143
Ada 7 (tujuh) proses pemberdayaan masyarakat desa, yaitu:
1. Persiapan
2. Pengkajian / identifikasi
3. Perencanaan alternatif kegiatan
4. Merealisasi rencana aksi
5. Pelaksanaan kegiatan
6. Evaluasi kegiatan
7. Terminasi / Penjadwalan ulang
Permendesa No.17 Tahun 2019 tentang pedoman umum pembangunan dan
pembedayan masyarakat desa, Disebutkan pasal 6 ayat 3 bahwa, pendamping
masyarakat terdiri dari:
a. Perangkat daerah kabupaten;
b. Tenaga pendamping profesional;
c. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan/atau
d. pihak lainnya.
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah pendamping yang ada di
tingkat desa dan bagian terkecil yang didampingi adalah RT, RW, dan Dusun yang
diberikan hak dan wewenang untuk mengatur segala kebutuhan dan kepentingannya
atas seijin Kepala Desa. Tugas seorang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
adalah menumbuhkan, menggerakkan dan memotivasi secara partisipasi
masyarakat agar mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungannya dan desanya
melalui tahapan proses pemberdayaan.
Masyarakat desa sudah mempunyai suatu ciri khas yang sangat menarik sejak
dahulu kala yaitu gotong royong dan empati yang tinggi terhadap lingkungan, hanya
saja perlu adanya penggerakan dalam mengorganisir program kegiatan yang telah
direncanakan agar bisa memberikan output dan outcome secara maksimal dalam
rangka pemberdayaan masyarakat desa.
Partisipasi masyarakat desa di mulai dari tahap identifkasi, persiapan
perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan pengawasan termasuk
didalamnya monitoring dan evaluasi. Tahapan Identifikasi serta menemukenali
masalah atau kebutuhan menjadi sebuah kegiatan awal dalam rangka mewujudkan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
144
Ketika tahapan proses pemberdayaan dilaksanakan melalui kegiatan
partisipasi masyarakat maka dipastikan pemberdayaan masyarakat desa akan
memberikan manfaat bagi masyarakat seperti: adanya potensi desa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat didesanya melalui penciptaan lapangan
kerja baru, meningkatnya kegiatan usaha ekonomi dan budaya berbasis kearifan
lokal di desa, meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan.
Kemadirian masyarakat desa dapat dilakukan oleh masyarakat desa beserta
lembaganya ketika suatu desa berkeinginan untuk mewujudkan desa tersebut
menjadi desa yang lebih maju dan mandiri perlu dukungan semua elemen.
Konsep pembangunan 'pentahelix', di mana unsur pemerintah, masyarakat atau
komunitas, akademisi, pengusaha, dan media bersatu membangun kebersamaan
dalam pembangunan di desa. Pemerintah mempunyai political power, untuk
merumuskan sebuah kebijakan melalui keputusan. Sementara masyarakat atau
komunitas disebut social power.
145
b) Menggerakkan masyarakat untuk bangkit dan memberdayakan dirinya
dengan pendampingan dari Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, dalam
peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pemberdayaan
masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses
perubahan individu-individu, kelompok-kelompok dalam masyarakat desa,
menjadi katalisator untuk bertindak dan menolong sepanjang proses
pengembangan diri masyarakat dengan menyediakan waktu, pemikiran dan
sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.
146
3. Merealisasikan rencana aksi
KPMD ikut membantu individu /kelompok untuk merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
sesuai dengan hasil survey sumber daya alam di desa.
4. Pelaksanaan program atau kegiatan
Tugas seorang KPMD tidak hanya berhenti pada saat perencanaan partisipatif
tetapi juga pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat diharapkan bisa
mendampingi dan menjaga kelangsungan kegiatan yang telah dikembangkan.
5. Evaluasi
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dan seberapa besar manfaat program
kegiatan perlu diadakannya evaluasi termasuk didalamnya kegiatan
monitoring. Ada yang membutuhkan waktu pendek dan atau panjang.
