Anda di halaman 1dari 29

Nama : Kartika Putri Widya Prawesthi

Nim/ kelas : 19060474127 / PKO2019B


Tugas : Mata Kuliah Psikologi “mencari
2 jurnal pengembangan usia
dini”
Hari/tanggal : Rabu/ 23,09,2020
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Oleh : Tuti Andriani


Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau
E-mail : tiadelwys_sweet@yahoo.com

ABSTRACT
Superior human resources is the most valuable asset for any country.
Indonesia has the largest population-3 in the world, has the human resource
potential is very large. When empowered with the best it can enhance the
welfare of the people of Indonesia. One of the Government's efforts in
empowering human resources to manage the education sector is becoming
more professional. The most basic education sector in the personal
formation of human resources (HR) in Indonesia, is through a program of
Early Childhood Education (early childhood). One period to the early
penciri is the Golden Age, which at this time all the potential of the fastest
growing child. One way to increase the potential of children at an early age
is to play. Because the slogan in early childhood education is "learning
while playing, playing while learning." This is the basis, that the play is one
way to explore the potential of children. One tool that can be used to play in
early childhood education, this is by using the traditional game, because the
game tardisional will help shape the character of a child from an early age.

Keywords: Traditional Games, Character Education, Early Childhood

Pendahuluan
Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi
setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia,
memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Apabila diberdayakan dengan
sebaik-baiknya maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu
upaya Pemerintah dalam memberdayakan sumber daya manusia adalah mengelola sektor
pendidikan menjadi lebih profesional. Sektor pendidikan yang paling dasar dalam
pembentukan pribadi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, adalah melalui program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
PAUD sangat diperlukan sebagai sarana pemenuhan hak anak seperti tertera pada
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, butir 14 : "PAUD
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

121  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut".1
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini
ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya
sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa
usia dini adalah the Golden Age atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang
ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua
potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa
anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, dan masa
bermain.
Ada berbagai macam permainan yang dapat meningkatkan kreativitas, salah
satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari
pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan
dibaliknya Permainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-
anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai
sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta ketangkasan.
Permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas
kebudayaan suatu bangsa maka, pendidikan karakter bisa dibentuk melalui permainan
tradisonal sejak usia dini. Karena selama ini pendidikan karakter kurang mendapat
penekanan dalam sistem pendidikan di Negara kita. Pendidikan budi pekerti hanyalah
sebatas teori tanpa adanya refleksi dari pendidikan tersebut. Dampaknya, anak-anak
tumbuh menjadi manusia yang tidak memiliki karakter, bahkan lebih kepada bertingkah
laku mengikuti perkembangan zaman namun tanpa filter.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satu lembaga dalam membentuk
karakter anak. Slogan “ Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar” merupakan salah
satu prinsip yang diterapkan di PAUD. Dengan bermain, anak-anak akan bisa belajar.
Oleh karena itu dalam pemaparan ini penulis akan mencoba memaparkan tentang manfaat
permainan tradisional dalam membentuk karakter anak usia dini.

Pembahasan
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
PAUD adalah investasi yang amat besar bagi keluarga dan bagi bangsa. Anak-anak
kita adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. 2 Menurut

122  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

Direktorat PAUD pengertiannya adalah : ” Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui
pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan
kehidupan tahapan berikutnya.3”
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah pasal 1 butir 1 “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlulakn dirinya, masayrakat, bagsa dan negara. 4
Sedangkan Pendidikan Usia Dini (PAUD) dalam pasal 1 butir 14 menyatakan
bahwa PAUD adalah “ suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut .5
PAUD sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa
emas dalm perkembangannya. Di samping itu pada usia ini anak-anak masih sangat
rentan yang apabila penanganganannya tidak tepat justru merugikan anak itu sendiri.
Oleh karena itu penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak bermaksud untuk mencuri start apa-apa
yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, melainkan untuk memberikan
fasilitas pendidikan yang sesuai dengan bagi anak, agar anak apada saatnya memiliki
kesiapan baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionlanya dalam rangka memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode keemasan tersebut hanya berlangsung
satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa betapa
meruginya suatu keluarga, masyarakat dan bangsa jika mengabaikan masa-masa penting
yang berlangsung pada anak usia dini. Ada beberapa pendapat mengenai batasan masa
anak. Batasan yang digunakan oleh The National Association For The Education Of
Young Children (NAEYC) adalah yang dimaksud dengan Early chilhood (anak masa
awal) yaitu anak yang sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun, preschool adalah
anak antara usia 1-3 tahun dan usia masuk kelas satu biasanya antara usia 3-5 tahun.

123  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

sementara pengertian toddler (masih pendapatnya NAEYC) ialah anak yang mulai
berjalan sendiri sampai dengan usia tiga tahun. Sedangkan Kindergarten secara
perkembangannya meliputi anak usia 4-6 tahun. Menurut Biecheler dan Snowman bahwa
anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun yang biasanya mengikuti
program prasekolah dan Kindergarten.
Dalam pandangan mutakhir di negara maju, istilah anak usia dini (Early Chilhood)
adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang
berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak
SD kelas rendah (1-3), taman kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (play
Group), dan anak masa bayi. Masa kanak-kanak dalam hal ini dipandang sebagai masa
anak usia 4-6 tahun. Sedangkan berdasarkan UU No. 22 Tahun 2003 Pasal 28 tentang
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Anak usia dini adalah kelompok manusia yang
berumur 0-6 tahun. UU No.20 Tahun 2003 pasal itu juga menyebutkan bahwa, (1)
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2)
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal; (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat; (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal berbentuk Play Group
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; dan (5) Pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.6
b. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Usia dini merupakan periode penting bagi pembentukan kepribadian anak. Oleh
karena itu proses pendidikan yang baik dan ideal seharusnya dilakukan sejak anak lahir
bahkan semenjak anak dala kandungan. Simualasi dan asupan gizi yang diberikan pada
anak usia dini akan memerikan pengaruh bagi lajunya pertumbunhan dan perkembangan
anak serta sikap dan perilaku sepanjang rentang kehidupannya.
Dalam buku panduan Pedoman penyelenggaraan Pos PAUD disebutkan bahwa
prinsip-prisnipya penyelenggaraan PAUD didasarkan kepada hal-hal adalah sebagai
berikut :
a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan belajar harus selalu ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan perkembangan masing-masing anak sebagai individu.
b. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan bermain yang menyenangkan
dapat merangsang anak untuk melakukan esplorasi dengan menggunakan benda-benda

124  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

yag ada pada sekitarnya, sehingga anak menemukan pengetahuan dari benda-benda
yang dimainkannya.
c. Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi tercermin
melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan konsentrasi.
d. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus
diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama
mereka bermain.
e. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu
anak menjadi mandiri, displin, mampu bersosialisasi, dan memiliki kereampilan dasar
yang berguna bagi kehidupannya kelak.
f. Menggunakan berbgai sumber dan media belajar yang ada dilingkungan sekitar.
g. Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan
anak.
h. Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan. Rangsangan
pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan. Saat
anak melakukan sesautu sesungguhnya ia sedang mengembangkan berbagai aspek
perkembangan/kecerdasannya.7
c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Perkambangan anak dimulai sejak dalam kandungan. Kehidupan anak dimulai saat
sel telur dibuahi oleh sel sperma. Perkembangan anak secara psikologis dipelajari dalam
psikologi perkembangan yaitu cabang dari ilmu psikologi (ilmu jiwa) yang membahas
perkembangan individu sejak masa konsepsi sampai kanak-kanak. Perkembangan anak
yang dimaksud di sini adalah aspek perkembangan anak yaitu aspek-aspek yang
dikembangkan dalam diri anak melalui PAUD.
Menurut Direktorat PAUD prinsip perkembangan anak adalah :
a. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasakan
aman serta nyaman dalm lingkungannya.
b. Anak akan belajar terus menerus, dibulai dari membangun pemahaman tentang
sesuatu, mengesplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep hingga mampu
membuat sesuatu yang berharga
c. Anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun teman sebaya
yang ada di lingkungannya.
d. Minat dan ketekunan akan memotivasi belajar anak.

