Anda di halaman 1dari 29

Tujuan pendidikan seks jika disesuaikan berdasarkan usia dengan

perkembangan usia yaitu sebagai berikut :


a. Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan
anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya.
b. Usia Sekolah Dasar (6-10)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital
dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
c. Usia Menjelang Remaja
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima
perubahan dari bentuk tubuhnya.
d. Usia Remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan
seperti seks bebas. Menanamkan moral dan prinsip Say no untuk
seks pranikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
e. Usia Pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan
seks yang sehat dan tepat.
f. Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualiatas
dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stress.
Tujuan Pendidikan Seks secara Teoritis:
1) Pendidikan seks di sekolah-sekolah dapat membantu anak
memahami dampak dari seks dalam kehidupan mereka, sehingga
hubungan seks bebas dikalangan remaja dapat diatasi denagn
memberi dan memperluas pengetahuan mereka tentanhg
bahayanya.
2) Pendidikan seks juga menjawab semua pertanyaan yang ada
dibenak mereka seiring dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
mereka.
3) Pelecehan seksual saat ini semakin marak terjadi di seluruh
dunia, sehingga pendidikan seks ini dapat berperan aktif dalam

menangani masalah penganiayaan dan pelecehan seksual ini.


4) Pengetahuan seks yang mereka dapat dari sekolah akan jauh
lebih baik ketimbang harus membiarkan mereka mencari sendiri
informasi tentang materi seks dan pornografi dari internet. Karena
terkadang informasi yang mereka dapat dari internet itu hanya
akan menyesatkan mereka dan menimbulkan pemahaman yang
salah.
Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan
pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak :
Balita (1-5 tahun)
Pada usia ini, bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya
cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil
organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi
penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya
pendek. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut
tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan
juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka
si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang
tuanya. Dengan demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap
maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap
anak.
Usia 5-10 tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks.
Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan
yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-jawaban
yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan
mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik
yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si
gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau
terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat

kelaminnya.
Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan
secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral
yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks
bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara
emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari
kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi
remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks
dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali
pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari
orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks
didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa
jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan
membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang
tepat.
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat
menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun
perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan
tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan
tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta
dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan
tersebut.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya
sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari
hati ke hati antara orangtua dan anak. Hal ini akan lebih mudah
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak
dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan
dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya
atau bapak dengan anak perempuannya.
Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu

harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan


bahan pembicaraan.
Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan
terlihat ragu-ragu atau malu.
Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan
menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak
tidak akan bertanya lagi.
Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.
Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya
memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap
uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas
sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan
pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak.
Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulangulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa
jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu
untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang
telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya.

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini sering sekali terjadi pelecehan seksual oleh orang
dewasa terhadap anak anak. Anak anak lebih menjadi sasaran
orangdewasakarenaanakanakdianggapsebagaimakhlukyang
polos. Kepolosan anak ini dimanfaatkan beberapa oknum untuk
melakukan tindak asusila terhadap anak dibawah umur. tidak
banyakpelakudaritindakasusilaituadalahkerabatataubahkan
keluarga korban. Anak memang kurang mengerti dalam hal
pendidikan seks. Mereka menganggap segala sesuatu yang
berkaitandenganseksituadalahmenyimpang.Bukantanpaalasan
merekasepertiitu,banyakfaktoryangmempengaruhiseperti:(1)
Keluarga (2) lingkungan masyarakat (3) pendidikan (Syamsul
Yusuf,2009).Menurutsayafaktoryangpalingberpengaruhdalam
masalahiniadalahfaktorpendidikan,karenapendidikanadalahhal
utamayangmembentukkepribadianseseorang.Pendidikanadalah
landasan atau pondasi bagi setiap bangunan kehidupan. Jika
pendidikanrapuh,makakehidupanakanlebihmudahdirobohkan
olehfaktordariluar.
Kasus kekerasan, utamanya kekerasan seksual pada anak,
meningkatpesattahun2013ini.Darisekitar30ankasustahun
2012, baru pertengahan 2013 sudah meningkat menjadi 535
kasus.Jumlah kekerasan itu, menurut Ketua Komnas Arist
MerdekaSirait,meningkatpesatsejak2010yangtercatatada42%
dari246kasuskekerasanpadaanakadalahkekerasanseksual,pada
2011 ada 50%dari 259 kasus kekerasan pada anak adalah
kekerasan seksual, dan 2012 ada 62% dari 47 kasus kekerasan
pada anak adalah kekerasan seksual. (detik.com,Kamis,
18/07/201316:57WIB)
Sebuahrealitayangmengejutkan,mengingatbahwapendidikandi
Negarainitelahmengalamikemajuan.Pendidikanmemangdapat
menjadifaktorutamakandasnyamoralitasbangsa,tetapiitusemua
masih sebatas argument semata. Kejadiankejadian diatas

merupakan dampak dari kurangnya pendidikan seks sejak dini.