Evaluasi pemberdayaan masyarakat yang sedang berlangsung, sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan masyarakat, yang diharapkan dalam jangka
pendek bisa membentuk sistem komunitas pengawasan secara internal dan
dalam jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih
mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada.
6. Terminasi
Ketika dalam suatu proses berjalannya pendampingan apabila suatu
kelompok sudah dapat dikatakan mandiri, tentunya melalui pengukuran
indikator output dan outcome maka diharapkan secara formal sudah bisa
melakukan pemutusan hubungan (pendampingan).
Contoh Indikator Keberhasilan Hasil Pemberdayaan Masyarakat:
Untuk mengukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat, dapat menggunakan
indikator sebagai berikut :
1. Input
a. Sumber daya manusia, yakni tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh
formal maupun informal
b. Besarnya dana yang digunakan, baik dana yang berasal dari swadaya
masyarakat desa maupun dana yang diperoleh dari bantuan di luar
masyarakat tersebut.
147
c. Bahan-bahan, alat-alat atau materi lain yang digunakan untuk mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut.
2. Proses
a. Jumlah/frekuensi kunjungan dalam pendampingan.
b. Jenis kegiatan dilaksanakan.
c. Jumlah tokoh masyarakat atau kader yang dilatih.
d. Frekuensi pertemuan masyarakat desa dalam rangka perencanaan dan
pengambilan keputusan
3. Output
a. Jumlah dan jenis kegiatan: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dana
Sehat, dan sebagainya.
b. Jumlah orang atau anggota masyarakat yang telah meningkat
pengetahuan dan perilakunya dalam kesehatan.
c. Jumlah keluarga yang mempunyai fasilitas MCK.
d. Meningkatkan fasilitas-fasilitas umum di masyarakat (Sosialisasi kesehatan
di musim penghujan).
4. Outcome
a. Menurunnya angka orang sakit dalam masyarakat
b. Menurunnya angka kematian umum dalam masyarakat
c. Meningkatnya status gizi anak balita dalam masyarakat
Peserta diajak untuk membuat matriks dari masing - masing kegiatan yang
dilakukan di desanya.
b. Hakikat Prinsip Pemberdayaan
Beberapa prinsip yang digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan,
adapun penjelasan terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat :
1. Prinsip kesetaraan (Keberpihakan pada masyarakat miskin dan disabilitas,
gender, kedudukan yang sama antara masyarakat dan lembaga)
Masyarakat miskin dan disabilitas tergolong masyarakat minoritas yang
menganggap bahwa suara atau keberadaan mereka tidak pernah diapresiasi
bahkan terkadang diabaikan. Meskipun kaum minoritas, mereka juga
mempunyai hak sebagai warga masyarakat desa sama seperti masyarakat
yang lain.
148
2. Prinsip Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat
adalah program yang sifatnya partisipatif mulai dari kegiatan direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat.
3. Prinsip Swadaya
Prinsip swadaya adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat dari pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang
orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan sebagai
subjek yang memiliki kemampuan sedikit.
4. Prinsip Keberlanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri.
Tapi secara perlahan, peran pendamping akan makin berkurang, masyarakat
sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.
5. Prinsip Akuntabilitas
Akuntabel tidak dapat langsung terbentuk dalam suatu oraganisasi. Banyak
yang harus dipenuhi bila kita hendak mengembangkan sistem akuntabilitas
dalam suatu oraganisasi, ada lima persyaratan yang bisa diaplikasikan untuk
membuat sistem pada sebuah organisasi menjadi akuntabel :
a) Semua masyarakat yang ada harus mengetahui apa yang kita lakukan.
b) Masyarakat harus percaya bahwa tujuan dan sasaran tujuan bersama
masuk akal.
c) Semua memerlukan batasan dan sasaran hasil kerja yang terukur.
d) Semua pihak memerlukan umpan-balik (feedback), adanya keterbukaan
informasi.
e) Siapa ditugaskan apa dan berkoordinasi dengan siapa
f) Semua pihak memerlukan evaluasi terhadap pelaksanaan dan tanggung
jawab yang diembannya.
