Rasyono
Abstract
____________________________________________________________
Extracurricular is a place for students to channel their interests and talents beyond
academic subjects in school. A wide variety of extracurricular activities among other
fields of art, spirituality, leadership, journalism and no less popular and almost every
school there are extracurricular sport. Enthusiastic and sports enthusiasts ekstrakuler
school is remarkable. This condition is supported by the many competitions and
championships between schools in the field of sports and even to the level of the multi
event POPDA, O2SN, Popnas, even the base PPLP Championship athletes are students
at school. Potential arising from this competitive climate makes the existence of
extracurricular school as the granary of student athletes being very central and must be
properly managed, focused and sustainable as basic sports coaching students.
Alamat korespondensi: ISSN 2354-8231 (online)
Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Km. 15, Kota Jambi
ISSN 2354-7901 (cetak)
E-mail: rasyonounja@gmail.com
44
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)
45
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)
diikuti sistem pembibitan olahraga di Indonesia latihan jangka panjang mulai dari usia dini
adalah seperti terlihat pada gambar di bawah secara bertahap, kontinyu, meningkat dan
ini: berkesinambungan dengan tahapan
pembibitan/pemanduan bakat, spesialisasi
cabang olahraga, dan peningkatan prestasi.
Herbert Simon (dalam Balyi, Istvan, 2001:1)
seorang penerima nobel menyatakan "It takes 10
years of extensive training to excel in anything".
Pembinaan olahraga pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari pembangunan
keolahragaan nasional (Syafii, Imam dan
Mahfud Irsyada, 2011:40). Pembinaan dan
pengembangan olahraga pendidikan
Gambar 1. Bangunan Sistem Keolahragaan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi,
Nasional (Kemenpora, 2010:21). kemampuan, minat, dan bakat peserta didik
secara menyeluruh, baik melalui kegiatan
Pembinaan Olahraga Pendidikan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler (UU
Pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun SKN No 3 Th 2005 Pasal 25 ayat 4).
2005 dalam pasal 17 menyebutkan tentang Pembinaan olahraga di sekolah harus dapat
ruang lingkup olahraga meliputi 3 (tiga) bentuk dilakukan secara kontinyu dan
kegiatan olahraga yaitu Olahraga Pendidikan, berkesinambungan karena diharapkan nantinya
Olahraga Rekreasi, Olahraga Prestasi. Untuk dapat menghasilkan calon-calon atlet yang
mencetak menghasilkan prestasi tinggi dapat berprestasi hingga tingkat nasional
pembinaan olahraga tidak luput dari (Junaidi, 2003:55). Asdep Keserasian
pembinaan olahraga pendidikan dalah hal ini Kebijakan Pemda Kemenpora menyatakan
pada tingkat sekolah yakni pelajar sebagai “Olahraga pendidkan penting untuk
pelakuknya. melahirkan bibit-bibit atlet, jika pembibitannya
Program pembinaan olahraga tidak bisa baik, olahraga nasional akan bergerak kearah
dilakukan secara instant. Pembinaan harus yang prima.
dilakukan melalui proses yang benar dan
melaui tahap demi tahap secara kontinyu. Ekstrakurikuler
Pembinaan juga harus benar-benar terorganisir Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang
melalui kerjasama antar instansi, organisasi Standar Isi disebutkan bahwa kegiatan
maupun stake holder keolahragaan. ekstrakurikuler termasuk bagian dari kegiatan
Sistem keolahragaan nasional adalah pengembangan diri. Kegiatan ekstrakurikuler
keseluruhan aspek keolahragaan yang saling adalah kegiatan pendidikan di luar mata
terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan pelajaran dan pelayanan konseling untuk
berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang membantu pengembangan peserta didik sesuai
meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan mereka melalui kegiatan yang secara khusus
pengawasan untuk mencapai tujuan diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
keolahragaan nasional (UU SKN No 3 Th 2005 kependidikan yang berkemampuan dan
Pasal 1 ayat 3). berkewenangan di sekolah/madrasah
Balyi, Istvan (2001:1) mengungkapkan (Direktorat Pembinaan SMA, 2010:6). Visi
“We know that a long-term commitment to practice kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya
and training is required to produce elite potensi, bakat dan minat secara optimal, serta
players/athletes in all sports”. Pembinaan atlet tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan
menuju puncak prestasi memerlukan program
46
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)
peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, Keterlibatan aktif, Menyenangkan, Etos Kerja,
keluarga dan masyarakat. dan Kemanfaatan sosial (Depdiknas, 2007:21-
Ekstrakurikuler juga diartikan sebagai 22).
