Anggota kelompok :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Tujuan
1) Menjelaskan yang dimaksud emosi dan suasana hati.
2) Menjelaskan yang dimaksud kerja emosional.
3) Menjelaskan yang dimaksud teori peristiwa afektif.
4) Menjelaskan yang dimaksud kecerdasan emosional.
5) Menjelaskan bagaimana aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi
dan suasana hati.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdapat istilah yang memiliki makna yang sangat erat : afeksi,
emosi dan suasana hati.
Afeksi (affect) adalah kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang
meliputi emosi maupun susana hati. Emosi (emotion) adalah perasaan intens
yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan suasana hati
(mood) adalah perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi
dan sering mucul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus.
Emosi Dasar
Psikolog mencoba mengidentifikasi emosi dasar dengan mempelajari
ekspresi wajah, tetapi meeka menemukan bahwa proses itu sulit. Hal
tersebut dikarenakan beberapa emosi terlalu kompleks untuk dengan
mudah direpresentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki norma-
norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara kita mengalami
sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukkannya.
Afeksi positif (positive affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang
terdiri atas emosi-emosi positif spesifik seperti bersemangat,
kewaspadaan dan sangat gembira pada ujung paling tinggi dan kepuasan,
ketenangan dan kedamaian pada ujung paling rendah.
Afeksi negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hatiyang
terdiri atas emosi-emosi seperti kegugupan, stres dan kecemasan pada
akhir tinggi dan kebosanan, depresi dan kelesuan pada akhir rendah.
Kompensasi positivitas (positivity offset) adalah kecenderungan
kebanyakan individu untuk mengalami suasana hati positif ringan pada
masukan nol (saat tidak ada hal tertentu yang terjadi).
Fungsi Emosi
Apakah Emosi Membuat Kita Tidak Rasional ?
Observasi-observasi menyatakan bahwa rasionalitas dan emosi saling
bertolak belakang dan jika anda menampilkan emosi, mungkin anda
bertindak tidak rasional. Salah satu tim penulis berpendapat bahwa
menampilkan emosi seperti kesedihan sampai menangis sangat
berbahayabagi karier sehingga kita seharusnya meninggalkan ruangan itu
daripada membiarkan orang lain melihatnya. Perspektif-perspektif ini
menyakatan demonstrasi atau bahkan pengslaman emosi dapat
menyebabkan kita terlihat lemah, rapuh atau tidak rasional. Meskipun
demikian, riset semakin menunjukan bahwa emosi sebenarnya penting
untuk penalaran rasional.
1) Kepribadian
Keperibadian memberi kecenderungan kepada orang untuk
mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang
mempunyai kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara
lebih intens. Orang-orang seperti ini memiliki intensitas efektif yang
tinggi. Intensitas Afeksi yaitu perbedaan individual dalam hal
kekuatan dimana individu-individu mengalami emosi mereka. Jadi,
emosi-emosi berbeda dalam intensitas mereka, tetapi juga berbeda
dalam bagaimana mereka berkecenderungan untuk mengalami emosi
secara intens.
2) Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau sekolah pada hari
Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar orang akan
memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang.
Berarti bahwa orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir
minggu. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, orang-orang
cenderung berada dalam suasana hati terburuk (afek negatif tertinggi
dan afek positif terendah) di awal minggu dan suasana hati terbaik
(afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) di akhir minggu.
3) Cuaca
Banyak orang percaya bahwa suasana hati mereka berhubungan
dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki
sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan
mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang
menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif
merupakan kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua
kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
4) Stres
Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat kerja,
kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari
stress yang tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative
memengaruhi suasana hati karyawan. Tingkat stress dan ketegangan
yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati
karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak
emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress,
namun sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.
5) Aktivitas Sosial
Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik,
informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih
diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana yang positif
dibandingkan kejadian-kejadian formal.
6) Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa
tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk,
menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal
tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya
sulit untuk mengontrol emosi.
7) Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga
meningkatkan suasana hati positif, tetapi tampaknya berpengaruh
kuat terhadap mereka yang mengalami depresi.
8) Usia
Suatu penelitian terhadap orang-orang yang berusia 18 hingga 94
tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin
jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang
yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama
dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat.
9) Jenis Kelamin
Sudah menjadi keyakina umum bahwa wanita lebih menggunakan
perasaan mereka dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih
secara emosional dan mampu membaca emosi orang lain dengan
lebih baik.
3.1 Kesimpulan
Emosi dan suasana hati juga bisa bersumber dari berbagai macam kegiatan
atau rasa yang dirasakan menurutnya kurang tepat. Emosi juga dapat
mendeteksi kecerdasan entellegent seseorang dalam melakukan aktivitas
terutama dalam berorganisasi. Emosi dapat diklarifikasikan apakah ia bersifat
positif atau negatif. Di dalam suatu perilaku organisasi juga dijelaskan kerja
emosional pada diri seseorang. Selain itu ada pula suatu emosi yang dirasakan
terkadang tidak sesuai dengan emosi yang ditampilkan sehingga terjadi
kesenjangan diantara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA