Anda di halaman 1dari 29

JURNAL

Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis

Kearifan Lokal Dalam Upaya Memperkuat Karakter

Unggul Generasi Muda

Disusun

Oleh :

Pratiwi Badu

184042004

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2020
Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda

Nama Penulis : Pratiwi Badu

Email : Pratiwibadu.74@gmail.com

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

ABSTRAK

Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan mampu menjadi Agen of


Change dan social control terhadap lingkungan, daerah maupun negaranya.
Melalui harapan tersebut menempatkan mahasiswa sebagai bagian dari
perguruan tinggi yang ideal nya senantiasa melakukan berbagai kegiatan dalam
rangka mendukung kemajuan masyarakat sebagai landasan keilmuan.  Sebagai
organisasi kemahasiswaan sebaiknya tidak hanya terjebak sebatas pada
penyelenggaraan kegiatan Semata guna menunjang eksistensi organisasi
tersebut. Garis lokal yang selama ini cenderung untuk dipandang sebelah mata
dan cenderung hanya menjadi sebuah jargon ketika momen-momen tersebut
sebaiknya senantiasa untuk dijadikan sebagai motivator untuk lebih
mengekspresikan diri maupun lembaganya sehingga organisasi tersebut
memiliki daya saing sesuai dengan  Kekhasan ke unggulan daerahnya yang
senantiasa disertai dengan karakter unggul dari para pengurusnya. 
Kata Kunci : Organisasi kemahasiswaan, kearifan lokal dan karakter unggul.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era global banyak sekali muncul berbagai tantangan dan ancaman


yang sifatnya tidak terduga. Tuntutan mahasiswa di era ini pun memunculkan
berbagai perubahan dan dinamika. Mahasiswa merupakan bagian dan civitas
akademika di pendidikan tinggi yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
yang sifatnya rutinitas. Mahasiswa  Sebagai generasi muda diharapkan mampu
menjadi Agent of Change dan social control terhadap lingkungan maupun
daerah serta negaranya. Mahasiswa yang merupakan bagian dari civitas
akademika di pendidikan tinggi didalamnya memiliki intelektual yang tidak
hanya memiliki kemampuan dalam bidang akademis saja tapi juga intelektual
pemikiran dan wawasan yang harus bisa menjawab permasalahan
permasalahan yang terjadi setiap bagian negeri ini. 

Menghadapi berbagai tantangan dan dinamika yang terjadi saat ini


2016 dibutuhkan sosok mahasiswa yang memiliki karakter dinamis dalam
mewujudkan Agent of Change dan social control. Karakter dinamis tersebut
sebaiknya dibingkai dalam sebuah wadah yang tidak Mudah terpengaruh dan
terjerumus oleh Fatamorgana yang dibawa oleh dampak global. Mahasiswa
sebagai Agent of Change merupakan mahasiswa yang berkarakter dinamis
tetapi senantiasa dibingkai oleh beberapa nilai kearifan lokal sehingga
diharapkan mampu bergerak untuk melakukan perubahan dan cita-cita bangsa
ke depan. Bergerak sebagai pembaharuan merupakan karakter seorang
pemimpin dengan berbagai tantangan yang sedang atau akan dihadapi di dunia
perguruan tinggi serta kontribusinya pada masyarakat akademis maupun luas.

Mahasiswa diharapkan mampu untuk memberikan warna pada


kehidupan kampus melalui berbagai kegiatan di bawah koordinasi organisasi
kemahasiswaan yang bersifat formal. Pada aktivitas kelembagaan yang terjadi
melalui kegiatan organisasi kemahasiswaan tersebut, pada hakekatnya adalah
Bagaimana peran organisasi untuk menjadikan para mahasiswa belajar untuk
menghargai perbedaan dan menerima perbedaan tersebut di dalam keseharian,
toleransi serta saling untuk menghormati, baik antar teman sebaya, teman
maupun orang yang lebih tua. 

Melalui kegiatan organisasi kemahasiswaan Mahasiswa juga dapat


belajar untuk saling bekerja sama sebagai tim dalam rangka mewujudkan cita-
cita organisasi. siswa belajar berkompetisi dengan menghormati dan mentaati
mekanisme organisasi belajar untuk melakukan problem solving dengan
berbagai tantangan yang ada. Melalui kegiatan yang dilakukan dalam sebuah
kegiatan organisasi kemahasiswaan diharapkan akan melahirkan mahasiswa-
mahasiswa yang nantinya mampu menjadi sumber daya manusia yang berdaya
saing di berbagai industri serta menguasai teknologi terapan yang kedepannya
mampu berguna, baik untuk dirinya maupun orang lain demi masa depan yang
lebih baik. 

Mahasiswa sebagai social control diharapkan juga memiliki sikap kritis


dengan berbagai perubahan yang ada untuk kepentingan dirinya sendiri
maupun masyarakat titik bersikap kritis pada dasarnya tidak harus atau melalui
cara-cara yang sifatnya non akademis misalnya melalui cara berdemonstrasi
yang mengarah ke sikap-sikap maupun perbuatan perbuatan anarkis. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui cara-cara yang unik dan memiliki kekhasan
budaya setempat. Hal tersebut tentunya dengan cara melakukan berbagai
kegiatan positif sebagai bentuk kontrol dan aspirasi dengan kehidupan kajian
diskusi, riset maupun menulis dalam rangka menyikapi berbagai masalah-
masalah yang ada dan sedang terjadi di masyarakat. kegiatan yang mengarah
pada sosial kontrol akan menghidupkan atmosfer akademik, budaya Kampus
yang egaliter dan membangun kesetaraan melalui kekhasan budaya masyarakat
atau lokal setempat.