kegiatan yang diselenggarakan di luar jam
pelajaran yang tercantum dalam susunan Ekstrakurikuler Olahraga
program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Hasil penelitian yang disponsori oleh
sekolah berupa kegiatan pengembangan Welsh Assembly Govermment mengenai kegiatan
kepribadian, pengayaan dan perbaikan yang ekstrakurikuler menerangkan :
berkaitan dengan program kurikuler. Kegiatan- 1) Forty-seven percent of secondary age pupils take
kegiatan untuk lebih memantapkan kepribadian part in extracurricular sport regularly (at least
seperti palang merah remaja, olahraga, once a week); this is up 5 percentage points since
kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, 2004.
kesenian dan kegiatan lainya (Depdiknas. 2) The gender gap has closed, and there is now
2007:3). very little difference between boys’ and girls’
participation in extracurricular sporting
Dasar, Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan activity.
Ekstrakurikuler 3) The proportion of young people participating in
Mengingat terbatasnya jumlah jam extracurricular activity decreases with age
pelajaran setiap minggu yang tersedia dalam (Gan, Noddir and Lywordraeth Cynulliad
program kurikuler pada kelas I dan II serta Cymru, 2009: 45-70) .
tidak adanya program kurikuler pada kelas III Pernyataan di atas diartikan bahwa :
perlu disusun program ekstrakurikuler yang 1) Empat puluh tujuh persen murid usia
dilaksanakan di luar jam sekolah. Program sekolah menengah pertama ambil bagian
kurikuler lebih menekankan pada pemahaman dalam ekstrakurikuler olahraga secara
dan penguasaan kemampuan dan keterampilan teratur (setidaknya seminggu sekali), ini
cabang-cabang olahraga serta kebiasaan hidup adalah sampai 5 poin persentase sejak
sehat (Depdikbud,1993:4). tahun 2004.
Wechsler (dalam Bocarro, Jason et al., 2) Perbedaan gender telah ditutup, dan
2008:8) “Extracurricular physical activity programs sekarang ada sedikit perbedaan antara
have been used extensively in school in an attempt to anak laki-laki dan perempuan dalam
positively impact the physical activity of students”. partisipasi kegiatan ekstrakurikuler
Steinbeck (dalam Bocarro, Jason et al., 2008:8) olahraga.
suggested that physical activity programs within 3) Proporsi anak muda berpartisipasi dalam
schools can play a pivotal role in helping children kegiatan ekstrakurikuler menurun sesuai
acquire skills that promote long-term physical dengan usia.
activity. Weschler mengartikan bahwa program Partisipasi siswa yang tinggi dalam
ekstrakurikuler telah digunakan secara luas di kegiatan ekstrakurikuler pada penjelasan
sekolah sebagai upaya yang dapat memberi pertama dan sedikitnya perbedaan partisipasi
dampak positif bagi aktivitas fisik siswa. ekstrakurikuler antara anak laki-laki dan anak
Steinbeck juga menyarankan bahwa program- permpuan pada penjelasan kedua menunjukan
program aktivitas fisik disekolah dapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan
memaikan peran penting dalam membantu modal yang baik untuk pembibitan olahraga.
anak memperoleh keterampilan yang bisa Penjelasan ketiga menerangkan bahwa
mempromosikan aktivitas fisik jangka panjang. partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler meliputi menurun sesuai dengan usia, namun dalam
: Pengembangan, Sosial, Rekreatif, dan tingkatan ini siswa sudah pada tahap
Persiapan karir. Prinsip kegiatan pembinaan olahraga berikutnya dimana siswa
ekstrakurikuler meliputi : Individual, Pilihan,
47
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)
dapat bergabung dengan klub olahraga di luar sekolah serta kejuaraan antar sekolah, dengan
sekolah. pemasalan melalui sekolah, diharapkan minat
Ekstrakurikuler olahraga dijelaskan juga siswa akan meningkat. Ujungnya upaya
bahwa “In particular, participation in pencarian bakat atau bibit-bibit muda potensial
extracurricular sports has been linked to higher self- lebih mudah dilakukan (Wibisono, 2011:14).