125  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

e. Perkembangan dan gaya belajar anak seharusnya dipertimbangkan sebagai perbedaan


individu.
f. Anak belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkrit ke yang
abstark, dari nonverbal ke yang verbal, dan dari diri sendiri ke sosial.8
Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu urutan perubahan yang bersifat saling
mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang
harmonis. Melalui belajar anak akan berkembang dan akan mampu mempelajari hal-hal
yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak
memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
Menurut Slamet Suyanto bahwa aspek perkembangan anak itu yaitu aspek yang
dikembangkan diri anak melalui PAUD. Aspek perkembangan anak itu meliputi
perkembangan aspek fisik motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa dan
kreativitas. 9
d. Bermain dan Permainan di PAUD
Rogers C. S dan Sawyers dalam Sofia Hartati menjelaskan bahwa bermain adalah
sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungi
sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan dan lewat bermain pula didapat
pengalaman yang penting dalam dunia anak.10 Hal inilah yang menjadi dasar dari inti
pembelajaran pada anak usia dini.
Menurut Gallahue dalam Sofia Hartati juga mengatakan bahwa bermain
merupakan kebutuhan anak yang paling mendasar saat anakberinteraksi dunia sekitarnya,
melalui bermainlah ia lakukan. Bermain adalah suatu aktifitas yang lansung dan spontan
dilakukan seorang anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda
sekitarnya dengan senang, sukarela dan imajinatif serta dengan menggunakan
perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya. 11
Oleh karena itu bermain adalah aktifitas yang diplih sendiri oleh anak karena
menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atau puji, karena bermain juga
merupakan alat utama untuk mencapai pertumbuhannya, sebagai medium anak
mencobakan diri bukan saja hanya dalam fantasinya tetapi dilakukan secara nyata.
Menurut Isenberg dan Jalongo dalam Sofia Hartati permainan sangat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu :
1. Untuk perkembangan kognitif
2. Untuk perkembangan sosial dan emosional
3. Untuk perkembangan bahasa

126  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

4. Untuk perkembangan fisik (jasmani)


5. Untuk perkembangan pengenalan huruf (literacy)12
Bruner dalam Slamet mengatakan bahwa bermain merupakan bagian dari
perkembangan kognitif anak.13 Selanjutnya dikatakan bahwa bermain merupakan proses
pemecahan masalah. Pada saaat bermain anak dihadapkan pada berbagai siruasi, kondisi,
teman dan objek baik nyata maupun imajiner yang memugkinkannya menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Piaget dalam Slamat
menyatakan bahwa berain dengan objek yang ada di lingungannya merupakan cara anak
belajar. Dengan berinteraksi dengan objek dan orang, menggunakan objek itu untuk
berbagai keperluan anak mengkonstruksi pemahaman tentang objek, orang dan situasi.14
e. Manfaat Permainan Tradisonal dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
Bagi anak-anak, bermain memiliki manfaat yang sangat penting, bermain bukan
hanya untuk kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Melalui
kegiatan bermain, anak dapat belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Anak-anak biasanya mengalami masa-masa peka, di mana anak mulai
sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi. Masa ini adalah
masa yang sangat bagus dan cocok untuk meletakkan dasar pertumbuhan dalam
mengembangkan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep
diri, disiplin, seni, moral, dan nilai-nilai agama.
Pendidikan tidaklah sekedar persiapan kehidupan anak di masa depan, tetapi
pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Sebuah ungkapan yang bermakna dalam sekali
tentang esensi dari pranala pendidikan. Masalah pendidikan merupakan masalah yang
sangat krusial dan urgen untuk selalu dibicarakan. Karena hanya melalui pendidikan yang
bermutu peradaban suatu masyarakat dan bangsa akan terus maju (progress). Akhir-akhir
ini perbincangan tentang pentingnya pendidikan karakter semakin menguat, bahkan
Kementrian Pendidikan Nasional menegaskan kebijakannya tentang pencanangan
pendidikan yang lebih mengutamakan pembentukan karakter.
Istilah karakter banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Dalam konteks
penerbitan surat kabar, karakter berhubungan dengan huruf dalam kalimat, dalam bidang
seni film, karakter dihubungkan dengan peran pemain. Sedangkan bila dikaitkan dengan
masalah jiwa manusia ( inner self) karakter merupakan bagian yang sangat penting dalam
sosok manusia. Tidak adanya karakter yang melekat pada diri manusia, maka manusia
telah kehilangan jati dirinya sebagai makhluk yang sangat mulia.

127  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

Karakter adalah istilah yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
(menandai), yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang menjadi ciri khas seseorang.15 Dalam Encyclopedia of Pcychology, didefinisikan “
character as the habitual mode of bringing into harmony the task presented by internal
demands and by the external word, it is necessarly a fungtion of the constant, organized,
and integrating part of the personality which is called ego”.16
Sedangkan menurut Hernowo, karakter adalah watak, sifat atau hal-hal yang
memang sangat mendasar pada diri seseorang. Selanjutnya Hernowo juga memberikan
makna karakter sebagai tabiat dan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain.17
Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakter adalah sifat, watak, tabiat, budi
pekerti atau akhlak yang dimiliki seseorang yang merupakan ciri khas yang dapat
membedakan perilaku, tindakan dan perbuatan antara yang satu dengan yang lain. Jadi
meskipun karakter memang berbeda direlung paling dalam sisi bathin manusia namun
karakter dapat terlihat atau terdeteksi, karena dapat ditampilkan oleh seseorang lewat
perilakunya sehari-hari.
Pengertian karakter di atas tampaknya sama dengan pengertian akhlak dalam
pandangan Islam. Menurut pandangan Islam, akhlak adalah sifat yang berada dalam jiwa
yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan secara tidak sadar dan tanpa
melalui pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Anis Matta menjelaskan, akhlak
adalah nilai yang telah menjadi sikap mental yang mengakar pada jiwa, lalu tampak
dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks.18 Sedangkan
Al-Ghozali memberikan pengertian akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa
yang melahirkan berbagai macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
19
dan pertimbangan. Perbuatan seseorang akan menjadi karakter atau akhlak apabila
dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan.
Dalam pengembangan pendidikan karakter diperlukan prinsip-prinsip dasar yang
dapat dijadikan landasan dan pijakan pemikiran dalam menyelenggarakan pendidikan
karakter agar berjalan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip dasar ini memberikan arah ke
mana dan bagaimana seharusnya pendidikan karakter dilaksanakan dalam dunia
pendidikan.
Menurut Doni Koesoema menyaranakan 6 prinsip pendidikan karakter di sekolah
yang dapat dijadikan sebagai pedoman agar mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa

128  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

dan setiap individu yang bekerja dalam lingkungan pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut
adalah :
(1) Karakter ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan
atau kamu yakini,
(2) Setiap keputusan yang diambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu,
(3) Karakter yang baik dilakukan dengan cara yang baik,
(4) Jangan mengambil perilaku buruk yang diakukan oleh orang lain sebagai patokan,
pilihlah patokan yang lebih bagik dari mereka
(5) Apa yang kamu lakukan memiliki makna dan transformatif, dan
(6) Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah kamu menjadi pribadi
yang lebih baik. 20
Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada
kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih
disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional.
Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan
di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa.
Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat
senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari
prestasi angka angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa
menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk
karakter.
Karakter dasar anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini adalah karakter yang
mempunyai nilai permanen dan tahan lama, yang diyakini berlaku bagi semua manusia
secara universal dan bersifat absolut (bukan bersifat relatif), yang bersumber dari agama-
agama di dunia. Dalam kaitannya dengan nilai moral absolut ini, Lickona menyebutnya
sebagai “the Golden Role”.21 Contoh Golden Role adalah jujur, adil, mempunyai
integritas, cinta sesama, empati, disiplin, tanggung jawab, peduli, kasih sayang dan
rendah hari. Karakter dasar merupakan sifat fitrah manusia yang diyakini dapat dibentuk
dan dikembangkan melalui metode-metode pendidikan tertentu seperti pendidikan
karakter.
Karakter berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis,
kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-
hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati,
malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti,
berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja,
bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif,

129  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka,
tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan
individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik
adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial,
etika, dan perilaku).
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada
fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya.
Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat
meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi
pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam
pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas
pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya
peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan. Namun demikian, ada perbedaan-
perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya.
Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyaranakan penggunaan
pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat,
seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan
pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyaranakan penggunaan pendekatan
tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.22
Apabila dihubungkan dengan pendidikan anak usia dini maka, pendidikan karakter
atau moral ini sangatlah penting. Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter anak
usia dini bisa dilakukan dengan cara bermain. Slogan yang terdapat di pendidikan anak
usia dini “ Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar”, maka salah satu alat bermain
yang bisa digunakan adalah permainan tradisonal.