149
Gambar 44. Pemberdayaan Masyarakat
151
Gambar 45. Siklus dan Jadwal Penyusunan Anggaran RPJM Desa dan RKP Desa
152
2. IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA
a. Tahapan Persiapan Pengembangan Kemandirian Desa
Pada tahapan ini pemerintah desa menyelenggarakan sosialisasi kepada
masyarakat tentang perencanaan desa dan membentuk tim atau pokja
perencanaan desa. Sosialisasi adalah upaya pemerintah desa menyampaikan
informasi, pemahaman kepada masyarakat serta menghimpun respon balik /
feedback dari masyarakat atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan terkait
dengan rencana Penyusunan Rencana Pengembangan Desa.
153
2) Musyawarah Desa
Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka
menetapkan perihal usulan kebutuhan masyarakat tingkat pedukuhan yang
dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut
kebutuhan masyarakat Desa. Hasil ini menjadi acuan bagi perangkat
Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan kegiatan di desa. Yang
dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani,
kelompok peternak, kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok
masyarakat difabel. Berdasarkan PermenDesa PDTT No. 16 tahun 2019,
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang pimpin oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati rencana
yang bersifat strategis.
154
Gambar 46. Contoh Peta Desa
155
No Masalah Penyebab Masalah Langkah Kerja
kelestarisan hutan.
2 Dst
156
Tabel 13. Pemetaan Kapasitas Kelembagaan Sosial
No Lembaga Masalah Penyebab Masalah Solusi
1. Karang Pemuda yang aktif Fasilitasi kegiatan Pembangunan
Taruna berorganisasi kepemudaan oleh sarana
masih sangat pemdes kurang olahraga
sedikit diperhatikan “Sorga sesuai
Desa” kebutuhan.
Event kegiatan olahraga Dibuat acara
masih sangat kurang. pertandingan
olahraga.
2. Kelompok Perlu penguatan Organisasi dibentuk Sosialialisasi
Wanita kapasitas mendadak krn adanya pemaham
Tani organisasi dan bantuan. bersama terkait
kepemimpinan Pemahaman tentang tugas dan fungsi
organisasi belum sesuai serta teknis
regulasi yang diharapkan. pelaksanaannya
157
Tabel 14. Pengorganisasian Masalah Teknik RRA
No TOPIK URAIAN MASALAH ANALISIS
MASALAH KEBUTUHAN
1. SDA
2. SDM
3. SDB
4. Dll
1) Identifikasi Masalah
NO URAIAN HARAPAN KENYATAAN IDENTIFIKASI
MASALAH
1.
2.
2.
158
Setelah pelaksanaan musyawarah dusun (Musdus) menghasilkan data
permasalahan serta data potensi maka hasil tersebut dibawa ke musyawarah di
tingkat Desa. Tahapan Selanjutnya maka akan dibentuk penyusun RPJM untuk
menghasilkan RPJM Desa alur penyusunan perencanaan desa, sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan Pembentukan tim penyusun RPJM Desa.
2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota
3. Pengkajian keadaan desa
4. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa
5. Penyusunan rancangan RPJM desa
6. Penetapan RPJM Desa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJMDes disusun secara
berjangka selama periodik jabatan Kades sedangkan RKP Desa selama 1 (satu)
tahun. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Permendagri No.114 disebutkan
bahwa Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun;
2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKP DESA), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Permendagri No.114 Tahun 2014 telah menyajikan alur perencanaan
pembangunan desa yang disatu sisi memuat subtansi metodologi ilmiah dan
disisi lain tetap mempertimbangkan aspek partisipasi masyarakat.
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan
mengikutsertakan unsur masyarakat Desa.
Secara lebih komprehensif penyusunan perencanaan pembangunan
dengan mengedepankan partisipasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam
Permendagri No.114 Tahun 2014 dapat disajikan dalam matrik tahapan sebagai
berikut:
159
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
1 Sosialisasi Pemahaman Pemerintah Desa
masyarakat terkait
program kegiatan
2 Pembentukan tim Tim penyusun Dibentuk oleh kepala
penyusun RPJM desa (7-11 orang) desa, SK Kepala
Desa
2. Penyelarasan arah Data dan analisis: Dilakukan oleh Tim
kebijakan - Rencana Penyusun RPJM
pembangunan pembangunan Desa
Kabupaten/Kota jangka menengah
daerah
kabupaten/kota
- Rencana
pembangunan
kawasan perdesaan
3. Pengkajian keadaan - Penyelarasan data Dilakukan oleh Tim
Desa desa (data Penyusun RPJM
sekunder) Desa
- Penggalian gagasan
masyarakat, untuk
melihat potensi
masalah
- Penyusunan laporan
hasil pengkajian
keadaan desa
- Data rencana
program
pembangunan
kabupaten/kota yang
akan masuk ke
Desa
160
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
pelaporan sudah diselaraskan Desa
- Data rencana
program
pembangunan
kabupaten/kota yang
akan masuk ke
Desa
- Data rencana
program
pembangunan
kawasan pedesaan
- Rekapitulasi usulan
rencana kegiatan
pembangunan Desa
dari dusun dan/
kelompok
masyarakat.
-
5. Penyusunan rencana Berita acara - BPD
pembangunan desa penyusunan Rencana - Tim penyusun
melalui Musyawarah RPJM Desa, yang RPJM Desa
Desa dilampiri : - Masyarakat
- Laporan hasil desa
pengkajian keadaan
desa
- Rumusan arah
kebijakan
pembangunan Desa
yang dijabarkan dari
visi dan misi kepala
desa
- Rencana prioritas
kegiatan
161
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
penyelenggaraan
pemerintahan Desa,
pembangunan desa,
dan pemberdayaan
masyarakat desa
162
3. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Desa
Dalam tahap ini Kepala Desa mengoordinasikan tahapan pelaksanaan kegiatan
yang sekurang-kurangnya meliputi :
a. Rapat kerja dengan pelaksana kegiatan
Kepala Desa menyelenggarakan rapat kerja pelaksana kegiatan dalam rangka
pembahasan tentang perkembangan pelaksanaan kegiatan. Rapat kerja
dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahap mengikuti tahapan pencairan
dana desa yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara.
Dalam rapat kerja tersebut membahas antara lain:
1) perkembangan pelaksanaan kegiatan;
2) pengaduan masyarakat;
3) masalah, kendala dan hambatan;
4) target kegiatan pada tahapan selanjutnya; dan
5) perubahan kegiatan.
Kepala Desa dapat menambahkan agenda pembahasan rapat kegiatan sesuai
dengan kondisi perkembangan pelaksanaan kegiatan yang ada di Desa.
b. Pemeriksaan pelaksanaan kegiatan infrastruktur Desa
Kepala Desa mengkoordinasikan pemeriksaan tahap perkembangan dan tahap
akhir kegiatan infrastruktur Desa. Pemeriksaan ini dapat dibantu oleh tenaga
ahli di bidang pembangunan infrastruktur sesuai dengan dokumen RKP Desa.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa dan menilai sebagian
dan/atau seluruh hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur Desa.
