Anda di halaman 1dari 35

POKOK BAHASAN 6

MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Pada hakekatnya pemberdayaan merupakan suatu proses dan upaya untuk


memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakat yang lemah agar dapat mengidentifikasi SDA / potensi, menetapkan
kebutuhan dan menciptakan peluang yang ada disekitarnya dengan mengoptimalkan
sumber daya alam dan potensi yang dimilikisecara mandiri. Pemberdayaan
masyarakat dapat terjadi apabila masyarakat itu sendiri dapat ikut serta berpartisipasi
didalamnya.
Proses pembangunan dan pemberdayaan dimulai dari persiapan yaitu
menyiapkan rencana dalam rangka pendampingan proses pembangunan dan
pemberdayaan dimulai dari sosialisasi sampai kepada masyarakat, program
pelaksanaan kegiatan termasuk monitorong dan evaluasi.

Gambar 43. Proses pemberdayaan Masyarakat

Aspek penting dalam proses kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah


membangun partisipasi masyarakat untuk merencanakan Pemberdayaan Desa,
berdasarkan hak kewenangan Desa sesuai dengan UU desa, diharapkan desa –
desa akan menjadi desa yang mandiri. Untuk menuju desa yang mandiri suatu desa
harus melalui tahapan proses pemberdayaan.

143
Ada 7 (tujuh) proses pemberdayaan masyarakat desa, yaitu:
1. Persiapan
2. Pengkajian / identifikasi
3. Perencanaan alternatif kegiatan
4. Merealisasi rencana aksi
5. Pelaksanaan kegiatan
6. Evaluasi kegiatan
7. Terminasi / Penjadwalan ulang
Permendesa No.17 Tahun 2019 tentang pedoman umum pembangunan dan
pembedayan masyarakat desa, Disebutkan pasal 6 ayat 3 bahwa, pendamping
masyarakat terdiri dari:
a. Perangkat daerah kabupaten;
b. Tenaga pendamping profesional;
c. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan/atau
d. pihak lainnya.
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah pendamping yang ada di
tingkat desa dan bagian terkecil yang didampingi adalah RT, RW, dan Dusun yang
diberikan hak dan wewenang untuk mengatur segala kebutuhan dan kepentingannya
atas seijin Kepala Desa. Tugas seorang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
adalah menumbuhkan, menggerakkan dan memotivasi secara partisipasi
masyarakat agar mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungannya dan desanya
melalui tahapan proses pemberdayaan.
Masyarakat desa sudah mempunyai suatu ciri khas yang sangat menarik sejak
dahulu kala yaitu gotong royong dan empati yang tinggi terhadap lingkungan, hanya
saja perlu adanya penggerakan dalam mengorganisir program kegiatan yang telah
direncanakan agar bisa memberikan output dan outcome secara maksimal dalam
rangka pemberdayaan masyarakat desa.
Partisipasi masyarakat desa di mulai dari tahap identifkasi, persiapan
perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan pengawasan termasuk
didalamnya monitoring dan evaluasi. Tahapan Identifikasi serta menemukenali
masalah atau kebutuhan menjadi sebuah kegiatan awal dalam rangka mewujudkan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

144
Ketika tahapan proses pemberdayaan dilaksanakan melalui kegiatan
partisipasi masyarakat maka dipastikan pemberdayaan masyarakat desa akan
memberikan manfaat bagi masyarakat seperti: adanya potensi desa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat didesanya melalui penciptaan lapangan
kerja baru, meningkatnya kegiatan usaha ekonomi dan budaya berbasis kearifan
lokal di desa, meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan.
Kemadirian masyarakat desa dapat dilakukan oleh masyarakat desa beserta
lembaganya ketika suatu desa berkeinginan untuk mewujudkan desa tersebut
menjadi desa yang lebih maju dan mandiri perlu dukungan semua elemen.
Konsep pembangunan 'pentahelix', di mana unsur pemerintah, masyarakat atau
komunitas, akademisi, pengusaha, dan media bersatu membangun kebersamaan
dalam pembangunan di desa. Pemerintah mempunyai political power, untuk
merumuskan sebuah kebijakan melalui keputusan. Sementara masyarakat atau
komunitas disebut social power.

1. PENGELOLAAN, PEMBANGUNAN, DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Desa mempunyai kewenangan Rekoqnisi dan Subsidiaritas serta posisi dan
peran yang lebih berdaulat, sangat besar dan luas dalam mengatur dan mengurus
desa. Model pembangunan yang dulunya Government driven development atau
community driven development, sekarang Village driven development. Artinya
desa diberikan wewenang seluas-luasnya dalam mengelola desa baik dalam urusan
pembangunan ataupun pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya menggerakkan,
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
a. Tahapan Proses Pemberdayaan Masyarakat ada tahapan proses
pemberdayaan:
1) Persiapan
Pada tahap ini, ada 2 hal yang harus dilakukan yakni:
a) Penyiapan yakni tenaga Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa yang
dapat melakukan pertemuan terhadap kelompok atau lembaga yang ada
dimasyarakat seperti PKK, Karang Taruna, KWT, Pokdarwis, Dasa wisma,
Kelompok tani, Kelompok Ternak dll

145
b) Menggerakkan masyarakat untuk bangkit dan memberdayakan dirinya
dengan pendampingan dari Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, dalam
peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pemberdayaan
masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses
perubahan individu-individu, kelompok-kelompok dalam masyarakat desa,
menjadi katalisator untuk bertindak dan menolong sepanjang proses
pengembangan diri masyarakat dengan menyediakan waktu, pemikiran dan
sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.

Penyediaan waktu dilapangan yang pada dasarnya diusahakan secara langsung.