Memangpadadasarnyaituadalahhalyangtabu,tetapisekalilagi
itutergantungdaribagaimanapengajarmenyampaikannya.
Sedangkanuntukkekerasanseksual535kasusmenurut:
Bentuk:sodomi52kasus,perkosaan280kasus,pencabulan
182kasus,daninses21kasus.
Modus:obatpenenang15kasus,diculiklebihdulu14kasus,
disekap45kasus,bujukrayudantipuan:139kasus,imingiming:
131kasus.
Dampak:meninggal9kasus,trauma:345kasus.
(detik.com,Kamis,18/07/201316:57WIB)
Dilihat dari modus tersangka, penggunaan cara bujuk rayu dan
tipuanadalahyangpalingampuh.Olehkarenanya,perluadanya
sosialisasidaripihakpengajaragartidakmudahterkenabujukrayu
pelaku. Sekali lagi pendidikan harus bisa menyampaikan
pentingnyasekssedaridini.
Dengan tidak mengertinya anak tentang seks, maka itu akan
menyudutkan anak sebagai korban pelecehan seksual. Anak
memiliki rasa ingin tahu yang amat tinggi, hal ini sering
dimanfaatkan oleh beberapa orang dewasa untuk melakukan
pelecahanseksual.Makadariitu,kitaharusmelakukanpendidikan
seksketikausiaanakdirasasudahmampumengertiartisekssecara
harfiah. Ini memang bukan merupakan porsi anak, tapi pada
kenyataannyaanakmutlakmemerlukanpendidikansekssejakdini.
Memanganakpastimengatakanbahwahalitutabu,tapisebagai
orang dewasa kita wajib memperkenalkannya secara terperinci.
Pendidikanseksmemangtelahdicantumkandalammapelpenjas
pada tiap semesternya. Namun, itu sangat kurang bahkan tidak
sedikitguruyangtakmengajarkannya.Merakahanyamengajarkan
sebataspenyakitmenularseksual.Padahalselainitumasihbanyak
hal tentang seks yang harus diketahui. Memang sangat terasa
janggal ketika seorang guru menerangkan tentang seks kepada
anak anakusia sekolah dasar. Lebih dari setengahnya asti akan

merasajijik,dansisanyaakanmemikirkanygbukanbukan.Disini
halyangperludiperhatikan.Kitaharusmengurangikatakatayang
dapatdianggapanaksebagaisesuatuyangtabuataujorok.
1.2 RumusanMasalah
1. Apakah pengertian pendidikan seks ?
2. Apa tujuan pendidikan seks ?
3. Apa manfaat pendidikan seks ?
4. Seberapa Pentingkah pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar
itu?
5. Bagaimana penyampaian pendidikan seks pada anak Sekolah
Dasar?
1.3 Tujuan penelitian
1. Mengetahui pengertian pendidikan seks.
2. Mengetahui tujuan pendidikan seks.
3. Mengetahui manfaat pendidikan seks.
4. Mengetahui pentingnya pendidikan seks pada anak Sekolah
Dasar.
5. Mengetahui penerapan pendidikan seks pada anak Sekolah
Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan,
terutama dalam pendidikan seks.
b. Lembaga pendidikan , sebagai bahan informasi supaya setiap
sekolah dapat meningkatkan program pendidikan seks yang tepat
bagi siswa.
c. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi untuk membekali anak untuk memperoleh
pengetahuan dan penerangan tentang pendidikan seks.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan
tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika,
serta komitmen agama agar tidak terjadi "penyalahgunaan" organ
reproduksi tersebut.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan
dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan
perkara - perkara hubungan intim antara laki-laki dengan
perempuan
Menurut kamus, kata "pendidikan" berarti "proses pengubahan
sikap dan tata laku kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan kata
seks mempunya dua pengertian. Pertama, berati jenis kelamin dan
yang ke dua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat
kelamin, misalnya persetubuhan atau sanggama. Padahal yang
disebut pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang
jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang
perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya
berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai
macam posisi dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan
membuat para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu
diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan
seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan
mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks
kita dapat memberitahu anak-anak usia sekolah dasar bahwa seks
adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang,
selain itu juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual
berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.

2.2 Tujuan Pendidikan Seks


Tujuan pendidikan seks jika disesuaikan berdasarkan usia
dengan perkembangan usia yaitu sebagai berikut :
a. Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan
anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya.
b. Usia Sekolah Dasar (6-10)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital
dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
c. Usia Menjelang Remaja
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima
perubahan dari bentuk tubuhnya.
d. Usia Remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan
seperti seks bebas. Menanamkan moral dan prinsip Say no untuk
seks pranikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
e. Usia Pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan
seks yang sehat dan tepat.
f. Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualiatas
dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stress.
Tujuan Pendidikan Seks secara Teoritis:
1) Pendidikan seks di sekolah-sekolah dapat membantu anak
memahami dampak dari seks dalam kehidupan mereka, sehingga
hubungan seks bebas dikalangan remaja dapat diatasi denagn
memberi dan memperluas pengetahuan mereka tentanhg
bahayanya.
2) Pendidikan seks juga menjawab semua pertanyaan yang ada
dibenak mereka seiring dengan perubahan yang terjadi pada tubuh

