Anda di halaman 1dari 10

Volume 3 Issue 2 (2019) Pages 484-493

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v3i2.170

Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Nusa Tenggara Barat


Sri Tatminingsih
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Terbuka

Abstrak
Masa usia TK merupakan masa bagi seseorang untuk belajar bersosialisasi dan mengelola
emosinya. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan kemampuan sosial emosional anak usia
TK di Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan alat
pengumpulan data berupa instrument asesmen kemampuan sosial emosional yang terdiri dari
37 item indikator. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Sampel
adalah anak-anak TK kelompok B dari 10 TK Pembina di Kabupaten/Kota di Seluruh NTB
dengan total jumlah responden sebanyak 339 anak. Sampel dipilih dengan teknik cluster
random sampling. Pengumpulan data dilakukan Bulan Juli-September 2018. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rerata kemampuan sosial-emosional anak usia TK kelompok B di NTB
berada pada tingkat mampu dengan sedikit bantuan artinya rata-rata anak sudah memiliki
potensi untuk berkembang dengan baik namun dalam beberapa hal masih perlu bimbingan dan
contoh dari gurunya.

Kata Kunci: kemampuan sosial-emosional; anak usia dini; nusa tenggara barat

Abstract
Kindergarten age is a time for someone to learn to socialize and manage their emotions. This
study aims to describe the social emotional abilities of kindergarten age children in West
Nusa Tenggara. The research was conducted by survey method with data collection tools in
the form of assessment instruments for social emotional abilities consisting of 37 indicator
items. The technique of collecting data uses observation and interviews. Samples were
kindergarten children in group B from 10 kindergartens in districts / cities throughout NTB
with a total number of 339 children. The sample was chosen by cluster random sampling
technique. Data collection was carried out in July-September 2018. The results showed that
the average social-emotional ability of kindergarten age group B children in NTB was at a
level capable with little assistance meaning that on average children had the potential to
develop well but in some cases still needed guidance and examples from their teachers.

Keywords: social-emotional capability; kindergarten students; west nusa tenggara

Copyright (c) 2019 Sri Tatminingsih


Corresponding author :
Address : Jl Cabe Raya- Pamulang-Tangerang Selatan ISSN : 2356-1327 (Media Cetak)
Email : tatmi@ecampus.ut.ac.id ISSN : 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 485
PENDAHULUAN TK seyogyanya merupakan tempat bermain
Anak pada masa usia dini termasuk yang indah, nyaman, dan gembira bagi anak
usia Taman Kanak-kanak (TK) adalah masa untuk bersosialisasi dengan teman
yang unik dan strategis. Pada masa ini sebayanya (Fitria, 2013)
mereka mulai belajar mengelola emosi dan TK termasuk lembaga Pendidikan
belajar beradaptasi dengan lingkungan di Anak Usia Dini (PAUD) Formal, seperti
luar rumah (keluarga). Mereka mulai yang terdapat dalam Peraturan Menteri
mengenali diri mereka sendiri dan juga Pendidikan Nasional No 146 tahun 2014
mulai belajar memahami berbagai aturan Pasal 2 ayat 3 yang berbunyi: Layanan
dalam lingkup sosial masyarakat dimana PAUD untuk usia 4 (empat) sampai dengan
mereka hidup. Pada masa ini anak mulai 6 (enam) tahun terdiri atas Taman Kanak-
mencoba beradaptasi dan dan melakukan kanak (TK) /Raudhatul Athfal (RA)/
berbagai hal yang berkaitan dengan Bustanul Athfal (BA), dan yang sederajat.
lingkungan di sekitarnya meski tetap Dalam Permendiknas ini juga dinyatakan
berusaha untuk menunjukkan jati diri bahwa: PAUD adalah suatu upaya
mereka sendiri. Oleh karena hal tersebut pembinaan untuk anak-anak sejak
maka TK merupakan salah satu lembaga dilahirkan hingga berusia 6 (enam) tahun.