Dalam Pemeriksaan ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap meliputi:
1) tahap pertama: penilaian dan pemeriksaan terhadap 40% (empat puluh
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan;
2) tahap kedua: penilaian dan pemeriksaan terhadap 80% (delapan puluh
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan; dan
3) tahap ketiga: penilaian dan pemeriksaan terhadap 100% (seratus per
seratus) dari keseluruhan target kegiatan.
c. Perubahan pelaksanaan kegiatan
Pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan peraturan tentang kejadian
khusus yang berdampak pada perubahan pelaksanaan kegiatan pembangunan
di desa dalam pembangunan desa dalam hal terjadi:
1) kenaikan harga yang tidak wajar;
2) kelangkaan bahan material; dan/atau
163
3) terjadi peristiwa khusus seperti bencana alam, kebakaran, banjir dan/atau
kerusuhan sosial.
Kepala Desa mengkoordinasikan perubahan kegiatan ketentuan sebagai berikut:
1) penambahan nilai pagu dana kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa
dilakukan melalui :
a) swadaya masyarakat,
b) bantuan pihak ketiga, dan/atau
c) bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota.
2) tidak mengganti jenis kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa; dan
3) tidak melanjutkan kegiatan sampai perubahan pelaksanaan kegiatan
disetujui oleh kepala Desa.
d. Pengelolaan pengaduan dan penyelesaian masalah;
Kepala Desa mengkoordinasikan penanganan pengaduan masyarakat dan
penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa.
Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat dan penyelesaian masalah
meliputi kegiatan:
1) penyediaan kotak pengaduan masyarakat;
2) pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat;
3) penetapan status masalah; dan
4) penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah.
e. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
Pelaksana kegiatan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada kepala Desa. Dalam laporan dilampiri dokumentasi hasil
pelaksanaan kegiatan pembangunan desa yang sekurang-kurangnya meliputi :
1) realisasi biaya beserta lampiran bukti-bukti pembayaran;
2) foto kegiatan infrastruktur Desa kondisi 0%, 40%, 80% dan 100% yang
diambil dari sudut pengambilan yang sama;
3) foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja dan/atau melakukan
kegiatan secara beramai-ramai;
4) foto yang memperlihatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan Desa;
5) foto yang memperlihatkan pembayaran upah secara langsung kepada
tenaga kerja kegiatan pembangunan Desa; dan
6) gambar purna laksana untuk pembangunan infrastruktur Desa.
164
f. Musyawarah pelaksanaan kegiatan Desa dalam rangka
pertanggungjawaban hasil pelaksanaan kegiatan dan pelestarian dan
pemanfaatan hasil kegiatan.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Desa, Badan Permusyawaratan Desa
menyelenggarakan musyawarah Desa yang diselenggarakan setiap semester
yaitu pada bulan Juni dan bulan Desember. Masyarakat desa berpartisipasi
menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa yang disampaikan dalam
musyawarah desa, pada kenyataannya masyarakat tidak pernah diundang
untuk evaluasi.
Melakukan Survey kebutuhan dan potensi pemberdayaan di desa sasaran
a) Tahap 1: mengikuti pertemuan tingkat RT dan RW. (dengan tuuan untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat serta menginventarisir potensi lingkungan
yang ada). Dan dilanjutkan inventarisasi akan kebutuhan masyarakat dan
serta pendataan potensi yang dimiliki oleh desa binaan PLD dan KPMD.
b) Tahap 2 : menghadiri pertemuan tingkat Dusun/Musyawarah Dusun. (dengan
tujuan untuk memantau memberi masukan bila diperlukan, akan kebutuhan
masyarakat dan potensi yang diselaraskan dengan APBDes atau RKPDes yg
akan disusun sesuai skala prioritas sebagai tujuan kebijakan program desa).
1) Komunikasi yang lebih efektif dan proaktif antara KPMD dengan Kades,
dan PLD dan sebaliknya.
2) Menggunakan metode yang sangat fleksibel dan mudah diaplikasikan.