mereka.
3) Pelecehan seksual saat ini semakin marak terjadi di seluruh
dunia, sehingga pendidikan seks ini dapat berperan aktif dalam
menangani masalah penganiayaan dan pelecehan seksual ini.
4) Pengetahuan seks yang mereka dapat dari sekolah akan jauh
lebih baik ketimbang harus membiarkan mereka mencari sendiri
informasi tentang materi seks dan pornografi dari internet. Karena
terkadang informasi yang mereka dapat dari internet itu hanya
akan menyesatkan mereka dan menimbulkan pemahaman yang
salah.
2.3 Manfaat Pendidikan Seks pada Anak SD
1. Mengerti dan memahami dengan peran jenis kelaminnya
Dengan diberikannya pendidikan seksualitas pada anak, seorang
anak laki-laki diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi lakilaki seutuhnya, begitu pula dengan anak perempuan, diharapkan
tumbuh dan berkembang menjadi seorang perempuan seutuhnya.
Sehingga tidak ada lagi yang merasa tidak nyaman dengan peran
jenis kelamin yang dimilikinya.
2. Menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar
dan apa adanya
Masa kanak-kanak adalah masa dimana seorang manusia sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun psikis. Terutama saat mereka mulai memasuki masa
pubertas, dimana perubahan fisik dan psikis mengalami tahap
paling cepat dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya.
Dengan diberikannya pendidikan seksualitas menjadikan anakanak mengerti dan paham tentang bagaimana mereka menyikapi
perubahan-perubahan tersebut, sehingga mereka tidak akan merasa
asing, kaget, bingung, dan takut saat menghadapinya
3. Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat
Sebaiknya, orang-orang terdekat seperti orang tua dan guru bisa
menjadi sosok yang menyenangkan bagi anak untuk bisa
memenuhi rasa ingin tahunya yang menggebu tentang banyak hal
termasuk tentang seksualitas. Ini dimaksudkan agar anak tidak

memutuskan untuk mencari tahu jawaban akan pertanyaanpertanyaannya melalui teman, komik, VCD, ataupun media lainnya
yang tidak menjamin anak mendapatkan informasi yang sebenarbenarnya.
4. Memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada
dirinya
Percaya diri akan timbul jika seorang anak sudah merasa nyaman
dengan dirinya. Anak akan merasa nyaman pada dirinya jika telah
mengetahui setiap bagian dari dirinya juga fungsi dari bagianbagian tersebut. Sehingga, anak akan mengetahui apa yang boleh
dan yang tidak boleh dilakukan. Pada akhirnya, anak akan mulai
belajar untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
5.
Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang
Pencipta
Pemahaman tentang bagian-bagian dan fungsi-fungsi yang ada
pada tubuhnya akan membuat anak semakin mengerti dan
memahami betapa luar biasanya ciptaan Tuhan YME.
Keluarga merupakan faktor utama pembentukan kepribadian
seorang anak agar menjadi sosok yang diharapkan. Karena dari
lingkungan keluarga anak mulai belajar mengenal dirinya,
membentuk dirinya menjadi seseorang yang memiliki pandangan
diri. Melalui jalinan kerjasama antara orang tua dengan berbagai
pihak yang dapat dipercaya, antara lain pihak guru sebagai
Pembina bagi anak saat di sekolah untuk membantu kita memenuhi
hak anak agar menjadi manusia seutuhnya. Meskipun ada banyak
pihak yang telah membantu mensiasati masalah ini, orang tua tidak
bisa langsung lepas tangan begitu saja. Lagi-lagi orang tua
diharapkan mampu menjadi sosok pendukung, penyaring, dan
penguat terhadap apa yang telah anak pelajari dari pihak-pihak
yang telah membantu. Untuk itulah, diperlukan kerjasama yang
baik antara orang tua dengan berbagai elemen pendukung, agar
tercipta tumbuh kembang anak yang utuh dan optimal.

2.3 Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak SD


Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah
mengenai seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang
tepat, mereka akan termakan mitos-mitos tentang seks yang tidak
benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari
orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak
mereka.
Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di
Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Penyebabnya
karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja.
Pendidikan seks yang dianggap tabu justru memberikan dampak
negatif pada anak-anak. Sebaliknya, seks harus diajarkan kepada
anak dengan cara yang bijak. Pendidikan seks adalah upaya
pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah
seksual. Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan
tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika,
komitmen, agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ
reproduksi tersebut.
Pendidikan seks dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendidikan
kehidupan berkeluarga yang memiliki makna sangat penting. Para
ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya
mulai dikenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai dengan
tahap perkembangan kedewasaan mereka.
Informasi tentang seks bisa diberikan sejak anak sudah bisa
melakukan komunikasi dua arah, Orang tua saat ini perlu dibekali
pengetahuan mengenai seks, karena tidak jarang juga anak-anak
yang bertanya akan masalah seks. Kurangnya pembekalan tentang
seks membuat anak menjadi bingung dan bisa mencari informasi
yang salah, sebab didapat dari narasumber yang tidak layak. Hasil
akhirnya tentu tidak sesuai dengan harapan dan manfaat
Sesungguhnya orang tua tidak perlu ragu lagi akan pentingnya
pendidikan seks sejak dini. Hilangkan rasa canggung yang ada dan
mulailah membangun kepekaan akan kebutuhan pendidikan seks
pada anak. Apabila tidak dimulai sejak dini maka akan lebih