PAUD formal yang menjadi wadah bagi Upaya pembinaan ini dilakukan melalui
anak untuk bersosialisasi. Hal ini sejalan pemberian rangsangan pendidikan untuk
dengan tujuan TK, yaitu untuk membantu atau menstimulasi proses
menstimulasi seluruh potensi anak dan pertumbuhan dan perkembangan baik
mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan jasmani dan rohani sehingga anak memiliki
selanjutnya serta menjadi wahana bagi anak kesiapan dalam mengikuti jenjang
untuk belajar bersosialisasi. pendidikan selanjutnya. Selain itu TK juga
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor merupakan wahana bagi anak-anak untuk
27 Tahun 1990 tentang Pendidikan mendapatkan stimulasi yang tepat guna
Prasekolah Bab I Pasal 1 Ayat (2) menemukan dan memperkuat potensinya
dinyatakan bahwa “Taman Kanak-kanak sejak dini termasuk dalam kemampuan
adalah salah satu bentuk pendidikan bersosialisasi dan kemampuannya dalam
prasekolah yang menyediakan program mengendalikan emosinya.
pendidikan dini bagi anak usia empat tahun Perkembangan setiap anak
sampai memasuki pendidikan dasar memanglah berbeda, karena perkembangan
(Indonesia, 1990). dipengaruhi oleh banyak hal baik itu
Pendidikan TK memiliki peran yang lingkungan, stimulasi, pola asuh, budaya
sangat penting untuk pengembangan dan masih banyak lagi faktor yang dapat
kepribadian anak, serta untuk mempengaruhi perkembangan seorang
mempersiapkan mereka untuk memasuki anak. Namun banyak faktor yang dapat
jenjang pendidikan selanjutnya. Di TK dijadikan acuan oleh orang tua dan guru
anak-anak diberikan rangsangan pendidikan dalam melakukan observasi terhadap
untuk membantu mengembangkan seluruh perkembangan anak. Salah satunya adalah
potensinya. Tugas utama TK adalah untuk dengan mengamati perkembangan anak
mempersiapkan anak dengan dengan teori perkembangan yang ada,
memperkenalkan berbagai pengetahuan, sehingga orang tua dan guru juga dapat
sikap, perilaku, dengan cara yang menentukan stimulasi yang cocok untuk
menyenangkan melalui kegiatan bermain. anak disesuaikan dengan tahap
perkembangan tersebut. Dalam artikel ini
486 | Deskripsi Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Nusa Tenggara Barat
hanya akan dibahas tentang perkembangan merespon atau bereaksi terhadap suatu
sosial emosional anak usia 5-6 tahun atau peristiwa dihadapinya. Kemampuan ini
anak usia TK kelompok B. merupakan keadaan yang kompleks yang
(Papalia, 2008) menyatakan bahwa dapat berupa getaran atau perasaan jiwa
perkembangan seorang anak dilihat dari yang ditandai dengan perubahan biologis
keseluruhan aspek perkembangan, yang yang bisa diamati secara langsung melalui
salah satunya adalah sosial emosional. perubahan tingkah laku. Reaksi emosi anak
Menurutnya: perubahan dan stabilitas sangat kuat. Pada anak usia dini,
dalam emosi, kepribadian dan hubungan kemampuan emosional muncul berupa
sosial akan membentuk kemampuan sosial karakteristik: munculnya reaksi emosi pada
emosional atau disebut sebagai psikososial. setiap peristiwa sesuai dengan
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa keinginannya sendiri; mudah berubahnya
kemampuan sosial-emosional terdiri dari reaksi emosi anak; reaksi emosinya bersifat
dua hal, yaitu emosi dan sosial. Keduanya individual dan keadaan emosi anak dapat
merupakan kemampuan yang saling dikenali melalui gejala tingkah laku yang
berkaitan dan saling mempengaruhi. ditampilkannya.
(Hurlock, 1997: 268) mengemukakan Meskipun kemampuan sosial dan
beberapa pola perilaku yang ditunjukan emosi merupakan dua kemampuan yang
oleh anak-anak pada masa awal, yang terpisah namun keduanya merupakan
meliputi: kerjasama, persaingan, kemurahan kemampuan yang saling berkaitan dan
hati, hasrat, simpati, empati, saling mempengaruhi. Hal ini disampaikan
ketergantungan, sikap ramah, meniru, dan oleh Laura E Berk yang menyatakan bahwa
kelekatan. Hal ini diperkuat dengan hasil emosi anak-anak adalah sinyal seperti
penelitian (Agustriana, 2013) tersenyum, menangis, penuh perhatian,
menunjukkan bahwa keterampilan sosial diyakini sangat kuat mempengaruhi orang
anak yang diberikan perlakuan dengan lain. Demikian pula sebaliknya, dimana
metode edutainment pendekatan permainan reaksi emosional anak-anak juga
lebih tinggi daripada anak yang diberikan dipengaruhi oleh perilaku orang lain (Berk,
perlakuan metode edutainment pendekatan 2006:396).