 Melalui pemaksimalan peran maupun tuntutan dari keberadaan


organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi yang berbasis dan terbingkai
oleh nilai-nilai kearifan lokal diperlukan upaya yang lebih efektif dari lembaga
perguruan tinggi sehingga mampu mendorong dan mendukung kegiatan
organisasi kemahasiswaan untuk menjadi lebih aktif lagi serta mampu menjadi
atau sebagai motor penggerak dan mendukung daya saing perguruan tinggi
yang bersangkutan. Selain itu, organisasi kemahasiswaan juga diharapkan
mampu sebagai tempat dalam rangka proses belajar maupun menempa diri
bagi para mahasiswa serta sebagai proses untuk mendidik para mahasiswa
yang kedepannya akan menjadi seorang pemimpin yang memiliki karakter
unggul. Selain sebagai mahasiswa yang cerdas, tanggal kreatif yang selama ini
senantiasa di gadang-gadang Serta menjadi cita-cita setiap para mahasiswa di
perguruan tinggi.  

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian organisasi kemahasiswaan (Ormawa)


2. Karakteristik organisasi kemahasiswaan (Ormawa)
3. Fungsi organisasi kemahasiswaan (Ormawa)
4. Minat terhadap organisasi kemahasiswaan (Ormawa)
a. Pengertian minat
b. Macam-macam minat
c. Ciri-ciri minat
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat
e. Aspek-aspek yang mempengaruhi minat terhadap organisasi
kemahasiswaan (Ormawa)
f. Pengertian minat terhadap organisasi kemahasiswaan (Ormawa)

5. Dinamika kegiatan organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi

6. Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal.

C. Manfaat Penulisan

Untuk Mengetahui Rumusan Masalah Yang telah saya Angkat Di atas.


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian organisasi kemahasiswaan (Ormawa)

Organizing berasal dari kata “organism” Yang berarti menciptakan


struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga
hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya.
organisasi menurut Philip selznick suatu sistem yang dinamis yang selalu
berubah dan menyesuaikan diri dengan tekanan internal dan eksternal dan
selalu dalam proses evaluasi yang kontinue (Hasibuan, 2003 : 26).

Organisasi sebagai satu struktur atau pengelompokan terdiri dari unit-


unit yang berfungsi secara saling berkaitan, sedemikian rupa sehingga tersusun
satu kesatuan terpadu (Chaplin,2001 :334). Organisasi adalah setiap bentuk
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. (Munandar 2001: 247).

Organisasi dapat disimpulkan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari


unit-unit yang saling terintegrasi dengan sebuah sistem yang selalu berubah
dan menyesuaikan diri dengan tekanan internal dan eksternal untuk mencapai
tujuan bersama.

 “Mahasiswa adalah seluruh peserta didik yang terdaftar di biro


administrasi akademik, baik yang berstatus aktif, cuti bebas kuliah maupun
yang sedang terkena skorsing” ( panduan akademik universitas
Muhammadiyah Gorontalo, 2016 - 2017 : 159 ).

  Selain proses perkuliahan dalam kelas, Mahasiswa juga mempunyai


wadah kegiatan untuk dapat menyalurkan bakat dan minatnya. Organisasi
kemahasiswaan yang selanjutnya disebut ormawa adalah Wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa yang diharapkan dapat menampung dan
menyalurkan minat bakat dan kegemaran, sekaligus menjadi wadah kegiatan
peningkatan penalaran dan keilmuan serta arah profesi mahasiswa dalam
proses belajar dan proses pendidikan. (Panduan akademik universitas
Muhammadiyah Gorontalo 2016-2017 :174)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi kemahasiswaan ormawa
adalah suatu sompok yang terintegrasi sebagai wadah pengembangan diri
mahasiswa untuk dapat menyalurkan bakat minat dan keilmuan serta arah
profesi mahasiswa dalam proses belajar dan proses pendidikan. Organisasi
mahasiswa sendiri bisa melalui majelis kedaulatan mahasiswa (MKM), Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit kegiatan mahasiswa (UKM),Dan
Himpunan Mahasiswa jurusan (HMJ).
B. Karakteristik organisasi kemahasiswaan (Ormawa)

Setiap Organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.


Diantaranya karakteristik tersebut yaitu bersifat dinamis, memerlukan
informasi, mempunyai tujuan dan struktur.

1. Dinamis, organisasi suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami


perubahan karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya
dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu
berubah tersebut.
2. Memerlukan informasi, tanpa informasi organisasi tidak dapat Jalan
Oleh karena itu komunikasi memegang peran penting dalam organisasi
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi. Informasi
yang dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi sendiri maupun dari luar
organisasi. 
3. Mempunyai tujuan, organisasi merupakan sekelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi
hendaknya dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga setiap
anggota dapat diharapkan mendukung pencapaian tujuan organisasi
melalui partisipasi mereka secara Individual. 
4. Terstruktur, dalam mencapai tujuannya organisasi biasanya membuat
aturan aturan undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi.
Suatu organisasi mengembangkan suatu struktur yang membantu
organisasi mengontrol dirinya sendiri. 
Hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan
sebagai suatu organisasi jika di dalam organisasi tersebut memiliki
karakteristik seperti dinamis mengalami perubahan, memerlukan informasi
(baik informasi dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari luar),
mempunyai tujuan (mencapai tujuan organisasi dengan cara seluruh
anggota aktif berpartisipasi pada setiap kegiatan organisasi), terstruktur
(mempunyai aturan-aturan sebagai kontrol diri anggota dalam
menjalankan tugas).
C. Fungsi organisasi kemahasiswaan (Ormawa)

Organisasi kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


mempunyai fungsi sebagai sarana dan wadah dalam:

1. Menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa dalam pelaksanaan


kegiatan kemahasiswaan.
2. Pengembangan potensi jati diri mahasiswa sebagai insan akademis,
calon ilmuwan dan intelektual yang berguna bagi masa depan.
3. Pengembangan/pelatihan keterampilan organisasi manajemen dan
kepemimpinan mahasiswa. 

4. Memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi, minat, Bakat dan


kegemaran yang dilandasi norma-norma agama, akademis etika, moral dan
wawasan kebangsaan. (Panduan akademik universitas Muhammadiyah
Gorontalo)
D. Minat Terhadap Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa)
1. Pengertian Minat

Crow and Crow Mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya


gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan
orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. 
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan
apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila Mereka melihat
bahwa sesuatu akan menguntungkan mereka merasa berminat. Ini kemudian
menentang mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun
berkurang. 