(sederhana)
4. Tahapan Pengawasan Pembangunan Desa
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pengawasan dan
pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa
yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa. Pemantauan
pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada tahapan
perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan pembangunan
Desa. Pemantauan tahapan perencanaan dengan cara menilai penyusunan
RPJM Desa dan RKP Desa. Pemantauan tahapan dilakukan dengan cara
menilai antara lain : pengadaan barang dan/atau jasa, pengadaan
bahan/material, pengadaan tenaga kerja, pengelolaan administrasi keuangan,
pengiriman bahan/material, pembayaran upah, dan kualitas hasil kegiatan
pembangunan Desa.
165
3. MENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa desa merupakan wilayah
yang mempunyai hak otonom dalam pengelolaan pembangunan desa. Agar
dapat diwujudkan maka desa perlu diperkuat sehingga menjadi desa yang
mandiri.
Desa yang mandiri adalah desa yang mampu mengelola kekuatan (asset dan
potensi) yang dimiliki serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam
pengelolaan pembangunan untuk kesejateraan masyarakat desa.
Dengan melaksanakan konsep pentahelix (kemitraan 4 aktor: pemerintah,
akademisi, swasta/perusahaan, media, dan masyarakat) difasilitasi oleh KPMD,
pendamping professional desa, dan atau pihak ketiga lain guna membangun
jejaring tidak hanya di internal desa tetapi eksternal. Sehingga dengan jalinan
kerjasama yang lebih luas desa lebih mempunyai peluang dalam
pengembangannya.
Secara umum desa mandiri dicirikan sebagai berikut:
a. Kemampuan desa mengurus dirinya sendiri dengan kekuatan yang dimiliki
sendiri
b. Pemerintah desa memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelola
pembangunan yang didukung oleh kemandirian dalam perencanaan dan
penganggaran (satu desa satu perencanaan) sebagai acuan dalam kegiatan
dan dijalankan secara konsisten
c. Sistem pemerintahannya menjunjung tinggi aspirasi da partisipasi masyarakat
desa (kaum miskin, difabel, kaum muda, laki laki dan perempuan)
d. Sumber daya pembangunan dikelola secara optimal, transparan, dan
akuntabel untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya kesejahteran masyarakat
166
kemajuan dan kemandirian Desa yang ditetapkan berdasar Indeks Desa
Membangun ini diklasifikasi dalam 5 status Desa yakni:
a. Desa Mandiri, atau bisa disebut sebagai Desa Sembada;
b. Desa Maju, atau bisa disebut sebagai Desa PraSembada;
c. Desa Berkembang, atau bisa disebut sebagai Desa Madya;
d. Desa Tertinggal, atau dapat disebut Desa PraMadya; dan
e. Desa Sangat Tertinggal, atau dapat disebut Desa Pratama.
Berdasarkan kriteria status desa yang sudah ditetapkan dalam IDM di atas tentunya
dalam membangun pengembangan kemandirian desa dalam setiap tahapan status
desa akan berbeda mulai dari desa tertinggal sampai kepada desa Mandiri.
Indeks Desa Membangun merupakan indeks komposit yang terdiri dari:
a. Indeks Ketahanan Sosial (IKS);
b. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE); dan
c. Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL).
*sebagai bahan bacaan: idm.kemendesa.go.id*
167
Untuk melakukan identifikasi menuju kemandirian desa tergantung pada
posisi mana desa itu berada apakah di posisi 1, 2, 3, 4 dan 5 Karena masing
masing mempunyai pola sendiri dalam melakukan Pendekatan dan intervensi
yang akan diterapkan.
Indikator - indikator lain yang bisa digunakan dalam membangun desa
menjadi desa mandiri kedepannnya. Dapat dibedakan bebrapa aspek dengan
indikator dan alat ukur pembuktiannya seperti:
168
1.5. RKP Desa dipertanggung jawabkan
melalui LPPD, dievaluasi secara
partisipatif dan ditetapkan melalui
musrenbang Desa.