Suatu kegiatan yang dilakukan baik itu indvidu maupun kelompok tanpa ada
paksaan dan apabila tidak dikerjakan tidak akan mendapat sanksi. Atau Suatu
kegiatan yang dilaksanakan sesuai keinginan sendiri (Anda bebas berkreasi),
dimana sejak awal program (Perencanaan) sampai akhir program (evaluasi)
selalu ada peran serta masyarakat atau masyarakat sebagai subjek.
1. Pengkajian / identifikasi
KPMD melakukan pengkajian / identifikasi ditingkat RT dan RW dengan
melibatkan masyarakat desa dilakukan secara individual melalui kelompok
dalam masyarakat. Pengkajian / identifikasi ini dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh individu/kelompok dalam
masyarakat.
2. Perencanaan program atau kegiatan
Petugas KPMD menggunakan metode partisipatif, melibatkan warga untuk
berfikir tentang menemukenali masalah yang mereka hadapi dan mencari cara
mengatasinya (menemukan solusi). Merencanakan dan implementasikan
program pemberdayaan masyarakat Desa
a) Upaya kegiatan pemberdayaan di desa sesuai tugas KPMD bersama PLD
secara tertulis disusun dan mengetahui Kades setempat.

146
3. Merealisasikan rencana aksi
KPMD ikut membantu individu /kelompok untuk merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
sesuai dengan hasil survey sumber daya alam di desa.
4. Pelaksanaan program atau kegiatan
Tugas seorang KPMD tidak hanya berhenti pada saat perencanaan partisipatif
tetapi juga pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat diharapkan bisa
mendampingi dan menjaga kelangsungan kegiatan yang telah dikembangkan.
5. Evaluasi
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dan seberapa besar manfaat program
kegiatan perlu diadakannya evaluasi termasuk didalamnya kegiatan
monitoring. Ada yang membutuhkan waktu pendek dan atau panjang.
Evaluasi pemberdayaan masyarakat yang sedang berlangsung, sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan masyarakat, yang diharapkan dalam jangka
pendek bisa membentuk sistem komunitas pengawasan secara internal dan
dalam jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih
mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada.

6. Terminasi
Ketika dalam suatu proses berjalannya pendampingan apabila suatu
kelompok sudah dapat dikatakan mandiri, tentunya melalui pengukuran
indikator output dan outcome maka diharapkan secara formal sudah bisa
melakukan pemutusan hubungan (pendampingan).
Contoh Indikator Keberhasilan Hasil Pemberdayaan Masyarakat:
Untuk mengukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat, dapat menggunakan
indikator sebagai berikut :
1. Input
a. Sumber daya manusia, yakni tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh
formal maupun informal
b. Besarnya dana yang digunakan, baik dana yang berasal dari swadaya
masyarakat desa maupun dana yang diperoleh dari bantuan di luar
masyarakat tersebut.

147
c. Bahan-bahan, alat-alat atau materi lain yang digunakan untuk mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut.
2. Proses
a. Jumlah/frekuensi kunjungan dalam pendampingan.
b. Jenis kegiatan dilaksanakan.
c. Jumlah tokoh masyarakat atau kader yang dilatih.
d. Frekuensi pertemuan masyarakat desa dalam rangka perencanaan dan
pengambilan keputusan
3. Output
a. Jumlah dan jenis kegiatan: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dana
Sehat, dan sebagainya.
b. Jumlah orang atau anggota masyarakat yang telah meningkat
pengetahuan dan perilakunya dalam kesehatan.
c. Jumlah keluarga yang mempunyai fasilitas MCK.
d. Meningkatkan fasilitas-fasilitas umum di masyarakat (Sosialisasi kesehatan
di musim penghujan).
4. Outcome
a. Menurunnya angka orang sakit dalam masyarakat
b. Menurunnya angka kematian umum dalam masyarakat
c. Meningkatnya status gizi anak balita dalam masyarakat
Peserta diajak untuk membuat matriks dari masing - masing kegiatan yang
dilakukan di desanya.
b. Hakikat Prinsip Pemberdayaan
Beberapa prinsip yang digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan,
adapun penjelasan terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat :
1. Prinsip kesetaraan (Keberpihakan pada masyarakat miskin dan disabilitas,
gender, kedudukan yang sama antara masyarakat dan lembaga)
Masyarakat miskin dan disabilitas tergolong masyarakat minoritas yang
menganggap bahwa suara atau keberadaan mereka tidak pernah diapresiasi
bahkan terkadang diabaikan. Meskipun kaum minoritas, mereka juga
mempunyai hak sebagai warga masyarakat desa sama seperti masyarakat
yang lain.

148
2. Prinsip Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat
adalah program yang sifatnya partisipatif mulai dari kegiatan direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat.
3. Prinsip Swadaya
Prinsip swadaya adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat dari pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang
orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan sebagai
subjek yang memiliki kemampuan sedikit.
4. Prinsip Keberlanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri.
Tapi secara perlahan, peran pendamping akan makin berkurang, masyarakat
sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.
5. Prinsip Akuntabilitas
Akuntabel tidak dapat langsung terbentuk dalam suatu oraganisasi. Banyak
yang harus dipenuhi bila kita hendak mengembangkan sistem akuntabilitas
dalam suatu oraganisasi, ada lima persyaratan yang bisa diaplikasikan untuk
membuat sistem pada sebuah organisasi menjadi akuntabel :
a) Semua masyarakat yang ada harus mengetahui apa yang kita lakukan.
b) Masyarakat harus percaya bahwa tujuan dan sasaran tujuan bersama
masuk akal.
c) Semua memerlukan batasan dan sasaran hasil kerja yang terukur.
d) Semua pihak memerlukan umpan-balik (feedback), adanya keterbukaan
informasi.
e) Siapa ditugaskan apa dan berkoordinasi dengan siapa
f) Semua pihak memerlukan evaluasi terhadap pelaksanaan dan tanggung
jawab yang diembannya.

c. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam melakukan perannya melalui
proses perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat
bersama lembaga atau kelompok yang ada desa, agar tujuan pemberdayaan itu
dapat terwujud.

