Anda di halaman 1dari 15

RESUME

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL


“SISTEM MONETER INTERNASIONAL”

Dosen Pengampu :
Andi Wibowo SE., MBA., AK. CA.
Disusun oleh :
Fitria Ilyas
1810111377 / SAK4

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Sejarah Sistem Moneter Internasional ...................................................... 3
2.2 Beberapa Rezim Mata Uang Kontemporer .............................................. 6
2.3 Pasar Yang Sedang Berkembang dan Pilihan Rezim .............................. 8
2.4 Rezim Nilai Tukar ..................................................................................... 11
2.5 Kebijakan Moneter dan Pertimbangan Internasional........................... 12
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 13
Kesimpulan ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Sistem Moneter Internasional


Selama berabad-abad, mata uang didefinisikan menurut emas atau barang-
barang lain yang berharga, dan system moneter internasional selama ini telah
menjadi subjek dari berbagai kesepakatan internasional. Suatu tinjauan tentang
system-sistem tersebut akan memberikan perspektif yang bermanfaat untuk dapat
memahami system yang berlaku saat ini dan untuk mengevaluasi kelemahan serta
perubahan yang dapat diusulkan dalam system saat ini.

Bimetalisme: Sebelum 1875


Sebelum tahun 1870-an, banyak negara menganut bimetalisme, yaitu
standar ganda dalam mata uang bebas yang digunakan baik untuk emas maupun
perak. Di Inggris Raya, misalnya, bimetalisme digunakan hingga tahun 1816
(setelah berakhir Perang Napoleon) Ketika parlemen mengesahkan undang-undang
hanya menggunakan mata uang bebas dari emas dan menghapuskan mata uang
bebas dari perak. Di Amerika Serikat, bimetalisme disahkan oleh Coinage Act pada
tahun 1792 dan masih menjadi standar hukum hingga tahun 1873 ketika Kongres
mencabut dolar perak dari daftar koin yang akan dilebur. Di sisi lain, Prancis
memperkenalkan dan menggunakan bimetalismenya dari Revolusi Prancis hingga
tahun 1878. Beberapa negara lain seperti Cina, India, Jerman, dan Belanda
menggunakan standar perak.

Standar Emas: 1876-1913


Sejak zaman firaun (sekitar 3000 SM), emas digunakan sebagai alat
pertukaran atau penyimpanan nilai. Orang Yunani dan Romawi menggunakan koin
emas dan meneruskan tradisi ini melalui zaman merkantilisme sampai abad
kesembilan belas. Peningkatan besar dalam perdagangan selama periode
perdagangan bebas dari akhir abad kesembilan belas mengantar kepada kebutuhan
akan suatu system yang lebih diformalkan untuk menyelesaikan berbagai neraca
perdagangan internasional. Satu-per-satu negara menetapkan suatu nilai
nominal/par bagi mata uangnya menurut emas dan kemudian berusaha mengikuti
aturan main dari apa yang dikenal sebagai standar emas klasik. Standar emas (gold
standard) sebagai sistem moneter internasional diterapkan di Eropa Barat pada
tahun 1870-an. AS belakangan menerima system itu, dan tidak secara resmi
mengadopsi standar itu sampai 1879.
“Aturan main” menurut standar emas jelas dan sederhana. Masing-masing
negara menentukan nilai tukar mata uangnya (kertas atau koin) dengan berat emas.
AS, misalnya, menyatakan dolar dikonversikan menjadi emas dengan nilai tukar

3
$20,67/ons emas (nilai tukar yang berlaku sampai awal Perang Dunia I). Pound
Inggris dipatok pada £4,2474/ons emas. Sejauh kedua mata uang itu bebas ditukar
dengan emas, nilai tukar dolar/pound adalah :

$20,67 / ons emas


= $4,8665/£
£4,2474/ ons emas

Standar emas berfungsi cukup baik sampai meletusnya Perang Dunia I


mengiterupsi aliran perdagangan dan pergerakan emas secara bebas. Kejadian ini
menyebabkan negara dagang utama menghentikan operasi standar emas.