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau Aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. 

Gerungan 1999 menyebutkan minat merupakan pengarahan perasaan dan


menafsirkan untuk sesuatu hal, sedangkan Holland mengatakan minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minas tidak timbul sendiri,
ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar dan lain-lain. 

Beberapa penjelasan tentang minat diatas dapat disimpulkan bahwa


Minat adalah suatu rasa suka pada kegiatan dengan kecenderungan untuk
memberikan perhatian yang tinggi dengan ikut berpartisipasi pada kegiatan
tersebut disertai perasaan senang dan tanpa ada yang menyuruh.

2. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, berdasarkan


timbulnya minat, berdasarkan arahnya minat dan Berdasarkan cara
mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri. 

1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat primitif


dan minat kultural.
a. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan psikologis
atau jaringan-jaringan  tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan,
perasaan enak atau nyaman,  kebebasan beraktivitas.
b. Minat kultural atau minat sosial Adalah minat yang timbul karena
proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan
individu. contohnya keinginan untuk memiliki kekayaan, mobil,
pakaian mewah dengan memiliki hal-hal tersebut secara langsung
akan menganggap kedudukan atau harga diri bagi orang yang
istimewa. 
2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan
ekstrinsik.

a. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan


aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau
minat asli.
b. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir
dari kegiatan tersebut apabila tujuannya sudah tercapai Ada
kemungkinan minat tersebut hilang. 

3.   Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:

a. Expressed interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara


meminta kepada subjek untuk mengatakan atau menuliskan Kegiatan-
kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi
dan paling tidak disenangi, dari jawabannya dapatlah diketahui
minatnya.
b. Manifest interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara observasi
atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas
aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya.
c. Tested interest adalah minat yang diungkapkan Cara menyimpulkan
dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai nilai yang tinggi
pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang
tinggi pula terhadap hal tersebut.
d. Inventoried interest adalah minat Yang diungkapkan dengan
menggunakan alat-alat yang sudah di standardisasikan  Di mana
biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek
apakah ia senang atau tidak senang terhadap jumlah aktivitas atau
sesuatu objek yang ditanyakan.

Pada Penjelasan diatas macam-macam minat cukup banyak, dapat


dilihat mulai dari timbulnya minat (adanya kebutuhan psikologis dan minat
sosial atau dalam proses belajar), Berdasarkan arah minat (berhubungan
langsung dengan aktivitas itu sendiri dan berhubungan dengan tujuan akhir dan
aktivitas itu) Berdasarkan cara mengungkapkannya (dengan cara meminta
subjek untuk menuliskan kegiatan yang disenangi, mengobservasikan subjek,
menyimpulkan  dari jawaban tes Objektif subjek, menggunakan alat-alat yang
sudah distandarisasikan).

3. Ciri-Ciri Minat

Ciri-ciri minat menurut Crow and Crow (1990 : 136) antara lain: 

1. Minat dapat menyebabkan seseorang menaruh perhatian secara spontan,


wajar, tanpa paksaan.
2. Minat bersifat deskriminatif karena dapat membantu seseorang, hal-hal
yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan dengan minatnya.
3. Minat bersifat konsisten sepanjang objek yang diamati efektif bagi
individu.
4. Minat imbul dari perasaan senang terhadap suatu objek atau situasi
yang menarik perhatian seseorang.
5. Minat bersifat personal Karena setiap individu memiliki perbedaan
perbedaan dalam menentukan minatnya dan berkaitan dengan
kepentingan pribadi seseorang. 

Karakteristik minat menurut (Walgito, 2015: 96) meliputi :

1. Menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek,


2. Adanya Sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari suatu objek,
3. Mengandung suatu Pengharapan yang menimbulkan keinginan atau
gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya. 

Beberapa dari penjelasan ciri-ciri minat Crow and Crow dan Walgito di
atas terdapat beberapa persamaan diantaranya adanya perhatian pada suatu
objek tertentu, adanya perasaan senang terhadap objek tertentu adanya
ketertarikan pada objek tertentu, adanya kebutuhan pada setiap individu
sehingga dapat menimbulkan minat.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat


Faktor minat mempunyai peranan yang sangat penting, Minat individu
terhadap suatu objek, pekerjaan, orang, benda, dan persoalan yang berkenaan
dengan dirinya timbul karena ada faktor yang mempengaruhinya pada objek
yang diamati. Sujanto menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
minat ada 2 yakni faktor internal dan faktor eksternal.  

1. Faktor internal, bersumber dari dalam diri individu.


a. Motif, Keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.
b. Sikap, adanya Kecenderungan dalam subjek untuk menerima dan
menolak suatu objek yang berharga baik atau tidak baik.
c. Permainan, suatu permasalahan tenaga psikis yang tertuju pada suatu
Subjek semakin intensif perhatiannya.
d. Pengalaman, suatu proses pengenalan lingkungan fisik yang nyata baik
dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya dengan menggunakan
organ-organ indera.
e. Tanggapan, banyaknya yang tinggal dalam ikatan setelah itu
melakukan pengamatan titik kalau kita lihat secara jeli, maka akan
tampak suatu perbedaan antara pengamatan dan tanggapan, meskipun
keduanya merupakan gejala yang saling berkaitan, karena tanggapan itu
sebenarnya kesan yang tinggal setelah individu mengamati objek.
tanggapan itu terjadi setelah adanya pengamatan, maka semakin jelas
individu mengamati suatu objek akan semakin positif tanggapannya.
f. Persepsi, merupakan proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan
sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, bila benda yang kita ingat
atau yang kita Identifikasikan adalah objek yang mempengaruhi oleh
persepsi, karena merupakan tanggapan secara langsung terhadap suatu
objek atau rangsangan. 

2. Faktor eksternal, lingkungan bisa juga mempengaruhi minat karena


lingkungan mempunyai peran yang sangat penting terhadap individu baik
lingkungan fisik yang berhubungan dengan benda konkrit maupun
lingkungan fisik yang berhubungan dengan jiwa seseorang lingkungan
sendiri terbagi menjadi dua bagian yakni:

a. Lingkungan fisik, berupa alat misalnya keadaan tanah.

b. Lingkungan sosial,  lingkungan masyarakat di mana lingkungan Ini


adanya interaksi individu yang satu dengan yang lain. Keadaan
masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu kepada individu.