multimedia. Penelitian ini dilakukan dengan Kemampuan sosial dan emosional
metode eksperimen pada anak kelompok A merupakan kemampuan yang saling
TK Auladuna Bengkulu pada tahun 2013. berkaitan dan saling mempengaruhi. Emosi
Menurut Syamsudin, emosi anak-anak adalah sinyal yang diyakini
merupakan suatu suasana yang kompleks (a sangat kuat mempengaruhi orang lain.
complex feeling state) dan getaran jiwa (stid Demikian pula sebaliknya, dimana reaksi
up state) yang menyertai atau muncul emosional anak-anak juga dipengaruhi oleh
sebelum dan sesudah terjadinya suatu perilaku orang lain. Kemampuan sosial-
perilaku. Dengan kata lain dikatakan bahwa emosional yang baik merupakan suatu
emosi merupakan suatu keadaan yang kemampuan yang perlu dimiliki anak sejak
kompleks, dapat berupa perasaan ataupun anak masih kecil karena perilaku ini akan
getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan sangat mempengaruhi dan menentukan
biologis yang menyertai terjadinya suatu kemampuan anak di kemudian hari.
perilaku (Syamsuddin, 2000). Hal ini Rapuhnyakemampuan anak dalam
dipertegas oleh (Tatminingsih, 2016) yang berperilaku sosial di lingkungannya akan
menyatakan bahwa kemampuan emosional menghambat perkembangan anak untuk
adalah kemampuan individu dalam mengendalikan emosinya. Keberhasilan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 487
individu dalam kehidupannya juga diwarnai Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
oleh keberhasilan individu dalam merupakan propinsi yang terletak di antara
berinteraksidengan orang lain. Kemampuan Pulau Propinsi Bali dan Nusa Tenggara
Timur. NTB terdiri dari dua Pulau besar,
sosial emosional yang telah dikembangkan
yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
sejak anak masihkecil akan memberikan Lombok sebagian besar dihuni oleh Suku
kontribusi positif pada proses Sasak dan Sumbawa oleh Suku etnis Bima
perkembangan atau interaksianak dengan dan Sumbawa dan mayoritas Penduduknya
orang lain di kemudian hari (Saodih, beragama Islam.
2013:16) Kemampuan sosial-emosional Berdasarkan pengamatan Penulis,
meliputi beberapa aspek, yang oleh Diana kehidupan sosial masyarakat NTB masih
cukup kental dalam menjalankan adat
T Dodge dan Laura J Colker, dijabarkan
istiadatnya, misalnya masih tampak
menjadi beberapa komponen berikut. kegiatan Nyongkolan (arak-arakan
pernikahan). Meskipun terdapat lebih dari
Tabel 2. Aspek dan Dimensi Kemampuan satu suku pendatang namun masyarakat
Sosial-emosional pada Anak ( Dodge and NTB tetap menjunjung tinggi toleransi. Hal
Colker, 2001)
ini terlihat dari ketentraman dan ketenangan
Aspek Dimensi
1. To experience a. Mengidentifikasi diri masing-masing suku menjalankan
a sense of self sendiri sebagai anggota ibadahnya. Misal saat suku Bali
esteem khusus dari keluarga dan menjalankan ibaah di Pura, warga sekitar
kelompok budaya turut menjaga dan mengatur lalu lintas.
b. Merasa bangga menjadi Berdasarkan uraian di atas maka
keturunan seseorang
danbangga dengan latar peneliti ingin mengetahui gambaran tentang
belakangnya kemampuan sosial emosional anak di NTB
c. Menunjukkan keyakinan karena mereka hidup dalam wilayah yang
pada kemampuannya termasuk beragam namun di dalam
d. Menunjukkan kemandirian rumahnya mereka kebanyakan masih
e. Membela hak orang lain
2. To exhibit a a. Menunjukkan kepercayaan
menerapkan adat istiadat yang dianut orang
positive pada orang dewasa tuanya.
