Anda di halaman 1dari 16

Makalah Perilaku Keorganisasian

Emosi dan Suasana Hati


Dosen pengampu: Dian Ari Nugroho, MM., CMA

Anggota kelompok :

Muhammad Firman Rizqi (175020201111001)


Indah Mulyani (175020201111005)
Adhitya Purnamansah (175020201111052)

Kelas: Perilaku Keorganisasian BC

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Adanya keyakinan bahwa segala jenis emosi bersifat mengganggu. Mereka
beranggapan bahwa emosi negatif yang kuat khususnya kemarahan, dapat
mengganggu kemampuan karyawan untuk bekerja secara efektif. Mereka
jarang memandang emosi dapat bersifat konstruktif, atau mampu
meningkatkan kinerja. Tentu saja beberapa emosi, khususnya ketika
diekspresikan pada waktu yang salah dapat mengurangi kinerja karyawan.
Tetapi ini tidak mengubah fakta bahwa karyawan membawa sisa-sisa
emosional ke tempat kerja setiap hari. Sebagaimana diketahui hidup tanpa
emosi tidak akan sempurna, Karena dengan emosi orang akan dapat
menyatakan kehendaknya (A.A Anwar Prabu Mangkunegara, 2008).

Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai


intensitas yang relatif tinggi yang dapat menimbulkan suatu gejolak suasana
batin. Emosi sama halnya dengan perasaan yang membentuk suasana
kontinum, yang bergerak dari emosi positif sampai dengan yang bersifat
negatif.

2.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud emosi dan suasana hati?
2) Apa yang dimaksud kerja emosional?
3) Apa yang dimaksud teori peristiwa afektif?
4) Apa yang dimaksud kecerdasan emosional?
5) Bagaimana aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana
hati?

2.3 Tujuan
1) Menjelaskan yang dimaksud emosi dan suasana hati.
2) Menjelaskan yang dimaksud kerja emosional.
3) Menjelaskan yang dimaksud teori peristiwa afektif.
4) Menjelaskan yang dimaksud kecerdasan emosional.
5) Menjelaskan bagaimana aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi
dan suasana hati.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apa yang dimaksud emosi dan suasana hati?

Dalam bab ini terdapat istilah yang memiliki makna yang sangat erat : afeksi,
emosi dan suasana hati.

Afeksi (affect) adalah kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang
meliputi emosi maupun susana hati. Emosi (emotion) adalah perasaan intens
yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan suasana hati
(mood) adalah perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi
dan sering mucul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus.

 Emosi Dasar
Psikolog mencoba mengidentifikasi emosi dasar dengan mempelajari
ekspresi wajah, tetapi meeka menemukan bahwa proses itu sulit. Hal
tersebut dikarenakan beberapa emosi terlalu kompleks untuk dengan
mudah direpresentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki norma-
norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara kita mengalami
sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukkannya.

 Suasana Hati Dasar : Afeksi Positif Dan Negatif


Emosi positif seperti kebahagiaan dan rasa syukur-mengungkapkan
evaluasi atau perasaan menyenangkan.Emosi negatif seperti amarah atau
rasa bersalah-mengungkapkan sebaliknya. Tetapi ingatlah bahwa emosi
tidak bisa netral.

Afeksi positif (positive affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang
terdiri atas emosi-emosi positif spesifik seperti bersemangat,
kewaspadaan dan sangat gembira pada ujung paling tinggi dan kepuasan,
ketenangan dan kedamaian pada ujung paling rendah.
Afeksi negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hatiyang
terdiri atas emosi-emosi seperti kegugupan, stres dan kecemasan pada
akhir tinggi dan kebosanan, depresi dan kelesuan pada akhir rendah.
Kompensasi positivitas (positivity offset) adalah kecenderungan
kebanyakan individu untuk mengalami suasana hati positif ringan pada
masukan nol (saat tidak ada hal tertentu yang terjadi).
 Fungsi Emosi
Apakah Emosi Membuat Kita Tidak Rasional ?
Observasi-observasi menyatakan bahwa rasionalitas dan emosi saling
bertolak belakang dan jika anda menampilkan emosi, mungkin anda
bertindak tidak rasional. Salah satu tim penulis berpendapat bahwa
menampilkan emosi seperti kesedihan sampai menangis sangat
berbahayabagi karier sehingga kita seharusnya meninggalkan ruangan itu
daripada membiarkan orang lain melihatnya. Perspektif-perspektif ini
menyakatan demonstrasi atau bahkan pengslaman emosi dapat
menyebabkan kita terlihat lemah, rapuh atau tidak rasional. Meskipun
demikian, riset semakin menunjukan bahwa emosi sebenarnya penting
untuk penalaran rasional.

