Komoditas Unggulan 4 56 32 18 25 1
Insentif/Kebijakan Daerah tentang Investasi di
E4 Kawasan 39 35 18 13 27 4
Forum pengembangan (Ekonomi) Daerah Kawasan
E5 Perdesaan di Aras Kabupaten/Kota 15 55 22 12 25 7
Persentase Dinamika Nilai Variabel Dimensi Kelembagaan Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Kawasan
E6 Perdesaan yang telah Ditetapkan 2 0 90 3 41 0
Komitmen Daerah untuk Pembiayaan Pembangunan
E7 Kawasan Perdesaan yang telah Ditetapkan 67 19 6 9 31 4
Kebijakan Daerah tentang CSR untuk Kawasan
E8 Perdesaan yang telah Ditetapkan 26 50 16 13 28 3
Pengembangan Kerjasama antara Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan Perguruan Tinggi/lembaga Penelitian
E9 Setempat untuk Meningkatkan Inovasi Pengembangan 9 63 20 8 32 4
Komoditas Unggulan
E10 Kebijakan Daerah tentang Promosi Kawasan 43 40 9 18 19 7
*) Nilai IPKP yang tidak tersedia di 2020 diisi dengan IPKP 2019
ISU PRIORITAS **) Berdasarkan 44 kawasan yang memiliki IPKP 2019 dan 2020
(E10) Kebiajakn Daerah tentang promosi Kawasan
(E4) Insentif/Kebiajakn Dearah tentang Investasi di Kawasan
ISU STRATEGIS EKSISTING PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS EKSISTING: DIMENSI EKONOMI (KONSOLIDASI)
NO. ISU PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN ISU EKSISTING
1. Pengembangan Komoditas Unggulan Kawasan ➢ Adanya keterbatasan infrastruktur pendukung bagi berlangsungnya proses produksi komoditas unggulan seperti keterbatasan
Perdesaan infrastruktur irigasi dan embung untuk kawasan bertema agropolitan.
➢ Permasalahan yang mendera pada sistem agribisnis mulai dari sisi input (ketersediaan benih dan pupuk), dari sisi produksi
(serangan hama dan penyakit tanaman), dari sisi pengolahan (pasokan bahan baku yang tidak kontinu, keterbatasan alat-alat
pengolahan), dan dari sisi pemasaran (kesulitan dalam menembus pasar ritel modern akibat tidak sesuainya komoditas yang
dihasilkan dengan kriteria mutu yang ditetapkan oleh pasar).
➢ Jatuhnya harga komoditas unggulan ketika produksi melimpah pada saat panen tiba.
➢ Ada kawasan-kawasan yang belum menjalankan kegiatan pengolahan komoditas unggulannya.
➢ Tema kawasan yang belum mengakomodasi potensi/komoditas unggulan kawasan secara utuh.
➢ Bantuan sarana prasarana pengolahan yang dikucurkan tidak seluruhnya termanfaatkan dengan baik.
➢ Jarak (gap) antara praktik pengolahan eksisting dengan teknologi pengolahan yang diintroduksikan kurang terjembatani.
➢ Potensi wisata belum dapat dikembangkan oleh kawasan perdesaan yang memiliki potensi tersebut dengan baik.
2. Peran BUM Desa dan atau BUM Desa Bersama Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUM Desa Bersama) sebagai kelembagaan penciri kawasan, di banyak kawasan relatif tidak
Mengembangkan Komoditas Unggulan berjalan. Dari isian kuesioner, sebanyak 42% responden menyatakan bahwa BUM Desa Bersama tidak berjalan.
3. Sertifikasi/Standarisasi Produk yang Tidak sesuainya komoditas yang dihasilkan dengan kriteria mutu yang ditetapkan oleh pasar menyebabkan kesulitan dalam menembus
Dihasilkan (Mengarah pada Peningkatan pasar ritel modern.