Interwar Period: 1914-1944


Perang Dunia I mengakhiri standar emas klasik pada Agustus 1914 karena
negara-negara besar seperti Inggris Raya, Prancis, Jerman, dan Rusia
menangguhkan uang kertas bank (banknotes) dalam emas dan memaksa embargo
atas ekspor emas. Setelah perang, banyak negara khususnya Jerman, Austria,
Hungaria, Polandia, dan Russia mengalami hiperinflasi. Jerman berpengalaman
menyediakan contoh klasik mengenai hiperinflasi.
Ringkasnya, interwar period ditandai dengan nasioanlisme ekonomi, upaya
setengah hati dan kegagalan untuk memulihkan standar emas, ketidakstabilan
ekonomi dan politik, kegagalan bank, dan kepanikan untuk melarikan modal keluar
negeri. Tidak ada sistem moneter internasional yang jelas dan berlaku selama
periode ini. Hal ini mengakibatkan dampak yang sangat merugikan bagi
perdagangan dan investasi internasional. Ini merupakan periode ketika dolar
Amerika Serikat mulai muncul sebagai mata uang dunia yang dominan dan secara
berangsur-angsur menggantikan peran pound Inggris.

Bretton Woods System: 1944


Pada Juli 1944, perwakilan dari 44 negara berkumpul di Bretton Woods,
New Hampshire. Mereka berkumpul untuk membahas dan merancang sistem
moneter internasioanal pascaperang. Setelah diskusi dan tawar-menawar yang
panjang, para wakil negara berhasil membuat draf dan menandatangani Articles of
Agreement of the International Monetary Fund (IMF) yang merupakan inti dari
sistem Bretton Woods. Perjanjian tersebut kemudian diratifikasi oleh sebagian
besar negara untuk memperkenalkan IMF pada tahun 1945. Para delegasi juga
membentuk lembaga saudara IMF, yaitu International Bank of Recontruction and
Development (IBRD) yang lebih dikenal dengan Bank Dunia (World Bank). Tugas
Bank Dunia adalah bertanggung jawab atas pendanaan proyek-proyek
pengembangan individu.

4
Rancangan Sistem Nilai Tukar Emas

pound mark franc


Inggris Jerman Prancis

nilai pari nilai pari nilai pari

Dolar
Amerika Serikat

Dipatok pada
$35/ons

emas

Berdasarkan sistem Bretton Woods, setiap negara membentuk nilai pari


(par value) dalam hubungannya dengan dolar Amerika Serikat yang dipatok pada
masa emas sebesar $35 per ons. Setiap negara bertanggung jawab atas pemeliharaan
nilai tukarnya dalam rentang ±1 persen dari nilai pari yang digunakan dengan
membeli atau menjual mata uang asing seperlunya. Tetapi, negara anggota dengan
“ketidakseimbangan fundamental” diperbolehkan melakukan perubahan nilai pari
mata uangnya. Berdasarkan sistem Bretton Woods, dolar Amerika Serikat
merupakan satu-satunya mata uang yang dapat dikonversi seluruhnya ke emas.
Sementara mata uang lain tidak dapat dikonversi ke emas secara langsung. Berbagai
negara menggunakan dolar AS dan emas untuk digunakan sebagai sarana
pembayaran internasional. Karena hal ini, sistem Bretton Woods dapat dijelaskan
sebagai standar nilai tukar emas (gold-exchange standard) berbasis dolar.

5
Tetapi, Profesor Robert Triffin mengingatkan bahwa sistem nilai tukar emas
diprogram untuk hancur dalam jangka panjang. Apabila defisitnya terlalu besar dan
berlangsung terus-menerus akan terjadi krisis kepercayaan terhadap mata uang
yang dicadangkan tersebut. Akibatnya, sistem tersebut akan jatuh dengan
sendirinya. Dilema ini disebut sebagai paradoks Triffin.