149
Gambar 44. Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan pemberdayaan diharapkan dapat merubah beberapa elemen atau aspek


yang ada di desa antara lain:
1) Perbaikan kelembagaan
Dengan adanya perbaikan dalam kelembagaan yang dilakukan di desa,
diharapkan dapat memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jaring
kemitraan usaha.
2) Perbaikan usaha
Perbaikan akses bisnis (usaha), termasuk didalamnya model digital marketing.
Dengan digital marketing dapat mempermudah informasi yang ada didesa dapat
terinfo keluar dan mempunyai jangkauan lebih luas, sehingga membuka peluang
informasi bagi masyarakat luar desa.
3) Perbaikan pendapatan
Dengan adanya kegiatan yang terakses keluar desa, diharapkan dapat
memperbaiki penghasilan bagi masyarakat desa.
4) Perbaikan kehidupan
Kehidupan yang membaik yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang
lebih baik, diharapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik
pula.
Masyarakat yang berdaya dapat dicirikan sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan
2. Mempunyai otoritas
150
3. Memahami diri dan potensinya
4. Mampu merencanakan masa depan
5. Mampu mengambil keputusan
6. Mempunyai daya saing dan daya tawar
7. Bertanggung jawab atas tindakan pada dirinya

d. Partisipasi Dalam Pembangunan Desa


Pemberlakuan UU Desa dengan asas utama rekognisi dan subsidiaritas
mensyaratkan setiap desa mempunyai dokumen perencanaan pembangunan.
Keberhasilan pembangunan bertitik tolak pada perencanaan yang komprehensif,
sistematis dan berkelanjutan. Perencanaan pembangunan desa dikatakan baik
apabila melibatkan seluruh lapisan/elemen masyarakat desa. Dengan keterlibatan
masyarakat skala prioritas desa dan akan mengawal, berperan aktif serta mengawasi
pelaksanaan dan bertanggung jawab terhadap program yang telah disepakati
bersama. Tahap perencanaan partisipatif pembangunan desa dapat dimulai dari
bagian terkecil dari Desa yaitu RT, RW, Dusun, dan Desa, tahapannya sebagai
berikut :
1. Dilakukan Sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat untuk keterlibatan.
Hasilnya berupa merasa masyarakat dihargai pendapatnya serta dirinya merasa
berdaya dalam kehidupan di desa;
2. Identikasi data masalah dan potensi yang ada didesa;
3. Analisa data potensi dan masalah untuk dijadikan peluang kegiatan;
4. Menyusun program atau kegiatan;
Melalui analisis yang dilakukan secara partispatif bersama pendamping, Hasil
analisis, kemudian menjadi bahan dasar untuk menyusun rencana kegiatan (untuk
memecahkan masalah), dan sebagai bahan untuk mendesain program kegiatan
yang akan dilakukan.
5. Menentukan skala prioritas program dan kegiatan, Pada akhirnya, secara
bersama-sama akan menentukan program utama
Sesuai dengan Permendesa No.17 tahun 2019 tentang Pedoman Umum
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, pasal 7 ayat 1 disebutkan
bahwa Perencanaan Pembangunan Desa terdiri atas:
a. penyusunan RPJM Desa; dan
b. penyusunan RKP Desa

151
Gambar 45. Siklus dan Jadwal Penyusunan Anggaran RPJM Desa dan RKP Desa

Sebagaimana Bagan diatas, siklus perencanaan penganggaran di desa dimulai


dengan usulan dari tingkat RT, RW dan Dusun untuk usulan kegiatan melalui
musyawarah RT dan RW kemudian masuk pada agenda Musyawarah Dusun dibulan
April, dilanjutkan pada bulan Juni masuk agenda Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa. Kemudian bulan Oktober hingga Desember adalah saatnya
bagi pemerintah desa mencermati kembali RPJM Desa apakah sudah terakomodir
semua usulan masyarakat.

152
2. IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA
a. Tahapan Persiapan Pengembangan Kemandirian Desa
Pada tahapan ini pemerintah desa menyelenggarakan sosialisasi kepada
masyarakat tentang perencanaan desa dan membentuk tim atau pokja
perencanaan desa. Sosialisasi adalah upaya pemerintah desa menyampaikan
informasi, pemahaman kepada masyarakat serta menghimpun respon balik /
feedback dari masyarakat atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan terkait
dengan rencana Penyusunan Rencana Pengembangan Desa.

b. Tahapan Perencanaan Pembangunan Desa


1) Musyawarah Dusun
Tahapan ini adalah tahapan musyawarah antar warga di tingkat wilayah
RT dan RW teritorial terkecil di dusun. Setelah mendapatkan data usulan
kebutuhan masyarakat dari tingkat bawah lalu dicermati untuk dijadikan
usulan masyarakat dalam Musyawarah Tingkat Dusun, hasil musdus
diharapkan dapat menghasilkan daftar potensi SDA dan menghasilkan
peluang sebagai solusi permasalahan dasar masyarakat di masing-masing
dusun, sehingga nantinya akan diperoleh potret potensi dan masalah yang
berbeda antar dusun. Potret asimetris tersebut pada akhirnya akan
menentukan kebutuhan prioritas program kegiatan serta pilihan intervensi
program yang tepat diterapkan di masing-masing dusun.

153
2) Musyawarah Desa
Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka
menetapkan perihal usulan kebutuhan masyarakat tingkat pedukuhan yang
dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut
kebutuhan masyarakat Desa. Hasil ini menjadi acuan bagi perangkat
Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan kegiatan di desa. Yang
dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani,
kelompok peternak, kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok
masyarakat difabel. Berdasarkan PermenDesa PDTT No. 16 tahun 2019,
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang pimpin oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati rencana
yang bersifat strategis.

Hal yang bersifat strategis adalah:


a. Penataan Desa;
b. Perencanaan Desa;
c. Kerjasama Desa;
d. Rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. Pembentukan Badan usaha milik desa atau BUM Desa;
f. Penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
g. Kejadian luar biasa.
Musyawarah Desa minimal sekali dalam 1 (satu) tahun. Dan dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

154
Gambar 46. Contoh Peta Desa

No Masalah Penyebab Masalah Langkah Kerja


1 Bencana alam Bukit gundul karena praktik  organisasi kelompok
tanah longsor di penebangan liar, tani bersama Tim
dusun “x” terjadi kesadaran pengurangan Tagana Desa.
hampir setiap resiko bencana  Kelompok tani dan
tahun dimusim masayarakat rendah. segenap masyarakat
penghujan desa melakukan
peremajaan tanaman
keras/ tahunan.
 Adanya sosialisasi
dari Dinas
Kehutanan terhadap
masyarakat desa
dalam hal menjaga

