Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Internasional
yang dibina oleh Nadiyah Hirfiyana Rosita, SE., MM.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat, taufik serta karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar. Pembuatan makalah ini tidak akan terwujud apabila tidak
mendapatkan kehendak-Nya.
Penulisan makalah yang berjudul “Manajemen Global Revolusi Industri”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Internasional Kelas BF
Jurusan Manajemen angkatan 2011.
Kami sadar, dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritikan dan saran
dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami berharap studi kelayakan ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Malang, Desember 2013
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang dirumuskan dalam makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sourcing global dan apa pentingnya?
2. Apa yang dimasud dengan sistem produksi just-in-time (JIT)?
3. Bagaimana usaha-usaha Jepang untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan
biaya?
4. Apa saja masalah-masalah yang berkaitan dengan JIT?
5. Apa yang dimaksud dengan manufaktur tersinkronisasi?
6. Apa yang dimaksud dengan sistem Six Sigma?
7. Bagaimana penghalang-penghalang bagi standardisasi global dari proses dan
prosedur produksi?
8. Bagaimana memahami solusi rancangan?
9. Bagaimana hambatan-hambatan untuk memenuhi standar-standar manufaktur?
1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengetahui definisi serta memahami pentingnya sourcing global.
2. Mengetahui sistem produksi just-in-time (JIT).
3. Memahami usaha-usaha Jepang untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan
biaya.
4. Memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan JIT.
5. Memahami manufaktur tersinkronisasi.
6. Memahami sistem Six Sigma.
7. Mengidentifikasi penghalang-penghalang bagi standardisasi global dari proses
dan prosedur produksi.
8. Mengetahui beberapa solusi rancangan yaitu rancangan persilangan dan
teknologi lanjutan.
9. Mengetahui hambatan-hambatan untuk memenuhi standar-standar
manufaktur.
.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
mendapat komponen-komponen atau mesin-mesin produksi dari luar
negeri.
6
5. Perusahaan manufaktur independen di luar negeri.
7
diistilahkan sebagai pengadaan tidak langsung-adalah juga merupakan hal
yang penting. Biaya pengadaan tidak langsung untuk perawatan, perbaikan,
alat-alat operasi, perlengkapan kantor, serta jasadan perlengkapan lainnya,
bisa mencapai hingga 70 persen dari total biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan. Meskipun total pengeluaran untuk barang-barang nonproduksi
diperkirakan mencapai sekitar $1,4 triliun, banyak organisasi yang masih terus
mengadakan proses pencatatan tradisional untuk pengadaan tidak langsung ini,
meskipun hal itu dianggap tidak efisien dan memakan biaya yang besar.
8
2.1.7 Masalah-Masalah dalam Sourcing Global
Alasan utama perusahaan melakukan pembelian ke luar negeri adalah
harga yang lebih murah, namun mereka mungkin terkejut bahwa ternyata apa
yang dibeli tersebut tidaklah benar-benar murah ketika semua biaya yang
berkaitan dengan pembelian tersebut diperhitungkan.
Untuk pembelian barang-barang modal seperti peralatan manufaktur,
sekarang banyak perusahaan yang menggunakan perhitungan biaya
berdasarkan siklus hidup (life cycle costing). Cara perhitungan ini digunakan
untuk menganalisis keputusan pembelian berdasarkan masa produktif barang
yang dibeli, termasuk nilai tukar tambah atau perkiraan nilai sisa barang pada
masa datang.
Perkiraan biaya-biaya tambahan untuk pembelian impor:
Angkutan internasional, asuransi, dan pengemasan (10-12%)
Bea impor (0-50%)
Biaya pialang pabean (3-5%)
Persediaan transit atau pipeline (5-15%)
Biaya Letter of Credit (1%)
Biaya-biaya perjalanan dan komunikasi internasional (2-8%)
Tenaga ahli impor perusahaan (5%)
Pengerjaan kembali produk-produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi
(0-15%)
9
sebaiknya meminta pabean memberikan klasifikasi bea masuk yang mengikat.
Perjanjian tersebut dibuat secara tertulis dan harus diakui oleh para pejabat
paben.
Dalam banyak kasus, suatu perusahaan dapat menggunakan Internet untuk
memperoleh data calon pemasok dengan lebih cepat dan secara umum dari
sumber informasi yang jauh lebih luas daripada yang pernah ada sebelumnya.
Namun memastikan bahwa pemasok yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan
bahan baku perusahaan dalam hal kualitas, pengiriman, harga, dan lain-lain,
tetap merupakan suatu tantangan, khususnya dalam jaringan E-procurement
berskala luas yang melibatkan pemasok-pemasok yang tidak dikenal oleh
perusahaan tersebut.
Faktor keamanan juga sering kali menjadi pertimbangan penting dalam E-
procurement. Agar perdagangan elektronik B2B berhasil, akses dari luar ke
dalam system internal perusahaan menjadi sangat penting. Perusahaan-
perusahaan sangat berhati-hati dalam membuka detail bisnis mereka-termasuk
harga, persediaan, atau spesifikasi rancangan-kepada competitor, termasuk
berisiko kehilangan brand equity dan margin.
Standar yang berbeda di tiap Negara juga menjadi pertimbangan dalam
menerapkan sistem E-procurement internasional. Di banyak Negara, dokumen
berbentuk kertas diperlukan untuk menerima pengembalian pajak, dan
peraturannya tidak sama di semua Negara. Kekhawatiran pemerintah akan
potensi efek antikompetisi yang disebabkan kolaborasi antarkompetitor juga
dapat menyebabkan masalah bagi transaksi B2B di seluruh industri.
10
2.2.2 Sistem Manufaktur Just-in-time
Perusahaan manufaktur Jepang menyadari bahwa akibat keterbatasan
ukuran perekonomian negaranya, mereka harus melakukan ekspor untuk
mencapai pertumbuhan. Mereka juga menyadari bahwa kurangnya sumber
daya alam di negara mereka menyebabkan mereka harus memperoleh devisa
dari ekspor untuk membayar impor minyak, batu bara, dan bahan-bahan baku.
Apa yang harus dilakukan Jepang agar bisa bersaing secara internasional?
Agar kompetitif di pasar dunia, perusahaan-perusahaan Jepang harus
menawarkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga rendah. Tetapi
saat setelah Perang Dunia II, “Made in Japan” dianggap berkualitas buruk di
seluruh dunia. Tahun 1950-an Jepang mengundang beberapa pakar AS seperti
Juran, Feigenbaum, dan Deming, yang diabaikan oleh perusahaanperusahaan
manufaktur AS.
Untuk mengatasi hal ini, Jepang mengadopsi sistem manufaktur justin-
time (JIT). JIT adalah suatu sistem keseimbangan dalam manufaktur, dimana
terdapat hanya sedikit atau tidak ada penundaan waktu dan waktu luang dalam
proses serta persediaan barang jadi.
11
4. Harus ada pengurangan waktu pemrosesan; antara lain dengan
memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut barang
setengah-jadi dari satu operasi ke operasi lainnya. Ini dapat dicapai dengan
mengatur lay-out mesin mengikuti aliran kerja.
5. Manufaktur yang fleksibel memungkinkan perubahan produk dilakukan
dengan cepat, tetapi setiap perubahan dalam lini produksi tetap memakan
biaya. Karena itu, perusahaan manufaktur menyederhanakan lini-lini
produk dan merancang produk-produk yang menggunakan sebanyak
mungkin komponen yang sama.
6. Agar JIT berhasil, perusahaan manufaktur harus bekerja sama dengan para
pemasoknya. Mereka tidak dapat meneruskan cara Amerika yang memiliki
banyak penjual dan kemudian saling mempermainkan mereka untuk
memperoleh harga terbaik.
7. Untuk menekan biaya, meningkatkan kualitas, dan mempersingkat waktu
produksi, manajemen Jepang mengharuskan perancang produk, manajer
produksi, staf pembelian, dan para agen pemasaran untuk bekerja sebagai
sebuah tim, bukan menggunakan ”metode pemadam kebakaran”.
8. Pertemuan tim tersebut memungkinkan para pemasok untuk menyarankan
pemakaian komponen standar yang lebih murah yang mereka produksi
rutin, bagian manufaktur dapat menunjukkan bagaimana perubahan
rancangan dapat menyederhanakan proses produksi, dan bagian pemasaran
bisa menyumbangkan informasi dari sudut pandang konsumen; semuanya
sebelum produk pertama diproduksi.
B. Meningkatkan Kualitas
Untuk meningkatkan kualitas, para manajer Jepang harus menggunakan
pendekatan hubungan antarmanusia yang berbeda dari pendekatan yang lazim
dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa setiap orang mulai dari manajemen
puncak hingga para pekerja – harus berkomitmen terhadap kualitas. Konsep
yang mereka ambil, seperti banyak konsep lainnya, berasal dari Amerika
Serikat. Manajemen kualitas total (total quality management – TQM), suatu
12
pendekatan manajemen menyeluruh perusahaan untuk memastikan kualitas di
seluruh organisasi, ditemukan di Bell Laboratories pada tahun 1920-an.
Diperlukan beberapa tim dalam implementasi TQM, dan salah satu bentuk
tim yang berhasil adalah lingkaran kualitas (quality circle), gagasan dari
Ishikawa, seorang pakar kualitas Jepang. Lihatlah bagaimana direktur
perusahaan Komatsu, pesaing perusahaan Caterpillar dari Jepang, menjelaskan
penggunaan lingkaran kualitas di perusahaannya.
Sasaran lingkaran kualitas adalah mengambil sebagian tanggung jawab
atas tujuan kualitas setiap bagian: “Anggota lingkaran kualitas menyadari
sejauh mana pencapaian sasaran-sasaran mereka akan memberikan andil
kepada prestasi departmen mereka, dan juga kepada bisnis perusahaan secara
keseluruhan.”
13
2.2.4 Teknologi Produksi Mutakhir – Amerika Serikat
A. Permasalahan dengan JIT
Para pakar produksi Amerika juga menyadari adanya beberapa
permasalahan dengan JIT itu sendiri:
1. JIT terbatas pada operasi yang memproduksi komponen-komponen
yang sama secara berulang-ulang karena JIT merupakan sistem
keseimbangan; di mana semua operasi dirancang untuk memproduksi
komponen dengan jumlah yang sama.
2. Karena JIT adalah suatu sistem keseimbangan, jika suatu operasi
berhenti, maka keseluruhan lini produksi berhenti – tidak ada
persediaan yang menjaga operasi berikutnya terus berjalan.
3. Sulit untuk mencapai sebuah sistem yang seimbang karena kapasitas
produksi berbeda untuk berbagai golongan mesin. Masalah ini
tentunya tidak begitu berat untuk unit-unit produksi besar.
4. JIT tidak mengizinkan rombongan (kontingen), sehingga setiap keping
harus bebas dari kerusakan ketika barang itu diterima dan janji
pengiriman harus dipenuhi. Pemeliharaan pencegahan atau terencana
(preventive/ planned maintenance) sangatlah penting. Kerusakan
mesin yang tiba-tiba akan menghentikan seluruh proses produksi.
5. Perlu melakukan banyak teknik trial-and-error untuk menjalankan
sistem itu.
B. Manufaktur Tersinkronisasi
Permasalahan dengan JIT, terutama lama waktu yang dibutuhkan untuk
instalasinya dalam sebuah sistem manufaktur, menyebabkan beberapa
perusahaan Amerika menyadari bahwa diperlukan hal lain untuk membantu
mereka memperoleh kembali bagian pasar yang diambil oleh Jepang. Banyak
dari mereka yang beralih ke manufaktur tersinkronisasi (synchronous
manufacturing), yang disebut juga sebagai teori kendala (theory of constraints
– TOC), suatu sistem pengendalian jadwal dan manufaktur yang berusaha
menemukan dan kemudian menghapuskan atau meminimalkan kendala apa
pun yang menghalangi output produksi yang lebih besar, seperti mesin, orang,
14
peralatan, dan fasilitas-fasilitas. Output sistem tersebut ditentukan dan dibatasi
oleh output dari operasi yang paling lambat (bottleneck) yang sedang bekerja
dengan kapasitas penuh. Ini mirip dengan keadaan di mana kecepatan iring-
iringan kendaraan dibatasi oleh kecepatan kendaraan yang paling lambat.
Perbedaan penting lainnya antara JIT dan manufaktur tersinkronisasi
adalah kerusakan suku cadang atau komponen pada suatu titik proses produksi
dapat menghentikan sebuah sistem JIT. Tetapi karena sistem manufaktur
tersinkronisasi memiliki kapasitas berlebih di semua operasi kecuali pada
bottleneck, setiap komponen rusak yang diproduksi sebelum bottleneck dapat
diubah kembali, dengan demikian seuruh sistem tidak terhenti.
C. Manufaktur Lunak
Manufaktur lunak telah membuat pabrik-pabrik menjadi sangat gesit.
Sebuah perusahaan dapat membuat produk khusus satu demi satu dengan
kecepatan poduksi massal.
D. Six Sigma
Six Sigma adalah suatu proses manajemen bisnis yang menghubungkan
alat bantu analisis yang diteliti dengan infrastruktur yang jelas dan
kepemimpinan dari atas, untuk mengatasi masalah dan mengoptimalkan
proses-proses. Six Sigma memusatkan perhatian untuk mengurangi variasi dan
mengeliminasi barang-barang rusak sehingga seiring dengan menurunnya
jumlah barang yang rusak, biaya dan siklus waktu pun ikut menurun,
sementara kepuasan konsumen meningkat.
Langkah Six Sigma antara lain:
1. Mendefinisikan proses, menentukan konsumen yang dituju dan masalah
mereka.
2. Memperhatikan pengukuran proses, termasuk mengategorikan
karakteristik utama, memastikan kebenaran sistem pengukuran, dan
mengumpulkan data.
15
3. Analisis data, mengubah data mentah menjadi informasi yang menyajikan
pemahaman mengenai proses dan mengidentifikasi penyebab masalah atau
kerusakan yang paling utama dan mendasar.
4. Memutuskan perhatian pada perbaikan proses, termasuk mengembangkan
solusi masalah, mengimplementasikan perubahan, dan menilai perlu
tidaknya melakukan perubahan lainnya.
5. Proses dikendalikan untuk mengawasi dan mempertahankan kinerjanya
dari waktu ke waktu.
Intinya Six Sigma adalah metode penciptaan sistem lingkaran tertutup
untuk perbaikan terus-menerus dalam proses bisnis.
16
A. Pemerintah Perlu Menciptakan Perubahan Struktural
Langkah pertama yang dilakukan pemerintah Eropa adalah memerangi
tingkat pengangguran yang tinggi dan menciptakan lingkungan bagi perluasan
bisnis dengan membuat perubahan-perubahan structural seperti: lebih banyak
deregulasi, pajak yang lebih rendah, dan undang-undang kerja yang tidak
terlalu kaku.
17
International Organization for Standards (ISO), suatu federasi badan standar
dari sekitar 100 negara. Maksudnya adalah agar standar ISO 9000 bisa
diterapkan di seluruh dunia, untuk menghindari rintangan teknis dalam
perdagangan yang disebabkan oleh adanya standar yang tidak seimbang di
antara Negara-negara, dan dengan demikian memfasilitasi perdagangan
barang dan jasa secara internasional.
18
bantuan dari departemen pembelian di kantor pusat. Karena proses yang
seragam memerlukan bahan-bahan yang sama di mana pun, maka para
pembeli dapat menangani kebutuhan di luar negeri hanya dengan
menambah pesanan regulernya kepada para pemasok mereka dan
memberikan potongan harga, yang didapatkan dari pembelian dalam
jumlah banyak, kepada anak-anak perusahaan itu.
B. Pengendalian
Semua keuntungan standarisasi global yang telah disebutkan di atas juga
terkait dengan fungsi-fungsi manajemen yang lain. Terdapat tiga aspek
pengendalian, yaitu:
1. Pengendalian kualitas. Ketika peralatan produksi serupa, pengendalian
kualitas oleh kantor pusat terhadap afiliasi luar negeri menjadi tidak begitu
sulit karena manajemen dapat berharap bahwa semua pabrik mengacu
pada standar yang sama. Kantor pusat dapat membandingkan laporan
berkala yang diserahkan semua afiliasi dan dengan cepat melihat
penyimpangan-penyimpangan dari aturan yang memerlukan tindakan
perbaikan, seperti adanya sejumlah besar produk yang ditolak.
2. Pengendalian Produksi dan Pemeliharaan. Standar tunggal juga
mengurangi tugas pengendalian produksi dan pemeliharaan. Mesin yang
sama seharusnya berproduksi dengan tingkat output yang sama dan
mempunyai frekuensi pemeliharaan yang sama, di mana pun ia berada.
Dalam praktiknya, akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
disebabkan oleh faktor manusia dan fisik (debu, kelembapan, temperatur),
tetapi paling tidak mesin yang serupa memungkinkan kantor pusat
menetapkan standar-standar untuk menentukan efektivitas manajemen
lokal
C. Perencanaan
Ketika sebuah pabri baru dapat dibangun sebagai duplikat dari pabrik lain
yang telah berfungsi, baik perencanaan maupun rancangannya akan menjadi
lebih sederhana dan lebih cepat.
19
Dengan kata lain, duplikasi pabrik yang telah ada sangat mengurangi
waktu teknis yang diperlukan dalam merencanakan dan merancang fasilitas-
fasilitas baru serta mengeliminasi sebagian besar kesulitan yang biasa terjadi
setiap memulai operasi baru. Pastinya, sebuah pabrik yang baru dirancang
menimbulkan masalah ketika didirikan di dalam negeri, tetapi masalah-
masalah itu cenderung menjadi lebih besar jika pabrik itu ditempatkan di
lingkungan berbeda dengan jarak yang sangat jauh dari kantor pusat.
A. Pengaruh Lingkungan
Kekuatan Ekonomi. Elemen terpenting dari kekuatan ekonomi yang
menghalangi standardisasi produksi adalah beraneka ragamnya ukuran pasar.
Faktor ekonomi lain yang mempengaruhi proses oleh perancang adalah biaya
produksi. Automasi cenderung meningkatkan produktivitas per pekerja karena
memerlukan lebih sedikit kerja dan menghasilkan output yang lebih tinggi per
mesin. Tetapi jika output yang diinginkan mengharuskan mesin-mesin untuk
dioperasikan hanya sebentar, maka biaya modal yang tinggi dari peralatan
otomatis mungkin mengakibatkan biaya produksi yang berlebihan meskipun
biaya tenaga kerjanya rendah.
Kekuatan Budaya. Ketika sebuah pabrik akan dibangun di suatu Negara
industrinyang punya pasar cukup besar dan biaya tenaga kerja tinggi, proses
padat modal jelas akan digunakan. Namun, proses seperti itu juga mungkin
20
digunakan di Negara-negara berkembang yang umumnya kekurangan pekerja
terampil meskipun terdapat pasokan tenaga kerja yang melimpah.
Kekuatan politik. Dalam perencanaan sebuah fasilitas manufaktur baru di
suatu Negara berkembang, manajemen sering kali menghadapi paradoks
menarik. Walaupun Negara tersebut sangat memerlukan penciptaan lapangan
kerja baru, yang cenderung padat karya, namun para pejabat pemerintah sering
kali menuntut penggunaan peralatan paling modern.
21
2.2.8 Sistem Manufaktur Lokal
A. Dasar untuk Perusahaan
Kecuali untuk pabrik-pabrik di negara-negara industri besar, perusahaan
manufaktur lokal biasanya merupakan versi skala kecil dari organisasi yang
dibentuk di induk perusahaan. Jika di negara asal perusahaan itu
diorganisasikan oleh perusahaanperusahaan atau divisi-divisi produk (ban,
produk industri, kimia), anak perusahaan akan dibagi dalam departemen-
departemen produk. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang menggunakan
organisasi proses (dibagi dalam departemen-departemen menurut proses-
proses produksi) dalam operasi domestik akan menetapkan struktur yang
serupa pada afiliasi mereka di luar negeri. Dalam sebuah pabrik kotak kertas,
departemendepartemen yang terpisah akan memotong kayu gelondongan,
memproduksi kertas, clan merakit kotak-kotak. Perbedaan yang dapat dilihat
antara operasi-operasi luar negeri dan domestik hanyalah bahwa dalam pabrik
di luar negeri semua proses ini kemungkinan besar terjadi di satu lokasi karena
ukuran dari tiap-tiap departemen lebih kecil.
22
sendiri menjadi konglomerasi ketika induk perusahaannya mengambil alih
sebuah perusahaan multinasional.
23
3. Penanganan Bahan.
Penghematan yang cukup besar dalam biaya produksi dapat dicapai
dengan perencanaan penanganan bahan yang cermat, yang, seperti telah
Anda lihat, merupakan pertimbangan utama dalam manufaktur
tersinkronisasi. Para manajer operasi sering gagal memahami bahwa
penanganan bahan yang tidak efisien dapat menyebabkan kelebihan
persediaan komponen setengah jadi menumpuk di beberapa tempat kerja,
sementara di tempat-tempat lainnya mesin-mesin yang mahal menganggur
karena kekurangan pekerjaan (bottleneck).
4. Unsur Manusia. Efektivitas sistem manufaktur bergantung pada manusia,
yang pada gilirannya dipengaruhi oleh sistem itu pula. Produktivitas akan
menurun pada kondisi panas atau dingin yang berlebihan, suara yang
terlalu keras, atau penerangan yang kurang baik. Warna juga memengaruhi
perilaku manusia-warna-warna pucat memberikan perasaan tenang dan
tidak mengganggu, sementara warna-warna terang menarik perhatian. Para
perancang pabrik menarik keuntungan dari fakta ini dengan mengecat
dinding-dinding area kerja dengan warna biru dan hijau pucat, tetapi
menandai jalan keluar dengan warna kuning cerah clan mengecat peralatan
keselamatan dengan warna merah.
24
berkembang, tetapi sering juga merupakan masalah yang terjadi di
negara-negara industri. Departemen pembelian harus berusaha
mendidik penjual tentang pentingnya tanggal pengiriman dan
spesifikasi, meskipun efektivitas strategi ini terbatas jika, seperti sering
terjadi di negara berkembang, hanya ada satu pemasok.
b. Koordinasi yang lemah dalam penjadwalan produksi memperlambat
pengiriman produk jadi ketika, misalnya, mobil yang sudah dirakit
secara utuh menunggu bempernya dipasang. Personel penjadwalan
mungkin memerlukan pelatihan tambahan atau supervisi yang lebih
ketat. Sering kali, personel penjadwalanatau para pekerja produksi
mana pun, dalam hal ini-tidak menyadari pentingnya tugas mereka
karena mereka belum melihat "gambar besarnya."
c. Kemangkiran, yang selalu menjadi masalah bagi para manajer
produksi di mana pun dalam memenuhi standar-standar produksi,
bahkan semakin berandil besar dalam terjadinya bottleneck operasi
suatu sistem manufaktur tersinkronisasi. Bayangkan masalah yang
timbul ketika seluruh departemen menganggur karena para pekerja
membantu keluarga besarnya mengerjakan panen di rumah. Ketika
sistem transportasi yang buruk mempersulit mereka pergi ke tempat
kerja, perusahaan-perusahaan sering kali menyediakan angkutan.
Untuk mengatasi absensi karena sakit dan kecelakaan, mereka
mensubsidi makan siang para pekerja-disiapkan oleh ahli gizi yang
terlatih-serta menyediakan sepatu khusus dan pakaian pelindung.
Tentu saja manajemen perlu mendidik para pekerja agar tidak
melepaskan pakaian pelindung yang belum pernah mereka kenakan
sebelumnya.
2. Kualitas Produk yang Rendah. Kualitas yang baik itu relatif. Apa yang
dinilai berkualitas baik di negara-negara industri mungkin sebenarnya
berkualitas jelek di mana kurangnya keahlian pemeliharaan dan operasi
memerlukan pemasangan bantalan roda yang longgar dan komponen yang
kuat tetapi lebih sulit digerakkan. Jika produk atau jasa memuaskan tujuan
pembeliannya, maka pembeli akan menganggapnya berkualitas baik.
25
3. Biaya Manufaktur yang Berlebihan. Setiap biaya manufaktur yang
melampaui biaya yang telah dianggarkan adalah berlebihan dan tentu saja
menjadi perhatian Perkiraan penjualan yang terlalu optimistik, kegagalan
pemasok menepati tanggal pengiriman, kegagalan pemerintah
mengeluarkan izin impor bahan baku pokok pada waktunya, dan
padamnya aliran listrik atau terhentinya saluran air secara tidak terduga
adalah beberapa alasan kemungkinan output lebih rendah dari yang
diharapkan.
BAB IV
Unilever – casestudy on Human Resources Management
26
Factual Summary
27
lingkungan bisnis dalam menghadapi era perdagangan bebas, pengaruh globalisasi
dan perkembangan teknologi sistem informasi yang sangat cepat.
Prestasi Unilever sebagai perusahaan yang menganggap Sumber Daya
Manusia paling berharga atau penting dalam suatu organisasi, adalah diraihnya
penghargaan dari Japanese Institute of Productive Maintenance yaitu untuk
pelaksanaan TPM (Total Productive Maintenance), di samping itu juga diperoleh
penilaian oleh dunia usaha sebagai salah satu dari 20 perusahaan terbaik dunia.
Visi yang menjadi pedoman Unilever adalah menjadi perusahaan warga dunia
yang menyediakan keperluan berbagai bangsa – produk-produk yang menyentuh
kehidupan manusia sehari-hari sejak bangun pagi, mandi, mencuci, membersihkan
rumah, makan, minum, merawat diri. Visi ini didukung nilai-nilai sebagai berikut:
Pelanggan : Inovasi adalah pandangan hidup Unilever, hal ini yang membuat
Unilever terdepan terhadap semua kegiatan yang dilakukan.Excellence merupakan
hal penting untuk tetap menjaga komitmen Unilever dalam memberikan layanan
produk yang terbaik, Best Practice is Everything yaitu selalu konsiten dalam
menjaga standar-standar operasi perusahaan maupun riset yang tiada henti
terhadap produk yang dihasilkan Unilever agar memiliki kualitas yang terbaik
bagi pelanggan.