Apakah Emosi Menyebabkan Kita Bersikap Tidak Etis ?


Sebelumnya diyakini bahwa, seperti halnya pengambilan keputusan
secara umum, kebanyakan pengambilan keputusan etis didasarkan pada
proses kognitif urutan yang lebih yinggi tetapi riset mengenai emosi
moral semakin mempertanyakan perspektif ini. Contoh emosi moral
adalah simpati terhadap orang lain, kemarahan terhadap ketidakadilan
yang dialami. Sejumlah studi menyatakan reaksi-reaksi ini umumnya
didasarkan pada perasaan dibandingkan kognitif semata.

 Sumber-sumber emosi dan suasana hati

1) Kepribadian
Keperibadian memberi kecenderungan kepada orang untuk
mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang
mempunyai kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara
lebih intens. Orang-orang seperti ini memiliki intensitas efektif yang
tinggi. Intensitas Afeksi yaitu perbedaan individual dalam hal
kekuatan dimana individu-individu mengalami emosi mereka. Jadi,
emosi-emosi berbeda dalam intensitas mereka, tetapi juga berbeda
dalam bagaimana mereka berkecenderungan untuk mengalami emosi
secara intens.
2) Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau sekolah pada hari
Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar orang akan
memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang.
Berarti bahwa orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir
minggu. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, orang-orang
cenderung berada dalam suasana hati terburuk (afek negatif tertinggi
dan afek positif terendah) di awal minggu dan suasana hati terbaik
(afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) di akhir minggu.
3) Cuaca
Banyak orang percaya bahwa suasana hati mereka berhubungan
dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki
sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan
mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang
menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif
merupakan kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua
kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
4) Stres
Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat kerja,
kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari
stress yang tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative
memengaruhi suasana hati karyawan. Tingkat stress dan ketegangan
yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati
karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak
emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress,
namun sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.
5) Aktivitas Sosial
Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik,
informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih
diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana yang positif
dibandingkan kejadian-kejadian formal.
6) Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa
tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk,
menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal
tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya
sulit untuk mengontrol emosi.
7) Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga
meningkatkan suasana hati positif, tetapi tampaknya berpengaruh
kuat terhadap mereka yang mengalami depresi.
8) Usia
Suatu penelitian terhadap orang-orang yang berusia 18 hingga 94
tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin
jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang
yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama
dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat.
9) Jenis Kelamin
Sudah menjadi keyakina umum bahwa wanita lebih menggunakan
perasaan mereka dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih
secara emosional dan mampu membaca emosi orang lain dengan
lebih baik.

2.2 Kerja Emosional


Kerja emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang
diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat
kerja.
 Emosi yang Dirasakan versus Emosi yang Ditampilkan
 Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang
individu.
 Emosi yang ditampilkan adalah emosi-emosi yang diharuskan
secara organisasional dan dianggap sesuai dalam sebuah
pekerjaan tertentu.
 Berpura-pura dipermukaan adalah menyembunyikan perasaan
mendalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi
emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan.
 Berpura-pura secara mendalam adalah berusaha mengubah
perasaan mendalam seseorang berdasarkan aturan-aturan
penampilan.
 Apakah Pekerjaan-pekerjaan yang Menuntut secara Emosional Dibayar
Lebih Tinggi?
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara kognitif, tuntutan
emosional yang semakin besar akan dibayar lebih baik. Tetapi untuk
pekerjaan-pekerjaan yang tidak menuntut secara kognitif, tuntutan
emosional yang semakin besar akan dibayar lebih buruk.