membahayakan apabila anak beranjak remaja. Para remaja bisa


mencari informasi yang berhubungan dengan seks melalui
berbagai sumber seperti buku, majalah, film, internet dengan
mudah.
Padahal, informasi yang didapat belum tentu benar dan bahkan
mungkin bisa menjerumuskan atau menyesatkan. Oleh sebab itu,
orang tua disarankan agar mulai membiasakan berdialog dengan
anak, dan anak juga dapat menggunakan orang tua sebagai
narasumber yang tepercaya.
2.4 Penyampaian Pendidikan Seks pada Anak SD
Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat
dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya
sendiri. Dengan cara mengajarkan anak untuk membersihkan alat
genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun
buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak
bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak
langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan
mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan
mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan
mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, misalnya pada
manusia. Sehingga orangtua dapat memberikan penjelasan
mengenai dampak-dampak yang akan diterima bila anak sudah
melakukan hal-hal yang menyimpangnya.
Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu
vulgar, karena justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini
orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika akan
mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang
dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak
akan kristis dan ingin tahu tentang segala hal.
Jika menunda memberikan pendidikan seks pada saat anak mulai
memasuki usia remaja, maka itu sudah terlambat. Karena di zaman
di mana informasi mudah didapat dari Internet dan teman sebaya,
maka saat anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak

tentang seks dan kemungkinan besar dari sudut pandang yang


salah.
Cara yang dapat digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh
antara lain melalui media gambar atau poster, lagu dan permainan.
Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar
anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal
ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari anak
mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga
anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari media
massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari
kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi
remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks
dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali
pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari
orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks
didapatkan dari teman sebaya atau internet yang informasinya bisa
jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak anda sejak dini dengan
membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang
tepat.
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek
anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek
psikologis dan moral.
Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak
asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan
sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan
pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak :
Balita (1-5 tahun)
Pada usia ini, bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya
cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil
organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi

penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya


pendek. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut
tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan
juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka
si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang
tuanya. Dengan demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap
maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap
anak.
Usia 5-10 tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks.
Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan
yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-jawaban
yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan
mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik
yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si
gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau
terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat
kelaminnya.
Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan
secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral
yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks
bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara
emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari
kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi
remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks
dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali
pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari

orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks


didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa
jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan
membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang
tepat.
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat
menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun
perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan
tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan
tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta
dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan
tersebut.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya
sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari
hati ke hati antara orangtua dan anak. Hal ini akan lebih mudah
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak
dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan
dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya
atau bapak dengan anak perempuannya.
Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu
harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan
bahan pembicaraan.
Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan
terlihat ragu-ragu atau malu.
Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan
menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak
tidak akan bertanya lagi.
Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.
Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya
memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap
uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.

Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas


sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan
pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak.
Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulangulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa
jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu
untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang
telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya.

Materi Pendidikan Seks yang diberikan di Sekolah Dasar


(SD) Terutama kelas 5-6
Keterbukaan pada orang tua
Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal
tersebut mengacu pada jenis kelamin dan bukan lagi tentang halhal diluar itu (hubungan laki-laki dan perempuan, proses membuat
anak dst)
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Pengenalan bagian tubuh organ dan fungsinya.
Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks
menggunakan bahasa ilmiah, seperti Penis, Vagina.
Pengenalan system organ seks secara sederhana.
Anatomi system reproduksi secara sederhana.
Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh termasuk
organ reproduksi.
Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi
tubuhnya sendiri.
Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.

Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.


Ciri seksualitas primer dan sekunder.
Proses terjadinya mimpi basah.
Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
Memberikan pemahaman pada para siswa mengenai
pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan
perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi
secara umum.

2.5 Peran Orang tua dalam Pendidikan Seks Anak SD


Ketika orang tua anak menghadapi masalah dan tidak tahu harus
bagaimana membuka mulut untuk memulai pembicaraan, sering
kali mereka mengambil tindakan yang pasif, atau mengira
diserahkan kepada guru di sekolah untuk mengajar mereka dengan
lebih layak.
Sebenarnya nilai pandang dan sikap orang tua itu sendiri terhadap
seks merupakan siklus belajar bagi anak - anak mereka. Jika
menerima penyampaian seks yang menyimpang (dari media) atau
menerima informasi tentang seks yang salah, ayah dan ibu
mempunyai kewajiban untuk segera memberikan bimbingan yang
tepat dan mengklarifikasi permasalahan, juga harus mencegah agar
informasi dari media yang tidak sehat tidak menyerang masuk ke
dalam keluarga. Sebenarnya keluarga merupakan siklus yang
paling penting dalam melaksanakan pendidikan seks.
Di bawah ini adalah beberapa prinsip penting di dalam pendidikan
seks keluarga, kami berikan kepada para orang tua sebagai bahan
referensi:
1. Siap Memberikan Pendidikan Seks setiap saat

Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak


yang selalu ingin tahu terhadap seks yang kemungkinan bisa
muncul sewaktu - waktu, sebagai orang tua kita harus selalu siap
dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan
kesempatan untuk memberikan bimbingan.
Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan
kekerasan atau pun pelecehan seksual, harus segera memberikan
bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak
dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu
konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.
2. Memberi Teladan dan Bimbingan Lisan Secara
Bersamaan
Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan
kelakuan dari para orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak
- anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga
dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua mereka
sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan
menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa
mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak - anak.
3. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan
informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan
pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan
anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi
jawaban yang sederhana dan tepat.
Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat
kelamin harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan
jangan menggunakan istilah 'burung' atau lainnya sebagai
pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak dini.
Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap
harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan nada
suara tegang mempengaruhi anak.
4. Penekanan untuk menghormati dan privasi
Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam

pendidikan seks, biarkan anak dalam penjelajahan rasa ingin


tahunya tentang seks, mereka juga belajar menghormati orang lain.
Memberi bimbingan jangan sembarangan menjamah bagian tubuh
yang bisa membuat orang lain tidak nyaman, misalnya bagian dada
dan lain-lain.
Pendidikan seks bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang
paling dekat bagi si anak akan dapat membuat anak merasa aman
selama dalam proses penjelajahan terhadap masalah seks. Dan
dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga
secara positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah
berperilaku negatif. Penyampaian pengetahuan seks secara benar,
akan menentukan nilai pandang dan sikap mereka terhadap seks,
dan hal ini juga sangat menentukan keharmonisan keluarga anak di
kemudian hari.
Mengapa Pendidikan Seks Penting? Maraknya kasus kekerasan
seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya mengancam
para remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai
seks. Eksploitasi seks pada anak dibawah umur nyatanya juga
sering terjadi oleh orang-orang terdekat yang bahkan dilakukan
oleh keluarga korban sendiri. Meningkatnya kasus kekerasan
merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai
pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari
tahun pertama oleh orang tuanya. Tetapi persepsi masyarakat
mengenai pendidikan seks yang masih menganggap tabu untuk
dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang harus dibenahi
bersama untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang
semakin transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitas.
Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang
tua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang telah
menjadi kehormatannya, terlebih bagi seorang perempuan.
Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya kasuskasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap

anak dan remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan justru orang tua
bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan
pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Mereka
beranggapan bahwa pendidikan seks akan diperoleh anak seiring
berjalannya usia ketika ia sudah dewasa nanti. Mereka seolah
menyerahkan pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai
sumber ilmu bagi anaknya. Padahal pendidikan seks sendiri
belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah.
Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya
sendiri dalam mengahadapi tuntutan zaman yang semakin
berkiblat ke arah barat menjadi faktor utama belum
tersampaikannya pendidikan seks sejak usia dini di lingkup
keluarga. Hasil penelitian yang dikutip dari sebuah Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan mengenai Pendidikan Seks pada
Usia Dini oleh Moh. Roqib menunjukkan bahwa 97,05%
mahasiswa di Yogyakarta telah kehilangan keperawanannya.
Nyaris 100% atau secara matematis bisa disepadankan dengan 10
gadis dari 11 gadis sudah tidak perawan yang diakibatkan oleh
hubungan seksual. Fakta yang sangat memprihatinkan melihat
kondisi remaja saat ini yang tengah terancam dalam
mempertahankan kesucian dirinya baik karena paksaan atau
karena sama-sama suka saat melakukannya (free sex). Hal ini
menunjukkan bahwa perlunya pendidikan seks untuk diberikan
sejak usia dini guna memberikan informasi dan mengenalkan
kepada anak bagaimana ia harus menjaga dan melindungi organ
tubuhnya dari orang yang berniat jahat terhadap dirinya.
Pandangan masyarakat sepertinya masih terlalu sempit dalam
mengartikan seks yang hanya dianggap sebagai aktivitas mesum
hingga ke hal-hal yang lebih intim. Makna seks sebenarnya
menurut KBBI adalah jenis kelamin, maksudnya disini adalah jenis
kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis.
Namun karena kurangnya pengetahuan para orang tua itulah
yang menjadikan pendidikan seks belum diajarkan kepada anak