155
No Masalah Penyebab Masalah Langkah Kerja
kelestarisan hutan.
2 Dst

Tabel 12. Informasi Peta Desa

Gambar 17. Kelender Musim

Gambar 18. Kelembagaan Desa

Berikut ini contoh hasil pemetaan kapasitas kelembagaan sosial kemasyarakatan di


desa

156
Tabel 13. Pemetaan Kapasitas Kelembagaan Sosial
No Lembaga Masalah Penyebab Masalah Solusi
1. Karang Pemuda yang aktif  Fasilitasi kegiatan  Pembangunan
Taruna berorganisasi kepemudaan oleh sarana
masih sangat pemdes kurang olahraga
sedikit diperhatikan “Sorga sesuai
Desa” kebutuhan.
 Event kegiatan olahraga  Dibuat acara
masih sangat kurang. pertandingan
olahraga.
2. Kelompok Perlu penguatan  Organisasi dibentuk Sosialialisasi
Wanita kapasitas mendadak krn adanya pemaham
Tani organisasi dan bantuan. bersama terkait
kepemimpinan  Pemahaman tentang tugas dan fungsi
organisasi belum sesuai serta teknis
regulasi yang diharapkan. pelaksanaannya

2. Metode RRA dan PRA


a. Rapid Rural Appraisal (RRA)
Tenik RRA adalah teknik yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
Identifikasi Pengembangan Kebutuhan menggunakan daftar isian yang dipakai
sebagai acuan wawancara semi terstruktur untuk menggali hal-hal sebagai
berikut , misalnya:
1. Potensi alam yang ada di Desa
2. Sumber Daya alam
3. Sumber Daya Manusia
4. Sumber Daya Buatan
5. Keberadaan sarana olah raga desa / Sorga Desa
6. Kelompok masyarakat desa

157
Tabel 14. Pengorganisasian Masalah Teknik RRA
No TOPIK URAIAN MASALAH ANALISIS
MASALAH KEBUTUHAN
1. SDA

2. SDM

3. SDB

4. Dll

b. Participatory Rural Appraisal (PRA)


Selain menggunakan teknik RRA sebagaimana disampaikan diatas, maka
pelaksanaan Identifikasi Pengembangan Kebutuhan terhadap desa/kawasan
juga bisa memakai teknik PRA dimaksudkan sebagai langkah uji silang pada
tingkat Kebenaran obyektifitas (kerangka berpikir dalam) permasalahan yang
muncul didesa.

1) Identifikasi Masalah
NO URAIAN HARAPAN KENYATAAN IDENTIFIKASI
MASALAH

1.

2.

2) Inventarisasi Masalah Dan Solusi


NO MASALAH SEBAB AKIBAT SOLUSI SOLUSI
(Trainning (Develop
Needs) ment
Needs)
1

2.

158
Setelah pelaksanaan musyawarah dusun (Musdus) menghasilkan data
permasalahan serta data potensi maka hasil tersebut dibawa ke musyawarah di
tingkat Desa. Tahapan Selanjutnya maka akan dibentuk penyusun RPJM untuk
menghasilkan RPJM Desa alur penyusunan perencanaan desa, sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan Pembentukan tim penyusun RPJM Desa.
2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota
3. Pengkajian keadaan desa
4. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa
5. Penyusunan rancangan RPJM desa
6. Penetapan RPJM Desa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJMDes disusun secara
berjangka selama periodik jabatan Kades sedangkan RKP Desa selama 1 (satu)
tahun. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Permendagri No.114 disebutkan
bahwa Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun;
2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKP DESA), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Permendagri No.114 Tahun 2014 telah menyajikan alur perencanaan
pembangunan desa yang disatu sisi memuat subtansi metodologi ilmiah dan
disisi lain tetap mempertimbangkan aspek partisipasi masyarakat.
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan
mengikutsertakan unsur masyarakat Desa.
Secara lebih komprehensif penyusunan perencanaan pembangunan
dengan mengedepankan partisipasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam
Permendagri No.114 Tahun 2014 dapat disajikan dalam matrik tahapan sebagai
berikut:

159
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
1 Sosialisasi Pemahaman Pemerintah Desa
masyarakat terkait
program kegiatan
2 Pembentukan tim Tim penyusun Dibentuk oleh kepala
penyusun RPJM desa (7-11 orang) desa, SK Kepala
Desa
2. Penyelarasan arah Data dan analisis: Dilakukan oleh Tim
kebijakan - Rencana Penyusun RPJM
pembangunan pembangunan Desa
Kabupaten/Kota jangka menengah
daerah
kabupaten/kota
- Rencana
pembangunan
kawasan perdesaan
3. Pengkajian keadaan - Penyelarasan data Dilakukan oleh Tim
Desa desa (data Penyusun RPJM
sekunder) Desa
- Penggalian gagasan
masyarakat, untuk
melihat potensi
masalah
- Penyusunan laporan
hasil pengkajian
keadaan desa
- Data rencana
program
pembangunan
kabupaten/kota yang
akan masuk ke
Desa

4. Analisis Data dan - Data desa yang Tim penyusun RPJM

160
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
pelaporan sudah diselaraskan Desa
- Data rencana
program
pembangunan
kabupaten/kota yang
akan masuk ke
Desa
- Data rencana
program
pembangunan
kawasan pedesaan
- Rekapitulasi usulan
rencana kegiatan
pembangunan Desa
dari dusun dan/
kelompok
masyarakat.
-
5. Penyusunan rencana Berita acara - BPD
pembangunan desa penyusunan Rencana - Tim penyusun
melalui Musyawarah RPJM Desa, yang RPJM Desa
Desa dilampiri : - Masyarakat
- Laporan hasil desa
pengkajian keadaan
desa
- Rumusan arah
kebijakan
pembangunan Desa
yang dijabarkan dari
visi dan misi kepala
desa
- Rencana prioritas
kegiatan

161
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
penyelenggaraan
pemerintahan Desa,
pembangunan desa,
dan pemberdayaan
masyarakat desa

6. Penyusunan rencana Rancangan RPJM Tim Penyusun RPJM


RPJM Desa Desa yang Desa
mendapat kan
persetujuan kepala
Desa

7. Penyusunan Rancangan RPJM - BPD


Rancangan Desa dibahas - Tim penyusun
Pembangunan Desa melalui musdes dan RPJM Desa
melalui Musyawarah disepakati oleh - Masyarakat
Perencanaan peserta musdes desa
Pembangunan
8. Penetapan dan Rancangan - Kades
perubahan RPJM Desa peraturan Desa - BPD
tentang RPJM Desa
dibahas dan
disepakati bersama
oleh Kepala Desa
dan BPD untuk
ditetapkan menjadi
PerDes tentang
RPJM Desa.