attitude b. Dapat memisahkan diri dari
toward life orang tua METODOLOGI
c. Menunjukkan minat dan
berpartisipasi dalam Penelitian ini menggunakan metode
kegiatan kelas survey dengan paradigma kuantitatif
d. Berpartisipasi dalam deskriprif. Data dikumpulkan dengan teknik
kegiatan rutin dengan
mudah observasi dan wawancara menggunakan
3. To a. Mengenali anak-anak dan instrument asesmen kemampuan sosial-
demonstrate orang dewasa emosional anak yang telah dikembangkan
cooperative b. Memahami dan merespon oleh peneliti. Survaey dilakukan dengan
prosocial perbedaan mengamati setiap anak untuk mendapatkan
behavior c. menerima tanggung jawab
untuk memelihara
gambaran perilaku yang terdapat dalam
lingkungan kelas insdikator kemampuan sosial-
d. membantu orang lain jika emosionalnya. Penelitian dilaksanakan pada
dibutuhkan Bulan Juli – September 2018. Populasi
e. menghormati hak-hak orang adalah anak-anak TK B di seluruh TK
lain
f. berbagi mainan dan
Pembina di NTB. Mengingat luasnya
peralatan wilayah penelitian dan banyaknya jumlah
g. bekerjasama dengan orang TK Negeri (TK Pembina), yaitu minimal
lain dalam mengerjakan satu TK dalam satu kecamatan maka jumlah
tugas TK Pembina yang dijadikan sampel adalah
h. menyelesaikan konflik
secara konstruktif
sebanyak 10 TK yang masing-masing
mewakili satu kabupaten/Kota. Sampel
488 | Deskripsi Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Nusa Tenggara Barat
dipilih dengan teknik cluster random saat pengambilan adalah antara 4 tahun 10
sampling, yaitu dari Setiap Kabupaten, bulan hingga- 6 tahun 7 bulan. Anak yang
hanya diambil satu TK Pembina. Sampel termuda berusia 4 tahun 10 bulan,
adalah anak-anak TK B di 10 TK Pembina jumlahnya sebanyak 7 anak. Sedangkan
di NTB. Setiap TK diwakili oleh maksimal anak-anak yang tertua berusia 6 tahun 7
2 kelas Kelompok B dengan jumlah peserta bulan, jumlahnya ada 19 anak. Hal ini
didik 20 anak/kelas sehingga jumlah menunjukkan bahwa anak-anak pada
responden tiap TK sebanyak 40 anak. Total kelompok B di TK Pembina yang menjadi
jumlah responden sebanyak 400 anak. Data sampel, termasuk anak-anak yang berusia
yang terkumpul kemudian diolah dengan matang atau memiliki usia yang tepat untuk
statistik sederhana dengan menghitung total usia kelompok B. Meskipun ada 7 anak
nilai skor pada setiap anak lalu dihitung yang usianya kurang dari 5 tahun namun
rata-rata dan persentasenya. Data tersebut porsinya hanya sedikit. Dengan demikian,
kemudian dianalisis dan dijabarkan secara diharapkan perkembangan sosial-
deskriptif dan dilakukan pembahasan emosionalnya sesuai dengan tugas
dengan menggabungkan bersama hasil perkembangan anak-anak yang normatif.
wawancara dengan guru. Hasil asesmen
kemampuan sosial-emosional terhadap 400
anak, hanya sebanyak 339 saja yang layak Data jenis kelamin
untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut.. 198; 58% 141; 42%

HASIL DAN PEMBAHASAN laki-laki


Penjelasan tentang Responden Perempuan
Seperti telah sidampaikan dalam
metode penelitian. Jumlah responden
sebanyak 400 anak, namun data yang dapat Grafik 1. Jenis Kelamin
diolah lebih lanjut sebanyak 339 saja.
Berikut adalah rincian jumlah anak per TK. Selain data tentang jenis kelamin dan
usia, dijaring pula data tentang wali yang
Tabel 1. Data Jumlah Responden Per TK mengasuh setiap responden dan tempat
tinggal mereka. Data ini dianggap penting
No Nama TKN Jumlah
Pembina anak karena kemampuan sosial emosional anak
1. Ampenan 36 juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat
2. Cakra 39 anak tinggal. , Sebagian besar anak-anak
3. Lombok Barat 40 diasuh oleh orang tuanya, yaitu sebanyak
4. Pemuda 40 167 anak atau sebanyak 49%. Diasuh oleh
5. Lombok tengah 40 kakek atau neneknya sebanyak 89 anak
6. Kab Sumbawa 40
(26%), diasuh keluarga lain seperti paman
7. Empang 40
8. Kota Bima 24 atau bibi sebanyak 54 anak (16%) dan
9. Kab Bima 20 diasuh oleh orang lain (diadopsi dan panti
10. Dompu 20 asuhan) sebanyak 29 anak (9%). Hampir
Jumlah 339 sebagian besar anak bertempat tinggal tidak
jauh dari lingkungan TK (1-3 kilometer dari
Data tentang jenis kelamin anak-anak TK), yaitu sebesar 92% dan Responden
yang menjadi responden terdiri dari 198
yang tempat tinggalnya 3-5 kilometer
anak perempuan dan 141 anak laki-laki.