Amerika Serikat dan negara lain di dunia mulai mengalami deficit neraca
perdagangan pada akhir tahun 1950-an. Masalah itu terus berlanjut hingga tahun
1960-an. Upaya untuk memulihkan masalah tersebut dipusatkan pada:
(1) seperangkat ukuran pertahanan dolar yang diambil oleh pemerintahan Amerika
Serikat dan (2) penciptaan aset cadangan baru, yaitu special drawing rights (SDR)
oleh IMF.
Dalam upaya menyelamatkan sistem Bretton Wood, 10 negara besar yang
dikenal sebagai Group of Ten bertemu di Smithsonian Institution di Washington,
D.C., pada Desember 1971. Mereka mencapai Perjanjian Smithsonian yang
berisi: (1) harga emas naik menjadi $38 per ons, (2) masing-masing negara
merevaluasi mata uangnya terhadap dolar Amerika Serikat hingga 10%, dan (3)
rentang nilai tukar boleh bergerak naik turun diperluas dari 1% - 2,25%.

Rezim Nilai Tukar Fleksibel: 1973-Sekarang


Rezim nilai tukar fleksibel yang menyusul jatuhnya sistem Bretton Woods
diratifikasi setelah Januari 1976. Saat itu, anggota-anggotanya IMF bertemu di
Jamaika dan sepakat terhadap seperangkat aturan sistem moneter internasional.
Berikut unsur-unsur penting Perjanjian Jamaika (Jamaica Aggrement).

Karena dolar terus turun, pemerintah negara-negara industry besar mulai


khawatir dolar akan turun terlalu jauh. Untuk mengatasi masalah volatility nilai
tukar dan isu-isu terkait lainnya, konferensi tingkat tinggi bidang ekonomi G-7
diselenggarakan di Paris pada tahun 1987. Konferensi tersebut menghasilkan
Louvre Accord. Louvere Accord ditandai dengan lahirnya sistem mengambang
terkendali (managed-float system).

Rezim Nilai Tukar Saat Ini


Meski berbagai mata uang yang paling efektif diperdagangkan didunia,
seperti dolar, yen, pound, dan euro, dapat berfluktuasi satu sama lain, sebagian
besar mata uang dunia dipatok terhadap satu mata uang saja, khususnya dolar
Amerika Serikat dan euro, atau sekelompok mata uang seperti SDR.

2.2 Beberapa Rezim Mata Uang Kontemporer


Sistem moneter internsional terdiri dari berbagai mata uang nasional, mata
uang artifilasi (seperti SDR), dan satu mata uang yang betul-betul baru (euro)
menggantikan kesebelas mata uang nasional Eropa pada tanggal 1 Januari 1999.

6
Semua mata uang ini terkait satu sama lain melalui berbagai macam rezim mata
uang. Saat ini IMF mengklasifikasi seluruh rezim nilai tukar mata uang ke dalam
8 kategori spesifik. Kedelapan kategori tersebut merentangkan spektrum rezim
nilai tukar mata uang, mulai dari nilai tukar yang tetap dan kaku sampai ke yang
mengambang bebas.

1. Pengaturan nilai tukar tanpa alat tender legal terpisah


(No separate legal tender)
Mata uang negara asing beredar sebagai satu-satunyaalat tender legal tunggal
atau negara itu merupakan anggota dari serikat (union) mata uang atau moneter
di mana alat tender legal yang sama dipakai oleh para anggota serikat itu.
Contohnya adalah Ekuador, El Salvador, dan Panama.

2. Currency board arrangements


Suatu rezim moneter berdasarkan pada komitmen legislative implisit yang harus
dipatuhi terhadap pertukaran mata uang domestic untuk mata uang asing tertentu
pada nilai tukar tertentu, yang dikombinasikan dengan pembatasan pada otoritas
yang mengeluarkan untuk menjamin kewajiban legalnya terpenuhi. Contohnya
adalah Hong Kong, Bulgaria, dan Lituania.