bahkan sebagian besar remaja pun tidak memperoleh pengajaran


tentang pendidikan seks dari keluarga terutama dari orang
tuanya sehingga mereka mendapatkan informasi yang tidak tepat
bahkan cenderung menjerumuskannya untuk melakukan apa
yang mereka temukan dari informasi yang tidak bertanggung
jawab tersebut. Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap
anak menyatakan bahwa aktivitas seksual pada anak yang belum
dewasa selalu memunculkan dua kemungkinan pemicu:
pengalaman dan melihat. Hal ini berarti anak-anak yang
menyimpang secara seksual sering melihat adegan seks tanpa
penjelasan ilmiah yang selalu membangkitkan birahinya dan
menimbulkan kecanduan. (Andika, 2010:31). Namun seberapa
jauh pendapat tersebut dapat dibenarkan? Dalam sebuah
penelitian yang dikutip dari buku Bicara Seks Bersama Anak oleh
Alya Andika (2010) menyatakan bahwa dari 600 lelaki dan
perempuan usia SMP ke bawah di AS, peneliti Dr. Jennings Bryant
menemukan bahwa 91% lelaki dan 82% wanita mengaku telah
menonton film porno atau yang berisi kekerasan seksual. Lebih
dari 66% lelaki dan 40% wanita dilaporkan ingin mencoba
beberapa adegan seks yang telah ditontonnya. Di antara siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut, 31% lelaki dan 18%
wanita mengaku benar-benar melakukan beberapa adegan dalam
film porno itu beberapa hari setelah menontonnya. Senada
dengan penelitian tersebut, berdasarkan hasil survei Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 62,7% remaja
Indonesia tidak perawan lagi. Hasil peneitian tahun 2008 tersebut
menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17
kota besar menunjukkan bahwa 21,2% mengaku pernah
melakukan aborsi. (tribunnews.com) Seks memang bagian
integral dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan duniawi,
tetapi ketika keberadaanya justru menjadi candu yang merusak
moral anak bangsa, perlu adanya pembenahan bersama demi
terselamatkannya masa depan mereka dari semakin terbukanya

arus globalisasi lengkap dengan dampak negatif yang diterima


anak akibat tidak adanya filtrasi dari orang tua dan pendidik di
usia prasekolah. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada orang tua dan pendidik usia prasekolah tentang
pentingnya mengenalkan pendidikan seks beserta bagaimana
memulai komunikasi dengan anak agar mereka memperoleh
informasi yang tepat dalam menyikapi arus globalisasi yang
semakin transparan dalam berbagai hal. Pendidikan Seks
Berdasarkan Usia Semakin transparannya berbagai informasi
yang bisa diakses lewat jaringan internet oleh setiap orang sangat
memungkinkan bagi sebagian besar anak dan remaja untuk
memanfaatkannya sebagai media penolong dalam memenuhi
rasa keingintahuannya mengenai seks. Padahal tidak semua
informasi yang tersebar di internet merupakan informasi yang
tepat untuk dikonsumsi anak dan remaja yang masih rentan
karena tidak adanya filtrasi dari diri mereka sendiri untuk
memilah informasi mana yang tepat. Pendidikan seks bisa
ditanamkan sejak dini saat anak mulai mengajukan pertanyaan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Misalnya
saat anak bertanya mengapa organ tubuh laki-laki berbeda
dengan perempuan atau mengapa anak laki-laki harus berdiri
ketika buang air kecil berbeda dengan anak perempuan yang
harus jongkok. Dari pertanyaan sederhana itu, orang tua bisa
memulai menanamkan pendidikan seks mulai dari tingkat paling
dasar mengenai organ tubuh dan fungsinya. Semakin dewasa
usianya orang tua dapat memberikan informasi yang lebih
lengkap sehingga mereka tidak mencari tahu sendiri informasiinformasi yang tersebar bebas di internet tanpa adanya
pembenaran yang akurat dan bertanggung jawab. Menurut
Sigmund Freud, pakar psikolog yang dikutip dari buku Ibu, Dari
Mana Aku Lahir oleh Alya Andika (2010), tahapan perkembangan
psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi empat fase. Fase
pertama adalah fase pragential, yaitu saat anak belum menyadari

fungsi dan perbedaan alat kelamin antara laki-laki dan


perempuan. Masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa oral (0-2
tahun) dan masa anal (2-4 tahun). Masa oral ditandai dengan
kepuasan yang diperoleh anak melalui daerah oral atau mulut.
Pada tahap ini, anak memperoleh informasi seksual melalui
aktivitas mulutnya. Pada usia 0-1 tahun bayi mendapat perasaan
nikmat ketika menyusu melalui puting susu ibunya. Sedangkan
pada usia 1-2 tahun anak terlihat cenderung antusias
memasukkan apa saja yang dilihat ke dalam mulutnya. Sementara
pada masa anal, kepuasan anak didapat melalui daerah anusnya.
Rasa nikmat dirasakan melalui aktivitas yang menyangkut proses
pembuangan. Mereka cenderung berlama-lama di kamar mandi.
Anak usia 2-4 tahun juga sering menahan kencing atau buang air
besar. Fase yang kedua disebut masa phallus, yaitu saat anak
sudah mulai menyadari perbedaan seks antara dirinya dengan
temannya yang berbeda jenis kelamin. Ketika memasuki umur 4
tahun, anak akan merasakan nikmat ketika alat kelaminnya
disentuh atau diraba. Anak pun mulai suka membandingkan alat
kelamin miliknya dengan temannya yang lain. Bahkan, pada anak
laki-laki, mereka sering memegang atau menggosokkan alat
kelaminnya. Anak juga akan mengalami fase laten yang umumnya
berlangsung pada usia 6-10 tahun. Minat seksual berkembang
menjadi berbagai bentuk sublimasi dari kemampuan psikis anak.
Fase ini terbagi menjadi dua, yaitu bagian awal dan bagian akhir.
Di bagian awal anak tidak lagi memperhatikan sensasi yang
dirasakan alat kelaminnya. Sedangkan dibagian akhir anak mulai
merasakannya kembali. Ini dikarenakan anak mulai beranjak
mengenal dorongan seksual dan ketertarikan pada lawan jenis.
Tetapi seringkali orang tua tidak memahami perilaku anak ketika
melakukan tahap perkembangan psikoseksual tersebut dan
menganggapnya sebagai sesuatu hal yang terkesan belum
waktunya untuk diberikan penjelasan mengenai seksualitas
sehingga melewatkan pendidikan seks untuk diajarkan sejak dini