Data tentang usia responden dilihat dari sebanyak 5% dan responden yang tinggal
tanggal lahir yang dituliskan dalam jauh dari lingkungan TK (> 5 kilometer)
instrument asesmen. Usia responden pada sebanyak 3%. Guna memperjelas jabaran
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 489
ini, disajikan pula dalam bentuk grafik
berikut ini. Cronbach's Cronbach's Alpha N of Items
Alpha Based on
Standardized
Data tentang Wali bagi Anak
Items
29; 9% 167; ,977 ,979 37
54; 16% 49% orang tua
Kakek/nenek Hasil asesmen terhadap kemampuan
Keluarga lain sosial-emosional anak di TK sampel secara
orang lain keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel
89; 26%
dan grafik berikut ini.
Grafik 2 Data tentang Wali Anak
Tabel 2 Skor Kemampuan Sosial-emosional
Anak TK B di Nusa Tenggara Barat
Kemampuan Sosial-emosional anak No Rentang  % Keterangan
Kemampuan sosial-emosional anak- Skor
1. 37-55,4 39 12 Belum
anak TK B di Nusa Tenggara Barat ini berkembang
diukur menggunakan instrument asesmen dengan baik
kemampuan sosial-emosional yang terdiri 2. 55,5-73,9 115 34 Sudah mulai
berkembang
dari 37 item indicator. Indikator ini 3. 74-92,4 102 30 Berkembang
merupakan penjabaran dari 17 dimensi 4. 92,5-111 83 24 Berkembang
kemampuan sosial-emosional menurut ( dengan baik
Total 339 100
Dodge and Colker, 2001). Instrumen
kemampuan sosial-emosional ini telah diuji
validitas dan reliabilitasnya.
Hasil uji validitas menunjukkan
bahwa terdapat korelasi positif sebesar
0,96014 antara skor butir dengan skor total,
hal ini menunjukkan tingginya konsistensi
antara hasil ukur keseluruhan instrumen
dengan hasil ukur butir instrumen tinggi
atau dapat dikatakan bahwa butir instrumen
konvergen dengan butir-butir lain dalam Grafik 3.Kemampuan Sosial-emosional
mengukur suatu konsep atau konstruk yang Anak TK di NTB
hendak diukur sebesar 0,96014.
Hasil uji reliabilitas menunjukkan Berdasarkan data tersebut tampak
bahwa nilai Alpha Cronbach dari perangkat bahwa anak-anak TK di NTB pada
tes tersebut adalah 0,977 yang berarti dasarnya memiliki kemampuan sosial-
perangkat instrumen asesmen tersebut emosional seperti juga anak-anak TK
sangat reliabel untuk digunakan sebagai alat lainnya. Artinya adalah mereka semua
ukur yang baik untuk mengukur memiliki potensi kemampuan sosial-
kemampuan sosial-emosional anak. Kedua emosional yang sudah mulai berkembang
hasil tersebut menunjukkan bahwa hingga berkembang dengan baik dan
instrument asesmen kemampuan sosial- potensi ini dapat ditingkatkan melalui
emosional valid dan reliable digunakan berbagai stimulasi yang positif. Hal ini
untuk mengukur kemampuan sosial- sejalan dengan hasil penelitian (Ananda and
emosional anak TK Kelompok B. Fadhilaturrahmi, 2018) yang menyatakan
490 | Deskripsi Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Nusa Tenggara Barat
bahwa perkembangan kemampuan sosial- emosionalnya (Rezka A. Rahma, dkk,
emosional anak yanag semula mengalami 2018).
hambatan dapat mengalami peningkatan Hasil penelitian juga menunjukkan
setelah distimulasi dengan memberikan bahwa ada 12% anak yang belum
permainan kolaboratif. Penelitiannya berkembang dengan baik. Setelah dianalisis
dilakukan di Kelompok Bermain Tuanku lebih dalam lagi melalui wawancara dengan
Tambusai. guru, diperoleh penjelasan bahwa anak-
Data tersebut menggambarkan bahwa anak yang memiliki skor rendah ini adalah
sebagian besar berada pada rentang skor anak-anak yang baru mulai masuk TK pada
55,5 hingga 92,4 yaitu berjumlah 257 anak usia 5 tahun lebih dan langsung masuk ke
atau sebesar 64%. Anak-anak yang TK B tanpa melalui TK A terlebih dahulu.
memiliki skor di bawah 55,5 sebesar 12% Selain itu dari 39 anak tersebut 14
atau ada sebanyak 39 anak. Sedangkan anak diantaranya adalah anak-anak yang sangat
yang memiliki skor tinggi, antara 92,5 pendiam, jarang berbicara dan masih
hingga yang tertinggi 111 ada sebanyak 83 ditunggui oleh pengantarnya selama
anak atau sebesar 24%. Skor ini diperoleh bermain dan belajar di TK. Menurut guru,
dari banyaknya indikator kemampuan mereka memang belum mengenal
sosial-emosional yang terdapat dalam lingkungan sekolah. Sembilan anak lainnya
instrument asesmen kemampuan sosial- merupakan anak yang tinggal dengan
emosional, yaitu sebanyak 37 indikator. kakek/neneknya karena kedua orang tuanya
Skor penilaian diberikan mulai dari rentang bekerja di luar daerah NTB baik di luar
1 hingga 3. Artinya adalah semakin tinggi negeri ataupun di wilayah lain di Indonesia.
skornya maka anak semakin baik memiliki Kesembilan anak ini diasuh dan dirawat
kemampuan sosial-emosionalnya. Hasil oleh kakek/neneknya sejak masih bayi
penelitian ini memperkuat pendapat Peter bahkan ada 3 anak yang sudah ditinggal
Moss yang menyatakan bahwa pada usia oleh orang tuanya sejak dilahirkan. Hal ini
prasekolah, kemampuan sosial-emosional merupakan salah satu penyebab anak
anak-anak pada umumnya seperti kurva menjadi kurang percaya diri dan banyak
normal, dimana sebagian besar anak kemampuan sosial-emosionalnya tidak
memiliki kemampuan rata-rata atau muncul saat diobservasi. Kemampuan yang
dominan dan hanya sebagian kecil yang tidak muncul itu diantaranya adalah
rendah atau tinggi (Moss, 2019). Skor aspek/dimensi: menunjukkan kepercayaan
kemampuan ini masih sangat mungkin pada orang dewasa; dapat memisahkan diri
meningkat jika distimulasi melalui berbagai dari orang tua; menunjukkan minat dan
cara oleh orang dewasa. Hal ini sejalan berpartisipasi dalam kegiatan kelas dengan
dengan penelitian Rezka Arina Rahma, rincian indikator, yaitu: 1) memperagakan
dkk., yang menyatakan bahwa kemampuan cara meminta bantuan pada orang dewasa,
sosial-emosiaonal anak dapat terus 2) mengikuti saran guru ketika menemui
ditingkatkan melalui stimulasi di Lembaga masalah, 3) tidak ditunggui orang tua saat
pendidikan maupun sekolah di rumah di sekolah, 4) berpartisipasi dalam setiap
(home schooling), yaitu dengan kegiatan di sekolah dan 5) berani mencoba
menyediakan berbagai alat permainan dan kegiatan baru tanpa diperintah. Hasil
kegiatan bermain yang dapat memfasilitasi penelitian ini hampir sama dengan
anak untuk mengeksplor dan penelitian yang dilakukan oleh Margaret
mengembangkan kemampuan sosial- Sims dan Karl Brettig yang menyatakan
bahwa cara hidup orang tua atau keluarga
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 491
terdekat anak sangat mempengaruhi anaknya diminta berhenti dari sekolah.
perilaku anak, termasuk sosial-emosional. Kesepakatan tersebut sengaja dibuat oleh
Misalnya Ibu yang pemabuk akan pihak sekolah untuk melindungi anak
menyebabkan anak-anak menjadi tidak tersebut dan juga menjaga hak anak-anak
percaya diri, penakut dan cenderung curiga lainnya. Kondisi anak-anak yang memiliki
pada lingkungannya (M.Sim, & K.Brettig, kekhususan ini juga dialami oleh Amerika
2018). Meskipun demikian, kemampuan ini Serikat yang berada di urutan ke 26 dari 29
masih bisa diperbaiki mengingat usia anak negara “kaya” yang memiliki anak dengan
yang masih sangat muda. Upaya kemampuan nonnormatif. Upaya yang
memperbaiki ini harus dilakukan melalui dilakukan oleh USA serta negara-negara
kolaborasi dengan berbagai pihak, yaitu lainnya dan juga Lembaga Internasional
pemerintah, keluarga, sekolah daan seperti Bank Dunia, Organisasi Kesehatan
masyarakat. Misalnya dengan menyusun Dunia dan UNICEF, adalah dengan
kebijakan untuk peningkatan kesehatan menyediakan pendidikan inklusi bagi anak-
mental atau regulasi stimulasi anak tersebut. Derngan demikian, anak-
perkembangan sosial-emosional, anak yang merupakan investasi masa depan
pengembangan kurikulum, penyediaan bagi suatu bangsa dapat distimulasi dengan
sarana dan prasarana dan memberi sebaik-baiknya termasuk kemampuan
kesempatan pada anak untuk mendapatkan sosial-emosionalnya (Klaus, 2016).
pengalaman sosial agar anak dapat Data tersebut juga menunjukkan
mengelola emosinya secara mandiri bahwa anak-anak di NTB cukup banyak
(Shulamit N. Ritblatt, et.al., 2017) yang memiliki kemampuan sosial-
Delapan anak yang mendapat skor emosional yang tinggi, yaitu dengan skor
pada rentang terendah ini, ternyata adalah 92,5 hingga 111. Jumlah anak yang
anak-anak yang memang memilki mencapai skor ini sebanyak 83 anak atau
kekhususan atau anak dengan kebutuhan sebesar 24%. Jumlah yang cukup banyak
khusus. Ke delapan ini menyebar di 6 TK. dari 339 responden. Setelah didalami
Kekhususan yang dimiliki anak-anak ini melalui wawancara mendalam (deep
adalah autism sebanyak 6 anak, bibir interview) dengan guru dan kepala Tk,
sumbing 1 anak, dan gagap 1 anak. Guru maka diperoleh penjelasan bahwa anak-
menjelaskan bahwa sebagai TK negeri atau anak yang memiliki skor tinggi ini adalah
TK percontohan, mereka harus anak-anak yang hampir semuanya adalah
melaksanakan pendidikan inklusi yang mereka yang sudah masuk TK sejak usia 4
artinya mereka tetap harus menerima anak tahun atau dari TK A. Bahkan ada 32 anak
dengan kebutuhan khsusus. Meskipun yang sudah masuk sejak usia kelompok
demikian, saat mereka menerima anak-anak bermain atau usia 3 tahun. Hal
ini untuk bersekolah di tempat mereka, inimenjadikan mereka anak-anak yang
pihak sekolah memberikan persyaratan sudah terbiasa dengan lingkungan sekolah
khusus pada orang tua/wali anak. Beberapa dan aturan yang berlaku di sekolah.Mereka
persyaratannya adalah1) anak harus diantar juga memilki rasa percaya diri yang cukup
dan ditunggui oleh orang tua/wali/ tinggi, sudah mengenal personil di
pengantar; 2) Orang tua/wali tidak lingkungan sekolah dan sudah terbiasa
menuntut anak untuk bisa mencapai mengikuti kegiatan bermain dan belajar
kompetensi seperti anak-anak normatif; 3) pada waktu yang terjadwal.10 anak dengan
Jika anak sangat mengganggu proses skor tertinggi (skor 111) adalah anak-anak
pembelajaran, maka orang tua bersedia bila yang memang pada saat akhir tahun di TK
492 | Deskripsi Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini di Nusa Tenggara Barat
A nya mendapat prestasi atau peran guru dan orang tua sangat penting
unggulan.Tujuh diantaranya adalah ketua dan tidak dapat digantikan oleh apapun
kelas. Dari sisi keluarga, anak-anak yang termasuk alat permainan atau media.
mendapat skor tinggi ini cukup bervariasi.
Sebagian dari mereka memang diasuh oleh UCAPAN TERIMA KASIH
orang tuanya langsung 62 anak, diasuh Terimakasih kami ucapkan kepada
kakek/neneknya 7 anak dan diasuh oleh semua pihak yang berperan dalam proses
keluarga lainnya sebanyak 14 anak. Hal penelitian ini. Terutama kepada civitas
tersebut menggambarkan bahwa akademika Universitas Terbuka Mataram
sesungguhnya wali tidak terlalu dan kepala TK, guru dan anak didik di
mempengaruhi kemampuan sosial- sepuluh TK Negeri Pembina di NTB.
emosional anak selama proses pendidikan
di rumah sejalan dengan pendidikan di DAFTAR PUSTAKA
sekolah. Hasil ini sejalan dengan hasil
Dodge and Colker. (2001). The Creative
penelitian yang dilakukan oleh Robbiyah,
curriculum for Early Chilhood.