2.3 Teori Peristiwa Afektif


Teori Peristiwa Afektif (Affective event theory) merupakan sebuah model
yang menyatakan bahwa pekerja bereaksi secara emosional pada hal-hal yang
terjadi di tempat kerja, yang dapat memengaruhi kinerja dan kepuasan
mereka.

Lingkungan kerja mencakup semua yang mengelilingi pekerjaan itu baik


ragam tugas dan tingkat ekonomi, tuntutan pekerjaan, serta tuntutan untuk
mengekspresikan emosi pekerja. Lingkungan ini dapat menciptakan peristiwa
kerja yang mungkin menjengkelkan, menyenangkan, atau keduanya. Contoh
dari yang menjengkelkan ialah kolega yang menolak melakukan bagian
pekerjaannya, bentroknya arahan dari manajer yang berbeda, dan tekanan
waktu yang berlebihan. Peristiwa yang menyenangkan termasuk mencapai
sasaran, dukungan dari kolega, dan menerima pengakuan atas suatu
pencapaian. Peristiwa kerja tersebut mendorong reaksi emosional positif atau
negatif yang diterima oleh kepribadian dan suasana hati pekerja.
Jadi, AET memberikan dua pesan penting. Pertama, emosi memberikan
pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang menjengkelkan
dan menyenangkan di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja serta
kepuasannya. Kedua, pekerja dan manajer seharusnya tidak mengabaikan
emosi atau peristiwa yang menyebabkannya, walaupun mereka tampaknya
sepele, tetapi mereka akan terakumulasi.

2.4 Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional (emotional intelligence) ialah kemampuan seseorang
untuk menilai emosi dalam diri dan orang lain, memahami makna emosi, dan
mengatur emosi seseorang secara teratur dalam sebuah model alur, seperti
ditunjukkan dalam tampilan dibawah ini :

Kecerdasan emosional telah menjadi sebuah konsep yang kontroversial dalam


perilaku organisasi, dengan argumen-argumen yang mendukung dan
menentang viabilitasnya. 

 Argumen yang mendukung kecerdasan emosional, antara lain :


 Daya Tarik Intuitif
Intuisi menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain,
mengendalikan emosinya sendiri, dan mengendalikan interaksi sosial
dengan baik, memiliki posisi yang kuat dalam dunia bisnis.
 Kecerdasan Emosional Memprediksi Kriteria yang Berarti
Semakin tinggi level kecerdasan emosional berarti seseorang akan
berkinerja baik dalam pekerjaan. Sebuah tinjauan atas studi
mengindikasikan bahwa, secara keseluruhan, kecerdasan emosional
secara lemah tetapi secara konsisten positif berkorelasi dengan kinerja,
bahkan setelah para peneliti memperhitungkan kemampuan kognitif,
kehati-hatian, dan rasionalitas.
 Kecerdasan Emosional Berdasarkan Biologi
Sebuah studi menyatakan bahwa kecerdasan emosional berdasarkan
neurologi dengan cara yang tidak berhubungan dengan ukuran standar
kecerdasan. Ada juga bukti bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi
genetik, yang selanjutnya mendukungpendapat bahwa kecerdasan
emosional mengukur sebuah faktor biologis mendasar yang nyata.

 Kecerdasan emosional juga mendapat banyak kritik, antara lain :