162
3. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Desa
Dalam tahap ini Kepala Desa mengoordinasikan tahapan pelaksanaan kegiatan
yang sekurang-kurangnya meliputi :
a. Rapat kerja dengan pelaksana kegiatan
Kepala Desa menyelenggarakan rapat kerja pelaksana kegiatan dalam rangka
pembahasan tentang perkembangan pelaksanaan kegiatan. Rapat kerja
dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahap mengikuti tahapan pencairan
dana desa yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara.
Dalam rapat kerja tersebut membahas antara lain:
1) perkembangan pelaksanaan kegiatan;
2) pengaduan masyarakat;
3) masalah, kendala dan hambatan;
4) target kegiatan pada tahapan selanjutnya; dan
5) perubahan kegiatan.
Kepala Desa dapat menambahkan agenda pembahasan rapat kegiatan sesuai
dengan kondisi perkembangan pelaksanaan kegiatan yang ada di Desa.
b. Pemeriksaan pelaksanaan kegiatan infrastruktur Desa
Kepala Desa mengkoordinasikan pemeriksaan tahap perkembangan dan tahap
akhir kegiatan infrastruktur Desa. Pemeriksaan ini dapat dibantu oleh tenaga
ahli di bidang pembangunan infrastruktur sesuai dengan dokumen RKP Desa.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa dan menilai sebagian
dan/atau seluruh hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur Desa.
Dalam Pemeriksaan ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap meliputi:
1) tahap pertama: penilaian dan pemeriksaan terhadap 40% (empat puluh
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan;
2) tahap kedua: penilaian dan pemeriksaan terhadap 80% (delapan puluh
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan; dan
3) tahap ketiga: penilaian dan pemeriksaan terhadap 100% (seratus per
seratus) dari keseluruhan target kegiatan.
c. Perubahan pelaksanaan kegiatan
Pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan peraturan tentang kejadian
khusus yang berdampak pada perubahan pelaksanaan kegiatan pembangunan
di desa dalam pembangunan desa dalam hal terjadi:
1) kenaikan harga yang tidak wajar;
2) kelangkaan bahan material; dan/atau
163
3) terjadi peristiwa khusus seperti bencana alam, kebakaran, banjir dan/atau
kerusuhan sosial.
Kepala Desa mengkoordinasikan perubahan kegiatan ketentuan sebagai berikut:
1) penambahan nilai pagu dana kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa
dilakukan melalui :
a) swadaya masyarakat,
b) bantuan pihak ketiga, dan/atau
c) bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota.
2) tidak mengganti jenis kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa; dan
3) tidak melanjutkan kegiatan sampai perubahan pelaksanaan kegiatan
disetujui oleh kepala Desa.
d. Pengelolaan pengaduan dan penyelesaian masalah;
Kepala Desa mengkoordinasikan penanganan pengaduan masyarakat dan
penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa.
Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat dan penyelesaian masalah
meliputi kegiatan:
1) penyediaan kotak pengaduan masyarakat;
2) pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat;
3) penetapan status masalah; dan
4) penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah.
e. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
Pelaksana kegiatan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada kepala Desa. Dalam laporan dilampiri dokumentasi hasil
pelaksanaan kegiatan pembangunan desa yang sekurang-kurangnya meliputi :
1) realisasi biaya beserta lampiran bukti-bukti pembayaran;
2) foto kegiatan infrastruktur Desa kondisi 0%, 40%, 80% dan 100% yang
diambil dari sudut pengambilan yang sama;
3) foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja dan/atau melakukan
kegiatan secara beramai-ramai;
4) foto yang memperlihatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan Desa;
5) foto yang memperlihatkan pembayaran upah secara langsung kepada
tenaga kerja kegiatan pembangunan Desa; dan
6) gambar purna laksana untuk pembangunan infrastruktur Desa.
164
f. Musyawarah pelaksanaan kegiatan Desa dalam rangka
pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan dan pelestarian dan
pemanfaatan hasil kegiatan.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Desa, Badan Permusyawaratan Desa
menyelenggarakan musyawarah Desa yang diselenggarakan setiap semester
yaitu pada bulan Juni dan bulan Desember. Masyarakat desa berpartisipasi
menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa yang disampaikan dalam
musyawarah desa, pada kenyataannya masyarakat tidak pernah diundang
untuk evaluasi.
Melakukan Survey kebutuhan dan potensi pemberdayaan di desa sasaran
a) Tahap 1: mengikuti pertemuan tingkat RT dan RW. (dengan tuuan untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat serta menginventarisir potensi lingkungan
yang ada). Dan dilanjutkan inventarisasi akan kebutuhan masyarakat dan
serta pendataan potensi yang dimiliki oleh desa binaan PLD dan KPMD.
b) Tahap 2 : menghadiri pertemuan tingkat Dusun/Musyawarah Dusun. (dengan
tujuan untuk memantau memberi masukan bila diperlukan, akan kebutuhan
masyarakat dan potensi yang diselaraskan dengan APBDes atau RKPDes yg
akan disusun sesuai skala prioritas sebagai tujuan kebijakan program desa).
1) Komunikasi yang lebih efektif dan proaktif antara KPMD dengan Kades,
dan PLD dan sebaliknya.
2) Menggunakan metode yang sangat fleksibel dan mudah diaplikasikan.
(sederhana)
4. Tahapan Pengawasan Pembangunan Desa
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pengawasan dan
pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa
yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa. Pemantauan
pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada tahapan
perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan pembangunan
Desa. Pemantauan tahapan perencanaan dengan cara menilai penyusunan
RPJM Desa dan RKP Desa. Pemantauan tahapan dilakukan dengan cara
menilai antara lain : pengadaan barang dan/atau jasa, pengadaan
bahan/material, pengadaan tenaga kerja, pengelolaan administrasi keuangan,
pengiriman bahan/material, pembayaran upah, dan kualitas hasil kegiatan
pembangunan Desa.