2. Dokumen perencanan 2.1 Daftar kegiatan RKP Desa tertuang
pembangunan desa menjadi dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA)
acuan seluruh program untuk menyusun APBDesa
pembangunan di desa dan 2.2 Kegiatan dalam RKP Desa yang tidak
dijalankan secara konsisten mungkin dibiayai melalui APBDesa
diusulkan melalui APBD/N atau pihak
lain dan diusulkan dalam Musrenbang
Tingkat Kecamatan.
3. Penentuan penerimaan 3.1 Ada surat keputusan kades terkait data
bantuan program kemiskinan penetapan kesejahteraan yang disusun
secara partisipatif dan diperbarui setiap
tahun
4. Ada regulasi daerah yang 4.1 Adanya ketentuan / regulasi daerah
mendukung perencanaan yang memastikan kegiatan
pembangunan desa perencanaan desa yang masuk dalam
perencanaan pembangunan daerah
4.2. Ada regulasi yang mengatur
pengelolaan pembangunan partisipatif
desa
4.3. Ada regulasi ditingkat kabupaten yang
menekankan program didesa wajib
mengacu perencanaan desa
Partisipasi Warga
Ukuran kinerja : 1) Warga termasuk orang miskin dan
perempuan secara aktif berperan dalam
pengelolaan pembangunan
(perencanaan sampai dengan evaluasi)
Indikator
1. keterlibatan dan posisi 1.1. Ada pasal dalam aturan desa baik
169
strategis perempuan dan Perdes maupun SK yang menjamin
orang miskin dalam proses perempuan, warga miskin dan
pengelolaan pembangunan kelompok marginal dalam proses
desa musyawarah desa
1.2. Tersedianya sarana transparansi
pembangunan (papan informasi,
kotak pengaduan, pengumuman
terbuka)
1.3. Minimal 30% warga miskin
perempuan dan kelompok marginal
terlibat dalam organisasi pelaksana
(panitia) pembangunan desa
170
masyarakat di desa yang
membantu memperbaiki kualitas
pelayanan dasar
171
1. Keuangan desa termasuk ADD 1.1. Peraturan desa yang menjamin
dikelola secara transparan transparansi dan akuntabilitas
akuntable dan mandiri pengelolaan keuangan desa.
1.2. APBDes dan APBDes-P ditetapkan
dengan Perdes melalui musyawarah
dan diumumkan secara terbuka di
papan informasi publik
1.3. Pengguna anggaran
mempertanggung jawabkan
pengelolaan anggaran desa
1.4. SK Kades tentang Pelaksana
kegiatan Pembangunan Desa
termasuk Pengguna Anggaran)
1.5. Buka Kas Harian dan Buku Kas
Umum yang disusun dan dilaporkan
secara periodik (bulan) kepada
Kades
1.6. APBdes dipertanggungjawabkan
oleh pemerintah melalui
1.7. LKPJ akhir tahun anggaran dan
LKPJ akhir jabatan Kepala Desa
1.8. Ada berita acara tanggapan BPD
terhadap LKPJ dan LPPD
2. Desa memiliki sumber-sumber 2.1. Ada PADes dalam APBDes yang
pendapatan asli yang pasti dan bersumber dari potensi desa dan
berkelanjutan ( misalnya memiliki dianut dalam regulasi/Perdes
usaha atau bumdes) 2.2. PAdesa dapat dibuktika dalam
APBdes dan Laporan Realisasi
Anggaran (RLA)
3. Regulasi daerah yang mengatur 3.1. Ada regulasi di daerah tentang
akuntabilitas keuangan desa pengelolaan keuangan desa secara
transparan dan akuntabel
172
Ukuran kinerja 1. Kepala desa dan perangkatnya
memahami kependudukan dan
wilayahnya serta berbagai regulasi
terkait
2. Kepala desa dan perangkatnya
memahami peran tugas pokok dan
fungsinya
3. Pemerintah desa dan BPD mampu
mengembangkan regulasi desa
4. BPD mampu memahami peran dan
fungsinya