Problem Statement
Masalah yang dihadapi ULI adalah perpindahan manajernya ke perusahaan lain
(exodus). Mengingat manajer tempaan/didikan ULI adalah manajer karir dan
28
profesional yang telah menguasai dan memahami bidangnya, seberapa besar
dampak yang ditimbulkan dengan adanya masalah tersebut? Dan bagaimana
kesiapan ULI dalam menghadapi era perdagangan bebas yang tak lama lagi akan
bergulir? Bagaimana manajemn ULI mengatasi persoalan tersebut?
Problem Analysis
ULI dalam menjalankan operasi/usahanya selalu menjaga komitmen untuk
mengembangkan karyawan secara sungguh-sungguh, disamping itu juga
dilakukan pembinaan terpadu secara terus menerus dalam upaya menciptakan
karyawan yang mampu berkarya dengan kualitas tinggi sepanjang masa kerja
mereka meskipun dalam kondisi lingkungan yang berubah setiap saat baik dalam
bidang teknologi maupun karena pengaruh arus globalisasi. Dalam pembinaan
tersebut ULI melihat pada diri karyawannya ada 4 dimensi manusia yang saling
berkaitan: kompetensi, motivasi, semangat belajar dan wawasan. ULI
memperlakukan karyawan secara fair dan sebagai mitra kerja sehingga dalam
proses mempekerjakan dan mempromosikan karyawannya hanya menilai kualitas
dan kinerja karyawan tanpa membedakan/terpengaruh unsur lain (ras, agama,
gender, dan sebagainya). Strategi pengembangan sumberdaya manusia ULI antara
lain sebagai berikut:
29
5. Menyelenggarakan training bagi management trainee dengan berbagai
metode seperti lokakarya, seminar, kerja lapangan dancoaching on the
job yang terpadu.
6. Pengembangan wawasan bagi para manajernya dengan cara “cross posting”
yaitu menempatkan manajer suatu bagian ke bagian lain sehingga wawasan
lebih luas dan menguasai berbagai bidang pekerjaan. Di samping itu juga
dilakukan lokakarya /seminar, on the job training di luar negeri, pertukaran
manajer antar negara jangka pendek, atau penugasan expatriate di luar negeri
dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar terjadi
penyerbukan silang ide-ide (cross fertilization ideas).
Strategi pemgembangan sumber daya manusia yang dilakukan ULI
tersebut bertujuan agar diperoleh kinerja sumber daya manusia yang optimal
sehingga akan memberikan hasil yang maksimal terhadap bisnis ULI secara
keseluruhan. Dalam analisis ini akan dibahas apakah strategi pengembangan
sumber daya manusia tersebut sudah tepat, mengingat dalam kenyataannya masih
terjadi perpindahan manajer ULI ke perusahaan lain yang akan mengakibatkan
tingkat Labor Turn Over menjadi tinggi.
30
perusahaan karena mengganggu operasi, melahirkan permasalahan moral pada
karyawan yang tinggal, dan juga melambungkan biaya dalam rekruitmen,
tunjangan, orientasi danopportunity cost yang hilang karena karyawan baru harus
mempelajari keahlian yang baru.
Tingkat perputaran karyawan yang tinggi berarti bahwa departemen
sumber daya manusia haruslah secara konstan mencari karyawan. Tingkat
perputaran karyawan yang tinggi merupakan ukuran yang sering digunakan
sebagai indikasi adanya masalah yang mendasar pada organisasi. Dua variabel
paling signifikan yang berkaitan dengan perputaran karyawan adalah
ketidakpuasan kerja dan kondisi-kondisi ekonomi. Ketidakpuasan menyulut
perputaran karyawan yang tinggi dan juga biaya merekrut dan melatih karyawan
baru. Ketidakpuasan juga memicu ketidakhadiran yang berlebihan, biaya
pengurangan produksi, biaya keluhan konsumen dan perusakan secara sengaja
terhadap produk serta juga pencurian/manipulasi dalam perusahaan.
Tingkat perputaran paling tinggi dijumpai di dalam perusahaan-
perusahaan dimana karyawannya melaporkan paling banyak ketidakpuasan kerja.
Karyawan akan meninggalkan pekerjaan dan posisinya pada saat terbuka peluang
pekerjaan alternatif yang secara lebih baik memenuhi kebutuhan mereka.
Hubungan antara kepuasan kerja dan perputaran karyawan akan semakin nyata
pada waktu tingkat pengangguran rendah. Semakin rendah kepuasan kerja maka
semakin besar kemungkinan karyawan akan meninggalkan posisinya. Sebaliknya
bila tingkat pengangguran tinggi maka karyawan menyadari bahwa mereka akan
sulit mendapatkan pekerjaan lain sehingga akan cenderung tetap bertahan pada
pekerjaannya meskipun mereka tidak puas. Pada saat kondisi ekonomi depresi dan
tingkat pengangguran tinggi, perputaran di sebagian besar perusahaan adalah
rendah. Karyawan akan ragu-ragu meninggalkan pekerjaan jika belum bisa
memastikan bahwa pekerjaan lain telah tersedia/ditawarkan. Perusahaan tidak
dapat mengendalikan tingkat pengangguran ataupun kondisi-kondisi ekonomi.
Ukuran tingkat perputaran karyawan (LTO) :
31
LTO = _________________________________ x 100 %
= __________________________________________________
32
Unilever merupakan perusahaan yang mempunyai tipe orientasi strategis
yaitu Analyzer, tipe organisasi ini berusaha untuk mempertahankan produk dan
jasa agar stabil dan dalam lini yang terbatas, sementara pada waktu yang sama
bergerak secara cepat mengikuti sekumpulan pengembangan baru yang
menjanjikan dalam indutri yang dipilih secara hati-hati. Jarang tipe ini “first in”
dalam produk atau jasa baru. Namun demikian dengan pemantauan secara cermat
terhadap aktivitas dan aksi dari pesaing utama dalam area yang sesuai dengan
basis pasar produk yang stabil, organisasi secara berkala dapat “second in”
dengan cost produk dan jasa yang lebih efisien. Dalam strategic staffing
policiesnya ULI termasuk dalam kategori academy, karena memenuhi kriteria
atau ciri-ciri sebagai berikut :
Human Resources Strategy : Pengembangan
Entry : Karir awal yang ketat.
Development :extensive training, for pecifics job, elaborate career paths/job
ladder.
Exit : low turn over, retirement, dimial for poor performance.
Kebijakan academy ini mensyaratkan sumber tenaga kerja lebih banyak
direkrut/diambil dari dalam perusahaan dibanding dari external perusahaan, serta
kriteria untuk penugasan dan promosi lebih diarahkan pada kontribusi individu
terhadap perusahaan. Dengan memiliki tipe orientasi strategis
berupa Analyzer dan strategic staffing polices yaitu Academy maka ULI dalam
mengelola sumber daya manusianya harus benar-benar baik dan sistematis dalam
merencanakan SDM, rekruitmen dan seleksi, pengembangan dan evaluasi,
kompensasi, hubungan karyawan dan riset SDM, terlebih lagi dalam persepsi ULI
yang menilai karyawan sebagai aset yang paling berharga.
33
Penyebab Perputaran Karyawan
Strategi pengembangan sumberdaya manusia yang diterapkan ULI
sebenarnya sangat baik dan integral karena mencakup bermacam aspek positif
dalam pembinaan dan pemeliharaan sumber daya manusianya. Tujuan yang ingin
dicapai ULI dengan strategi ini adalah untuk membentuk dan mematangkan para
manajer dari segi pendidikan, ketrampilan, kapabilitas, moral, integritas,
wawasan, pengalaman dan loyalitas. Hanya ada satu kelemahan terhadap strategi
ini yaitu menimbulkan beban keuangan atau biaya yang tinggi (high cost) dalam
pelaksanaannya, tetapi perusahaan sekelas Unilever pasti telah mengestimasikan
cost yang akan timbul, dan anggaran untuk keperluan tersebut telah dibuat dan
diperhitungkan dengan cermat. Apabila strategi tersebut sudah dijalankan dan
dinilai berhasil tetapi masih juga terjadi perpindahan manajer ke perusahaan lain,
maka perlu dicari penyebab yang lain. Penyebab lain yang dapat mempengaruhi
diantaranya sebagai berikut :
34
karena itu perusahaan perlu menawaran kebijaksanaan kompensasi
yang impresif dan memberikan berbagai bentuk pelayanan karyawan lainnya.
35
Dalam Problem Analysis ini sebenarnya masih banyak lagi yang bisa dianalisis
tetapi karena keterbatasan informasi dan data-data mengenai kasus ULI ini, maka
penulis hanya membatasi ulasan hanya seperti tersebut dalam problem analysis di
atas.
Solutions
Solusi yang akan kami berikan menitikberatkan pada upaya memaksimalkan
kepuasan kerja dalam hal ini untuk mengurangi tingkat Labor Turn Over, karena
kepuasan kerja seorang manajer sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
karakteristik pekerjaan dan perusahaan, benefits, apresiasi, kepastian jenjang karir
yang ada/yang diberikan oleh perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat digunakan untuk memecahkan
problem yang dihadapi ULI :
36
9. Membuat jaringan intelejen perusahaan untuk memantau perkembangan
strategi dan kebijaksanaan manajemen sumber daya manusia di perusahaan lain
yang merupakan kompetitor.
Recommended Solutions
Dari solusi di atas diambil beberapa solusi yang kami rekomendasi untuk
diimplementasikan pada ULI. Solusi yang kami rekomendasikan adalah sebagai
berikut :
1. Membangun komitmen karyawan
Perusahaan-perusahaan saat ini membutuhkan karyawan yang setia (loyal) kepada
perusahaan mereka. Karyawan yang mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai
dan tujuan-tujuan serta memperlakukan perusahaan seperti milik mereka sendiri.
Karyawan cenderung untuk setia kepada perusahaan yang setia kepada mereka.
Terjadinya komunikasi dua arah menjamin perilaku yang adil dan keamanan
jabatan merupakan beberapa hal yang dapat diberikan oleh sistem SDM
perusahaan untuk memperlihatkan bahwa perusahaan itu benar-benar setia kepada
karyawannya. Namun banyak karyawan akhirnya akan mengukur komitmen
perusahaan mereka dengan sampai tingkat mana mereka mampu mencapai tujuan
karir mereka.
Untuk membangun komitmen antara karyawan dengan perusahaan secara baik
perlu memperhatikan kesadaran akan hak dan kewajiban masing-masing, sehingga
akan dicapai kesamaan persepsi yang menguntungkan kedua belah pihak, serta
memahami tanggung jawab dan wewenang masing-masing.
37
perguruan tinggi juga memiliki fungsi lain. Banyak perusahaan yang merekrut
dari perguruan tinggi walaupun mereka hanya mempunyai beberapa posisi
lowong yang perlu diisi. Rekruitmen dari perguruan tinggi bergengsi mungkin
hanya menjadi citra dari perusahaan, atau perusahaan ingin tetap mempunyai
nama yang tak asing lagi di kalangan orang-orang yang kemungkinan dapat
menjadi karyawan atau pelanggan potensialnya. ULI sebaiknya menggunakan
rekruitmen dari perguruan tinggi bila mereka hendak mengangkat karyawan-
karyawan dengan pengetahuan paling mutakhir yang dapat dengan segera
memberikan kontribusi kepada perusahaan dan mengkonsentrasikan upaya
rekruitmen mereka dimana mereka dapat memperoleh hasil yang paling tinggi,
sekaligus melacak karakteristik-karakteristik suplai tenaga kerja yang tersedia
38
sedikit efisiensi untuk mengurangi kebosanan. Dengan demikian hal ini akan
membuat para karyawan lebih terpuaskan dan termotivasi secara efektif.
Job Enrichment
Yaitu memperluas pekerjaan dan tanggung jawab secara vertikal. Perluasan ini
merupakan suatu perubahan yang direncanakan (planned change) pada berbagai
kegiatan pekerjaan untuk memberikan variasi yang lebih besar kepada karyawan
yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan lebih. Perluasan secara vertikal
diterapkan untuk dapat memberikan kepuasan kepada karyawan yang lebih besar
bagi pengembangan pribadi. Karyawan diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan manajerial pekerjaan mereka disamping kegiatan
operasionalnya.
Rotasi Jabatan
Yaitu memindahkan karyawan dari ssuatu pekerjaan ke pekerjaan lain. Rotasi
mengatasi sifat monoton dari pekerjaan yang sangat terspesialisasi melalui
pemberian kesempatan untuk menggunakan berbagai keterampilan dan kecakapan
lain. Perusahaan memperoleh manfaat karena karyawan menjadi cakap dalam
beberapa pekerjaan bukan hanya satu pekerjaan. Penguasaan terhadap berbagai
macam pekerjaan memberikan kesempatan tumbuh dan membuat karyawan
merasa lebih bernilai bagi perusahaan.
39
untuk meningkatkan kesempatan bahwa perusahaan menempatkan orang-orang
yang tepat di tempat yang benar pada waktu yang tepat. Jadi perencanaan karir
ditujukan untuk menserasikan keahlian-keahlian, pengetahuan, kemampuan, dan
tuntutan pekerjaan dengan kepribadian, minat, preferensi dan imbalan pekerjaan.
40
Sistem dukungan keputusan menempatkan informasi untuk pengambilan
keputusan secara harfiah di ujung jari pengambil keputusan. Dengan
menggunakan komputer pribadi manajer SDM dan manajer lini dapat mengakses
semua informasi yang dibutuhkan untuk keputusan-keputusan perekrutan,
promosi, penggajian dan pengembangan. Sistem Informasi SDM harus dirancang
untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, akurat, ringkas, relevan dan
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu perusahaan mungkin mendirikan anak perusahaan dengan kepemilikan
penuh di sebuah negara yang biaya tenaga kerjanya rendah untuk memasok
komponen-komponen ke pabrik di negara asal atau untuk memasok suatu produk
yang tidak diproduksi di negara asal. Sebuah usaha patungan di luar negeri
mungkin didirikan di sebuah negara di mana biaya tenaga kerja lebih rendah
untuk memasok komponen-komponen ke negara asal.
Penetapan sistem pembelian elektronik di suatu perusahaan atau basis industri
dapat memengaruhi jumlah dan jenis pemasok yang tersedia secara internasional
bagi perusahaan.
Perusahaan manufaktur Jepang menyadari bahwa dengan keterbatasan ukuran
perekonomian negaranya, mereka harus melakukan ekspor untuk mencapai
pertumbuhan. Untuk melakukannya, mereka harus kompetitif dengan negara-
negara lain, yang berarti meningkatkan kualitas produk mereka dan menekan
biaya. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, mereka menciptakan suatu sistem
produksi, just-in-time, yang pada pokoknya didasarkan pada konsep produksi
Amerika Serikat.
Perbedaan-perbedaan dalam kekuatan lingkungan luar negeri, terutama
kekuatan-kekuatan ekonomi, budaya, dan politik, menyebabkan unit-unit operasi
suatu perusahaan multipabrik internasional berbeda-beda dalam hal ukuran,
mesin-mesin, dan prosedur-prosedurnya.
Suatu sistem manufaktur pada pokoknya adalah sekelompok aktivitas yang
terkait secara fungsional untuk menciptakan nilai. Setelah sistem itu dapat
bekerja, dua golongan aktivitas yang umum, yaitu aktivitas produktif dan aktivitas
pendukung, harus dilaksanakan. Aktivitas produktif adalah semua fungsi yang
menjadi bagian dari proses manufaktur. Di antara aktivitas-aktivitas pendukung
yang penting adalah pembelian, pemeliharaan, dan fungsi teknik.
42
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Donald A., dkk. Bisnis Internasional: Tantangan Persaingan Global, Edisi
9, Salemba Empat, Jakarta, 2011.
43