 Para Peneliti Kecerdasan Emosional Tidak Sepakat tentang
Definisi
Para peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosional yang
berbeda-beda. Ada yang memandang kecerdasan emosional sebagai
ragam ide yang luas yang dapat diukur dengan melaporkan sendiri, ada
juga yang dihubungkan secara utama oleh fakta yang tidak satu pun
dari mereka sama dengan kecerdasan kognitif. Bukan hanya definisi
yang berbeda, tetapi ukuran yang digunakan masing-masing perspektif
pun hampir tidak berkorelasi satu sama lain.
 Kecerdasan Emosional Tidak Dapat Diukur
Ukuran kecerdasan emosional beragam dan para peneliti tidak dapat
memberlakukan ukuran-ukuran itu seketat seperti pada studi mereka
atas ukuran kepribadian dan kecerdasan umum.
 Kecerdasan Emosional Tidak Lebih dari Sekedar Kepribadian
dengan Label Berbeda
Kecerdasan emosional tampak berkorelasi dengan ukuran-ukuran
kepribadian, khususnya stabilitas emosional. Para peneliti menyatakan
bahwa kecerdasan emosional merupakan sebuah konsep yang sebagian
ditentukan oleh ciri-ciri seperti kecerdasan kognitif, kehati-hatian, dan
penalaran, sehingga masuk akal bahwa kecerdasan emosional
berkorelasi dengan karakteristik-karakteristik ini.
 Pengaturan Emosi
Pengaturan emosi (emotion regulation) merupakan bagian dari literatur
kecerdasan emosional tetapi saat ini semakin dipelajari sebagai sebuah
konsep terpisah. Riset terkini menyatakan bahwa kemampuan
manajemen emosi ialah alat prediksi kuat atas kinerja tugas bagi
beberapa pekerjaan dan perilaku kewargaan organisasi (organizational
citizenship behavior).

Para peneliti telah mempelajari strategi yang mungkin digunakan orang


untuk mengubah emosinya. Salah satu strateginya ialah akting
permukaan atau berpura-pura dengan wajah sebagai respons yang pantas
atas situasi tertentu. Namun, akting permukaan tidak mengubah emosi,
sehingga efek pengaturannya sedikit. Ada juga strategi lain ialah akting
mendalam, meskipun kurang salah dibandingkan akting permukaan
mungkin masih tetap sulit karena bagaimana pun mewakili akting.

Teknik lain dalam pengaturan emosi adalah pengungkapan.


Pengungkapan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena
mengungkapkan atau menyatakan frustasi anda secara langsung dapat
menyinggung orang lain. Oleh karena itu, jika kita ingin mengungkapkan
amarah pada rekan kerja, kita perlu memilih seseorang yang akan
merespons dengan simpati. Namun, ketika ada banyak harapan dalam
teknik pengaturan emosi, jalan terbaik menuju tempat kerja yang positif
ialah merekrut individu yang berpikiran positif dan melatih pemimpin
mengelola suasana hati, sikap kerja, dan kinerja mereka. Jadi, pemimpin
terbaik itu yang dapat mengelola emosi sebanyak mereka mengelola
tugas dan aktivitas.

2.5 Aplikasi Perilaku Organisasi terhadap Emosi dan Suasana Hati


 Seleksi
Dalam proses seleksi pekerjaan, para penyeleksi kerja sangat
mempertimbangkan faktor kecerdasan emosional dalam proses
perekrutan pekerja. Kecerdasan emosional menjadi salah satu faktor yang
dipertimbangkan karena seseorang yang memilki kecerdasan emosional
yang tinggi mampu bekerja lebih baik, dan berpeluang lebih tinggi untuk
diterima dalam suatu pekerjaan.
 Pengambilan Keputusan
Emosi dan suasana hati sangat mempengaruhi seseorang ketika mereka
mengambil keputusan. Seseorang yang berada dalam emosi dan suasana
hati baik akan lebih cepat dan tepat dalam mengambil sebuah
keputusan,hal itu dikarenakan emosi dan suasana hati yang  baik akan
meningkatkan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah.
 Kreativitas
Seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang baik memiliki
kreatifitas yang lebih dibanding seseorang yang berada dalam suasana
hati dan emosi yang buruk,hal itu dikarenakan seseorang yang berada
dalam suasana hati dan emosi yang baik memiliki pikiran yang lebih
terbuka dan fleksibel,sehingga mampu menghasilkan ide-ide baru yang
mendorong kreatifitas mereka untuk berkembang.