165
3. MENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa desa merupakan wilayah
yang mempunyai hak otonom dalam pengelolaan pembangunan desa. Agar
dapat diwujudkan maka desa perlu diperkuat sehingga menjadi desa yang
mandiri.
Desa yang mandiri adalah desa yang mampu mengelola kekuatan (asset dan
potensi) yang dimiliki serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam
pengelolaan pembangunan untuk kesejateraan masyarakat desa.
Dengan melaksanakan konsep pentahelix (kemitraan 4 aktor: pemerintah,
akademisi, swasta/perusahaan, media, dan masyarakat) difasilitasi oleh KPMD,
pendamping professional desa, dan atau pihak ketiga lain guna membangun
jejaring tidak hanya di internal desa tetapi eksternal. Sehingga dengan jalinan
kerjasama yang lebih luas desa lebih mempunyai peluang dalam
pengembangannya.
Secara umum desa mandiri dicirikan sebagai berikut:
a. Kemampuan desa mengurus dirinya sendiri dengan kekuatan yang dimiliki
sendiri
b. Pemerintah desa memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelola
pembangunan yang didukung oleh kemandirian dalam perencanaan dan
penganggaran (satu desa satu perencanaan) sebagai acuan dalam kegiatan
dan dijalankan secara konsisten
c. Sistem pemerintahannya menjunjung tinggi aspirasi da partisipasi masyarakat
desa (kaum miskin, difabel, kaum muda, laki laki dan perempuan)
d. Sumber daya pembangunan dikelola secara optimal, transparan, dan
akuntabel untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya kesejahteran masyarakat

Permendesa No. 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun,


disebutkan pada pasal 2 bahwa Indeks Desa Membangun disusun untuk
mendukung upaya Pemerintah dalam menangani pengentasan Desa Tertinggal
dan peningkatan Desa Mandiri. dan disebutkan di pasal 5 ayat 1 bahwa Status

166
kemajuan dan kemandirian Desa yang ditetapkan berdasar Indeks Desa
Membangun ini diklasifikasi dalam 5 status Desa yakni:
a. Desa Mandiri, atau bisa disebut sebagai Desa Sembada;
b. Desa Maju, atau bisa disebut sebagai Desa PraSembada;
c. Desa Berkembang, atau bisa disebut sebagai Desa Madya;
d. Desa Tertinggal, atau dapat disebut Desa PraMadya; dan
e. Desa Sangat Tertinggal, atau dapat disebut Desa Pratama.

Berdasarkan kriteria status desa yang sudah ditetapkan dalam IDM di atas tentunya
dalam membangun pengembangan kemandirian desa dalam setiap tahapan status
desa akan berbeda mulai dari desa tertinggal sampai kepada desa Mandiri.
Indeks Desa Membangun merupakan indeks komposit yang terdiri dari:
a. Indeks Ketahanan Sosial (IKS);
b. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE); dan
c. Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL).
*sebagai bahan bacaan: idm.kemendesa.go.id*

a. Indikator Dalam Mewujudkan Kemandirian Desa

Gambar 47. Piramida Harapan

167
Untuk melakukan identifikasi menuju kemandirian desa tergantung pada
posisi mana desa itu berada apakah di posisi 1, 2, 3, 4 dan 5 Karena masing
masing mempunyai pola sendiri dalam melakukan Pendekatan dan intervensi
yang akan diterapkan.
Indikator - indikator lain yang bisa digunakan dalam membangun desa
menjadi desa mandiri kedepannnya. Dapat dibedakan bebrapa aspek dengan
indikator dan alat ukur pembuktiannya seperti:

1) Kemandirian dalam pengelolaan pembangunan


Satu desa satu perencanaan
Ukuran kinerja: 1) Integrasi proses, actor dan dokumen
dalam perencanaan pembangunan desa
2) Desa melakukan konsolidasi
perencanaan dan pengangggaran
secara menyeluruh dan saling terkait
3) memiliki data dan asset yang berbasis
aspirasi warga dan ter up-date setiap
tahun sebagai basis perencanaan
IndiKator Alat ukur/verifikasi/sumber pembukuan
1. semua dokumen perencanaa 1.1. SK kades tentang TIM Penyusun
pembangunan desa disusun perencanaan desa ditetapkan secara
partisipatif, menggunakan partisipatif dan KPMD menjadi bagian
data dan asset yang baik, dari itu
ditetapkan secara regular 1.2. Ada profil desa, di perbaharui setiap
dengan aturan desa serta tahun.
dipertanggung jawabkan dan 1.3. Dokumen RPJM disusun mengacu
dievaluasi secara rutin kebutuhan pembangunan desa,
Data/asset desa, dan ditetapkan oleh
SK Kades melalui Musrenbang Desa
1.4. Dokumen RKP Desa mengacu pada
RPJM Desa / asset desa dan
ditetapkan dengan SK kades melalui
musrenbang Desa

168
1.5. RKP Desa dipertanggung jawabkan
melalui LPPD, dievaluasi secara
partisipatif dan ditetapkan melalui
musrenbang Desa.
2. Dokumen perencanan 2.1 Daftar kegiatan RKP Desa tertuang
pembangunan desa menjadi dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA)
acuan seluruh program untuk menyusun APBDesa
pembangunan di desa dan 2.2 Kegiatan dalam RKP Desa yang tidak
dijalankan secara konsisten mungkin dibiayai melalui APBDesa
diusulkan melalui APBD/N atau pihak
lain dan diusulkan dalam Musrenbang
Tingkat Kecamatan.
3. Penentuan penerimaan 3.1 Ada surat keputusan kades terkait data
bantuan program kemiskinan penetapan kesejahteraan yang disusun
secara partisipatif dan diperbarui setiap
tahun
4. Ada regulasi daerah yang 4.1 Adanya ketentuan / regulasi daerah
mendukung perencanaan yang memastikan kegiatan
pembangunan desa perencanaan desa yang masuk dalam
perencanaan pembangunan daerah
4.2. Ada regulasi yang mengatur
pengelolaan pembangunan partisipatif
desa
4.3. Ada regulasi ditingkat kabupaten yang
menekankan program didesa wajib
mengacu perencanaan desa
Partisipasi Warga
Ukuran kinerja : 1) Warga termasuk orang miskin dan
perempuan secara aktif berperan dalam
pengelolaan pembangunan
(perencanaan sampai dengan evaluasi)