Kualitas)
4. Kepemilikan dan/atau Penguasaan Lahan Kepemilikan lahan, baik yang berupa aset desa maupun aset kawasan, rentan dialihkan khususnya pada kawasan-kawasan perdesaan
yang terletak di atau bersinggungan dengan ibu kota kabupaten.
5. Promosi Komoditas Unggulan oleh Klaster ➢ Di kawasan kepulauan, pilihan jalur distribusi dan pemasaran lebih terbatas. Jika tidak ada pelabuhan, nilai tambah dan
eksternalitas positif ekonomi tidak bisa diperoleh secara maksimal.
➢ Komoditas unggulan pertanian pangan hanya mampu mencapai pasar lokal (dalam kabupaten).
➢ Jatuhnya harga saat produksi melimpah.
➢ Kesulitan menembus pasar ritel modern.
ISU STRATEGIS EKSISTING PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS EKSISTING: DIMENSI SOSIAL BUDAYA (KONSOLIDASI)
NO. ISU PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN ISU EKSISTING
1. Budaya, Kesetaraan, dan Inklusi Sosial Kelompok disabilitas belum dipertimbangkan dalam berjalannya kegiatan di kawasan.
6. Pasar Kawasan Perdesaan ➢ Sebagian besar kawasan berstatus konsolidasi belum memiliki pasar kawasan, terlebih lagi yang menjual komoditas unggulan.
➢ Komoditas unggulan yang dimiliki berpotensi untuk menjangkau pasar yang lebih luas, namun tidak bisa dilakukan karena
infrastruktur pemasaran yang belum tersedia.
ISU STRATEGIS EKSISTING PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS EKSISTING: DIMENSI KELEMBAGAAN (KONSOLIDASI)
NO. ISU PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN ISU EKSISTING
1 Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kebijakan sudah ada tetapi belum efektif. Pengendalian pemanfaatan lahan tidak dilakukan.
atau Norma Masyarakat dalam
Meminimalisasi Alih Fungsi Lahan kepada
Badan Usaha Skala Besar
2 Kebijakan Daerah (Pemerintah Sebagian besar pemerintah daerah tidak memiliki kebijakan tentang penggunaan tenaga kerja lokal untuk dunia usaha
Kabupaten/Kota) tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Lokal untuk Dunia Usaha yang
Berinvestasi di Kawasan Perdesaan
3 Insentif/Kebijakan Daerah tentang Investasi di Tidak ada kebijakan daerah tentang investasi di sebagian besar kawasan
Kawasan
4 Komitmen Daerah untuk Pembiayaan Daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, tidak seluruhnya mendukung pembangunan kawasan perdesaan dari sisi
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang pembiayaan.
Telah Ditetapkan
5 Kebijakan Daerah tentang Promosi Kawasan Promosi hanya di lingkup lokal.
ISU STRATEGIS EKSISTING PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
ISU STRATEGIS EKSISTING: DIMENSI EKONOMI (MANDIRI)
NO. ISU PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN ISU EKSISTING
1. Pengembangan Komoditas Unggulan Kawasan ➢ Kurangnya pengetahuan petani terkait produksi dan pengemasan komoditas unggulan (contoh komoditas unggulan padi
Perdesaan organik).
➢ Rendahnya produktivitas komoditas unggulan akibat keterbatasan dan ketidaksesuaian lahan.
➢ Industri pengolahan komoditas unggulan kurang berkembang akibat terbatasnya bahan baku (karena sifatnya musiman, contoh
olahan manisan mangga), rendahnya kualitas SDM, dan kurangnya permodalan.
➢ Terbatasnya pemasaran produk unggulan (umumnya hanya dalam lingkup pasar lokal).
➢ Terbatasnya akses untuk mendapatkan modal (contoh kasus, rumitnya persyaratan untuk mendapatkan kredit/modal dari
perbankan).
2. Promosi Komoditas Unggulan oleh Klaster ➢ Belum tersedia rumah pajang untuk promosi produk unggulan.
➢ Kurangnya pengetahuan petani terkait pemanfaatan media sosial untuk promosi.
➢ Terbatasnya promosi komoditas unggulan karena kendala jaringan internet.
➢ Belum tersedia profil badan usaha yang dapat menarik investor.
3. Sertifikasi/Standarisasi Produk yang ➢ Rumitnya persyaratan sertifikasi produk.
Dihasilkan (Mengarah pada Peningkatan ➢ Jumlah lembaga sertifikasi produk terbatas.
Kualitas) ➢ Belum adanya standarisasi produk yang dihasilkan.
2. Pasar Kawasan Perdesaan Rendahnya peran Kawasan sentra produksi dan BUM Desa Bersama dalam menghela agribisnis di kawasan.
1. Tidak adanya jembatan 2. Terjadi kekosongan dalam 3. Ketergantungan dengan 4. RPKP yang tidak
penghubung antara kawasan pengelolaan kawasan Pemerintah Pusat terinternalisasi dalam
dan OPD karena tidak ada lagi RPJMD dan RKPD yang
pendamping kawasan dan berpotensi mengurangi
TKPKP kurang berfungsi tingkat implementasinya
5. Sinergisme antar OPD dan antar 6. Kawasan perdesaan dapat 7. Implementasi program kawasan
hierarki pemerintah yang belum mengemban beragam fungsi yang perdesaan yang didominasi oleh
optimal sehingga kawasan masih berasal dari sektor-sektor yang pendekatan top-down
didekati secara sektoral dan parsial lain
REKOMENDASI UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
2024
1. Peningkatan promosi komoditas unggulan oleh klaster (P.21)
2. Pengembangan sertifikasi/standarisasi produk yang dihasilkan
(mengarah pada peningkatan kualitas) (P.22)
2023 3. Peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan limbah (P.23)
1. Penguatan pengembangan komoditas 4. Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (P.24)
unggulan (P.11)
5. Pengembangan jaringan angkutan umum (P.25)
2. Penguatan budaya, kesetaraan, dan inklusi
sosial (P.12) 6. Pengembangan kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dan atau
norma masyarakat dalam meminimalisasi alih fungsi lahan
3. Penguatan pengelolaan dan pemanfaatan kepada badan usaha skala besar (P.26)
sampah (P.13) 7. Pengembangan kebijakan daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota)
4. Pembangunan dan pengembangan pasar tentang penggunaan tenaga kerja lokal untuk dunia usaha yang
kawasan perdesaan (P.14) berinvestasi di kawasan perdesaan (P.27)
5. Penguatan fasilitas insentif/kebijakan daerah 8. Peningkatan komitmen daerah untuk pembiayaan pembangunan
tentang investasi di kawasan (P.15) kawasan perdesaan yang telah ditetapkan (P.28)
9. Pengembangan kebijakan daerah tentang promosi kawasan (P.29)
CONTOH PROGRAM KEGIATAN KPPN DI KABUPATEN BARITO KUALA
Kabupaten = Barito Kuala Program Prioritas Tahun 2023 = P12; P13; dan P15
Provinsi = Kalimantan Selatan Program Prioritas Tahun 2024 = P21; P22; P23; P24; P25; P26; P27; P28
Nama Kawasan Perdesaan = Kawasan Perdesaan Pertanian Tanaman Pangan dan P29
Periode RPKP = 2021-2025
20 2020 2045
0 KPPN KPPN
2020 2024 2030 2035 2040 2045
679
Dengan perkembangan yang sama, diperkirakan
700
pada tahun 2045 akan berkembang menjadi:
600
2022 2045
500
16 Desa sangat tertinggal 150 Desa berkembang
400 110 Desa tertinggal 50 Desa maju
349 Desa berkembang 679 Desa mandiri
300 277 Desa maju
127 Desa mandiri
200
100
Total: 879 Desa
0
2018 2020 2025 2030 2035 2040 2045
PASTI KREATIF,
PASTI CEPAT,
PASTI JADI