Suasana hati dapat dikelompokkan menjadi perasaan aktivasi


(marah,ketakutan) dan deaktivasi (depresi,kecewa). Suasana hati aktivasi
baik positif maupun negatif mendorong seseorang untuk berkretaifitas
lebih dibanding suasana hati deaktivasi.
 Motivasi
Suasana hati dan emosi mempengaruhi motivasi seseorang. Sebuah studi
menjelaskan bahwa suasan hati dan emosi yang baik akan meningkatkan
motivasi seseorang,sehingga dengan meningktanya motivasi tersebut
mendorong mereka untuk bekerja dengan baik.
 Kepemimpinan
Dalam hal kepemimpinan,ekspresi dan emosi seorang pemimpin sangat
mempengaruhi diterima atau tidaknya pesan pemimpin tersebut kepada
para bawahannya, misalnya antusiasme dari pemimpin tersebut ketika
menyampaikan pesan. Seorang pemimpin yang mampu membangkitkan
emosi dan menginspirasi para pekerjanya akan membuat mereka lebih
antusias dan optimis dalam bekerja.
 Negosiasi
Emosi dan suasana hati merupakan faktor penting dalam negosiasi.
Seorang negosiator harus mampu mengontrol emosi dan suasana hatinya
ketika sedang bernegosiasi, ia boleh saja berpura-pura marah (emosi
negatif) apabila ia memilki posisi lebih kuat dan informasi yang lebih
banyak ketimbang lawannya.
 Layanan Pelanggan
Emosi dan suasana hati seorang pekerja mempengaruhi pelayanan
mereka terhadap pelanggan. Terkadang demi memberikan pelayanan
pelanggan yang terbaik,pekerja dihadapkan pada situasi disonasi emosi.
Emosi pekerja dapat ditransfer kepada pelanggan,seorang pekerja yang
sedang berada dalam emosi dan suasana hati yang baik cenderung akan
melayani pelanggan dengan baik pula,sehingga menyebabkan pelanggan
merasa senang dan puas,dimana kepuasan pelanggan sendiri sangat
mempengaruhi bisnis suatu perusahaan.
 Sikap Kerja
Beberapa studi menjelaskan bahwa seorang pekerja yang memiliki
lingkungan kerja yang baik dan hari baik di tempat kerjanya akan
memiliki suasana hati yang baik pula ketika ia pulang kerumah,dan
begitu juga sebaliknya.
 Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Seorang pekerja yang berada dalam suasana hati dan emosi yang buruk
cenderung akan melakukan penyimpangan perilaku jangka pendek di
tempat kerjanya,seperti menggosip,marah,berperilaku kasar,yang
mempengaruhi kinerjanya sehingga tidak produktif. Seseorang yang
marah atau sedang mengalami kesedihan tidak melakukan penarikan diri
dari pekerjaannya,namun yang perlu diperhatikan manajer adalah amarah
pekerjanya,karena seorang pekerja yang marah mereka tidak melakukan
penarikan diri dari pekerjaannya,namun mereka cenderung berperilaku
menyimpang di tempat kerjanya.
 Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja
Emosi dan suasana hati seorang pekerja juga mempengaruhi keselamatan
mereka dalam bekerja. Suasana hati yang buruk merupakan salah satu
faktor penyebab kecelakaan pekerja,hal itu disebabkan karena ketika
seseorang  dalam suasana hati yang buruk mereka cenderung cemas,dan
berperilaku ceroboh, sehingga kehati-hatiannya dalam bekerja berkurang.

 Bagaimana Manajer Dapat Mempengaruhi Suasana Hati


Untuk meningkatkan suasana hati para pekerjanya, seorang manajer
dapat menggunakan humor dan memberikan award sebagai apresiasi dari
pencapaian para pekerjanya. Selain itu,suasana hati manajer dan anggota
tim yang positif juga memberikan efek yang positif pula bagi para
pekerja.Suasana hati dan atmosfer yang positif akan mendorong para
pekerja bekerja lebih baik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Emosi dan suasana hati juga bisa bersumber dari berbagai macam kegiatan
atau rasa yang dirasakan menurutnya kurang tepat. Emosi juga dapat
mendeteksi kecerdasan entellegent seseorang dalam melakukan aktivitas
terutama dalam berorganisasi. Emosi dapat diklarifikasikan apakah ia bersifat
positif atau negatif. Di dalam suatu perilaku organisasi juga dijelaskan kerja
emosional pada diri seseorang. Selain itu ada pula suatu emosi yang dirasakan
terkadang tidak sesuai dengan emosi yang ditampilkan sehingga terjadi
kesenjangan diantara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2012. Perilaku Organisasi. Jakarta :


Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai