Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat-Nya saya
“Upaya Meningkatkan Sosial Emosional Anak Melalui Alat Permainan Edukatif (APE) Outdoor Pada
Adapun tujuan penulisan proposal yaitu untuk memenuhi persyaratan Ujian sarjana pendidikan program
studi Guru Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cenderawasih.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat kekurangan, namun bantuan dari berbagi
pihak, maka proposal ini dapat terselesaikan dengan baik, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
1. Dr.Ewendi W Mangolo, M.Kes, sebagai ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan
2. Agustinus T. Mamma, S.Pd., M.Pd., Kons, sebagai ketua program studi PG-PAUD Universitas
Cendrawasih yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan proposal
penelitian.
3. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan masukan masukan yang berharga kepada saya sehingga
bersama-sama memberikan masukan serta kritik yang membangun sehingga proposal ini dapat
selesai.
5. Rekan-rekan Taman Kanak-Kanak Kartika VI-10 Yonif 751/R Sentani yang telah memberikan
6. Kepada kedua orang tua terkasih Bapak Semuel Yeuyanan dan Ibu Martafina Yeuyanan yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun meteril kepada saya dalam penulisan proposal
ini.
7. Kepada pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan doa maupun
Saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masukan berupa saran maupun
Penulis
YUSTINA YEUYANAN
NIM. 20140111144011
BAB I
PENDAHULUAN
Anak usia dini adalah sosok individu yang yang menjalani suatu proses dengan
pesat dan funtamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang
usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek sedang mengalami masa yang sangat cepat dalam rentang perkembang hidup
manusia (Berk.1992:18).
Pendidikan usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan
oleh pendidik dan orang tua dalam prosese perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada
anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
kecerdasannya.
empat sampai enam tahun. Pendidikan di TK bukan pendidikan yang diwajibkan namun
dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi
“Pendidikan anak usia dini di selenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam
tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar. Pada Bab 1
pasal 1 ayat 14 di tegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan enam tahunyang
pendidikan lebih lanjut (Depdiknas USPN, 2004:4). Pendidikan anak usia dini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaran pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
Salah satu aspek yang perkembangan yang harus menjadi perhatian penuh dari pihak
guru maupun orang tua adalah perkembangan sosial emosional anak. Perkembangan
sosial emosional merupakan salah satu aspek deri perkembangan anak usia dini.
Perkembangan sosial emosional dimulai deri dari egosentris individual yang artinya
memandang dari satu sisi yaitu dirinya sendiri, konsep diri, dan kontrol diri kemudian
secara bertahap menujuh kearah berinteraksi dengan orang lain (Direktorak PAUD,
2003).
Sosial emosional memainkan peren yang sangat penting dalam kehidupan, maka perlu
dan sosial. Pada dasarnya kemampuan untuk berinteraksi secara sosial dan emosional
Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa dalam mengembangkan sosial emosional
maksimal. Kemampuan sosial emosional anak usia dini perlu dikembangkan karena
kemampuan sosial emosional merupakan kemampuan awal bagi anak untuk berinteraksi
Kartika VI-10 Yonif 751/R Sentani, terdapat 15 anak yang terdiri dari 8 anak laki laki,
dan 7 anak perempuan, dari 15 siswa tersebut terdapat beberapa siswa yang sosial
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sosial emosional anak melalui Alat
anak murid terdapat 2 anak murid berkembang sangat baik, 2 anak murid berkembang
sesuai harapan, 3 anak murid mulai berkembang, dan sisanya 8 anak murid belum
Untuk mengatasi masalah diatas perlu dilakukan suatu upaya yang kreatif agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dalam keadaan aman, nyaman,
oleh orang tua dan guru melalui kegiatan bermain, salah satunya adalah dengan
menggunakan APE Outdoor. Dengan mengangkat masalah diatas harapan yang ingin
kemampuan disiplin.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah apakah melalui permainan APE Outdoor dapat meningkatkan sosial
emosional anak..........???
C. Tujuan penelitian
Outdoor.
D. Manfaat Penelitian
1. Guru
melaksanakan tugas pembelajaran. Selain itu juga dapat dijadikan bahan masukan
dalam proses pembelajaran dan memberikan alternatif media yang tepat untuk
2. Sekolah
pembelajaran.
3. Anak
KARTIKA VI-10 Yonif 751/R Sentani dengan jumlah anak 15 yang terdiri dari 8 anak
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun 2018/2019 di bulan Agustus sampai
Oktober.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
Emosi anak adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan
senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Emosi didefinisikan sebagai
berbagai perasaan yang kuat yaitu perasaan benci, takut, marah, senang, dan
atas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang
kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh
membutuhkan sosialisasi dengan teman sebaya. Mereka akan sangat jika diminta
Mereka secara bersama saling memberi semangat, anak membangun konsep diri
bekerjasama, simulasi guru dengan teman sebaya dan pembelajaran silang usia.
Masalah sosial emosional muncul pada anak usia pra sekolah antara lain rasa
cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan kenyatan,
kecendrungan depresi, permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari orang-
oarang dilingkungannya, sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain.
dengan unsur sosial di masyarakat, hal ini banyak dipengaharui oleh sifat pribadi
individu yang ekstrovert mudah dipahami orang lain dan introvert yang sukar
bergaul, saran dalam mengatasi emosi yaitu dengan cara menyibukan diri,
sosial (spcial self), yakni pribadi dalam keluarga budaya, bangsa, dan negara,
sejak usia dini anak dibelajarkan untuk mempunyai jiwa pribadi sosial agar dapat
berdampingan dengan orang lain dan lingkungan sekitar dari kelompok kehidupan
masyarakat yang terkecil sampai pada dunia sosial tingkat dunia internasional.
yang mempunyai intensitas yang relative tinggi dan menimbulkan suatu gejolak
nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat anak yang berkembang dengan
baik dalam aspek-aspek sosial emosionalnya akan memilki kualitas diri yang
positif, situasi yang sama dapat memberikan reaksi yang berbeda bagi dirinya
1. Mencapai self of self atau pemahaman diri dalam berhubungan dengan orang
seperti empati,
1. solitari paly (bermain sendiri atau anak dengan mainan yang dipegang atau
2. Onlooker behavior (melihat tapi tidak terlihat atau melihat anak lain dalam
sama lain),
4. Assosiative play (bermain bersama, bisa berbagai objek dan berbicara sedikit
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman
lingkungan dimana ia tinggal, dengan siapa, apa yang harus dilakukan dan
Ciri khas penampilan emosi pada anak ditunjukan dengan kuat pada suatu situasi
atau tekanan emosi sering timbul berupa ledakan-ledakan emosional dan sering
berakibat negative, ada emosi yang besifat sementara karena menjadi peralihan yang
cepat pada anak dari tertawa kemudian menangis, hal ini akibat dari faktor sistem
serta rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian mudah dialihkan, emosi anak
bisa diketahui melalui gejala perilaku seperti gelisa, malemun, menangis dan tingkah
laku lainnya.
Emosi yang tergabung pada anak usia dini akan semakin menggerakan tubuh
untuk mempersiapkan suatu tindakan, melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang
emosional anak meliputi sembilan ciri yaitu : rasa takut, anak belum bisa
membedakan antara bahaya yang mengancam dan tidak apabila mendapat rangsangan
suara keras, gelap, binatang, rasa sakit yang menimbulkan reaksi lemas tak berdaya,
Hurlock (1978:211) menjelaskan bahwa sumber penilaian diri dan sosial serta
perlakuan orang dewasa yang didasarkan pada penilaian diri serta mewarnai
yang dipengharui oleh emosi yang ada seperti : malu, takut, agresif, ingin tahu,
bahagia, emosi diperlihatkan pada ekspresi wajah, emosi memainkan peran penting
bagi penerimaan sosial dan suasana prikologis, dimana saja, rumah, sekolah,
emosional anak usia dini antara lain bebas mengekspresikan, terbuka, sikap marah
lebih sering diperhatikan, irihati pada anak lain, selalu memperebutkan perhatian
orang dewasa yang ada didekatnya (gurunya), mampu mengadakan hubungan dengan
orang lain, mematuhi disiplin, dan menunjukan reaksi emosi yang wajar.
Gordong & Browne (1985:332:373) dalam Yus (1999:20-21) emosi yang
berkembang pada anak adalah memberi nama perasaan dan menerima perasaan, anak
menyatakan perasaan dengan cara yang tepat sesuai dengan usia dan situasi yang
dihadapi, dengan mengikuti perasaan orang lain terbantu untuk menerima dan
terdiri dua anak atau lebih kondisi ini dapat mendorong untuk bisa menghargai orang
lain, dengan kerjasama anak diarahkan untuk bisa merencanakan melakukan dan
juga akan turut menyertai proses pertimbangan dan mempengharui seseorang anak
Perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena
Kondisi yang mempengaruhi perkembangan sosial bergantung pada peran dari faktor
pematangan emosi yang diperlihatkan dalam mengelola emosi dirinya dengan orang
lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi, yang membuat pergaulan anak
menjadi lusa, dari faktor pembelajaran melalui metode antara lain :belajar secara
coba-coba , meniru atau menyamakan diri, melalui pengkondisian dengan cara
(social Learning Theory) tentang perkembangan diri seorang anak dimulai dari proses
sesuai keinginan, harapan, maupun tujuan yang hendak dicapai dalam hidupnya.
pemahaman tentang diri, Tahap meniru (play stage), Tahap siap bertindak (game
stage), Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized stage) dan Tahap perilaku
Hal-hal yang menjadi bekal anak bersosialisi dengan lingkungan antara lain
berkomunikasi, mengatakan segala sesuatu yang ada disekitar, yang di rasakan ingin
dilakukan, dibuat, dan sebagainya, mengerti perbedaan antara lingkungan rumah, luar
rumah, apa yang harus dilakukan didalam rumah, diluar rumah apa yang boleh
Anak biasakan merespon sapaan dari lingkungan luar, seperti teman, tetangga, tamu
bahkan orang lain yang pertama bertemu, biasa dengan memulai membawa anak jala-
jalan disekitar rumah, mengenal bagaimana etika apabila bertemu yang usia lebih
kecil, teman sebaya, orang yang lebih tua, guru dan orang lainnya, mengajari anak
mengenal aturan-aturan sosial, bagaimana bila ada yang minta tolong dan bantua lain
menekankan peran interaksi antara manusia yang menghasilkan konsep diri (self
concept & looking glass self) terbagi menjadi tiga tahapan, seorang anak
membayangkan bagaimana dia diminta orang lain, bagaimana orang lain menilainya
individu yaitu;
1. usia 0-1 tahun/masa bayi (oral sensory) krisis prikososial pada pembentukan rasa
2. usia 2-3 tahun/masa balita (amal muscular) pada pembentukan otonomi vs malu
6. usia 19-35 tahun/ masa dewasa awal (young adulthood) krisis psikososial
8. usia dari 65 tahun / masa tua (late adulthood) ditandai dengan munculnya
permainan edukatif adalah alat permainan yang secara optimal mampu merangsang
dan menarik minat anak, sekaligus mampu mengembangkan berbagai jenis potensi
alat permainan edukatif ialah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana
atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan
adang ismail (2009:157) bahwa alat permainan edukatif merupakan serangkaian alat
yang digunakan anak, orang tua maupun guru untuk meningkatkan fungsi kognitif,
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak. Outdoor berarti luar ruangan,
jadi dapat disimpulkan bahwa Alat Permainan Edukatif (APE) Outdoor adalah alat
permainan yang berbeda diluar ruangan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
Alat permainan dapat dikatakan edukatif apabila memiliki ciri-ciri salah satunya
Permainan Edukatif memiliki syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan sehingga akan anam saat menggunakan dan dapat berfungsi untuk
Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai ciri-ciri, syarat, dan fungsi Alat
antara lain :
1) Merangsang anak secara aktif beradaptasi dalam proses, tidak hanya diam secara
4) Desain yang mudah dan seherhana ssehingga tidak menghambat kebebsan anak
untuk berkreativitas.
5) Aman bagi anak, baik dari cat, warna, serta bahan dasarnya yang rapi dan tidak
tajam, sehingga membantu orang tua atau pendidik dalam mengawasi kegiatan
anak.
penggunaan cat, maupun pemilihan bahannya; membentuk anak terlihat aktif dan
konstruktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri alat permainan edukatif adalah
dapat digunakan oleh anak dengan berbagai cara sesuai dengan kreativitasnya.
berbahaya bagi anak (aman), ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak
(Depdiknas, 2007:8).
