Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERAHASA PADA ANAK USIA DINI

MELAUI METODE BERCERITA

Oleh : Ayu Najiha Zulfa (2310410017)

Abstract

The purpose of this study was to improve speaking skills in early childhood as well as linkage
through storytelling methods. The type of in9ii research is bibliography, the data collected in this
study are two types of data, namely primary data and secondary data. Data obtained from literature
research, the data collection technique used by this researcher is a literature study. The results of the
research obtained that the method of storytelling is very important in developing language potential

Keywords: Language, Early Childhood, Telling Stories

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini
serta keterkaitan melalui metode bercerita. Jenis penelitian in9ii adalah bibliografi, data yangh
dikumpulkan dalam studi ini adalah dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data
diperoleh dari riset kepustakaan , Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ini adalah studi
kepustakaan. Hasil peneitian yang diperoleh bahwa metode bercerita sangat penting dalam
mengembangkan potensi bahasa pada anak usia dini keterkaitan antara potensi bahasa anak usia
dini melalui metode bercerita yaitu dengan metode bercerita anak usia dini dapat melatih daya
tangkap anak.

Kata kunci: Bahasa, Anak Usia Dini, Bercerita

PENDAHULUAN

Anak merupakan investasi yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
(SDM) masa depan. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa
depan,pendidikan penting untuk diberikan sejak usia muda. Pendidikan merupakan investasi masa
depan yang meningkat taraf hidup suatu bangsa.lebih memperhatikan anak usia dini untuk
mendapatkan pendidikan, merupakan salah satu Langkah tepat untuk mempersiapkan generasi
tinggi meneruskan perjuangan bangsa. (230)
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan anak usia dini adalah Upaya
pengembangan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dan
mencakup pemberian rangsangan pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, kualitas jasmani dan rohaninya agar anak mampu siap untuk memasuki pendidikan lebih
lanjut. (selvi, 2023 file udh di lptop (870)

Dalam UU Sisdiknas Tahun 2003, Pasal 28 Pendidkan anak usia dini berlangsung sebelum
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal.Pendidikan anak usia dini berupa pendidikan formal yaitu Taman
Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan nonformal
bagi anak usia dini dilaksankan dalam bentuk kelompok bermain (KB), tempat penitipan anak
(TPA) atau bentuk lain yang setara. Pendidikan anak usia dini nonformal berupa pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat.

Di Indonesia sendiri jenis layanan PAUD bisa berbeda-beda tergantung dari uisa anak,
khusus layanan PAUD yang pertama madalah tempat penitipan anak (TPA) untuk anak usia 3 bulan
hingga 2 tahun, dilanjutkan dengan kelompok bermain (KB) merupakan layanan yang diberikan
untuk anak usia 2 sampai 4 tahun, layanan selanjutnya adalah taman kanak-kanak atau TK, yaitu
layanan untuk anak usia 5 sampai 6 tahun. (Hasanah & muryanti, 2019) Taman kanak-kanak
merupakan salah satu jenis satuan PAUD pada jalur pendidikan formal, yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak usia 4 samapi 6 tahun.

Taman kanak-kanak harus mengembangkan 5 aspek perkembangan. Aspek tersebut adalah


aspek nilai agama dan moral, aspek sosial-emosional, aspek fisik motoric, aspek kognitif, dan aspek
bahasa. Setiap aspek perkembangan harus dikembangkan adalah aspek bahasa yang mencakup
kemampuan anak dalam berekspresi diri secara verbal. Anak usia dini melibatkan banyak aspek
perkembangan yang berbeda termasuk, kognitif,fisik motoric, sosial emosional seni, agama, moral,
dan bahasa. (Hasanah & muryanti, 2019/ Monica (pengaruh metode bercerita dan gaya belajar
terhadap kemampuan berbicara anak usia dini (326).

Pendidikan anak pada hakikatnya adalah Upaya mentimulasi, membimbing, merawat, dan
memberikan kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan anak.
Tujuan pendidikan anak usia dini adalah

 mewujudkan perkembangan PAUD yang optimal melalui peningkatan layanan anak


usia dini.
 meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap orang tua untuk mendorong
pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.
 mempersiapkan masa kanak-kanak kedepannya yang akan datang yang siap
memasuki pendidkan dasar.

Pendidikan anak usia dini mempunyai beberapa fungsi antara lain :

 mengembangkan kemampuan setiap anak sesuai dengan tahap perkembangannya.


 mengenalkan anak pada dunia sekitar.
 mengembangkan kemampuan sosial anak.
 memberikan aturan dan disiplin pada anak dan,
 memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati waktu bermain.
Empat prinsip yang terkandung dalam kovensi hak-hak anak, yaitu:
(1) Tanpa diskriminasi, anak dapat memperoleh manfaat pendidikan usia dini tanpa
membedakan ras, jenis, kelamin, bahasa, agama, kelas sosial,dan mempunyai
keistimewaan/kebutuhan khusus.
(2) Dilakukan demi kepentingan terbaik anak, bentuk pengajarannya, program harus sesuai
dengan Tingkat perkembangan intelektual, sosial dan emosional, sehingga dapat
diterapkan dalam pendidikan anak dapat mengembangkan potensi secara optimal.
(3) Mengakui adanya hak hidup, bertahan hidup, dan hak berkembang yang telah ada pada
setiap individu.
(4) Penghayatan anak terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
memerlukan perhatian dan timbal balik. (870)

Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dikembangkan sepanjang hidup


seorang anak, hanya didahului oleh keterampilan mendengarkan, dan pada masa inilah anak
memperoleh kemampuan berbicara atau berbicara. keterampilan berbicara dapat dikembangkan
melalui bercerita, percakapan, tanya jawab, dan peran mikro. Pada penelitian ini metode
pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara pada anak usia dini
adalah dengan menggunakan metode bercerita.(9846)
Para ahli meyakini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat mendukung bagi tumbuh
kembang anak secara optimal dalam segala aspek perkembangannya. Jika berbicara tentang aspek
perkembangan kognitif, banyak guru dan orang tua yang salah memahami dan membatasi aspek
perkembangan kognitif hanya pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, menyebabkan
anak terburu-buru. Untuk segera mendapatkan kemampuan ini sesegera mungkin. Jika membaca,
menulis, dan berhitung diajarkan kepada anak sebelum ia siap tanpa melalui kegiatan bermain,
maka hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangannya di masa depan. Merangsang
perkembangan aspek kognitif dapat dilakukan guru dengan berbagai cara, seperti: memilih media
dan metode pembelajaran yang sesuai. Materi pembelajaran hendaknya Guru menyampaikan
melalui kegiatan bermain yang bermakna dan menarik. Sebuah metode yang dapat dipilih guru
adalah metode bercerita yang merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki guru PAUD,
karena melalui metode bercerita, guru dapat menuturkan cerita secara lisan. Semua aspek
perkembangan juga dapat distimulasi, termasuk di dalamnya menstimulasi daya imajinasi dan
fantasi anak serta menstimulasi tumbuhnya berbagai emosi anak, seperti: sedih, gembira, marah,
simpati, dan sebagainya, dengan catatan cerita harus diberikan secara menarik, bermakna,
terhubung dengan seluruh aspek perkembangan anak, dan anak diberikan kesempatan bertanya serta
memberikan tanggapan. Permasalahan yang digali dalam penelitian ini adalah mengenai
“kemampuan kognitif anak TK Hiama Kids yang dalam kegiatan pembelajaran hariannya
menggunakan metode bercerita” sebagai metode utama.

Bercerita menjadi suatu hal yang penting bagi anak karena beberapa alasan:
1) Bercerita merupakan sarana pendidikan karakter yang paling mudah dipahami anak selain
teladan yang dilihat anak sehari-hari.
2) Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan keterampilan dasar
lainnya, khususnya berbicara, “membaca”, “menulis”, dan mendengarkan, tidak terkecuali
untuk anak TK.
3) Bercerita memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan empati dan simpati
terhadap peristiwa yang menimpa orang lainnya. Hal inilah yang menjadi landasan kemampuan
anak dalam menilai kepekaan sosial.
4) Bercerita membantu anak mencontohkan bagaimana menyikapi suatu masalah dengan baik
bagaimana melakukan ngobrol seru, serta memberikan “pelajaran” kepada anak cara
mengendalikan hawa nafsu dianggap negatif oleh Masyarakat.
5) Bercerita memberikan barometer sosial bagi anak, nilai-nilai apa yang diterima masyarakat
setempat, seperti menuruti perintah orang tua, mengalah pada anak dan selalu jujur.
6) Bercerita memberikan “pelajaran” budaya dan moral yang memiliki daya ingat lebih kuat
dibandingkan “pelajaran” moral yang diberikan melalui narasi dan perintah langsung.
7) Bercerita membantu anak mempunyai ruang untuk berolahraga, bila diterapkan nilai tercatat
8) Bercerita membawa efek psikologis positif kepada anak dan guru sebagai cara menjadi
pendongeng, seperti kedekatan emosional menggantikan keterikatan dengan orang tua.
9) Bercerita membangkitkan rasa tahu anak-anak rasa pemahaman tentang peristiwa atau cerita,
alur, dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk membangun hubungan sebab
akibat dari suatu peristiwa dan memberi anak kesempatan untuk belajar bagaimana memeriksa
hubungan peristiwa di sekitar mereka .
10) Bercerita mendatangkan daya tarik anak untuk bersekolah karena dalam bercerita mempunyai
efek hiburan dan imajinasi yang dibutuhkan anak usia TK. Hadirnya cerita membuat anak-anak
semakin tertarik untuk bersekolah dan semakin ingin bersekolah.Karena cerita menyenangkan
bagi anak-anak, cerita tersebut membantu membangun serabut saraf mereka.Setiap respon
positif yang diberikan anak akan memudahkan hubungan antar sel saraf. Secara tidak langsung,
cerita merangsang otak untuk menjalin jaringan intelektual anak.
11) Bercerita mendorong anak untuk “memaknai” proses pembelajaran, terutama yang berkaitan
dengan empati, agar anak dapat mengungkapkan perasaan psikologisnya tentang bagaimana
seharusnya memandang suatu masalah dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain, anak
belajar memahami lebih jelasnya pandangan orang lain berdasarkan perkembangan
psikologisnya masing-masing. (9846)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian kajian kepustakaan atau studi kepustakaan khususnya memuat teori-teori
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang dilakukan peneliti. Tujuan Pustaka atau
penelitian kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang diperlukan dalam penelitian, khususnya
dalam penelitian akadameis yang tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan aspek teoritis
serta aspek yang berguna dalam praktik.
Penelitian ini seluruhnya berdasarkan tinjauan literatur atau studi literatur. Oleh karena itu,
hakikat penelitian adalah penelitian kepustakaan data dikumpulkan dan dianalisis semuanya
bersumber dari dokumen dan bahan dokumenter lainnya, seperti artikel yang dimuat di jurnal, serta
media terkait lainnya yang masih terus diteliti.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan, yaitu mencari data yang relevan dengan pembahasan dalam judul penelitian
yang dipilih peneliti.Dalam penelitian ini, data yang relevan dikumpulkan melalui cara berbeda,
yaitu melalui penelitian perpustakaan, penelitian literatur, dan pencarian internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anak merupakan manusia unik yang memiliki berbagai potensi dan bakat yang perlu
dikembangkan lebih lanjut agar anak dapat berkembang .Anak mempunyai ciri-ciri tertentu unik
dan berbeda dari orang ke orang, tidak sama dengan orang dewasa. Anak selalu sangat aktif,
antusias, antusias dan sangat ingin tahu tentang apa yang mereka lihat, dengar, rasakan. Seolah-olah
mereka tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar untuk memuaskan rasa ingin tahu yang
sangat besar yang mereka miliki.
Kita boleh berasumsi bahwa seseorang anak dilahirkan dengan potensi-potensi tertentu untuk
mempersepsi secara koheren, untuk berjalan, untuk belajar bahasa, dan sebagainya. Anak juga
dibekali tujuan hidup agar bisa mengeluarkan potensi-potensi tersebut. Untuk ini anak bergantung
pada orang tuanya selama sekitar 15 tahun pertama kehidupannya. Semua kebutuhan eksistensial
tersebut harus terus terpenuhi agar anak dapat berkembang secara gembira dan harmonis,
mengekspresikan dan menguasai berbagai bakatnya satu per satu, didukung oleh kekuatan orang
tua.( The Life Mission Theory IV. Theory on Child Development Søren Ventegodt1,* and Joav Merrick2 1 The
Quality of Life Research Center, Teglgårdstræde 4-8, DK-1452 Copenhagen K, Denmark; 2 National Institute
of Child Health and Human Development, Office of the Medical Director, Division for Mental Retardation,
Ministry of Social Affairs, Jerusalem and Zusman Child Development Center, Division of Pediatrics and
Community Health, Ben Gurion University, Beer-Sheva, Israel E-mail: ventegodt@livskvalitet.org Received
August 15, 2003; Revised November 18, 2003; Accepted November 20, 2003; Published December 11,
2003)
Maka dari itu, potensi bahasa Anak Usia dini melalui bercerita dapat membantu anak
mengembangkan potensi bahasanya sejak dini dengan lebih mudah. Bahwa anak-anak sejak dalam
kandungan dapat berbicara berkat keterampilan mendengarkan mereka, saat anak dilahirkan ayah
juga harus mengumandangkan adzan, hal ini membuktikan bahwa walaupun dalam kandungan,
anak sudah tahu cara mendengarkan apa yang didengarnya, ibu hamil akan merasakan kontak batin
dengan janinnya selama ada di dalam kandungannnya.(5315)
Bahasa merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada manusia agar dengan bahasa
dapat berkomunikasi dengan teman dan orang dewasa lainnya serta bahasa dapat mengembangkan
potensi dirinya dengan baik. Potensi berbahasa pada Anak usia dini merupakan hal terpenting
dalam perkembangan seorang anak, karena anak berada pada usia 5-6 tahun dapat berbicara secara
reseptif dan ekspresif. Hal ini tentunya akan berkembang secara maksimal dengan bantuan
renagsangan dari lingkungan sekitar. Metode bercerita untuk anak usia dini merupakan salah satu
metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini. Penggunaan
metode bercerita akan menambah kosakata pada anak, memungkinkan mereka mengungkapkan
keinginannya dan mendengarkan apa yang disampaikan guru, apalagi jika guru dapat memberikan
pembelajaran dengan metode bercerita secara mandiri, dengan cara yang menarik dan jenis alat
bercerita yang berbeda. Dalam potensi bahasa pada anak usia dini dengan menggunakan metode
bercerita, anak dapat berkembang secara optimal dalam kosakata kata, saling berkomunikasi dan
berinteraksi dengan teman sebayanya. Penggunaan metode bercerita juga dapat mendorong anak
untuk menceritakan Kembali isi cerita yang disampaikan guru, sehingga keempat keterampilan
berbahasa anak yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat berkembang secara
optimal.(5315)
Sementara itu, proses pemerolehan bahasa pada anak usia dini bergantung pada rangsangan
lingkungan. Pada umumnya anak diperkenalkan dengan bahasa sejak dini dalam proses
perkembangan aspek-aspek bahasa pada anak, salah satunya disebut Motherse, yaitu cara ibu atau
orang dewasa menstimulasi anak. Anak-anak belajar bahasa melalui peniruan dan mengulang-ulang
perkataan orang disekitarnya, inilah kosakata yang baik nagi anak dalam mengembangkan aspek
perkembangan bahasa pada anak usia dini.(5315)
Bercerita merupakan suatu metode menceritakan kepada siswa tentang suatu peristiwa atau
kejadian tertentu. Kejadian atau peritiwa tersebut disampaikan kepada siswa melalui kata-kata,
ungkapan dan ekspresi wajah yang unik. Pandangan lain mengatakan bahwa metode bercerita
adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan Teknik bercerita guru tentang suatu legenda,
dongeng, mitos atau cerita yang mengandung pesan-pesan moral atau intelektual, kebijaksanaan
tertentu. (jasa ungguh muliawan, (buku desain paud)).

Cerita merupakan media yang paling cocok untuk menyampaikan pembelajaran kepada anak,
karena melalui media tersebut pendongeng dapat mengajak anak untuk membayangkan tingkah
laku seseorang yang dianggap sebagai idola dan teladan. Sekarng kita perlu memikirkan bagaimana
mengembangkannya agar anak-anak lebih tertarik pada kita dibangdingkan televisi dan media
lainnya. Cerita sering kita lihat melalui berbagai media seperti majalah, radio, televisi, studio film
dan lain-lain. Media-media diatas belum tentu mengandung keyakinan islam jika penuturnya bukan
seorang muslim, sehingga berdampak besar bagi kehidupan anak. Hal ini yang perlu kita pikirkan
dan menjadi tugas kita untuk bergerak kea rah tersebut, yaitu agar kisah-kisah yang diceritakan atau
disajikan benar-benar islam dan para pendongeng harus selektif dalam dokumen-dokumen referensi
yang mereka gunakan.( buku pembelajaran paud)

Melalui bercerita, orang tua atau guru dapat menceritakan kisah-kisah menarik tentang karakter
penurut. Dengan demikian, anak akan terdorong untuk meniru perilaku tokoh yang bersangkutan.
Misalnya saja kisah Nabi Ismail yang selalu berbakti kepada orang tuanya. Oleh karena itu, secara
tidak langsung anak akan menyerap nilai-nilai moral tentang taat kepada orang tua. Sekaligus, dari
cerota tentang tokoh-tokoh yang berperilaku buruk, diharapkan anak-anak dapat belajar bagaimana
mencegah perilaku buruk yang sering kali berujung pada penyesalan. Misalnya saja kisah bocah
durhaka Malin Kundang yang dikutuk orang tuanya menjadi batu dna juga kisah anak durhaka
Kan’an (anak Nabi Nuh AS) karena tidak mau mendengarkan nasihat orang tuanya, ia mendapat
murka Allah dan tenggelam dalam banjir besar bersama orang-orang durhaka lainnya. Oleh karena
itu, melalui cerita seperti ini, anak akan terpacu untuk menjauh sifat-sifat buruk tersebut.(buku
puntar paud)

Cara menumbuhkan minat baca anak adalah dengan membacakan buku sejak lahir, kapan
kebiasaan membaca mulai terbentuk? Ada beberapa pendapat mengenai topik ini. Ada orang yang
berpikiran seperti itu sejak masih kecil. Beberapa orang berpikir bahwa anak-anak bisa duduk diam
dan tertarik pada buku sejak mereka dilahirkan.

Anak hendaknya dikenalkan dengan buku sedini mungkin, yakni sejak dini, bahkan saat
masih dalam kandungan ibu. Kebiasaan membacakan buku pada anak sebaiknya ditanamkan sejak
masih dalam kandungan ibunya, karena menurut penelitian, anak sudah bisa mendengar suara orang
tuanya. Hal ini juga dibuktikan dengan hipotesis bahwa bayi dalam kandungan harus mendegarkan
music Mozart. Dengan membacakan buku untuk anak dalam kandungan, orang tua mulai
membangun ikatan emosional dengan anaknya. Jika anak yang baru lahir sudah terbiasa
mendengarkan ayah atau ibunya bercerita. Hal ini juga sangat baik untuk mengembangkan
kecerdasan linguistic anak, karena menurut hasil penelitian, anak yang dimintai berkomunikasi dan
membacakan cerita kepada mereka akan memiliki kemampuan berbahasa yang lebih tinggi
dibandingkan anak yang pendiam. “Anak yang terbiasa diajak bicara dan membacakan cerita akan
mempunyai kemampuan barbahasa yang lebih tinggi dibandingkan anak yang pendiam.(buku minat
baca anak)

Tahap Perkembangan Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan yang mencakup unsur pendegaran (pendegar) dan visual
(pengamat). Kemampuan membaca dimulai Ketika anak menilai buku dengan cara memegang atau
membolak-baliknya.
a. Tahap Imajinasi (tahap Ajaib)
Anak-anak belajar menggunakan buku, menganggapnya penting, membuka-bukanya, dan
kadang-kadang membaca buku kesukaannya.
b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self-oncept Stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan
membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman
sebelumnya dengan buku menggunakan bahas buku meskipun tidak cocok yang dituliskan.
c. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
Anak mengenal tokoh yang terlihat dan menemjukan kata-kata yang familiar, dapat
mengungkapkan makna kata dalam diri, dapat menceritakan kembali cerita yang ditulis,
dapat mengenali kata-kata tercetak dalam puisi dan lahu yang diketahui dan dihafal anak
d. Tahap Memperkenalkan Membaca (Take Off Reader Stage)
Anak mulai menggunakan simbol-simbol (grafis, semantic, dan sintaksis).
Bersama-sama, anak-anak yang senanag membaca mulai mengingat konten cetak sesuai
konteksnya, mencoba mengenali tanda-tanda di lingkungan, dan membaca berbagai tanda
seperti kotakan susu, pasta gigi, atau papan iklan.
e. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Anak yang membaca berbagai jenis buku dapat dengan bebas mengkostruksi
pemahamannya berdasarkan tanda, pengalaman, dan isyarat yang diberikan kepadanya serta
dapat membuat prediksi tentang bahan bacaannya.
Perkembangan berbahasa pada anak TK menekankan pada:
1. Mendengar dan berbicara
Secara umum, melalui kegiatan mendengarkan dan berbicara diharapkan anak dapat:
a. Mendengar dengan baik-baik dan menanggapi dengan tepat.
b. Berbicara dengan percaya diri
c. Menggunakan bahasa untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi serta
berinteraksi secara efektif secara sosial dengan orang lain.
d. Menikmati buku, cerita, dan ritmenya.
e. Mengembangkan persepsi suara.
2. Mulai membaca:
Secara umum melalui kegiatan membaca diharapkan anak mampu:
a. Membentuk perilaku membaca
b. Kembangkan beberapa kemampuan sederhana dan keterampilan pemahaman
c. Mengembangkan kesadaran huruf
Anak bersifat egosentris atu ingin menang sendiri ketika berintegrasi kedalam Masyarakat,
selalu membutuhkan bimbingan orang tua dan guru, memiliki rasa ingin tahu bawaan yang sangat
tinggi, merupakan makhluk sosial, unik dan kaya akan fabtasi dan imajinasi, memiliki daya
perhatian yang pendek dalam memperoleh pengetahuan terkonsentrasi hanya dalam waktu 5 menit
dan merupakan periode dengan potensi belajar paling besar dalam mengembangkan aspek
perkembangan pada diri anak.
Kemampuan berbahasa anak pentig dalam integrasi sosial dan berkomunikasi dengan orang
lain, karena bahasa merupakan cara berkomunikasi dengan lingkungan dan orang-orang yang
berada id sekitarnya. Dengan bahasa, anak belajar menerjemahkan seluruh pengalamannya kedalam
simbol-simbol yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan berpikir untuk mengembangkan
aspek-aspek perkembangan bahasa. Ketika seorang anak tumbuh dan berkembang, melalui bahasa
ia mengkomunikasikan perasaan, pikiran dan kebutuhannya, yang disampaikan melalui simbol-
simbol yang bermakna.
Sebuah penelitian di Barat menjelaskan bahwa anak yang mendengarkan music klasik akan
memiliki kecerdasan yang baik.lebih dari sekedar mendengarkan music klasik, pandangan islam
berpendapat bahwa anak sejak dalam kandungan mendengar ayat-ayat Alqur’an dan akan memiliki
kecerdasan yang baik. Karena Allah SWT telah menganugerahkan kemampuan berbahasa kepada
anak pada aspek mendengar, melalui pendegaran.

KESIMPULAN
Bercerita mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan potensi berbahasa
sejak dini. Hubungan potensi berbahasa anak usia dini melalui metode bercerita, khususnya metode
bercerita yang dapat digunakan oleh anak usia dini melatih kemampuan pemahamn anak melalui
interaksi dan komunikasi dengan teman dan orang dewasa lainnya akan meningkatkan kemampuan
kosakata dan bahasanya. Susasana pembelajaran dikelas akan mempengaruhi kemampuan anak
dalam memahami cerita, baik menjadi faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Anda mungkin juga menyukai