3. Pengaturan nilai tukar tetap dengan patokan konvensional lainnya


(Conventional peg)
Negara mematok mata uangnya (secara formal atau de facto) pada suatu nilai
tetap terhadap suatu mata uang utama atau kumpulan mata uang (composite), di
mana nilai tukar berfluktuasi dalam suatu margin yang sempit atau paling banyak
±1% di seputar nilai tengah (central rate). Contohnya adalah Yordania, Saudi
Arabia, dan Maroko

4. Nilai tukar yang dipatok dalam rentang horizontal


Nilai mata uang dipertahankan dalam margin fluktuasi di seputar patokan tetap
formal atau de facto yang lebih lebar dari ±1% di seputar nilai tengah. Contohnya
adalah Kazakhstan dan Syria.

5. Crawling pegs
Mata uang disesuaikan secara periodic dalam jumlah kecil pada suatu nilai tukar
tetap, yang diumumkan sebelumnya atau sebagai tanggapan terhadap berbagai
perubahan dalam beberapa indikator kuantitatif pilihan. Contohnya adalah
Bolivia, Iraq, dan Nikaragua.

6. Nilai tukar di dalam crawling pegs (Crawl-like arrangement)


Mata uang itu dipertahankan dengan margin fluktuasi tertentu di seputar nilai
tengah yang disesuaikan secara periodik pada suatu nilai tukar yang tetap dan

7
diumumkan sebelumnya atau sebagai tanggapan terhadap perubahan dalam
beberapa indikator kuantitatif pilihan. Contohnya adalah Ethiopia.

7. Mengambang terkendali (managed float) tanpa jalur yang diumumkan


terlebih dahulu untuk nilai tukar.
Otoritas moneter mempengaruhi pergerakan nilai tukar melalui intervensi aktif
dalam pasar valuta asing tanpa menentukan atau sebelumnya melakukan
komitmen terhadap , suatu jalur yang diumumkan sebelumnya terhadap nilai
tukar itu. Contohnya adalah Brazil, Meksiko, Turki, dan India.

8. Mengambang bebas (Free floating)


Nilai tukar ditentukan pasar, dengan intervensi valuta asing apa saja yang
ditujukan agar nilai tukar tetap moderat dan mencegah fluktuasi dalam nilai tukar
yang tidak semestinya ketimbang menetapkan suatu tingkat untuk itu. Contohnya
adalah Kanada, Jepang, Korea, Inggris, Amerika Serikat, dan zona euro.

2.3 Pasar Yang Sedang Berkembang dan Pilihan Rezim


Periode 1997-2005 menjadi saksi meningkatnya tekanan terhadappasar
negar-negara berkembang untuk memilih dari beberapa tipe nilai tukar yang
ekstrem. Peningkatan tekanan pergerakan modal seperti yang sudah dibahas pada
bagian sebelumnya telah menggerakkan sejumlah negara untuk memilih di antara
nilai tukar yang mengambang bebas (seperti Turki pada Februari 2002) atau titik
ekstrem kebalikannya, rezim nilai tukar tetap-seperti currency board (seperti di
Argentina, yang terbukti gagal), atau bahkan dollarization (seperti kasus Ekuador
pada tahun 2000).

1. Currency Boards
Suatu currency board dikatakan ada apabila bank sentral suatu negara
berkomitmen untuk mendukung dasar moneternya-jumlah uang beredar (money
supply)-nya sendiri-seluruhnya dengan cadangan mata uang asing pada setiap
waktu. Komitmen ini berarti bahwa satu unit mata uang domestik tidak dapat
dimasukkan ke dalam sistem ekonominya tanpa terlebih dahulu memperoleh
tambahan satu unit cadangan mata uang asing. Delapan negara, termasuk Hong
Kong, menggunakan currency board sebagai alat untuk menetapkan nilai tukarnya.

8
The Impossible Trinity
Kendali Modal Penuh

Independensi Stabilitas Nilai


Moneter Pergerakan Modal Tukar
Yang Meningkat

Mengambang murni Integrasi Keuangan


Kesatuan Moneter
Penuh

Teori ekonomi dan keuangan secara jelas menyatakan bahwa suatu negara tidak dapat berada
dalam ketiga sisi segitiga dalam waktu yang bersamaan. Negara itu harus menyerahkan satu dari
ketiga “ciri” yang ad ajika ingin meraih salah satu keadaan yang digambarkan pada setiap sudut
dari segitiga

Argentina.
Pada 1991, Argentina berpindah dari sistem nilai tukar peso Argentina yang
dikendalikan ke struktur currency board. Struktur currency board menetapkan nilai
peso Argentina terhadap dolar AS berdasarkan nilai 1:1. Pemerintah Argentina
menjaga nilai tukar tetap tersebut dengan mewajibkan setiap peso yang diterbitkan
melalui sistem perbankan Argentina harus didukung baik dengan emas atau dolar
AS yang disimpan dalam rekening bank di Argentina.
Pasar ternyata terbukti benar. Pada Januari 2002, setelah berbulan-bulan
dilanda huru-hara politik dan ekonomi dan hampir 3 tahun resesi ekonomi, siste
currency board Argentina akhirnya resmi diakhiri. Peso pada awalnya didevaluasi
dari Peso 1,00/$ menjadi Peso 1,40/$, lalu dibiarkan mengambang sepenuhnya
nilainya langsung jatuh secara dramatis dalam beberapa hari. Eksperimen 1 dekade
Argentina dengan nilai tukar tetap yang kaku telah berakhir. Tindakan devaluasi
tersebut diikuti dengan huru-hara selama berbulan-bulan, termasuk bank yang
diliburkan secara berkelanjutan dan kerusuhan di jalan-jalan Buenos Aires.

2. Dolarisasi (dollarization)
Beberapa negara telah menderita akibat devaluasi mata uangnya selama
bertahun-tahun, terutama sebagai akibat inflasi, dan telah mengambil langkah
menuju dolarisasi. Dolarisasi adalah penggunaan dolar AS sebagai mata uang resmi
suatu negara. Panama telah menggunakan dolar sebagai mata uang resminya sejak
1907. Ekuador, setelah menderita krisis perbankan dan inflasi pada 1998 dan 1999,

9
mengadopsi dolar AS sebagai mata uang resminya pada Januari 2000. Salah satu
sifat utama dolarisasi dijelaskan dengan baik oleh Business Week pada 11 Desember
2000, di dalam artikel bertajuk “The Dollar Club”.

Pilihan Rezim Mata Uang untuk Pasar-pasar yang sedang Berkembang

Mobalitas modal tinggi memaksa


Negara dengan pasar negara-negara yang pasarnya
yang berkembang berkembang untuk memilih di
antara 2 ekstrim

Rezim Mengambang Bebas Currency Board atau Dolarisasi

• Nilai mata uang dibebaskan • Currency board menetapkan


untuk mengambang naik dan nilai mata uang lokal terhadap
turun berdasarkan kekuatan mata uang lain atau
pasar internasional sekelompok mata uang lain;
• Kebijakan moneter dolarisasi mengganti mata uang
independent dan pergerakan dengan dolar AS.
bebas modal diperbolehkan, • Independensi moneter hilang,
tapi dengan mengorbankan pengaruh politik terhadap
stabilitas kebijakan moneter dihilangkan
• Meningkatnya volatilitas • Seignorage, keuntungan yang
mungkin lebih dari yang dapat diperoleh suatu negara karena
ditoleransi oleh sebuah negara kemampuannya untuk
kecil dengan pasar keuangan mencetak mata uangnya sendiri
yang kecil pula jadi hilang.

10
2.4 Rezim Nilai Tukar
• Secara vertical, perbedaan pengaturan nilai tukar dapat mendikte apakah
pemerintah suatu negara memiliki persyaratan untuk intervensi-peraturan
baku-atau apakah negara itu dapat memilih apakah akan
mempertimbangkan, kapan, dan sampai batas mana untuk mengintervensi
di dalam pasar mata uang asing-kebijaksanaan.
• Secara horizontal tradeoff untuk negara yang turut serta dalam sistem yang
spesifik adalah antara berkonsultasi dan bertindak dalam satu kesatuan
dengan negara-negara lain-kerja sama-atau beroperasi sebagai bagian
dalam sistem, namun bertindak atas kehendak sendiri-independensi.