Alat Permainan Edukatif (APE) menjadi sebuah kebutuhan yang amat strategis bagi
lain :
1. Melatih kosentrasi anak karena pembelajaran yang disampaikan dengan
yang digunakan,
sebaliknya jika guru lebih banyak menggunakan kata-kata lisan saat pembelajaran
maka dapat disalah artikan oleh anak dan membutuhkan waktu yang lama. Selain
itu menyampaikan sesuatu dengan alat praga akan lebih berhasil dibandingkan
1. Perosotan
tangga yang tersedia, kemudian duduk di papan tumpuan dan meluncur dari
atas kebawah,
2. Ayunan
Cara menggunakan alat permainan ini, yaitu dengan cara menduduki ayunan
3. Jungkitat-jungkit
menggenjok supaya terjadi gerak keatas dan kebawah. Jadi alat permainan ini
4. Papan titian
Cara menggunakan alat permainan ini, yaitu dengan berjalan diatas papan
5. Kereta putar
Cara menggunakan alat permainan kereta putar, yaitu drngan naik langsung
berputar. Untuk dapat berputar tenaga yang dibutuhkan cukup besar. Oleh
Tabel 2.1v
Kajian Empiris
Jumlah responden
sebanyak 25 anak.
C. Kerangka berpikir
Dalam kerangka berpikir ini penulis mengambarkan bahwa sebagian besar anak yang
masuk Tanam Kanak Kanak pada khusunya di TK Kartika VI-10 Yonif 751/R Sentani
masih belum memahami dan mengetahui tentang cara bermaian dengan menggunakan
Alat Permainan Edukatif (APE) Outdoor dengan baik dan benar, bahkan sebagian anak
Namun seiring dengan berjalannya waktu proses pembelajaran yang berlangsung dengan
menggunakan Alat Permainan Edukatif outdoor anak sudah dapat mengetahui bagaimana
cara bermain dengan baik, melalui Alat Permainan Edukatif Outdoor sosial emosional
anak sudah dapat meningkat hal ini terbukti pada saat anak bermain anak sudah dapat
melakukan interaksi, bekerjasama dengan teman sebaya, dan disiplin dalam memanutuhi
aturan yang dibuat. Kesemuanya itu mengacu kepada peningkatan kemampuan sosial
A. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
metode bermain APE Outdoor dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama, sosialisasi, dan rasa
percaya diri anak. Pada anak kelompok B di TK Kartika VI-10 Yonif 751/R Sentani.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian. Menurut Surakhman, 1982:134: metodologi penelitian adalah cara utama yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Hadi Sutrisno, 1974:4
mengemukakan bahwa metode adalah hal yang paling penting untuk kegiatan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan
mengunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya
yang mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvemen
oriented). Dalam kajian ini penelitian tindakan dilakukan untuk meningkatkan sosial
emosional anak melalui permainan. Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk
pemecahan masalah dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas berkaitan dengan hal-
hal yang dihadapi guru sendiri dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar
kelas. Menurut Maryunis (2003:113) ciri ciri penelitian tindakan kelas adalah : “diawali
dengan adanya hal-hal yang tidak beres dalam praktek pendidikan, dan dapat juga diawali
dengan adanya ide atau gagasan untuk melakukan perbaikan atau perubahan”.
menyangkut perilaku seseorang atau kelompok tertentu disuatu lokasi tertentu dengan
penelahaan yang diteliti terhadap suatu perlakuan dan mengaji sampai sejauh mana
dampak perlakuan itu dan menghilangkan aspek aspek negatif dari pelaku yang sedang
Penelitian tindakan kelas ini dengan mengikuti model yang dikembangkan oleh kemmis
dan Mc Taggart (1988:47), yaitu “action reseach is cyclic process of of planning, action,
observation and reflection”, atau model yang berdasarkan pada suatu siklus spiral yang
terdiri dari empat komponen, yang meliputi : (1) rencana tindakan (planning), (2)
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
Pelaksanaan peneliti ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan juli sampai
C. Subyek penlitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah anak kelompok B
dengan jumlah murid sebanyak 15 (lima belas) anak yang terdiri dari 8 murid laki-laki,
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data,
yaitu :
1. Observasi
Yaitu pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah
berlangsung untuk memperoleh data tentang sosial emosional anak pada saat bermain
2. Studi Dokumentasi
macam dokumen antara lain buku dan sumber-sumber informasi lainnya (Daryono,
2010:80). Studi dokumentasi ini juga digunakan untuk memperoleh data tentang
identitas anak, capaian hasil yang diharapkan serta hasil tes anak.
3. Wawancara
Yaitu suatu kegiatan komunikasi atau kegiatan tanya jawab lisan antara pewawancara
1. Pedoman Observasi
Dalam pengumpulan data penelitian, alat yang digunakan adalah pedoman observasi atau
lembar observasi untuk anak. Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang
digunakan oleh peneliti sebagai pedoman pencatatan pada anak yang difokuskan pada
Adapun aspek-aspek yang diamati dalam penelitian ini yaitu kemampuan berinteraksi,
kemampuan, kemampuan empati, dan kemampuan bekerjasama untuk lebih jelas lembar
Tabel 3.1
3. Anak secara
bergantian/menukar permainan
dirinya.
kedisiplinan bermain
sendiri
Keterangan :
BB : Belum berkembang, diberi skor bintang 1, apabila sosial emosioanl anak belun
MB : Mulai berkembang, diberi skor bintang 2, apabila sosial emosional anak mulai
BSH : Berkembang sesuai harpan, diberi skor bintang 3, apabila sosial emosional
Anak berkembang sesuai harapan
BSB : Berkembang sangat baik, diberi skor bintang 4, apabila sosial emosional anak
Setelah dilaksanakan obeservasi oleh peneliti, data yang didapat terbentuk daftar hasil
penilaian yang berisikan nilai yang dicapai oleh masing-masing anak. Adapun kriteria
P = F x 100%
Dimana :
N : Skor Maksimal
Sedang untuk kriteria penilaian dapat ditentukan dengan tabel dibawah ini :
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Tiap-tiap siklus terdiri
Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4
Tahp-tahap PTK pada setiap siklus dapat di gambarkan pada bagan sebagai berikut :
Analisis
SIKLUS I dan Refleksi Pelaksanaan
Observasi
Observasi
dst
1. Siklus I
a. Perencanaan
sosial emosional anak melalui Alat Permainan Edukasi (APE) Outdoor dengan rincian tahap
pembelajaran.
- Menyiapkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)
materi Upaya meningkatkan sosial emosioanal anak melalui alat permainan edukatif
(APE) outdoor.
Guru menyiapkan anak didik, berbaris di depan kelas dan masuk kedalam kelas
setelah itu guru mengabsen anak didk. Setelah mengabsen, guru melakukan
d. Guru memberi contoh mengenai cara bermain secara langsung didepan anak
dapat diberikan untuk anak yang dinilai telah menunjukan sikap yang baik
Pada kegiatan akhir guru melakukan evaluasi, tanya jawab kepada anak
didik, dari kegiatan awal dimulai dan dilanjutkan pembelajaran dan memberikan
a. Observasi
observasi yang sudah disiapkan. Observasi ini dilakukan dari proses sampai
b. Refleksi
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan tahapan yang sama apabila masih terdapat keadaan
2019 dengan tindakan tindakan dilakukan seperti melakukan survei tentang permainan
yang akan digunakan dalam penelitian seperti permainan Ayunan dan mangkok putar,
serta menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. Apabila masih belum tercapai
dilaksanakan pada akhir bulan Januari 2019, dengan tindakan tindakan menggunakan
Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran
dan kedalaman pengajaran data, penyajian data dan penarikan kesimpulan maka
dilakukan bentuk interaktif dengan pengumpulan data suatu siklus sebagai berikut :
1. Reduksi Data
hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuat hal yang tidak perlu”.
2. Penyajian Data
Adalah teknik penyajian data yang terorganisir, tersusun, dalam pola hubungan
sehingga akan semakin muda dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini dalam
bentuk tabel-tabel yang diperjelas dengan narasi sehingga mudah dipahami maknanya.
3. Penarikan Kesimpulan
TK KARTIKA
3. Syalendra * ** * 33.33 %
4. Raidan * * * 25 %
5. Fadhil * * * 25 %
6. Taufik ** * * 33.33 %
7. Firman * * * 25 %
8. Bhangkit * * * 25 %
9. Jeanne * * * 25 %
10. Falen * * * 25 %
13. Anggun * * * 25 %
15. Nadia * * * 25 %
REKAP DATA AWAL
F % F % F % F %
Interaksi
kerjasama
Disiplin