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber
pembuktian
1. BPD tanggap terhadap aspirasi 1.1. Dokumen tanggapan (berita acara,
warga catatan/notulensi)
2. Regulasi dikembangkan dan 2.1 Minimal 2 regulasi baik perdes
disusun sesuai peran dan tugas maupun SK Kades yang ditetapkan
pemdes dan BPD setiap tahun (RKP Desa dan APB
desa)
3. Perangkat Pemdes 3.1 ada perda/Perdes atau Keputusan
mempertimbangkan keterwakilan lain ditingkat desa yang mengatur
wilayah, gender dan sesuai kelembagaan pemerintahan Desa
kapasitas (Pemerintahan Desa, BPD, dan
kelembagaan formal lainnya) yang
mewajibkan minimal 30% kuota
perempuan dan mempertimbangkan
keterwakilan wilayah dan
kompetensi
173
marginal) yang kuat dan menjadi
mitra strategis pemdes dalam
pembangunan desa
175
b. Upaya dalam mewujudkan desa mandiri
Aktor pembangunan sangat berpengaruh dalam mewujudkan proses
kemandirian desa melalui berbagai aspek termasuk indikator indikatornya.
Aktor di desa yang seharusnya berperan aktif, adalah:
1) Warga desa: perempuan, laki-laki, warga miskin, kaya, kaum
termarjinalkan. Peran utamanya adalah sebagai pelaku utama dalam
proses perencanaan partisipatif sebagai narasumber dan pelaku.
2) Pemerintah desa, sebagai sumber informasi dan mendorong partisipasi
aktif warga, membuat SK Kades, menyusun draft rancangan Perdes
sesuai kebutuhan.
3) LKD/LAD dan KPMD, sebagai fasilitator dalam setiap tahapan proses
mewujudkan desa mandiri.
4) Organisasi kemasyarakatan lainnya, sebagai sumber informasi dan
pendukung dalam pelaksanaan upaya mewujudkan desa mandiri.
5) BPD, mempunyai peran mengembangkan kebijakan dan regulasi desa
(PERDes) serta melakukan pemantauan pelaksanaan
program/kegiatan serta anggaran dalam kerangka mewujudkan desa
mandiri.
Semua aktor tersebut harus berperan aktif dalam upaya mewujudkan
kemandirian desa, menjalankan tugasnya sesuai dengan kapasitasnya.
Hal penting lainnya guna mempercepat proses perwujudan kemandirian
Desa adalah penyusunan rencana pembangunan jangka menengah desa
(RPJMdesa) dan rencana kerja pemerintah desa (RKPdesa). RPJMdesa
dan RKPdes tersebut disusun berdasarkan indikator yang terdapat di IDM
yang mempengaruhi dalam perubahan status perkembangan desa.
176
1) Proses penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa harus menjadi
wahana:
a) Membangun kesepahaman pengertian antar para aktor terhadap
indikator/ukuran desa mandiri,
b) Dokumen RPJMdesa dan RKPdesa menjadi acuan bersama dalam
mewujudkan desa mandiri,
c) Membangun komitmen rasa memiliki dan tanggung jawab bersama
para aktor pembangunan di Desa.
2) RPJMdesa dan RKPdesa yang disusun dapat berfungsi sebagai:
a) Sebagai alat bantu dalam pelaksanaan program dan kegiatan
b) Sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapain kinerja serta
monitoring dan evaluasi
3) Prinsip dasar penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa:
a) Jelas, mudah dipahami
b) Ringkas, jelas padat sesuai dengan format yang ditentukan
c) Terukur, program, kegiatan, target, waktu, output, dan outcome
harus dapat diukur
d) Adjustable, dapat mengakomodasi umpan balik dan perbaikan-
perbaikan
e) Terinci
f) Komitmen
g) Dokumen resmi dan ditetapkan dengan Peraturan desa.
***
177