Diyan Ekasari dan Ramdhan yang
Washington: Teaching Strategies. Inc.
menyatakan bahwa kecerdasan sosial sangat
Agustriana, N. (2013). Pengaruh Metode
dipengaruhi oleh didikan dan dorongan
Edutainment dan Konsep Diri
yang diberikan oleh ibu. Setiap ibu
terhadap Keterampilan Sosial Anak
memiliki cara tersendiri untuk menstimulasi
(Eksperimen di Kelompok A TK
perkembangan anak mereka. Artinya adalah
Auladuna Bengkulu tahun 2013).
bahwa kemampuan sosial dan emosional
Jurnal. Pendidikan Usia Dini Volume
dipengaruhi oleh pola asuh yang dilakukan
7 No. 2 November . Jakarta:
oleh keluarga, khususnya ibu (Robbiyah,
Universitas negeri jakarta.
Ekasari and Witarsa, 2018).
Ananda and Fadhilaturrahmi. (2018).
Peningkatan Kemampuan Sosial
KESIMPULAN
Emosional melalui Permainan
Hasil penelitian ini menunjukkan Kolaboratif pada Anak KB. Jurnal
bahwa gambaran kemampuan sosial- Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
emosional anak-anak TK kelompok B di Dini Vol 2 No 1. Riau: Universitas
Nusa Tenggara Barat memiliki potensi Pahlawan Tuanku Tambusai.
kemampuan sosial-emosional yang sudah Berk, L. E. (2006:396). Child Development.
mulai berkembang hingga berkembang Seven Ed. Boston: Pearson
dengan baik atau sama dengan kemampuan International Edition.
sosial-emosional anak usia 5-6 tahun pada Fitria, A. (2013). Pendidikan Taman
umumnya. Meskipun ada beberapa anak Kanak-kanak. Jakarta: Kompasiana:
berada pada tahap belum berkembang https://www.kompasiana.com/anis_fit
dengan baik namun seiring bertambahnya ria/55207d42a33311b14646cfad/pend
usia dan proses pendidikan yang dijalaninya idikan-taman-kanak-kanak-tk.
maka kemampuan sosial-emosionalnya Hurlock, E. B. (1997: 268). Child
kemungkinan akan meningkat sesuai Development 6thEd. Tokyo: McGraw
tingkat perkembangannya. Kemampuan Hill Inc.International Student Ed.
sosial-emosional ini masih dapat Indonesia, P. (1990). Peraturan Pemerintah
ditingkatkan melalui berbagai stimulasi Republik Indonesia Nomor 27 tahun
yang tepat oleh guru dan orang tua sehingga 1990 tentang Pendidikan Prasekolah.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 2019 | 493
Jakarta: Kementerian Sekertaris Syamsuddin. (2000). Psikologi Pendidikan
negara Indonesia. (edisi revisi). Bandung: Remaja
Klaus, S. (2016). Early-Childhood- Rosda Karya.
Development Research Is Tatminingsih, S. (2016). Pengembangan
'Unassailable'. Journal of Education model Pembelajaran Berbasis
Week Commentary Vol. 35, Issue 25,, Permainan Komprehensif untuk
21-25. Meningkatkan Kemampuan Kognitif
M.Sim, & K.Brettig. (2018). Early dan Sosial-emosional Anak (Studi di
childhood education and early TK Islam Fithria Jakarta Selatan),
childhood development: Do the Disertasi. Jakarta: Universitas Negeri
differences matter? . Journal of Jakarta.
Power and Education 0 (0), 1-13.
Moss, P. (2019). Alternative Narratives in
Early Childhood,. London: UCL
Institute of Education, University
College London.
Papalia, D. E. (2008). A Child’s World.
New York: McGraw-Hills Publishing
Company.
Rezka A. Rahma, dkk. (2018). The Social
Emotional Development of
Homeschooling Children. Journal of
Nonformal Education, JNE Vol 4 (2),
151-160.
Robbiyah, Ekasari and Witarsa. (2018).
Pengaruh Pola Asuh Ibu terhadap
Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini di
TK Kenanga Kabupaten Bandung
Barat. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak USia Dini Vol 2 No
1 . Riau: Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai.
Saodih, E. (2013:16). Pengembangan
Prilaku Sosial-Emosional Anak
Taman Kanak-Kanak Melalui
Layanan Bimbingan Konseling
Perkembangan. Bandung : Direktori-
FIP-Jur PGTK.
Shulamit N. Ritblatt, et.al. (2017). Investing
in the Early Childhood Mental Health
Workforce Development: Enhancing
Professionals' Competencies to
Support Emotion and Behavior
Regulation in Young Children.
Journal of Brain Sciences 7 (120), 1-
19.

Anda mungkin juga menyukai