130  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

Bentuk permainan tradional anak sangat bervariasi, baik antar daerah, antar etnis
dan antar bangsa. Kihajar Dewantara mengatakan bahwa H. Overback telah menghimpun
ragam permainan dan nyanyian anak-anak yang ada di Indonesia yang jumlahnya lebih
dari 690 macam.23
Selamet mengatakan setiap waktu permainan baru muncul, menjadi jenis
permainan senantiasa bertambah banyak. Dari berbagai macam jenis permainan itu pada
dasarnya dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis :
1. Permainan fisik
Permainan seperti kejar-kejaran menggunaka banyak kegiatan fisik. Permaian
seprti ini tidak hanya terjadi di Indonseia, tetapi juga di seluruh dunia. Jadi dengan
bermain, maka fisik anak akan tumbuh menjadi sehat dan kuat untuk melakukan
gerakan dasar.
2. Lagu anak-anak.
Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari atau berpura-pura
menjadi sesuatu atau seseorang.
3. Teka-teki
Permainan teka-teki merupakan permainan untuk mengasak kemampuan anak anak
berpikir logis dan juga matematis.
4. Bermain dengan benda-benda.
Permaianan dengan objek seperti dengan air, pasir, balok dapat membantu anak untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan.
5. Bermain peran.
Jenis permainan ini antara lain melipti sandiwara, drama atau bermain peran dan jenis
permainan lain dimana memainkan peran sebagai orang lain.24
Masa modern sekarang ini, selain anak dituntut untuk dapat mengikuti
perkembangan zaman juga diharapkan di kemudian hari anak-anak mengetahui akan
jenis-jenis permainan tradisional di Indonesia. Interaksi anak-anak dalam permainan akan
membangkitkan kemampuan anak untuk menilai mana yang baik dan tidak baik,
misalnya, ada anak yang bermain curang dalam permainan, pasti teman-temannya akan
memberi hukuman moral dengan tidak mengikutkan anak yang curang tersebut dalam
permainan. Permainan tradisional mampu menumbuhkan nilai sportivitas, kejujuran, dan
gotong royong.
Kajian tentang permainan tradisional anak di Indonesia umumnya belum sangat
berkembang, tapi terlihat perhatian yang cukup besar dari kalangan ilmuan terhadap

131  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

fenomena budaya ini, kecuali dari kalangan tertentu. Namun demikian perhatian yang
cukup serius telah diberikan oleh pemerintah melalui Balai kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Beberapa studi telah dilakukan oleh para ahli, bahkan beberapa berusaha mengetahui
proses-proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan dampaknya terhadap
berbagai jenis permainan tradisional di Jawa. Salah satu factor yang ditemukan menjadi
penyebab semakin surutnya permainan anak-anak tradisional dari tengah kehidupan anak-
anak di Jawa adalah masuknya pesawat televisi ke daerah pedasaan. Dengan berbagai
tayangan acara yang menarik dan tidak membutuhkan tenaga untuk menikmatinya,
tontonan dari pesawat televisi secara langsung menjadi hal yang lebih disukai oleh anak-
anak ketimbang berbagai permainan anak-anak yang memang tidak semuanya menarik
dan menyenangkan untuk dimainkan.
Sukirman mengatakan bahwa Permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur
kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberikan
pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan social
anak di kemudian hari. Selain itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah
satu unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu
kebudayaan. Oleh karena itu permainan tradisional anak-anak juga dapat dianggap
sebagai asset budaya, sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahanakan
keberadaannya dan identitasnya di tangah kumpulan masyarakat yang lain.
Dijelaskan lagi bahwa jika diperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada
fenomena permainan tradisional anak di Jawa, dan mungkin juga Indonesia pada
umumnya, kita melihat paling tidak tiga pola perubahan, yakni: a) menurunya popularitas
jenis-jenis permainan tradisional tertentu dan b) munculnya jenis-jenis permainan anak
tertentu, dan c) masuknya jenis-jenis permainan baru yang modern.25
Aspek-aspek permainan tradisional diantaranya: a) aspek jasmani yang terdiri dari
kekuatan dan daya tahan tubuh serta kelenturan; b) aspek psikis, yang meliputi unsur
berfikir, unsur berhitung, kecerdasan, kemampuan membuat siasat, kemampuan
mengatasi hambatan, daya ingat, dan kreativitas; c) aspek sosial meliputi unsur
kerjasama, suka akan keteraturan, hormat menghormati, balas budi dan sifat malu.
Permainan tradisional sudah hampir terpinggirkan dan tergantikan oleh permainan-
permainan modern. Hal ini terjadi terutama dikota-kota. Oleh karena itu perlu adanya
upaya untuk kembali melestarikan permainan tradisional ini, karena permainan
tradisional ini banyak sekali manfaatnya terhadap perkembangan anak. Menurut Anne

132  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

pengaruh dan manfaat permainan tradisonal terhadap perkembangan jiwa anak adalah :
1. Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisonal biasanya dibuat lansung oleh para
pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang atau benda-benda bahkan tumbuhan
yang ada di sekitar para pemain. Hal ini mendorong mereka lebih kreatif menciptakan
alat permainan.
2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saaat bermain anak-anak akan
melepaskan emosinya. Merka berteriak, tertawa dan bergerak. Kegiatan semacam ini
bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.
3. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain anak-anak akan
melepaskan emosinya. Merka berteriak, tertawa dan bergerak. Kegiatan semacam ini
bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.
4. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak yaitu :
5. Mengembangkan kecerdasan natural anak.
6. Mengebangkan kecerdasan spasil anak.
7. Mengembangkan kecerdasan musikal anak.
8. Mengembangkan kecerdasan spritual anak.26
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Permainan tradisional
yang cukup beragam perlu digali dan dikembangkan karena mengandung nilai-nilai
seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong royongan. Dengan permainan
tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan
ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu,
permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai
agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik.
Dari pemaparan di atas maka, manfaat permainan tradisional dalam membentuk
karakter anak dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, dengan permainan tradisional anak akan selalu melahirkan nuansa suka
cita. Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang
yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang
menyenangkan. Inilah benih masyarakat yang menciptakan kerukunan. Jarang sekali
permainan yang berguna untuk dirinya sendiri, tapi selalu menumbuhkan rasa
kebersamaan.
Kedua, permainan itu dibangun secara bersama-sama. Artinya, demi menjaga
permainan dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat
aturan main diantara anak-anak sendiri. Dalam konteks inilah anak-anak mulai belajar

133  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

mematuhi aturan yang mereka buat sendiri dan disepakati bersama. Disatu sisi, anak
belajar mematuhi aturan bermain secara fairplay, disisi lain, merekapun berlatih membuat
aturan main itu sendiri. Sementara itu, apabila ada anak yang tidak mematuhi aturan
main, dia akan mendapatkan sanaksi sosial dari sesamanya. Dalam kerangka inilah, anak
mulai belajar hidup bersama sesamanya atau hidup bersosial. Namun demikian dipihak
lain, apabila dia mau mengakui kesalahannya, teman yang lain pun bersedia menerimanya
kembali. Suatu bentuk proses belajar mengampuni dan menerima kembali dari mereka
yang telah mengakui kesalahannya.
Ketiga, keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan
dari berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, otot atau sensor–
motoriknya akan semakin terasah pula. Dipihak yang lain, proses kreatifitasnya
merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang
pertumbuhannya.
Keempat, pemanfaatan bahan–bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam.
Hal ini melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya.
Kebersamaan dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia
muda terhadap lingkungan hidupnya.
Kelima, hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap
kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaanya, tak
terpisahkan dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara
pandang serta penghayatan akan totalitas cara pendang mengenai hidup ini.Cara pandang
inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional.
Keenam, melalui permainan anak mulai mengenal model pendidikan partisipatoris.
Artinya, anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan tahap-tahap
pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian inilah, anak dengan orang tua atau guru
memiliki kedudukan yang egaliter, sama-sama berposisi sebagai pemilik pengalaman,
sekaligus merumuskan secara bersama-sama pula diantara mereka.

Kesimpulan
Sektor pendidikan yang paling dasar dalam pembentukan pribadi sumber daya
manusia (SDM) di Indonesia, adalah melalui program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini
ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya

134  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa
usia dini adalah the Golden Age(masa keemasan), di mana pada masa ini semua potensi
anak berkembang paling cepat. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi anak di usia
dini adalah dengan bermain. Salat satu permainan yang bisa digunakan dalam bermain
anak usia dini adalah permainan tradisional, karena permainan tradisional mengandung
banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak menjalani kehidupan bermasyarakat.
Adapun manfaat permainan tradisonal dalam membentuk karakter anak diantaranya yaitu:
kejujuran, sportivitas, kegigihan dan kegotong royongan. Dengan permainan tradisional
anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan
yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, permainan
tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama,
sosial, bahasa, dan fungsi motorik.