kepada anak. Sejalan dengan pendapat Dr. Boyke Dian Nugraha,


seorang ginekolog dan konsultan seks yang mengatakan bahwa
anak-anak perlu diberikan pendidikan seks sedini mungkin
dengan materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang
berbeda dengan orang dewasa, sehingga pendidik seks yang
paling baik adalah orang tua anak sendiri. Masih menurut Boyke
dalam jurnal Perlunya Pendidikan Seks Pada Anak Sejak Usia Dini
oleh Adel Adelia menerangkan bahwa secara garis besar
pendidikan seks untuk anak dibagi ke dalam empat tahap
berdasarkan usianya, yaitu usia 1-4 tahun, usia 5-7 tahun, usia 810 tahun dan usia 10-12 tahun. Pada usia 1-4 tahun, orang tua
disarankan untuk mulai memperkenalkan anatomi tubuh,
termasuk alat genitalnya. Kenalkan pada anak, ini mata, ini kaki,
ini vagina dengan bahasa ilmiah tanpa menggunakan istilah lain
agar ketika remaja anak tidak canggung untuk menyebutkannya.
Pada usia 5-7 tahun rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual
biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya
memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa
ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua
diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal
yang ingin diketahui anak. Jika anak laki-laki mengintip teman
perempuannya yang sedang buang air, itu mungkin karena ia
ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa
penjelasan. Terangkan bedanya anak laki-laki dan perempuan.
Orangtua harus dengan sabar memberikan penjelasan pada
anak. Selanjutnya pada usia 8-10 tahun Anak sudah mampu
membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase
ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses
reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika
bertemu akan membentuk bayi. Pada usia 11-13 tahun Anak
sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan
fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat
mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai

mencoba-coba alat make up ibunya. Pada tahap inilah, menurut


Boyke, peran orang tua amat sangat penting untuk berusaha
melakukan pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga
komunikasi dengan anak tetap berjalan lancar. Seksualitas
berkembang sejak masa anak-anak, remaja, sampai dewasa.
Perkembangan ini meliputi perkembangan fisik dan psikis.
Tahapan anak bermain dengan genitalnya merupakan fase yang
normal. Oleh sebab itu, dugaan bahwa anak tengah melakukan
mastrubasi merupakan pikiran yang tidak benar. Meski demikian,
orang tua juga tidak boleh membiarkan anak asyik memainkan
alat kelaminnya. Sebab, hal itu bisa menjadi kebiasaan buruk
hingga anak dewasa nanti. (Faizah, 2012) Bagaimana Memulai
Komunikasi dengan Anak? ` Menguasai munculnya perasaan
seksual dan pembentukkan kesadaran terhadap identitas seksual
merupakan proses yang beragam dan panjang. Hal tersebut
melibatkan pembelajaran untuk menangani perasaan-perasaan
seksual (seperti gairah seksual dan daya tarik), untuk
mengembangkan bentuk-bentuk baru dari keintiman dan belajar
keterampilan untuk mengatur perilaku seksual untuk
menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. Identitas seksual
muncul dalam konteks faktor-faktor fisik, sosial dan budaya,
dengan kebanyakan orang menempatkan kendala terhadap
perilaku seksual remaja. (Santrock, 2011:309) Memahami
besarnya keingintahuan anak tentang perilaku seksual yang
sering dilihatnya mengharuskan adanya komunikasi yang intens
antara orang tua dan anak agar informasi yang didapatkan bisa
menjadi benteng pertahanan diri bukan malah menjerumuskan
masa depan anak karena tidak mendapatkan informasi yang
tepat. Pertanyaan-pertanyaan anak yang sering diajukan
merupakan bentuk tahap perkembangan anak dalam
bereksplorasi terhadap lingkungannya. Orang tua disarankan
untuk tetap menjawab pertanyaan anak tersebut dengan tenang
dan sesuai dengan pemahaman anak. Karena ketika orang tua

terkihat bingung atau kaget ketika mendapatkan pertanyaan


tersebut, anak justru merasa segan untuk bertanya kembali.
Dalam benaknya terekam memori yang menyatakan bahwa
dirinya telah menanyakan sesuatu yang salah. Hal ini akan
berlangsung sampai ia dewasa dan akan kesulitan untuk mulai
bertanya tentang seks terhadap orang tuanya. Sebagai contoh
pertanyaan yang lazim ditanyakan anak usia 3-6 tahun adalah,
Ibu, dari mana aku lahir? Orang tua dapat menjawab, Dari
rahim Ibu, adek keluar melalui vagina (kemaluan perempuan).
Bila anak bertanya lebih lanjut, orang tua dapat menjelaskan
melalui buku yang benar, seperti ensiklopedia. Tunjukkan gambar
yang ada di buku dengan metode KISS (Keep Information Short
and Simple). Orang tua dapat menerangkan, Kalau adek sudah
mau keluar dari rahim Ibu, kemaluan ibu akan melar seperti karet
gelang ini. Bila anak sudah berhenti bertanya, tak perlu
melanjutkan penjelasan. (Andika, 2010) Pendidikan seks harus
dimulai sejak dini dan bertahap sesuai perkembangan anak. Bila
hal ini dilakukan saat beranjak dewasa mereka tidak akan mencari
penjelasan dari lingkungan sekitar yang terkadang menyesatkan.
Untuk mulai menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap
anak, orang tua bisa mendiskusikan beberapa hal berikut ini
sesuai kesepakatan, yaitu (1) cara yang santun untuk
mengungkapkan pendapat ke orang tua, (2) jam belajar anak
dalam satu hari, (3) batas waktu anak keluar malam, (4) wilayah
mana saja yang menjadi privasi anak dan orang tua, dan (5)
tayangan televisi yang bisa ditonton oleh anak berdasarkan usia.
(Andika, 2010:35-36) Pembicaraan harus diawali dengan menaruh
rasa hormat sehingga anak tidak menertawakan pertanyaan atau
kata-kata yang diucapkan. Jika orang tua memberikan contoh
bagaimana mengucapkan kata-kata sensitif dengan penuh
hormat, maka anak meniru sikap tersebut. Mereka tidak akan
merasa malu atau tertekan untuk membicarakan hal-hal yang
masih dianggap jorok atau tabu bagi sebagian masyarakat. Selain

mengatur cara berkomunikasi, orang tua juga dapat menyisipkan


peringatan-peringatan kecil sebagai proteksi dini bagi anak. Hal
ini untuk menghindarkan si anak dari tindakan jahat yang akan
dilakukan oleh orang lain pada dirinya. Tanamkan pada anak
bahwa hanya ibu, dan ayah atau dokter saja apabila kamu sakit
yang boleh melepaskan pakaianmu, menyentuh dan memeriksa
bagian pribadi tubuhmu. Jangan mau diajak ke tempat yang sepi
oleh siapapun.katakan pada anak bahwa apapun yang dia alami,
ceritakan pada ayah atau ibu. Dan yang terakhir adalah jka ada
orang yang mencoba mengancam anak, segera bertahukan ayah
atau ibu karena mereka akan melindunginya. (Andika, 2010)
Urgensi dari pendidikan seks kepada anak adalah dengan
menanamkan nilai-nilai agama yang kuat untuk membentuk
karakter anak agar ketika dewasa nanti anak memiliki bekal yang
kuat dalam dirinya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan seks
bebas. Nilai agama sangat berperan penting sebagai dasar
pemahaman anak untuk dapat menjaga dirinya dengan baik.
Tidak disangsikan lagi bahwa Islam tidak sekedar menganjurkan
perbaikan perilaku seksual pada dunia anak-anak, melainkan juga
(dan ini palin utama) dalam kehidupan orang dewasa. Sebab jika
seorang pendidik muslim berhasil dalam menata kegiatan seksual
pada orang dewasa, hal itu akan berpengaruh terhadap
pendidikan seksual pada anak, dimana orang dewasa, secara
khusus orang tua, mengajarkan kepada anak sikap-sikap seksual
yang aman atau sehat. (Yusuf, 2004:184) Kesimpulan Pada
dasarnya, seksualitas adalah pembelajaran jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan. Tidak hanya itu, seksualitas berkaitan
dengan segala sesuatu mengenai organ reproduksi. Termasuk
pula cara merawat kebersihan dan menjaga kesehatan organ
vital. Namun perlu dipahami, pendidikan seks berbeda dengan
pengetahuan reproduksi. Pendididkan seks bertujuan untuk
mengenalkan anak tentang jenis kelamin dan cara menjaganya
baik dari sisi kesehatan dan kebersihan, keamanan, serta

keselamatan. Sementara pengetahuan reproduksi sangat


berkaitan dengan proses perkembangbiakan makhluk hidup.
Reproduksi memungkinkan kelangsungan hidup suatu spesies.
Manusia, hewan, dan tumbuhan dapat berkembang biak karena
peran reproduksi. Pendidikan seks pendidikan mengenai
kesehatan reproduksipenting diberikan lewat keluarga maupun
kurikulum sekolah. Sedini mungkin anak harus bisa menjaga
dirinya sendiri. Prinsip penting yang harus mereka ketahui adalah
tidak mudah percaya pada orang yang bau dikenal. Untuk orang
yang sudah dikenal dekat pun, tekankan untuk tetap mawas diri.
Bukan berartibmengajarkan anak untuk mudah curiga pada
orang lain, namun sikap mawas diri ini akan berguna bagi
pembentukkan sikap mandiri dan teguh memegang pendirian.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wicka14/pentingnyamengenalkan-pendidikan-seks-sejak-usiadini_54f8417ca33311855e8b48f6

Anda mungkin juga menyukai