Struktur rezim seperti standar emas tidak memerlukan kebijakan kerja sama
di antara negara-negara, hanya jaminan bahwa semua akan tunduk terhadap “aturan
permainan”. Di bawah standar emas yang berlaku sebelum Perang Dunia II,
jaminan ini diterjemahkan sebagai kerelaan pemerintah-pemerintah untuk membeli
atau menjual emas pada tingkat paritas sesuai permintaan. Perjanjian Bretton
Woods, sistem yang berlaku antara 1944 sampai 1973, lebih mewajibkan jalan kerja
sama, di mana emas bukan lagi “aturan,” dan negara-negara diwajibkan untuk
bekerja sama pada batas yang lebih tinggi untuk menjaga sistem berbasis dolar.
Sistem nilai tukar, seperti sistem rentang nilai tukartetap dari Europan Monetary
System yang digunakan dari 1979 sampai 1999, merupakan campuran dari rezim
kerja sama dan aturan tersebut.
Sistem moneter internasional saat ini dicirikan dengan tidak adanya
peraturan baku, dengan berbagai tingkat kerja sama. Walaupun tidak ada solusi saat
ini terhadap debat yang berkelanjutan mengenai bentuk apakah yang harus diambil
sistem moneter internasional yang baru, banyak yang percaya bahwa sistem itu
dapat berhasil jika ada kerja sama gabungan antara negara-negara dengan
keleluasan (discretion) individual untuk mengejar tujuan sosial, ekonomi, dan
keuangan domestik.
Kebijakan yang Ditetapkan oleh
Peraturan baku

Bretton Woods
Standar emas
Pra PD II
Euroean Monetary System
1979-1999

Tidak ada Kerjasma Ada Kerjasama Antar


Antar-Negara Negara
Masa depan ?

Dolar AS Kebijakan Diskresioner 11


1981-1985
2.5 Kebijakan Moneter dan Pertimbangan Internasional
Kebijaka moneter suatu negara dapat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian
internasional. Oleh sebab itu, pembentukan kebijakan moneter suatu negara perlu
mempertimbangkan efek langsung pasar mata uang luar negeri terhadap penawaran
uang, neraca pembayaran internasional dan nilai tukar mata uang.

• Efek Langsung Pasar Mata Uang Luar Negeri


Ketika Bank Sentral melakukan intervensi terhadap pasar mata uang luar negeri,
bank sentral memerlukan pembelian atau penjualan cadangan internasional,
akibatnya uang inti terpengaruh. Dengan demikian, efektivitas intervensi
kebijakan moneter terhadap nilai tukar mata uang suatu negara tergantung pada
cadangan internasional yang dimiliki oleh bank sentral.

a. Neraca Pembayaran
Pada Bretton Woods System, pertimbangan neraca pembayaran lebih penting
dibandingkan dengan rezim nilai tukar terkendali atau managed float regime.
Ketika neraca pembayaran suatu negara defisit, cadangan internasional turun.
Untuk menjaga cadangan Internasional, kebijakan moneter kontraktif
diperlukan untuk menekan depresiasi nilai tukar mata uang.