Indikator
1. keterlibatan dan posisi 1.1. Ada pasal dalam aturan desa baik

169
strategis perempuan dan Perdes maupun SK yang menjamin
orang miskin dalam proses perempuan, warga miskin dan
pengelolaan pembangunan kelompok marginal dalam proses
desa musyawarah desa
1.2. Tersedianya sarana transparansi
pembangunan (papan informasi,
kotak pengaduan, pengumuman
terbuka)
1.3. Minimal 30% warga miskin
perempuan dan kelompok marginal
terlibat dalam organisasi pelaksana
(panitia) pembangunan desa

2) Kemandirian dalam pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan dan ekonomi


masyarakat)
Pemenuhan hak dasar warga
1. Ukuran kinerja: 2) Perwujudan pelayanan dasar publik
yang berkualitas di desa.
3) Fokus pembangunan desa untuk
meningkatkan kesejahteraan warga
miskin dan meningkatkan kualitas
hidup relasi perempuan dan laki-laki
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber pembuktian
1. Perencanaan pembangunan desa 1.1. Ada alokasi anggaran untuk
mendukung pengembangan pendidikan, kesehatan dan
pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi dalam
ekonomi masyarakat RKA dan APBdes

2. Pemerintah desa memiliki standar 2.1. Ada dokumen pedoman pemberian


pelayanan dan prosedur yang jelas layanan ditingkat desa (seperti
sebagai pedoman pelayanan dasar surat nikah, jual beli ternak, surat
di desa keterangan domisili, surat
keterangan miskin dll)
2.2. Ada lembaga pengaduan

170
masyarakat di desa yang
membantu memperbaiki kualitas
pelayanan dasar

3) Kemandirian dalam pemerintahan desa


Hak kewajiban dan kewenangan
Desa
Ukuran kinerja 1) Desa telah memiliki hak yang jelas
dan aturannya
2) Desa menjalankan kewajiban dalam
pembangunannya
3) Desa menjalankan kewenangannya
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber pembuktian
1. Kewenangan desa dilaksanakan 1.1. Desa menerima ADD bagi hasil
Pemdes untuk kesejahteraan warga pajak dan retribusi bagi hasil
pengelolaan SDA
1.2. Peraturan desa yang mengatur
pelaksanaan kewenangan desa
2. Regulasi daerah mendukung hak 2.1 regulasi daerah yang menjamin hak-
dan kewenangan desa hak desa (ADD, bagi hasil pajak-
retribusi, pengaturan lembaga adat)
serta memberikan kewenangan
sesuai PP 72/2005 dan
permendagri 30/2006
Pengelolaan keuangan desa
Ukuran kinerja 1) Proses penyusunan RAPBDes
dilakukan secara partisipatif
2) Desa memiliki sumber keuangan
desa yang jelas dan terukur
3) Pertanggungjawaban pengelolaan
pembanguan dilakukan secara
transparan dan partisipatif
Indikator Alat ukur/verikasi/sumber
pembuktian

171
1. Keuangan desa termasuk ADD 1.1. Peraturan desa yang menjamin
dikelola secara transparan transparansi dan akuntabilitas
akuntable dan mandiri pengelolaan keuangan desa.
1.2. APBDes dan APBDes-P ditetapkan
dengan Perdes melalui musyawarah
dan diumumkan secara terbuka di
papan informasi publik
1.3. Pengguna anggaran
mempertanggung jawabkan
pengelolaan anggaran desa
1.4. SK Kades tentang Pelaksana
kegiatan Pembangunan Desa
termasuk Pengguna Anggaran)
1.5. Buka Kas Harian dan Buku Kas
Umum yang disusun dan dilaporkan
secara periodik (bulan) kepada
Kades
1.6. APBdes dipertanggungjawabkan
oleh pemerintah melalui
1.7. LKPJ akhir tahun anggaran dan
LKPJ akhir jabatan Kepala Desa
1.8. Ada berita acara tanggapan BPD
terhadap LKPJ dan LPPD
2. Desa memiliki sumber-sumber 2.1. Ada PADes dalam APBDes yang
pendapatan asli yang pasti dan bersumber dari potensi desa dan
berkelanjutan ( misalnya memiliki dianut dalam regulasi/Perdes
usaha atau bumdes) 2.2. PAdesa dapat dibuktika dalam
APBdes dan Laporan Realisasi
Anggaran (RLA)
3. Regulasi daerah yang mengatur 3.1. Ada regulasi di daerah tentang
akuntabilitas keuangan desa pengelolaan keuangan desa secara
transparan dan akuntabel

Kapasitas pemerintahan desa

172
Ukuran kinerja 1. Kepala desa dan perangkatnya
memahami kependudukan dan
wilayahnya serta berbagai regulasi
terkait
2. Kepala desa dan perangkatnya
memahami peran tugas pokok dan
fungsinya
3. Pemerintah desa dan BPD mampu
mengembangkan regulasi desa
4. BPD mampu memahami peran dan
fungsinya
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber
pembuktian
1. BPD tanggap terhadap aspirasi 1.1. Dokumen tanggapan (berita acara,
warga catatan/notulensi)
2. Regulasi dikembangkan dan 2.1 Minimal 2 regulasi baik perdes
disusun sesuai peran dan tugas maupun SK Kades yang ditetapkan
pemdes dan BPD setiap tahun (RKP Desa dan APB
desa)
3. Perangkat Pemdes 3.1 ada perda/Perdes atau Keputusan
mempertimbangkan keterwakilan lain ditingkat desa yang mengatur
wilayah, gender dan sesuai kelembagaan pemerintahan Desa
kapasitas (Pemerintahan Desa, BPD, dan
kelembagaan formal lainnya) yang
mewajibkan minimal 30% kuota
perempuan dan mempertimbangkan
keterwakilan wilayah dan
kompetensi

4) Kemandirian dalam lembaga kemasyarakatan


Organisasi dan kelembagaan
masyarakat
Ukuran kerja 1) Organisasi/kelembagaan (orang
miskin, perempuan dan kelompok

173
marginal) yang kuat dan menjadi
mitra strategis pemdes dalam
pembangunan desa

Indikator Alat ukur/verifikasi.sumber pembuktian


1. Kelompok dan kelembagaan warga 1.1 Perempuan dan orang miskin
mempresentasikan kelompok miskin menjadi anggota aktif dalam
dan perempuan kelompok lembaga kemasyarkatan
lainnya
1.2 Perempuan menjadi pengurus
kelompok/lembaga
kemasyarakatan lainnya

2. Kelembagaan, organisasi dan 2.1 memiliki struktur aturan dan


kelompok warga (termasuk rencana kerja yang jelas termasuk
pengajian, arisan dll) berperan aktif rencana kegiatan pengembangan
dalam membangun desa dan peduli kapsitas
terhadap kondisi 2.2. Kelompok dan lembaga kemasya-
rakatan lainnya hadir sebagai
representasi dan aktif dalam
pertemuan desa, musrenbangdes
dan kegiatan keagamaan,
perkumpulan sosial lainnya

5) Kemandirian dalam pemberdayaan warga


Kader desa / fasilitator desa / KPMD
/aktor lain
Ukuran kinerja: 1)Desa memiliki motivator/aktor
penggerak/fasilitator desa
2)Desa memiliki program
pengembangan/ kaderisasi kader
desa/pemerintah desa (lembaga di
desa) untuk program CB
3)KPMD/Fasdes/Kader desa/ actor
lain memiliki kapasitas dalam
174
mendukung pengelolaan
pembangunan desa
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber
pembuktian
1. Fasilitator desa seimbang (laki Ada fasilitator (KPMD) dan kader,
perempuan, kaya, miskin) seimbang laki-laki dan perempuan
serta ada perwakilan dari rumah
tangga miskin dan keterwakilan
wilayah
2. Kapasitas fasilitator desa / kader 2.1 KPMD, kader pembangunan
memadai dalam menggerakkan (kader posyandu, kader
proses pengelolaan pembangunan pendidikan, dll) serta fasilitator
desa secara partisipatif, transparan lainnya aktif memfasilitasi
dan akuntabel kegiatan sesuai fungsinya serta
menyelesaikan keluhan warga
dan penyusunan perencanaan
dan penganggaran desa serta
pelaksanaan Musrenbangdes
2.2 Ada pertemuan reguler antar
fasilitator /KPMD/kader ditingkat
desa

3. Mekanisme perekrutan dan 3.1 KPMD/fasilitator desa/kader


pengembangannya dipilih melalui proses
pencalonan dan pemilihan
secara partisipasi diatur melalui
keputusan kades
3.2 ada SK Kades dalam
menetapkan dan menugaskan
KPMD dan kader lainnya dalam
membantu Pemerintahan desa
untuk proses pemberdayaan
warga

175
b. Upaya dalam mewujudkan desa mandiri
Aktor pembangunan sangat berpengaruh dalam mewujudkan proses
kemandirian desa melalui berbagai aspek termasuk indikator indikatornya.
Aktor di desa yang seharusnya berperan aktif, adalah:
1) Warga desa: perempuan, laki-laki, warga miskin, kaya, kaum
termarjinalkan. Peran utamanya adalah sebagai pelaku utama dalam
proses perencanaan partisipatif sebagai narasumber dan pelaku.
2) Pemerintah desa, sebagai sumber informasi dan mendorong partisipasi
aktif warga, membuat SK Kades, menyusun draft rancangan Perdes
sesuai kebutuhan.
3) LKD/LAD dan KPMD, sebagai fasilitator dalam setiap tahapan proses
mewujudkan desa mandiri.
4) Organisasi kemasyarakatan lainnya, sebagai sumber informasi dan
pendukung dalam pelaksanaan upaya mewujudkan desa mandiri.
5) BPD, mempunyai peran mengembangkan kebijakan dan regulasi desa
(PERDes) serta melakukan pemantauan pelaksanaan
program/kegiatan serta anggaran dalam kerangka mewujudkan desa
mandiri.
Semua aktor tersebut harus berperan aktif dalam upaya mewujudkan
kemandirian desa, menjalankan tugasnya sesuai dengan kapasitasnya.
Hal penting lainnya guna mempercepat proses perwujudan kemandirian
Desa adalah penyusunan rencana pembangunan jangka menengah desa
(RPJMdesa) dan rencana kerja pemerintah desa (RKPdesa). RPJMdesa
dan RKPdes tersebut disusun berdasarkan indikator yang terdapat di IDM
yang mempengaruhi dalam perubahan status perkembangan desa.

c. Konsep Dasar Penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa yang


berorientasi pada perubahan status perkembangan desa
RPJMdesa dan RKPdesa adalah dokumen yang secara rinci berisi
tahapan atau aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk setiap
program dan kegiatan, target, capaian hasil, pelaksanaan,
penanggungjawab, dukungan/sumberdaya yang dibutuhkan, dan
anggaran yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu.

176
1) Proses penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa harus menjadi
wahana:
a) Membangun kesepahaman pengertian antar para aktor terhadap
indikator/ukuran desa mandiri,
b) Dokumen RPJMdesa dan RKPdesa menjadi acuan bersama dalam
mewujudkan desa mandiri,
c) Membangun komitmen rasa memiliki dan tanggung jawab bersama
para aktor pembangunan di Desa.
2) RPJMdesa dan RKPdesa yang disusun dapat berfungsi sebagai:
a) Sebagai alat bantu dalam pelaksanaan program dan kegiatan
b) Sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapain kinerja serta
monitoring dan evaluasi
3) Prinsip dasar penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa:
a) Jelas, mudah dipahami
b) Ringkas, jelas padat sesuai dengan format yang ditentukan
c) Terukur, program, kegiatan, target, waktu, output, dan outcome
harus dapat diukur
d) Adjustable, dapat mengakomodasi umpan balik dan perbaikan-
perbaikan
e) Terinci
f) Komitmen
g) Dokumen resmi dan ditetapkan dengan Peraturan desa.

***

177

Anda mungkin juga menyukai