Crow and Crow (1990) kan bahwa ada faktor-faktor yang


menyebabkan timbulnya minat diantaranya yaitu: 

1. Faktor dorongan dalam, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari


dalam individu, merupakan faktor yang berhubungan dengan dorongan
fisik, motif mempertahankan diri dari rasa lapar, rasa takut, juga dorongan
ingin tahu membangkitkan minat untuk mengadakan penelitian dan
sebagainya.
2. Faktor motif sosial,  yaitu mengarah pada penyesuaian diri dengan
lingkungan agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya atau aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan sosial, seperti pekerja,  mendapatkan status,
mendapatkan perhatian dan pengerjaan.
3. Faktor emosional, yaitu minat yang erat hubungannya dengan perasaan
emosi keberhasilan dalam beraktivitas yang didorong oleh minat akan
membawa rasa senang dan memperkuat minat yang sudah ada, sebaliknya
kegagalan akan mengurangi minat individu tersebut.

Maka, dari beberapa Penjelasan diatas untuk dapat mengetahui minat


seseorang kita dapat melihat dari beberapa faktor yaitu faktor dorongan dalam
(kebutuhan dari individu), Faktor motif sosial (kebutuhan akan penghargaan
dari lingkungan) dan faktor emosional (keberhasilan atau kegagalan minat
sangat mempengaruhi perasaan individu).

5. Aspek-aspek yang mempengaruhi minat terhadap organisasi 


  Kemahasiswaan (ormawa)

Hurlock menjelaskan bahwa aspek-aspek minat dibagi menjadi 2 yaitu: 

a. Aspek kognitif

  Didasarkan atas konsep yang dikembangkan individu mengenai bidang


yang berkaitan dengan minat. Aspek kognitif minat ini berkisar sekitar
pertanyaan Apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh
dari Minat itu. Sebagai contoh mahasiswa ingin merasa yakin bahwa waktu
dan usaha yang dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan dengan
minatnya akan memberikan kepuasan dan keuntungan pribadi. Bila terbukti
bahwa ada keuntungan dan kepuasan, minat mereka tidak saja menetap
melainkan juga menjadi lebih kuat tatkala keuntungan dan kepuasan
menjadi nyata. Hal sebaiknya akan terjadi bila tidak terdapat atau hanya
dapat sedikit keuntungan atau kekuatan pribadi. 

b. Aspek afektif

  Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat


dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.
Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang paling penting
(Seperti orang tua, guru, teman sebaya) terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam
berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.  Sebagai contoh,
Mahasiswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan teman
sebaya yang mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan biasanya
mengembangkan sikap yang positif terhadap kegiatan organisasi
kemahasiswaan tersebut. Karena pengalaman dengan organisasi
kemahasiswaan menyenangkan minat mereka pada kegiatan organisasi
kemahasiswaan diperkuat. Sebaiknya, pengalaman yang tidak
menyenangkan dengan teman sebaya yang mengikuti organisasi
kemahasiswaan dapat dan sering mengarah ke sikap yang tidak positif yang
mungkin kelak akan memperlemah minat. 
Jefkins 1996 Menjelaskan minat merupakan salah satu dari beberapa
segi tingkah laku yang dimiliki beberapa aspek diantaranya adalah
perhatian, ketertarikan, keinginan,  kayakinan,  dan tindakan yang akan
dijelaskan sebagai berikut :

1. Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan dari individu pada satu atau lebih objek
yang menurut individu tersebut menarik.

2. Ketertarikan

Rasa ketertarikan merupakan bentuk adanya perhatian seseorang mengenai


segala sesuatu yang berkaitan dengan objek tertentu.

3. Keinginan

Keinginan merupakan dorongan untuk mengetahui secara lebih mendalam dan


melakukan kegiatan yang berkaitan dengan objek tertentu.

4. Keyakinan

Keyakinan muncul setelah individu mempunyai informasi yang cukup


terhadap suatu objek sehingga merasa yakin bahwa hal yang berhubungan
dengan objek tersebut layak dilakukan dan akan memberikan kepuasan. 

5. Tindakan

Keyakinan yang cukup kuat pada individu untuk mengikuti apa yang
menjadi keinginan  nya, maka individu membuat suatu keputusan yang
kemudian diwujudkan melalui perilaku yang diharapkan. 

Aspek-aspek minat dijelaskan oleh Pintrich dan Schunk Sebagai berikut:

1. Sikap umum terhadap aktivitas yaitu perasaan suka tidak suka, setuju
tidak setuju dengan aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau
menyukai aktivitas.
2. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas yaitu memutuskan untuk
menyukai suatu aktivitas atau objek.
3. Merasa senang dengan aktivitas yaitu individu merasa senang dengan
segala hal yang berhubungan dengan aktivitas yang diminatinya.
4. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu.
5. Adanya intrinsik dalam isi aktivitas yaitu emosi yang menyenangkan
yang berpusat pada aktivitas itu sendiri.
6. Berpartisipasi dalam aktivitas yaitu individu memilih atau
berpartisipasi dalam aktivitas.

Aspek-aspek minat yang telah dijelaskan di atas tas yg menimbulkan


daya ketertarikan dibentuk oleh dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek
afektif berupa sikap, kesadaran Individual, perasaan senang, arah kepentingan
individu, adanya ketertarikan yang muncul dari dalam diri, dan berpartisipasi
terhadap apa yang diminati. 

Walaupun kedua aspek kognitif dan afektif penting perannya dalam


menentukan apa yang akan dan yang tidak dikerjakan oleh individu, dan jenis
penyesuaian pribadi dan sosial mereka, aspek afektif lebih penting daripada
aspek kognitif karena dua alasan.

1. Aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi


tindakan daripada aspek kognitif. suatu bobot emosional positif dari minat
memperkuat minat itu dalam tindakan titik suatu bobot itu mengakibatkan
kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah motivasi atau yang
mendorong tindakan yang mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial
yang baik.
2. Aspek minat terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan
dibanding dengan aspek kognitif. Oleh sebab itu, mengingat pengaruh
minat pada perilaku dan penyesuaian pribadi dan sosial dalam
perkembangan minat perhatian yang lebih besar harus diberikan pada
pengembangan bobot emosional positif dari minat ini, ketimbang Pada
aspek kognitif nya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan


bahwa jika seseorang Mahasiswa memiliki daya gerak untuk memberi
perhatian lebih pada suatu kegiatan organisasi kemahasiswaan maka dapat
diartikan ada ketertarikan dengan cara ikut serta secara aktif pada suatu
kegiatan organisasi kemahasiswaan tersebut.

6. Pengertian minat terhadap organisasi kemahasiswaan (Ormawa) 


Chaplin mengartikan minat sebagai salah satu sikap yang berlangsung
terus-menerus yang memolakan perhatian seseorang sehingga membuat dirinya
jadi selektif terhadap objek minatnya, Perasaan yang menyatakan bahwa satu
aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu, satu
keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntun tingkah laku menuju
satu arah tertentu.

  Crow dan Crow 1989 an-nur bahwa minat berhubungan dengan gaya
gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan
orang, benda, kegiatan,  pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Strong mendefinisikan minat sebagai tanggapan tentang kegemaran. hal ini
merupakan suatu tanggapan efektif yang dipelajari pada satu objek atau
aktivitas, berbagai hal di mana kita mempunyai sedikit minat yang
menimbulkan pengaruh kecil, dan berbagai hal dimana kita secara portal tidak
mengejar untung yang menimbulkan Kelesuan atau bahkan perasaan
kebencian. karakteristik minat menurut walgito yaitu:  1) Menimbulkan sikap
positif terhadap sesuatu objek, 2) Adanya sesuatu yang menyenangkan yang
timbul dari sesuatu objek, 3) Mengandung suatu Pengharapan yang
menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi
minatnya.

Beberapa penjelasan tentang minat di atas dapat disimpulkan bahwa


minat adalah suatu rasa suka pada kegiatan dengan kecenderungan untuk
memberikan perhatian yang tinggi  Dengan ikut berpartisipasi pada kegiatan
tersebut disertai perasaan senang dan tanpa ada yang menyuruh, Minat timbul
karena adanya kebutuhan dari setiap individu.

Chaplin (2008:334) Mengartikan organisasi sebagai suatu struktur yang


pengelompokan terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara saling berkaitan
sedemikian rupa, sehingga tersusun satu kesatuan terpadu. Menurut scehin
Organisasi adalah merupakan koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang
direncanakan untuk mencapai suatu maksud serta melalui serangkaian
wewenang dan tanggung jawab. setiap organisasi memiliki ciri khas yang
berbeda-beda, yang tercermin dalam perilaku organisasi yang bersangkutan.
perilaku organisasi adalah yang menyangkut aspek aspek tingkah laku manusia
dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.

  Organisasi kemahasiswaan adalah suatu kelompok yang Berintegrasi


sebagai wadah pengembangan diri mahasiswa untuk dapat menyalurkan bakat
minat dan keilmuan serta arah profesi mahasiswa dalam proses belajar dan
proses pendidikan. Organisasi kemahasiswaan sendiri bisa melalui majelis
kedaulatan mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa
dan Himpunan Mahasiswa jurusan.

Dapat disimpulkan minat terhadap organisasi kemahasiswaan


merupakan suatu sikap mahasiswa yang menaruh perhatian lebih terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh ormawa karena adanya ketertarikan, kebutuhan, 
dan melakukannya dengan perasaan senang. Sehingga Dapat menggambarkan
kecenderungan minat mahasiswa terhadap ormawa. minat terhadap ormawa
sangat berpengaruh pada diri mahasiswa untuk melakukan kegiatan
berkelompok, bekerjasama, Berkoordinasi, Memenuhi aturan aturan
organisasi, tanggung jawab serta tugas dalam hubungan tiap unsur-unsur
organisasi.

Adapun indikator dari minat terhadap organisasi kemahasiswaan yaitu:

1. Menimbulkan sikap positif terhadap ormawa, digunakan untuk


mengetahui seberapa besar rasa ingin tahu siswa pada ormawa, seberapa
besar perhatian mahasiswa terhadap kegiatan ormawa.
2. Adanya sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari ormawa,
digunakan untuk mengetahui seberapa tertarik mahasiswa sehingga
menimbulkan perasaan senang, puas terhadap ormawa.
3. Mengandung suatu Pengharapan yang menimbulkan keinginan atau
gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya.  dapat diketahui
dari adanya kebutuhan untuk diakui,  kebutuhan untuk dihargai,
kepercayaan mahasiswa terhadap kualitas ormawa, yang kemudian
mempengaruhi untuk berpartisipasi mengikuti kegiatan ormawa.

E. Dinamika kegiatan organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi

Agent of Change yang saat ini maupun sebelumnya sangat familiar di


kalangan mahasiswa merupakan salah satu sebutan selama ini disematkan pada
diri setiap mahasiswa. Namun, sebutan tersebut sering direduksi menjadi
sebatas aksi heroik yang cenderung berbau emosional. di lain sisi sebutan
tersebut disematkan pada diri mahasiswa dikarenakan berita merupakan bagian
dari civitas akademik pendidikan tinggi yang secara hakiki memiliki peran
dalam pengembangan keilmuan titik pengembangan keilmuan tersebut bukan
berarti menjadikan perguruan tinggi sebagai menara gading yang lepas dari
dinamika yang ada disekitarnya.  melainkan melalui pengembangan keilmuan
tersebut perguruan tinggi bertanggung jawab terhadap dinamika
masyarakatnya. sehingga Agent of Change menempatkan mahasiswa sebagai
bagian dari perguruan tinggi yang melakukan perubahan terhadap kemajuan
masyarakat dengan landasan keilmuan.