ENDNOTE
                                                                                                                       
1
 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  
2
Ibid h.3
3
Ibid h.5
4
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sitem pendidikan Nasional
5
Ibid  
6
Ibid
7
Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat jenderal Pendidikan Luar Sekolah. Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini. 2006. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD.h. 4-5
8
Direktorat PAUD. 2008. H. 5
9
Slamet Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas. Dirjen DIKTI.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagkerjaan Perguruan Tinggi.
H. 50.
10
Sofia Hartati. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Depdiknas, DIRJEN DIKTI,
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.h.
85  
11
Ibid
12
Ibid. Sofia Hartati. H. 95-96
13
Slamet Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas, Dirjen PT,
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PT. Jakarta. h. 121
14
Ibid  
15
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta.
DhifaPublisher. 2003. H. 422
16
Raymond J. Corsini. Encyclopedia of Psichology. United State America. Intercience
Publication. 1994. H. 212
17
Hernowo. Self Digesting : Alat Menjelajahi dan Mengurai Diri. Bandung. Mizan Media Utama.
2004. H. 175.
18
M. Anis Matta. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat. 2006. H.
14.
19
Imam Al-Ghozali. Ihya’ Ulum al-Din. Juz III. Beirut: Dar Al-Fikr. Tt. H. 56.
20
Doni Koesoema. Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di zaman Global. Jakarta:
Grasindo. 2007. H. 218.    

135  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 1 Januari – Juli 2012
 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
21
Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building; Bagaimana Mendidik Anak
Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2008. H. 28.
22
http://elementary-education-schools.blogspot.com/2011/08/all-about-elementary-education-
in.html
23
Kihajar Dewantara. 1948  
24
 Ibid.  H.  128  
25
Sukirman, dkk., 2004, Permainan Tradisional Jawa, Kepel Press, Yogyakarta.
26
http://www.anneahira.com/permainan/permainan-tradisional.htm

DAFTAR PUSTAKA
Arismantoro. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building; Bagaimana Mendidik
Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat jenderal Pendidikan Luar Sekolah.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2006. Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Pos PAUD.
Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di zaman Global.
Jakarta: Grasindo.
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta.
DhifaPublisher
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
http://elementary-education-schools.blogspot.com/2011/08/all-about-elementary-
education-in.html
http://www.anneahira.com/permainan/permainan-tradisional.htm
http://www.simpuldemokrasi.com, Talkshow RRI X “Menggali Permainan Anak
Tradisional Dalam Pembentukan Karakter Anak”.
Hernowo. 2004. Self Digesting : Alat Menjelajahi dan Mengurai Diri. Bandung. Mizan
Media Utama.
Imam Al-Ghozali. Ihya’ Ulum al-Din. Juz III. Beirut: Dar Al-Fikr. Tt.
M. Anis Matta. 2006 .Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat.
Raymond J. Corsini. 1994. Encyclopedia of Psichology. United State America.
Intercience Publication.
Slamet Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas, Dirjen PT,
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
PT. Jakarta.
Sofia Hartati. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Depdiknas, DIRJEN
DIKTI, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sukirman, dkk., 2004, Permainan Tradisional Jawa, Kepel Press, Yogyakarta.

136  
Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini, Tuti Andriani
 
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

KONSEP BERMAIN PADA ANAK USIA DINI


Wiwik pratiwi
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai gorontalo

Abstrak
Anak usia dini merupakan anak yang berada pada umur 0-6 yang sedang dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan dan memiliki potensi yang harus dikembangan. Untuk
mengembangan potensi yang dimiliki maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat mengembangkan
dan mengoptimalkan setiap tahapan perkembangan anak. Bermain merupakan aktifitas yang
menyengkan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir
dan dilakukan secara suka rela dengan tahapan perkembangan dimuali dari tahapan manipulative,
simbolis, eksplorasi, eksperiment dan tahapan dapat dikenal. Melalui bermain aspek perkembangan
motorik,social,emosional, bahasa anak akan berkembang jika dalam kegiatan main anak usia dini di
dukung oleh tiga jenis main yaitu: main sensorimotor ,main peran,main konstruktif.
Kata kunci : bermain, anak usia dini

A. Pendahuluan kesiapan memasuki pendidikan yang lebih


Pendidikan merupakan usaha sadar lanjut1
yang dapat dengan sengaja dirancang untuk Pendidikan pada dasarnya mempunyai
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai tujuan dan sasaran untuk mengembangkan
mana tujuan pendidikan nasional yaitu untuk setiap potensi yang dimiliki oleh manusia hal
mencerdaskan kehidupan bangsa. Peraturan inipun tidak terlepas dari poroses pendidikan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 27 untuk anak usia dini yaitu memberikan
tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah pembelajaran yang menyenangkan melalui
dan Keputusan menteri Pendidikan dan suatu metode menyenangkan yang disebut
Kebudayaan Nomor: 0486/U/1992 bermain.
menjelaskan bahwa pendidikan taman kanak- Kegiatan bermain sangat diminati oleh
kanak (TK) bertujuan untuk membantu setiap anak usia dini dan hal ini dapat dilihat
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, dari sebagian besar waktu yang digunakan oleh
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta anak adalah bermain dan hal ini secara tidak
yang diperlukan oleh anak didik dalam langsung memberikan pengaruh yang
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan signifikan bagi perkembangan anak hal ini
untuk pertumbuhan serta perkembangan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
selanjutnya. montolalu dkk bahwa Pengaruh bermain bagi
Pendidikan anak usia dini merupakan perkembangan anak dapat mempengaruhi
upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada perkembangan fisik,dorongan komunikasi,
anak sejak lahir sampai dengan usia enam penyaluran energy emosional yang terpendam,
tahun yang dilakukan melalui pemberian penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan,
stimulus pendidikan agar membantu sumberbelajar, ransangan bagi kreativitas,
perkembangan pertumbuhan baik jasmanai perkembangan wawasan diri, belajar
maupun rohani sehingga anak memiliki bermasyarakat, standar moral, belajar bermain

1
Martinis .Y dan Sanan J. Panduan
pendidikan anak usia dini. (Jakarta: Gaung Persada
2010), h.1

106
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

sesuai dengan peren jenis kelamin, memberikan pembelajaran untuk


perkembangan ciri kepribadian yang mengoptimalkan pertumbuhan dan
dinginkan2 perkembangan sebab telah diketahui bersama
Bermain merupakan sarana anak untuk bahwa anak juga merupakan amanah Allah
belajar mengenal lingkungan dan merupakan SWT. Anak merupakan amanah Allah SWT,
kebutuhan yang paling penting dan mendasar yang harus dijaga dan dibina, ia membutuhkan
bagi anak khususnya untuk anak usia dini, pemeliharaan, penjagaan, kasih sayang dan
melalui bermain anak dapat memenuhi seluruh perhatian.6 Oleh karena itu orang tua menjadi
aspek kebutuhan perkembangan sosok yang penting yang dapat memenuhi
kognitif,afektif,social,emosi,motorik dan kebutuhan anak dalam proses tumbuh
bahasa. Bermain mempunyai nilai yang penting kembangnya.
bagi perkembangan fisik,kognitif,bahasa dan Al-Ghozali, dalam kitabnya “Ihya
social anak, bermain juga bermanfaat untuk Ulumiddin” menjelaskan tentang hakikat anak
memicu kreativitas, mencerdaskan otak, sebagai berikut7:
menanggulangi konflik, melatih “Anak itu merupakan amanat bagi
empati,mengasah panca indra, terapi dan kedua orang tuanya, dan hatinya yang
melakukan penemuan.3 bersih merupakan permata yang
B. Hakikat Anak Usia Dini mahal, masih polos dan belum
Anak usia dini atau anak pada masa tersentuh goresan dan lukisan
taman kanak-kanak adalah masa merupakan apapun, masih dapat menerima
individu yang unik dan sedang dalam proses pahatan apa saja, dan siap mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan dan masa ini pengaruh apapun yang disuguhkan
biasa disebut dengan masa Golden Age. Anak kepadanya. Jika anak itu dibiasakan
usia dini juga dapat di artikan bahwa anak yang pada hal-hal yang bain diajarinya,
berada pada rentan 0-8 tahun dan sosok yang maka ia akan tumbh dan berkembang
sedang menjalani proses perkembangan dengan diatas kebaikan tersebut, dan ia akan
pesat dan fundamenta bagi kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Orang
selanjutnya4 dalam undang-undang nomor 20 tuannya, gurunya dan pengasuhnya
tahun 2003 tentang system pendidikan nasional akan bersama-sama memperoleh
dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini pahalanya. Sebaliknya apabila anak
diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai tersebut dibiasakan pada hal-hal yang
dengan 6 tahun dan bukan merupakan prasyarat buruk, dan dibiarkan liar seperti
untuk mengikuti pendidikan dasar5 dari uraian binatang, ia akan celaka dan rusak
diatas maka dapat kita simpulkan bahwa anak dalam hidupnya, dosanya juga akan
usai dini merupakan masa masa goden age dipikul oleh orang-orang yang
dimana pada masa ini anak sedang mengalami bertanggung jawab dan
perkembangan baik fisik maupun mengurusinya”
motorik,social,emosional,kognitif,bahasa dan Para ahli psikologi mengemukakan
moral oleh karena itu sangat penting untuk usia dini (0-8 tahun) sangat menentukan bagi
anak dalam mengembangkan potensinya. Usia
2 ini sering disebut “usia emas” yang hanya
Hurlock. E. B.. Psikologi Perkembangan.
(Alih Bahasa: Istidayanti dan Soedjarwo Edisi
6
kelima. Jakarta. Erlangga 1978), h.323 Dindin Jamaludin, Paradigma Pendidikan
3
Montolalu dkk. Bermain dan Permainan Anak dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
Anak. (Jakarta : Universitas Terbuka 2007), h.1.19 2013),h. 37
4 7
Sujiono N.Y.. Konsep dasar pendidikan Mita Sari, Peningkatan disiplin Melalui
anak usia dini.( Jakarta : PT indeks 2013),h.6 Bermain dengan Aturan, (Jakarta: Tesis PPS UNJ,
5
ibid 2014), h. 45

107
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

datang sekali dan tidak dapat diulangi lagi, dini merupakan pendidikan yang menentukan
yang sangat menentukan untuk pengembangan terbentuknya kepribadian anak. 10 Oleh karena
kualitas manusia. Hal ini didasarkan pada itu penanaman karakter positif dapat dilakukan
penelitian yang dilakukan Bloom dan kawan- sedini mungkin. Pendidikan anak usia dini
kawan yang mengemukakan bahwa dilaksanakan secara bertahap dan berulang-
perkembangan intelektual anak terjadi sangat ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip
pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. pendidikan anak usia dini yaitu: (1)
Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 (2) dunia anak adalah dunia bermain (3)
tahun, peningkatan yang 30% berikut terjadi kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat
pada usia 8 tahun.8 Kehidupan pada masa anak untuk membangun sistematika kerja (4)
yang merupakan suatu periode yang disebut kegiatan pembelajaran berorietasi pada
periode kritis atau periode sensitif dimana pengembangan kecakapan hidup anak (5)
kualitas perangsangan harus diatur sebaik- Pendidikan dilakukan secara bertahap dan
baiknya. berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-
Anak Usia dini adalah sosok individu prinsip perkembangan anak.11 Dengan
yang sedang menjalani suatu proses demikian, setiap kegiatan pembelajaran harus
perkembangan dengan pesat dan fundamental selalu mengacu pada tujuan pemenuhan
bagi kehidupan selanjutnya dan berada pada kebutuhan perkembangan anak secara individu,
rentang usia 0-8 tahun.9 Usia dini merupakan maka selayaknya konsep pendidikan untuk
fase kehidupan yang unik, dan berada pada anak dirancang dalam bentuk bermain, sebab
masa proses perubahan berupa pertumbuhan, anak akan belajar melalui kegiatan bermain
perkembangan, pematangan, dan yang menyenangkan.
penyempurnaan, baik pada aspek jasmani Pendapat yang dikemukakan oleh
maupun rohaninya. Ada yang memandang anak beberapa ahli diatas mengenai definisi anak
usia dini sebagai makhluk yng sudah dibentuk usia dini, adalah sekelompok anak yang berada
oleh genitas orang tua, ada yang memandang pada rentang usia 0-8 tahun dan sedang
bahwa mereka dibentuk oleh lingkungannnya, mengalami perkembangan pada berbagai aspek
miniatur orang dewasa, bahkan ada yang perkembangannya, serta memerlukan upaya
memandangnya sebagai individu yang berbeda pembinaan untuk mengoptimalkan
total dengan orang dewasa. Anak memiliki perkembangannya
suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan C. Konsep Bermain
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya Dunia anak adalah dunia bermain anak
masa remaja. Hal ini yang membedakan anak biasanya cenderung lebih banyak
dengan orang dewasa, anak bukan miniatur menghabiskan waktunya melalui bermain hal
orang dewasa sebab anak menunjukkan ciri-ciri ini dapat kita amati dalam kehidupan sehari-
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hari bahwa waktu yang digunakan untuk
usianya. bermain oleh anak lebih banyak dibandingakan
Masa usia dini merupakan masa yang dengan belajarnya maka dari itu dengan
pesat bagi optimalisasi perkembangan anak, memahami hal diatas maka kita perlu
maka diperlukan program pendidikan bagi menstimulus atau memberikan pembelajaran
anak usia dini. Program pendidikan anak usia bagi anak melalui bermain kerana belajar pada
10
Soegeng Santoso.,op.cit., h.9
8 11
Ibid., h.3 Mukhtar Latif dkk, Orientasi Baru
9
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Teori dan Aplikasi,
Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),
2009), h.6 h.81

108
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

anak usia dini adalah bermain dan bermain 1. Teori psikoanalisis Sigmun Freud dan
pada anak usia dini adalah belajar. erik erikson dalam teori psikoanalisis
Bermain bagi anak tidak hanya melihat bermain anak sebagai alat
memberikan kepuasan terhadap anak akan yang penting bagi pelepasan
tetapi bermain dapat pula membangun karakter emosinya serta untuk
dan membentuk sikap dan kepribadian anak mengembangkan rasa harga diri anak
Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain ketika anak dapat mengeusai
merupakan kebutuhan bagi anak, karena tubuhnya, benda-benda serta jumlah
melalui bermain anak akan memperoleh keterampilan social.
pengetahuan yang dapat mengembangkan 2. Teori perkembangan kognitif yang
kemampuan dirinya.12 Sejalan dengan teori menguji kegiatan bermain dalam
tersebut Susanto mengemukakan bahwa kaitannya dengan perkembangan
bermain dapat membentuk sikap mental dan intelektual, yang berpandangan
nilai-nilai kepribadian anak diantaranya : bahwa setiap manusia mempunyai
1. Dengan bermain itu anak belajar pola struktur kognitif baik itu secara
menyadari keteraturan, peraturandan fisik maupun mental yang mendasari
berlatih menjalankan komitmentyang prilaku dan aktivitas intelegensi
dibangun dalam permainan tersebut seseorang dan berhubungan erat
2. Anak belajar menyelesaikan masalah dengan tahapan pertumbuhan anak
dalam kesulitan terendah sampai yang dengan kata lain itelektual dan afektif
tertinggi. selalu berjalan berdampingan. Teori
3. Anak berlatih sabar menunggu giliran ini percaya bahwa emosi dan afeksi
setelah temannya menyelesaikan manusia selalu muncul dari suatu
permainnanya. proses yang sama di dalam tahapan
4. Anak berlatih bersaing dan membentuk tumbuh kembang kognitif sehingga
motivasi dan harapan hari esok aka piaget membagi tahapan tumbuh
nada peluang memenangkan kembang kognitif ke dalam empat
permainan. jenis proses yaitu asimilasi,
5. Anak-anak sejak dini belajar akomodasi, konservasi,reversibility.
menghadapi resiko kekalahan yang 3. Teori dari vigotsky yang menekankan
dihadapi dari permainan.13 pada pemusatan hubungan social
Bermain merupakan kebutuhan anak sebagai hal yang penting yang
yang sangat penting, dengan bermain anak mempengaruhi kognitif, karena anak
akan membangun pengetahuannya tentang apa akan menemukan pengetahuan dalam
yang ada di sekitarnya, dan membangun dunia socialnya kemudian menjadi
kreatifitasnya baik dengan menggunakan suatu bagian dari perkembangan
14
benda atau alat permainan maupun tidak. Ada kognitifnya.
tiga teori bermain modern yang memberikan Lebih lanjut diuraikan oleh Piaget
tekanan pada konsekuensi bermain pada anak dalam Hurlock bahwa bermain terdiri atas
dan sebagai acuan dan menunjang main anak tanggapan yang diulang sekedar sekedar untuk
dalam tahapan perkembangan anak kesenagan fungsional15. Sedangan menurut

12
Nehru, “Mengembangkan Kecerdasan
14
Sosial Anak Usia Dini Melalui Permainan Latif mukhtar dkk. Orentasi baru
Tradisional” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan anak usia dini teori dan aplikasi.
Vol. 5, (Jakarta, 2011), h. 134 (Jakarta:prenadamedia group),h.79
13 15
Susanto ahmad. Perkembangan anak Hurlock. E. B.. Psikologi
usia dini.(Jakarta:prenamedia group 2011),h 4-5 Perkembangan. (Alih Bahasa: Istidayanti dan

109
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Bettelheim dalam hurlock kegiatan bermain pengalaman dan objek-objek yang ada di
merupakan kegiatan yang tidak mempunyai sekitarnya, pembelajaran di TK tidak hanya
peraturan lain kecuali yang ditetapkan menekankan pada pembelajaran yang
permainan sendiri yang tidak ada hasil akhir berorentasi pada bermain melaikan pada
yang dimaksudkan dalam realitas luar16. perkembangan anak itu sendiri.18
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas Bermain mempunyai makna penting
dasar suatu kesenangan dan tanpa bagi pertumbuhan anak. ada enam belas nilai
mempertimbangkan hasil akhir kegiatan bermain bagi anak:1) Bermain membantu
tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa pertumbuhan anak, 2) Bermain merupakan
paksaan atau tekanan dari pihak luar,sebagian kegiatan yang dilakukan secara sukarela, 3)
orang menyatakan bahwa bermain sama Bermain memberi kebebasan anak untuk
fungsinya dengan berkerja. Meskipun bertindak, 4) Bermain memberikan dunia
demikian, anak memiliki persepsi sendiri khayal yang dapat dikuasai, 5) Bermain
mengenai bermain dimana bermain menurut mempunyai unsur berpetualang didalamnya, 6)
Hurlock dapat di bagi kedalam dua kategori Bermain meletakkan dasar pengembangan
yaitu: bahasa, 7) Bermain mempunyai pengaruh yang
1. Bermain Aktif unik dalam pembentukan hubungan antar
Dalam permaina aktif kesenagan yang timbul pribadi, 8) Bermain memberi kesempatan
dari apa yang dilakukan individu, apakah untuk menguasai diri secara fisik, 9) Bermain
dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat memperluas minat dan pemusatan perhatian,
sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak 10) Bermain merupakan cara anak untuk
kurang melakukan kegiatan bermain secara menyelidiki sesuatu, 11) Bermain merupakan
aktif ketika mendekati masa remaja dan cara anak mempelajari peran orang dewasa, 12)
mempunyai tanggung jawab dirumah dan di Bermain merupakan cara dinamis untuk
sekolah serta kurang bertenaga karena belajar, 13) Bermain menjernihkan
pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh. pertimbangan anak, 14) Bermain dapat
2. Hiburan distruktur secara akademis, 15) Bermain
Dalam bermain pasif atau hiburan kesenangan merupakan kekuatan hidup, 16) Bermain
diperoleh dari kegiatan orang lain. Permainan merupakan sesuatu yang esensial bagi
sedikit menghabiskan energy anak yang kelestarian hidup manusia19.
menikmati temannya ketika bermain Bermain juga memberikan peran
memandang orang atau hewan di televisi, yang sangat penting bagi anak Dworetsky
menonton adegan lucu atau membaca buku dalam Moeslichaton mengemukakan bahwa
adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak bermain merupakan kegiatan yang memberikan
tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak kesenangan dan di laksanakan untuk kegiatan
yang menghabiskan sejumalah besar tenaganya itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya
di tempat olah raga atau tempat bermain17 daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu.
20
Bermain sebagai bentuk kegiatan Bermain juga memberi peranan bagi semua
belajar di TK adalah bermain yang kreatif dan aspek perkembangan anak. Dworetzky dalam
menyenangkan. Melalui bermain yang kreatif
anak dapat mengembangkan semua 18
Masitoh. Strategi Pembelajaran TK.(
kemampuannya dan mengeksplorasi Jakarta : Universitas Terbuka 2004), h.9.5
19
Moeslichatoen. Metode pengajaran di
taman kanak-kanak. (Jakarta : RinekaCipta 2004),h.
Soedjarwo Edisi kelima. Jakarta. Erlangga 1978), 55-56
20
h.320 Moeslichatoen. Metode pengajaran di
16
Ibid. taman kanak-kanak.(Jakarta : RinekaCipta
17
Ibid. 2004),h.395

110
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Moeslichatoen juga mengemukakan bahwa menjadi seseorang atau


fungsi bermain dan interaksi dalam permaianan sesuatu.sedangkan bermain mikro
mempunyai peran penting bagi perkembangan adalah anak memegang atau
kognitif dan social anak, selain itu fungsi menggerakkan benda yang
bermain dapat meningkatkan perkembangan berukuran kecil untuk menyusun
bahasa, disiplin, perkembangan moral, adegan. Saat anak main peran
kreativitas dan perkembangan fisik anak.21 mikro mereka belajar untuk
Melalui bermain aspek-aspek perkembangan menghubungkan dan mengambil
anak akan banyak terlatih, hal ini disebakan sudut pandang dari orang lain24
dalam bermain terjadi sebuah interaksi yang (b) Main sensorimotor atau main
kompleks dimana anak akan mendorong keluar fungsional dimana anak belajar
semua kemampuan dalam dirinya. melalui panca indra dan
Hal tersebut juga dikemukakan oleh hubungan fisik dengan
Froebel dalam Masito Bermain sebagai bentuk lingkungan mereka. (c) Main
kegiatan belajar adalah bermain yang kreatif pembangunan atau konstruktif
dan menyenangkan. Melalui bermain yang adalah main yang
kreatif anak dapat mengembangkan semua mempresentasikan ide anak
kemampuannya dan mengeksplorasi melalui media yang bersifat cair
pengalaman dan objek-objek yang ada di dan media yang bersifat
sekitarnya, pembelajaran tidak hanya terstrukturPiaget dalam maulida
menekankan pada pembelajaran yang mengemukakan bahwa main
berorentasi pada bermain melaikan pada pembangunan membantu anak
perkembangan anak itu sendiri22 untuk mengembangkan
Dalam kegiatan main anak tentunya keterampilan yang mendukung
ada hal yang paling penting untuk diketahui tugas-tugas disekolah
25
khususnya dalam prosesn pembelajaran pada kemudian. Adapun bahan main
anak usia dini yang diberikan melalui bermain pembangunan dapat kita
hendaknya mendukung diantaranya23 : gunakam yang bersifat cair
1. Termuat 3 jenis main yaitu: (a) /bahan alam dimana penggunaan
Main Peran Vygotsky dan dan bentuk ditentukan oleh anak
Erikson mengemukakan bahwa seperti air,pasir cat, play
Bermain peran dissebut juga dough,krayon,pulpen dll.
dengan dengan main sibolis,pura- Sedankan media yang terstrukut
pura,fantasi, imajinasi atau main bahan yang bias digunakan
drama sangat penting untuk adalah balok unit, balok
perkembangan kognisi,social, dan berongga,lego, balok berwarna
emosi anakpada usia 3-6 tahun. 2. Sejumlah bahan main : bahan
Bermaian peran dapat dibagi main terdiri dari banyak jenis dan
menjadoi dua yaitu bermain bermacam-macam misalnya
peran makrodimana anak disediakan bahan main yang
berperan sesungguhnya dan membuat anak dapat
membedakan kasar dan halus,
21
Ibid,h 35
22
Masitoh. 2004. Strategi Pembelajaran
24
TK. (Jakarta : Universitas Terbuka 2004),h.9.5 Mutiah Diana. Psikologi bermain anak
23
Latif mukhtar dkk. Orentasi baru usia dini.(Jakarta :Prenada media Group
pendidikan anak usia dini teori dan aplikasi. 2015),h.115
25
(Jakarta:prenadamedia group),h.79 Ibid,h.116

111
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

besar dan kecil, berat dan ringan, meningkatnya koordinasi dan


tebal dan tipis dan sebagainya keseimbangan tubuh serta
3. Penataan bahan main : ditata mengembangkan keterampilan
dengan direncanakan terlebih dalam pertumbuhan anak. Adapun
dahulu dan keseriusan sehingga sumbangsih kesehatan
anak yang baru mulai bergabung mentaladalah membantu anak
dapat belajar melalui melihat untuk mengembangkan reseliensi
4. Hubungan social : main yang diri terhadap tekanan dalam
disiapkan dan ditata dengan kehidupan
perencanaan yang baik dapat 3. Bermain memberikan kesempatan
menimbulkan interaksi social untuk menguji anak dalam
dengan teman sebay, dan bahan menghadapi tantangan dan bahaya.
main ditata untuk bermacam- Dari uraian diatas dapat disimpulkan
macam tahapan perkembangan bahwa bermaian merupakan kegiatan yang
social misalnya ada Mainan yang dilakukan tanpa ada unsur keterpaksaan dan
ditata untuk satu anak saja, dua tidak menekankan pada hasil dari kegiatan
anak saja, untuk tiga anak atau bermaian melainkan suatu kegiatan yang
lebih. menyenangkan yang dilakukan atas keinginan
Bermain memiliki peran penting dalam sendiri dan lebih menekankan pada proses yang
proses perkembangan anak iswinarti dalam di dapatkan dalam bermaian yang akan
najamuddin A mengemukakan bahawa peran memberikan manfaat bagi seluruh aspek
bermain pada anak berdampak pada sejumlah perkembangan anak. Salah satu hal yang harus
bidang kehidupan anak yaitu sebagai berikut26 : diketahui dalam proses bermaian hendaknya
1. Bermain mempunyai peran yang mendukung tiga jenis main yaitu main
penting dalam belajar. Dalam hal sensorimotor,main peran dan konstrukti serta
ini bermain dapat melengkapi memperhatikan bahan dan penataan yang
kegiatan sekolah anak yang dapat digunakan dalam dalam bermain. Dengan
memberikan kesempatan kepada demikian anak akan memperoleh kesempatan
anak untuk memahami, meresapi dalam memilih kegiatan yang disukai, dapat
dan member arti kepada apa yang bereksperimen sesuai yang di inginkan dan
mereka pelajari dalam settingan akan menstimulus perkembanagan anak. Dari
pendidikan formal. Secara khusus uraian beberapa teori diatas dapat pula
bermain menjadi penting yaitu diketahui bahwa nilai bermain dalam
membantu anak memperoleh kehidupan anak sangatlah besar pengarunya
“bukan informasi khusus, tetapi maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam
mindset umum dalam pemecahan pelaksanaan program kegiatan anak khususnya
masalah. pada anak usia dini merupakan syarat mutlak
2. Bermain dapat mendukung yang sama sekali tidak bisa diabaikan karena
perkembangan fisik dan kesehatan bagi anak belajar adalah bermain dan bermain
mental yang baik. Bermain itupun adalah belajar.
memfasilitasi anak dalam D. Tahapan Perkembangan Bermain
beraktifitas fisik meliputi kegiatan Perkembangan dapat diartikan merupakan
olahraga yang memungkinkan perubahan yang terjadi pada individu ataupun
organisme yang bersifat kuantitatif dan
26 kualitataif hal inipun dapat kita lihat dari
Najamuddin A. membangun karakter
anak lewat permainan tradisional daerah gorontalo. perkembangan bermain anak yang dimulai
(Gorontalo :tadbir 2016 Vol 4),h.75-76

112
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

pada fase natal hingga dewasa dan memiliki Setelah masuk sekolah jenis permainan
ciri dan krakteristik tertentu dalam setiap mereka sangat beragam. Semula
tahapan perkembangnya.Tahapan bermain pada mereka meneruskan bermain dengan
anak tentunya berbeda dan disetiap tahapanya barang mainan terutama bila sendirian
hal ini sangat penting untuk diketahui agar kita selain itu mereka merasa tertarik
dapat memfasilitasi tahapan-tahapan dengan permainan, olahraga,hobi dan
perkembangan tersebut sehingga bentuk permainan lainnya.
perkembangan bermain anak dapat 4. Tahap Melamun
berkembang sesuai dengan tahapannya. Semakin mendekati masa puber
Secara umum tahapan perkembangan mereka mulai kehilangan minat dalam
bermain anak menurut Hurlock dapat di amati permainan yang sebelumnya disenangi
perkembanganya sejak lahir , adapun tahapan dan banyak menghabiskan waktunya
perkembangan bermain adalah sebagi berikut : dengan melamun. Melamun yang
1. Tahap Eksplorasi merupakan ciri khas anak remaja
Hingga bayi berusia 3 bulan permainan adalah saat berkorban saat mereka
mereka terdiri atas melihat orang dan mengangap dirinya tidak diperlukan
benda serta untuk melakukan usaha dengan baik dan tidak di dimengarti
acak untuk menggapai benda yang oleh siapapun27
diacungkan di hadapannya.
Selanjutnya, mereka dapat Sejalan dengan Tahapan
mengendalikan tangan sehingga cukup perkembangan bermain diatas Montolalu dkk
memungkinkan bagi mereka untuk mengemumakan bahwa tahapan perkembangan
mengambil. Memegang, dan bermain pada anak usia dini dapat dilihat
mempelajari benda kecil. Setelah melalui tingkatan dan tahap sebagai berikut :
mereka dapat merangkak atau berjalan 1. Tahapan manipulatif
mulai memperhatikan apa saja yang Pada umumnya tahapan ini dapat
berada dalam jarak jangkauaanya dilihat pada anak usia 2-3 tahun
2. Tahap Permainan
dengan alat-alat atau benda yang
Bermain barang mainan dimulai pada dipegang anak akan melakukan
tahun pertama dan mencapai puncak penyelidikan dengan cara
pada umur 5-6 tahun. Pada mulanya membolak-balik, maraba-raba
anak hanya mengeksprolasi bahkan menjatuhkan lalu
mainannya. Antara 2 atau 3 tahun
melempar dan memungutnya
mereka membayangkan bahwa kembali, meraba-raba dan
mempunyai sifat hidup dapat bergerak, sebagainya.
berbicara dan merasakan. Dengan 2. Tahapan simbolis
berkembangnya kecerdasan anak Peralihan dari tahap manipulatife
mereka tidak lagi mengangap benda hamper tidak dapat dilihat hal ini
mati sebagai sesuatu yang hidupdan disebakan karena anak yang sudah
hal ini mengurangi minatnya pada sampai pada tahap simbolis kadang
barang mainan. Factor lain yang kembali melakukan kegiatan yang
mendorong penyusutan minat dengan
barang mainan adalah bahwa barang
27
mainan adalah sifatnya menyendiri Hurlock. E. B.. Psikologi
Perkembangan. (Alih Bahasa: Istidayanti dan
sedengakan anak menginginkan teman.
Soedjarwo Edisi kelima. Jakarta. Erlangga 1978),
3. Tahap Bermain h.324

113
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

sama pada tahap manipulative dikemukakan oleh Piaget dalam Meyke yaitu
namun pada tahap ini hasil ciptaan sebagai berikut;29 (1) Sensory Motor Play (±¾
sudah terlihat bentuk-bentuk bulan-½ tahun) tahap ini merupakan tahap
walaupun masih kabur, anak pada perkembangan sensori motor sehingga gerakan
tahapan ini kadang berbicara atau kegiatan anak belum dapat dikatakan
sendiri tentang apa yang dibuatnya bermain. Kegiatan anak semata-mata
sesuai dengan fantasinya atau hal- merupakan kelanjutan kenikmatan yang
hal yang pernah dilihat di diperolehnya; (2) Symbolic atau Make Believe
lingkungannya. Play (±2-7 tahun) yaitu tahap pra operasional
3. Tahapan eksplorasi yang ditandai dengan bermain khayal dan
.pada tahap ini anak sering bermain pura-pura, (3) Social Play Game With
bermain sendiri dan lebih senang Rules (± 8-11 tahun) yaitu kegiatan anak lebih
tidak berteman dalam bermain. banyak dikendalikan oleh aturan, (4) Games
Anak yang berada pada tahap with Rules dan Sport (11 tahun keatas), yaitu
eksplorasi mulai memperoleh tahap dimana anak menyukai dan menikmati
penemuan-penemuan besar tentang kegiatan olahraga. Meskipun aturannya
sifat benda dan memupuk dilakukan secara berulang-ulang anak menjadi
keterampilan manipulatifnya dari terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-
kesibukan yang dilakukannya baiknya.
4. Tahapan eksperimenn Tahapan perkembangan yang
Pada tahap ini anak pada umumnya dikemukakan Piaget berawal dari ketertarikan
berusia 4-5 tahun mulai melakukan anak terhadap suatu kegiatan yangmemberikan
percobaan-percobaan dan pengalaman dan kenikmatan, kemudian masuk
perhatian mulai tertuju pada pada tahap bermain fantasi dimana anak sering
kegiatan bentuk tertentu dan berimajinasi, setelah itu kegiatan anak mulai
ukuran, menyamakan bentuk dan dikendalikan oleh aturan-aturan dan mulai
ukuran serta memilih bentuk- berinteraksi dengan orang, terakhir kegiatan
bentuk tertentu yang akan bermain anak lebih mengarah pada kegiatan-
digunakan kegiatan olahraga yang memiliki aturan lebih
5. Tahap dapat dikenal ketat namun tetap digemari oleh anak-anak.
Pada tahap ini anak berada pada Pada teori yang lain Parten dan Rogers
usia 5-6 tahun yang pada dalam Sujiono mengemukakan bahwa ada
umumnya telah mencapai tahapan enam tahapan perkembangan bermain pada
bermain yaitu membangun bentuk- anak yaitu :
bentuk yang realistis, bentuk- 1. Unoccupied atau tidak menetap
bentuk yang sudah dikenal atau Anak hanya melihat anak lain
dilihat anak dalam kehidupanya bermain tetapi tidak ikut bermain.
sehari-hari. Bentuk yang dibuat Anak pada tahap ini hanya
oleh anak sudah dapat dimengerti mengamati sekeliling dan berjalan
oleh orang lain yang melihatnya tetapi tidak terjadi interaksi
karena sudah mendekati bentuk- dengan anak yang bermain
bentuk yang sesungguhnya.28 2. Onlooker atau peneonton/pengamat
Tahapan perkembangan lainnya

28 29
Montolalu. Bermain dan Permainan Mayke Tedjasaputra, Bermain, Mainan
Anak. (Jakarta : Universitas Terbuka 2007), h.201- dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini
202 (Jakarta:Grasindo,2011), hh.24-27

114
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Pada tahap ini anak belum mau kemudian anak mulai bermain sendiri, dan
terlibat untuk bermain tetapi anak memiliki minat bermain, setelah itu anak
sudah mulai bertanya lebih mengamati dan menirukan anak lain bermain
mendekat pada anak yang sedang namun belum berinteraksi, tahap selanjutnya
bermaon dan anak sudah mulai anak mulai berinteraksi sosial dalam permaian
muncul ketertarikan untuk namun belum ada pengaturan dan tahap
bermain, setelah mengamati anak terakhir permianan msudah melibatkan
biasanya dapat mengubah cara interkasi sosial dan pengaturan di dalam
bermain. permainan
3. Solitary independent/ bermain Dari uraian diatas dapat kita jelaskan
sendiri bahwa tahapan-tahapan perkembangan bermain
Pada tahap ini anak mulai bermain pada anak tentunya dapat di klasifikasikan
akan tetapi bermain dengan berdasarkan usia dan jenis main Dengan
dirinya sendiri terkadang anak demikian tahapan perkembangan bermain anak
berbicara temanya yang sedang perlu di ketahui hal ini akan memberikan
bermain tetapi tidak terlibat manfaat dan pengetahuan untuk membantu kita
dengan permainan anak. merespon kebutuhan yang diperlukan oleh
4. Paralel activity atau kegiatan anak usia dini khussnya dalam mempersiapkan
parallel kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Anak sudah bermain denngan dan tentunya akan menghasilakan pembelajar
anak lain akan tetapi belum terjadi yang efektif. Dari tahapan main diatas dapat
interaksi dengan anak yang lain pula kita pahami bahwa dalam tahapan
dan cenderung menggunakan alat bermaian anak diawalai dari keteratarikan anak
yang ada di dekat anak yang lain terhadap kegiatan bermaian, kemudian
5. Associative play atau bermain melakukan pengamatan terhadap kegiatan
dengan teman bermaian, minat terhadapap kegiatan bermain
Pada tahap terjadi interaksi yang melalui peniruan namun masih melakukannya
lebih kompleks, dalam bermain secara individual kemudian masuk pada tahap
anak suadh saling mengingatkan dimana anak mulai berinteraksi secara social
satu dengan yang lain, terjadi dalam kegiatan bermain yang memiliki aturan
tukar menukar mainanatau dan bermaian yang melibatkan interaksi social
mengikuti anak yang lain . dan organisasi yang lebih kompleks.
6. Cooperative or orgenaized E. Jenis Kegiatan Main Anak
supplementary play atau kerja Kegiatan bermain yang dilakukan oleh
sama dalam bermain atau dengan anak memiliki jenis kegiatan bermain yang
aturan. dilakukan oleh anak dan kegiatan permainan
Anak bermain bersama secara yang dilakukan oleh anak. Jenis bermain yang
terorganisasi dan masing-masing dikemukakan oleh Mutiah adalah sebagai
menjalankan peran yang saling berikut;31 1) bermain sosial, kegiatan bermain
mempengaruhi satu sama lain30 dengan teman-teman yang akan menunjukkan
Tahapan bermain yang dikemukakan derajat partisipasi yang berbeda, 2) bermain
oleh Parten dan Rogers menyebutkan bahwa dengan benda, anak melakukan kegiatan
pertama-tama anak menjadi pengamat terhadap bermain dengan mengeksplorasi objek,3)
hal yang menarik dalam kegiatan bermain, bermain sosiodramatis yang memiliki beberapa
elemen seperti bermain dengan melakukan
30
Sujiono N.Y.. Konsep dasar pendidikan
31
anak usia dini.( Jakarta : PT indeks 2013),h.148 Diana Mutiah, op.cit.,hh.142-144

115
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

imitasi, bermain pura-pura, bermain peran tersebut.


dengan menirukan gerakan dan persisten atau F. Penutup
anak tekun melakukan kegiatan bermain Bermain merupakan suatu kegiatan
selama 10 menit. yang menyenangkan yang muncul dari dalam
Jenis bermain yang dikemukakan diri individu baik anak-anak,remaja hingga
oleh Mutiah berdasar pada tahapan dewasa. Bermain bagi anak usia dini tidak
perkembangan bermain anak yang telah hanya suatu kegiatan yang menyenangkan akan
dikemukakan oleh para ahli dimana terdapat tetapi merupakan kegiatan yang yang memiliki
bentuk bermain sosial yang melibatkan tujuan yaitu untuk mengoptimalkan seluruh
interaksi antara anak dan orang lain, bermain aspek perkembangan anak.Melalui kegiatan
dengan benda yang menggunakan sebuah objek bermain anak akan belajar banyak hal dan akan
untuk dapat dieksplorasi selama kegiatan mudah menyerap pengalaman yang
bermain, dan bermain sosiodramatis yang didapatkannya pada saat bermain. Dengan
merupakan kegiatan bermain anak dengan demikian bermain merupakan sarana bagi anak
aktivitas meniru serta berimajinasi. untuk mendapatkan pengetahuan tentang
Selain jenis bermain terdapat pula lingkungan dan sekitarnya yang kemudian hal
jenis permainan yang dikemukakan oleh tersebut akan sangat bermanfaat bagi anak
beberapa ahli yang telah dirangkum oleh untuk dapat mengembangkan kemampuan yang
Mutiah dalam bukunya yaitu; 1) Permainan ada dalam dirinya.
sensorimotor, permaianan yang dilakuakan
untuk memperoleh kenikmatan untuk melatih Daftar Pustaka
perkembangan sensorimotor, 2) Permainan
praktis yaitu melibatkan pengulangan perilaku Hurlock. E. B.I978. Psikologi Perkembangan.
keterampilan-keterampilan baru yang sedang Alih Bahasa: Istidayanti dan Soedjarwo Edisi
dipelajari,3) permainan pura-pura yaitu terjadi kelima. Jakarta. Erlangga.
ketika anak mentransformasikan lingkungan
fisik ke dalam suatu simbol, 4) permainan Tedjasaputra Myeke. 2011. Bermain, Mainan
sosial yaitu permainan yang melibatkan dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia
interaksi sosial dengan teman sebaya, 5) Dini . Jakarta:Grasindo
permainan fungsional permainan yang
dilakukan anak secara berulang-ulang dengan Latif Muhktar dkk. 2014.Orentasi baru
menemukan kesenangan dalam bermain pendidikan anak usia dini teori dan
dengan lingkungannya, 6) permainan aplikasi.Jakarta:Prenadamedia Group
konstruktif yaitu ketika anak melibatkan diri
dalam suatu kreasi, 7) game yaitu kegiatan- Martinis .Y dan Sanan J. 2010. Panduan
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pendidikan anak usia dini. Jakarta: Gaung
kenikmatan yang melibatkan aturan. Persada.
Jenis permainan–permainan tersebut
berdasar pada pendapat yang dikemukakan Masitoh. 2004. Strategi Pembelajaran TK.
oleh para ahli sebelumnya dalam tahap Jakarta : Universitas Terbuka.
perkembangan anak dimana permainan tersebut
dilakukan untuk memperoleh kenikmatan, Montolalu. 2007. Bermain dan Permainan
mengulangi keterampilan yang baru dipelajari, Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.
menggunakan simbol, berinteraksi sosial,
menemukan kesenangan, berkreasi dan Moeslichatoen. 2004. Metode pengajaran di
menerapkan aturan dalam kegiatan permainan taman kanak-kanak.Jakarta : RinekaCipta

116
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Muthia Diana.2015. Psikologi Bermain anak Najamuddin A. membangun karakter anak


Usia dini. Jakarta :Prenademedia lewat permainan tradisional daerah gorontalo.
Group Gorontalo :Tadbir 2016 Vol 4

Mutiah Diana.2015. Psikologi bermain anak Sari Mita. 2014. Peningkatan disiplin Melalui
usia dini.Jakarta :Prenada media Bermain dengan Aturan.Jakarta: Tesis PPS
Group UNJ

Sujiono N.Y. 2013. Konsep Dasar Pendidikan


Anak Usia Dini.Jakarta:PT Indeks

117

Anda mungkin juga menyukai