b. Nilai Tukar Mata Uang


Pertimbangan nilai tukar penting dalam sistem nilai tukar fleksibl, karena nilai
tukar mempunyai peran penting terhadap kebijakan moneter. Jika bank sentral
tidak menginginkan nilai tukar turun, maka kontraksi moneter perlu untuk
menekan uang dan mendorong tingkat bunga domestik. Apresiasi nilai tukar
menekan persaingan industri domestic dan ekspansi moneter perlu untuk
depresiasi nilai tukar.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
• Di bawah standar emas (1896-1913), aturan permainan menyatakan bahwa
setiap negara menentukan harga di mana unit mata uangnya dapat dikonversi
ke emas.
• Selama tahun antarperang (1914-1944), mata uang diperbolehkan untuk
berfluktuasi dalam spektrum yang cukup lebar dalam emas dan sebaliknya.
Kekuatan permintaan dan penawaran menentukan nilai tukar.
• Perjanjian Bretton Woods (1944) mendirikan sistem moneter berbasis dolar
AS. Di bawah pengawasan asli dari perjanjian Bretton Woods, seluruh negara
menetapkan nilai mata uangnya dalam emas namun tidak diwajibkan untuk
menukar mata uangnya dengan emas. Hanya dolar yang bisa ditukar dengan
emas (pada $35 per ons emas).
• Sejumlah kekuatan perekonomian mengakibatkan penghentian kemampuan
dolar AS untuk ditukar menjadi emas pada bulan Agustus 1971. Nilai tukar
hampir seluruh negara-negara perdagangan maju lalu diperbolehkan untuk
mengambang dalam hubungannya dengan dolar, dan secara tidak langsung
dalam hubungannya dengan emas. Sejak sejumlah krisis yang berkelanjutan
pada 1972 dan 1973, dolar AS dan mata uang termuka dunia lainnya telah
mengambang dalam nilai.
• Eurocurrency adalah mata uang domestik dari satu negara yang disimpan di
negara lain.
• Walaupun penyebab dasar pertumbuhan pasar Eurocurrency adalah efiensi
ekonomi, sejumlah kejadian institusional selama 1950-an dan 1960-an
membantu pertumbuhannya. Pada 1957, otoritas moneter Inggris merespons
terhadap melemahnya poundsterling Inggris dengan memberlakukan kendali
erat terhadap pinjaman bank-bank Inggris dalam poundsterling kepada orang
non-warga negara Inggris. Didorong oleh Bank of England, perbankan
Inggris beralih ke pinjaman dolar sebagai satu-satunya alternatif yang akan
memampukan mereka untuk menjaga posisi pemimpin di keuangan dunia.
Untuk hal ini mereka memerlukan dolar.
• Jika rezim mata uang yang ideal ada di dunia sekarang ini, rezim itu akan
memiliki 3 ciri: satu nilai yang tetap, dapat dipertukarkan, dan kebijaka
moneter independent.
• Negara-negara dengan pasar yang berkembang sering kali harus memilih di
antara dua rezim nilai tukar yang ekstrem-entah itu rezim mengambang
bebas, atau rezim tetap yang ekstrem seperticurrency board atau dolarisasi.

13
• 15 anggota asli dari Uni Eropa (UE) adalah anggota European Monetary
System (EMS). Kelompok ini telah mencoba untuk mendirikan satu pulau
nilai tukar yang tetap di antara mereka sendiri dalam lautan mata uang – mata
uang utama yang mengambang. Para anggota EMS sangat bergantung pada
perdagangan satu dengan yang lainnya, jadi keuntungan harian dari nilai tukar
tetap di antara mereka diasumsikan sangat besar.
• UE berkembang menjadi 25 negara pada Mei 2004. Pada akhirnya, semua
anggota baru ini akan menggunakan euro.
• Euro mempengaruhi pasar dalam tig acara : (1) negara-negara di dalam euro
zone menikmati biaya transaksi yang lebih murah; (2) risiko mata uang dan
biaya terkait ketidakpastian nilai tukar dikurangi; dan (3) semua konsumen
dan bisnis baik di dalam dan di luar euro zone menikmati transparansi harga
dan peningkatan persaingan yang berbasis harga.
• Euro memiliki keberhasilan yang bercampur. Karena negara-negara anggota
tidak dapat mendevaluasi mata uangnya secara individu, dan tidak dapat
menggunakan kebijakan moneter yang independent, mereka telah mengalami
hasil pertumbuhan dan pengangguran yang berbeda.

14
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Eiteman, David K, et al. Manajemen Keuangan Multinasional. Edisi Kesebelas


(Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Eun, Cheol S, et al. Keuangan Internasional. Edisi Keenam (Buku 1). Jakarta:
Salemba Empat

15

Anda mungkin juga menyukai