Organisasi mahasiswa menjadi sebuah lembaga yang mewarnai


dinamika mahasiswa di perguruan tinggi. organisasi mahasiswa ada karena
berangkat dari kebutuhan minat mahasiswa sehingga mampu menunjang
mahasiswa dalam mengembangkan kapasitas diri terutama dalam wilayah soft
skill Yang memang kurang dikembangkan ketika mahasiswa berada di ruang
kelas. Namun, dewasa ini tidak sedikit yang mencerahkan bahwa organisasi
mahasiswa menjadi wadah dalam penyelenggaraan kegiatan Semata. oleh
karena itu, tidak jarang organisasi kemahasiswaan akhirnya banyak terjebak
pada sebatas penyelenggaraan kegiatan semata. Hal tersebut dilakukan tidak
lepas dari sebuah acara dalam rangka menunjang eksistensi organisasi
kemahasiswaan saja. Hal demikian yang perlu untuk dipahami secara
mendalam bahwa pada dasarnya organisasi kemahasiswaan sangat jauh
berbeda dari kegiatan yang sifatnya seperti  event Organizer Yang secara pasti
melaksanakan kegiatan ketika pada waktu-waktu tertentu. Aktivitas organisasi
kemahasiswaan jauh melampaui penyelenggaraan acara-acara Semata.
kegiatan yang ada di organisasi kemahasiswaan bukanlah menjadi sesuatu hal
yang utama namun kegiatannya hanya menjadi jembatan bagi mahasiswa
dalam mengembangkan kapasitas diri mahasiswa. 

Organisasi mahasiswa memiliki fungsi lebih dari sekedar


penyelenggara kegiatan, karena ada tanggung jawab Didalamnya sehingga
mahasiswa yang aktif didalam dapat memperoleh pengalaman lain yang tidak
didapatkan ketika berada di kelas. Pribadi pribadi yang berada dalam
organisasi mahasiswa semestinya memiliki kecakapan tersendiri yang jauh
melampaui kecakapan teknis dalam Penyelenggara kegiatan.  kecakapan yang
dapat dikembangkan dalam organisasi kemahasiswaan misalnya peningkatan
kemampuan berpikir kritis kedewasaan dan kematangan dalam bersikap,
meningkatkan kreativitas dan yang tak kalah penting adalah meningkatkan
prestasi berdasarkan bacgraund organisasi kemampuan tersebut. Dinamika
Yang dibangun oleh pendidikan tinggi pada dasarnya memberikan peluang
pada mahasiswa untuk mengembangkan keilmuannya. Namun, Menjadi suatu
hal yang aneh apabila dilanjutkan yang dibangun oleh pendidikan tinggi
tersebut justru dianggap asing oleh mahasiswa aktivis mahasiswa menjatuhkan
diri terhadap dinamika pengembangan keilmuan karena yang dipahami hanya
sebatas aspek pragmatik dari pendidikan tinggi. tidak sedikit mahasiswa yang
memaknai pendidikan tinggi hanya sebatas jenjang pendidikan lanjutan yang
memungkinkannya mendapatkan jasa.  Terlebih lagi semakin tumbuh suburnya
budaya populer yang menjangkiti dinamika mahasiswa, semakin
mengasingkan mahasiswa dengan budaya yang seharusnya melekat padanya
yaitu budaya akademik dari keterasingan masuk tersebut sebagaimana yang
telah diuraikan, terwujud dalam bentuk aktivitas pembelajaran yang jauh dari
eksistensi pembelajarannya. Dengan demikian, aktivitas yang ada dalam
pendidikan tinggi sudah semestinya menjadi refleksi bagi mahasiswa untuk
memahami  Esensi dari pembelajaran di pendidikan tinggi. Sehingga harapan
yang muncul adalah generasi generasi bangsa lulusan pendidikan tinggi badan
gemar mampu mengaktualisasikan keilmuannya bagi perkembangan
masyarakatnya.

F.  Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal

Ketika Muncul kesadaran bahwa yang lokal selalu menjadi korban


marginalisasi sehingga terpikirkan seluruh masyarakat (etnik) yang ada merasa
perlu definisikan diri sendiri dan budayanya. memasuki (kandang) budaya
lokal, di satu sisi, dapat diperhitungkan sebagai dasar bagi upaya menciptakan
situasi sadar budaya bangsa. Hanya saja tindakan ini bisa saja memunculkan
paradoks di sisi lain yakni ketika ia ditafsirkan secara linear bahwa kita akan
hidup di masa depan, bukan di masa lalu. Bahkan ketika proses ini menjadi
Eklusif, Iya menjadi tantangan tersendiri karena yang tercipta bukan lagi
kesadaran bersama dalam konteks nation states melainkan semangat etno
nasionalisme. Oleh karena itu. percuma orientasinya harus diarahkan pada
kesejatian fitrah manusia sebagai pelaku yang sadar untuk bertindak mengatasi
dunia dan realitas yang (mungkin bisa) memusuhi dan meningkatnya, yang
secara keseluruhan berada dalam bingkai kebersamaan dengan yang lain. 
Konsekwensinya, sistem dan mekanisme budaya lokal dan transiokal tetap
harus dipelihara, Dikembangkan, dan diberdayakan bersama titik Persilangan
dialektik antara Liyan dan dorongan untuk menciptakan dan menciptakan
ulang identitas lokal yang independen dalam suatu proses transformasi yang
berkesinambungan menjadi interaktif untuk dilaksanakan. Tujuannya adalah
menyiapkan sebuah habitat agar fitur-fitur yang terlibat didalamnya mampu
menghayati nilai lokal, dan sekaligus mampu membuka ruang kedua tanpa
dengan lian dalam dirinya: untuk menjadi lokal sekaligus transaksi lokal dan
global. Pendek kata, agar masyarakat memiliki kekenyalan budaya yang
memadai.

 Persoalan nilai lokal dan trasiokal tersebut memang memunculkan


Dilema: Apakah nilai-nilai lagu diolah secara kreatif (dalam arti dialog kan
dengan nilai “yang lain”) melalui rekonsiliasi yang seimbang, atau ia
dimanfaatkan begitu saja sehingga terjadi emogene Sasi nilai dan sekaligus
dominasi atas nilai yang lain rekonsiliasi subordinasi. Yang jelas upaya apapun
yang dipilih akan dilakukan hendaknya tidak terjebak upaya penghapusan
melalui rekonsiliasi eliminasi titik kebijakan apapun yang diambil dan
mengatasnamakan kepentingan tersebut karenanya,  kebijakan itu harus selalu
didasarkan pada kawasan kultural. situasi polifonik dan multikultural harus
menjadi Dasar utama. implikasinya, budaya Kewargaan yang sehat harus
disiapkan, yakni suatu habitat yang mengisyaratkan Tersedianya ruang dan
peluang bagi partisipasi penuh dan interaksi yang terbuka bagi semua unsur
masyarakat yang beragam.

Hal tersebut penting karena mereka yang tetap menghayati nilai-nilai


budaya lokal nya dihawatirkan akan menjadi Kaum marginal yang kurang
dimunculkan dalam konstelasi informasi translokal dan global,  Dan seringkali
kurang diuntungkan secara material. Oleh karena itu, upaya membangun
kesadaran terhadap adanya kearifan lokal sebagai sebuah realitas budaya, yang
juga berfungsi dalam proses identitas budaya, bagi masyarakat bagai
pencirinya, pada akhirnya harus menjadi spirit yang tidak boleh diabaikan
dalam konteks menjaga nilai-nilai kebangsaan agar tidak pudar dan agar nilai-
nilai itu tetap dihayati  dalam situasi apapun. 

Sebagai bangsa yang bineka, Indonesia memiliki dua macam sistem


budaya yang keduanya harus dipelihara,  dikembangkan, dan diberdayakan
yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya etnik lokal City sistem budaya
nasional adalah sesuatu yang hingga kini masih berproses terus. sistem ini
berlaku secara umum untuk seluruh bangsa Indonesia , Tetapi sekaligus berada
diluar ikatan budaya etnik lokal manapun. Nilai-nilai budaya yang terbentuk
dalam sistem budaya nasional itu bersifat menyongsong masa depan. dalam
hubungan ini, kenyataannya, nilai-nilai tersebut hakikatnya nya merupakan
“serat-serat irisan” yang terbentuk dua atau lebih budaya etnik lokal
bersemuka, persinggungan, dan saling memperkaya atas dasar persamaan-
persamaan yang ada diantaranya. Jadi, nilai-nilai budaya tertentu menjadi
Bercitra translokal/nasional Karena dipadu dengan nilai-nilai lain yang
sesungguhnya diderivasikan dari nilai-nilai budaya lama Yang terdapat dalam
berbagai sistem budaya etnik lokal.

Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai


landasan bagi pembentukan jati diri bangsa secara transiokal (nasional).
Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat budaya bangsa memiliki akar.
Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi
penciptaan-penciptaan baru, Misalnya dalam bahasa, seni, tata masyarakat, 
teknologi,  dan sebagainya. Yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan
lintas budaya. karenanya, upaya penggalian kearifan lokal pada dasarnya untuk
mencari dan akhirnya untuk menetapkan identitas bangsa, yang mungkin
hilang karena proses persilangan dialektis, Atau karena akulturasi dan
transformasi yang telah, sedang, dan akan terus terjadi sebagai sesuatu yang
tak terelakkan. Upaya menemukan identitas bangsa yang baru atas dasar
kearifan lokal merupakan hal yang penting demi penyatuan budaya bangsa di
atas dasar identitas daerah-daerah Nusantara. Jadi, ujung akhir situasi sadar
budaya yang ingin dicapai bukanlah situasi nekrofili, Yakni perasaan cinta
kepada segala sesuatu yang bendawi/wujudiyah yang tidak berjiwa kehidupan,
melainkan sesuai biofili, Yakni perasaan cinta kepada segala sesuatu yang
maknawiyah yang berjiwa kehidupan. Dengan cara demikian, seluruh bangsa
diharapkan kan Memiliki kekenyalan budaya yang memadai dalam
menghadapi tantangan global. 

Dengan selalu memperhitungkan kearifan lokal lewat dan dalam proses


budaya, keniscayaan masyarakat terperangkap dalam situasi menjadi
masyarakat yang teratur dan realitas dirinya yang “menjadi ada” dalam
pengertian “menjadi seperti liyan dan bukan dirinya sendiri” dapat dihindari.
Jadi, penempatan hasil upaya penggantian kearifan-kearifan lokal dalam proses
budaya harus selalu dimaknai dalam konteks upaya menyiapkan masyarakat
memiliki kekenyalan budaya, dan bukannya sebagai domestikasi atau
penjinakan sosial budaya. Dikatakan demikian karena upaya menggali dan
menyadari kembali kearifan lokal dapat dikatakan sebagai gerakan kembali
pada basis nilai budaya daerahnya sendiri sebagai bagian upaya membangun
identitas, dan sebagai semacam filter dalam menyeleksi pengaruh budaya
liyan.

Nilai-nilai kearifan lokal tersebut meniscayakan fungsi yang strategis


bagi pembentukan karakter dan identitas, yang pada gilirannya akan
memunculkan sikap budaya yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif.
Perawatan, pengembangan, dan pemberdayaan kearifan-kearifan lokal yang 
relevan dan kontekstual Memiliki arti penting bagi perkembangannya suatu
masyarakat terutama jika dilihat dari sudut kekenyalan budaya, disamping juga
mempunyai arti penting bagi identitas daerah yang bersangkutan. Karya-karya
seni budaya yang menempatkan nilai-nilai lokalnya sebagai sumber inspirasi
kreatif bagi daerah yang bersangkutan akan mendorong munculnya sikap
bangga terhadap budaya dan daerahnya. Karya-karya kreatif itu bisa saja
ditampilkan dalam wajah atau wacana transiokal sehingga memiliki
sumbangan yang besar bagi terciptanya baru bagi bangsa secara keseluruhan. 

Kearifan lokal yang juga meniscayakan adanya muatan budaya masa


lalu, Dengan demikian, juga berfungsi untuk membangun Kerinduan pada
kehidupan nenek moyang, yang menjadi tongkat kehidupan masa sekarang.
anggapan bahwa yang relevan dengan kehidupan hanyalah” masa kini dan
Disini” Juga dapat dihindari. Semacam jembatan yang menghubungkan masa
lalu dan masa sekarang, Generasi nenek moyang dan generasi sekarang demi
menyiapkan masa depan dan generasi mendatang. pada gilirannya, Ia pun
dapat dijadikan semacam simpai perekat budaya antar generasi dan
menghindari diri dari situasi historis.

Jika butir-butir tersebut mampu kita implementasikan dalam rangka


membentuk Nations and character building niscaya persoalan sosial Situasi
yang rentan terhadap sawan budaya, atau skizofrenia kultural dapat dihindari. 
pendidikan karakter niscaya menghindari terbentuknya manusia yang berwajah
garang, Yang wakafnya dan perilakunya keras, brutal, dan agresif, yang salah
satu kehendak besarnya adalah memusuhi yang lain, yang satu ingin
menguasai dan menindas yang lain. Pendidikan karakter niscaya berupaya
membentuk manusia yang mampu Menghargai harkat dan hak-hak asasi dan
bukan membentuk manusia yang hanya menjadi Pendusta bagi hati nurani diri
mereka sendiri.

Pengintegrasian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal melalui kegiatan


organisasi kemahasiswaan diharapkan mampu menyampaikan benih-benih
nilai positif dalam diri setiap mahasiswa sebagai sebuah hasil pemikiran dalam
konteks sosial budaya. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan karakter
unggul pada dirinya berdasarkan interaksi antara pengetahuan yang telah
dimiliki, diketahui dan dipercayai dengan gejala gagasan, informasi baru yang
diperoleh di dalam proses pendidikan yang ditempuhnya. oleh karena itu, nilai-
nilai budaya dan kearifan lokal harus dikembangkan melalui kegiatan
organisasi kemahasiswaan.

 Pengintegrasian nilai-nilai kearifan  lokal Melalui kegiatan organisasi


mahasiswa diharapkan mampu mendekatkan dan menyadarkan setiap
mahasiswa terhadap lingkungan kehidupannya melalui adat istiadat maupun
benda-benda budaya yang memiliki keunggulan didalamnya. dengan demikian,
strategi penghadiran lingkungan budaya merupakan bagian dari proses
penyebaran benih dan pembumian nilai. ketika mahasiswa berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan budaya, sesungguhnya mereka sedang berada
dalam peristiwa belajar. lingkungan budaya merupakan sebuah lokus untuk
mendapatkan pengalaman baru kearifan lokal yang diintegrasikan dalam
kegiatan organisasi kemahasiswaan kan Mampu dijadikan sebagai tempat
melakukan eksplorasi bagi mahasiswa dan memahami dan menghayati nilai
tertentu. mereka tidak hanya ngerti, tetapi juga menjalankan, merasakan, serta
berinteraksi melalui program proses: Knowing, doing,  dan being pun
terintegrasi.
Akhirnya goma ketika etnisitas dipahami sebagai sebuah konsep
kultural yang berpusat pada pembagian norma-norma nilai-nilai, kepercayaan
simbol, dan praktek-praktek kultural maka kearifan lokal sesungguhnya
menjadi sarana yang utama dalam mengikat keutuhan Etnisitas itu. Oleh
karena itu, ketika nilai-nilai kearifan lokal di integrasikan melalui kegiatan
organisasi kemahasiswaan akan menghasilkan sebuah produk yang luar biasa.

Pengintegrasian kearifan lokal melalui kegiatan organisasi


kemahasiswaan dengan beragam bentuk budaya sekaligus mampu membuka
ruang dan peluang bagi mereka untuk secara bebas menggali prinsip-prinsip
keilmuan berdasarkan konteks yang sudah dikenalnya, menemukan hal-hal
yang bermakna di sekelilingnya dalam konteks budayanya, dan mendorongnya
untuk membuka dan menemukan hal-hal baru. Pada akhirnya mereka pun
diharapkan mampu menjadi pribadi pribadi yang berkarakter yang memiliki
kedaulatan penuh atas dirinya sendiri sebagai manusia utuh dalam rangka
menuju masyarakat madani.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan organisasi kemahasiswaan yang senantiasa menjadikan
kearifan lokal sebagai motivator maupun produk untuk dikembangkan, maka
organisasi kemahasiswaan tersebut kedepannya cenderung memiliki daya saing
yang kuat dalam menghadapi dinamika yang semakin Global.  Karakter unggul
merupakan salah satu produk dalam bentuk “magnet” yang senantiasa memikat
kelompok lain untuk dijadikan sebagai objek sasaran dalam rangka
pengembangan aspek keilmuan. 

B. Saran

Organisasi kemahasiswaan berbasis kearifan lokal ini sangat baik untuk


kita terapkan karena bisa meningkatkan keilmuan kita dan menambah etika dan
moral kita dalam bermasyarakat. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk menyempurnakan tulisan penelitian ini. Dengan hal itu
penulis mengucapkan terima kasih dan memohon maaf atas kesalahan yang
terjadi dalam penulisan penelitian ini. 

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar et al (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktek
Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat.

Daradjat, Zakiah. (1996). Problem Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Dasim, Budimansyah. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk


Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi.


Bandung: Alfabeta.

Latif, Yudi. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas


Pancasila. Jakarta: Kompas Gramedia.

Lickona, Thomas. (2008). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik


Siswa menjadi Pintar dan Baik. Diterjemahkan oleh Lita S. Bandung:
Nusa Media.

Satini (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat: Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2.
Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim. (2009). Paradigma Pembangunan
Pendidikan Nasional: Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis
Kebijakan Publik. Bandung: Widya Aksara Press.
Syarbini, Amirullah. (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan
Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah.
Jakarta: As@-Prima Pustaka.

Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam


Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zuriah, Nurul (2014). Analisis Teoritik tentang Etnopedagogi Pendidikan


Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa di Perguruan Tinggi. (Jurnal SOSIOHUMANIKA: Jurnal
Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7 (2) November 2014).

Anda mungkin juga menyukai