esteem” (Duda, 1989; Holland and Andre, 1994;
Jaffee and Ricker, 1993 in Binsinger., et al, Estrakurikuler Sebagai Dasar Pembinaan
2006:123-129). Dapat dijelaskan bahwa secara Olahraga Pelajar
khusus, partisipasi dalam ekstrakurikuler Uraian yang mengacu pada literatur serta
olahraga telah dikaitkan dengan harga diri yang kajian teori di atas menegaskan bahwa
lebih tinggi. pentingnya ekstrakurikuler sebagai dasar
Program ekstrakurukuler merupakan pembinaan olahraga pelajar merupakan
kelanjutan dari program intrakurikuler, dimana pemikiran yang sangat logis serta
gerak dasar dan keterampilan dasar cabang membutuhkan dukungan berbagai pihak yang
olahraga tertentu diajarkan, dengan demikian terlibat program ini untuk merumuskan
pengembangan kegiatan ekstrakurikuler harus kebijakan yang tertuang dalam peraturan
berdasarkan minat, bakat dan potensi siswa, perundang-undangan. Hal inilah yang menjadi
namun dalam pengorganisasian operasionalnya dasar pemikiran penulis merekomendasikan
merupakan program terpisah, sehingga perlu sebuah konsep pembinaan ekstrakurikuler
mendapatkan perhatian masalah pembiayaan, disekolah sebagai dasar pembinaan olahraga
tenaga guru/pelatih, sarana dan prasarana. pelajar yang harus dikaji ulang dalam sistem
Bentuk kegiatannya sudah harus dimasukan pelaksanaanya serta out put luaranya sebagai
kegiatan kompetisi, pertandingan/perlombaan bank bibit-bibit atlet pelajar yang menjadi
berjenjang (Sugijono,2000:70-84). harapan masa depan pencapaian prestasi
Usaha yang dilakukan dalam pembinaan Indonesia. Berikut adalah gambaran
olahraga pendidikan berupa pemasalan dan ekstrakurikuler sebagai dasar pembinaan
pembibitan dengan pengoptimalan pelaksanaan olahraga pelajar :
intrakurikuler dan ekstrakurikuler olahraga di
48
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)
Melalui kesadaran akan pentinya Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Mata
keberadaan ekstrakurikuler sebagai dasar Pelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan.
pembinaan olahraga pelajar penulis Jakarta: Depdikbud
Depdiknas. 2007. Model Pengembangan Diri. Jakarta:
merekomendasikan agar : 1). Kementrian
P4TK Penjas dan BK.
pendidikan bersama kementrian pemuda dan
Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
olahraga bersinergi merumuskan regulasi Olahraga. 2010. Rencana Pembangunan Jangka
kebijakan terkait sistem pelaksanaan Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Bidang
ekstrakurikuler sebagai dasar pembinaan Olahraga. Jakarta: Bappenas.
olaharaga pelajar, 2). Dinas pendidikan Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis
melaksanakan kebijakan dari pusat dengan Penyusunan Program Pengembangan Diri
penuh antusias dan disesuaikan dengan potensi Melalui Ekstrakurikuler di SMA. Jakarta:
daerah masing-masing, 3). Sekolah sebagai Direktorat Pembinaan SMA.
Djoko pekik irianto. 2002. Dasar Kepelatihan.
pelaksana melaksanakan dan
Yogyakarta: Andi Offset.
menyelenggarakan ekstrakurikuler sesuai
Feldman, Amy F and Jennifer L. Matjasko 2005.
dengan minat siswa, 4). Pelatih yang Journal: The Role of School-Based Extracurricular
menangani ekstrakurikuler disekolah Activities in Adolescent Development: A
diharapkan memahami ilmu kepelatihan Comprehensive Review and Future Directions.
sehingga tidak terjadi malpraktik dalam Review of Educational Research
membina calon atlet masa depan. Summer.Vol.75,No2, 159-210. Austin:
Sebagai penutup melihat kenyataan di University of Texas.
lapangan, saran pada semua pihak yang dalam Hartono, M.,Taufiq Hidayat.,M.Anas. 2009. Pola
Pembinaan Sekolah Sepak Bola (SSB) Se-Jawa.
sistem pembinaan terkait harus lebih fokus lagi
Jurnal IPTEK Olahraga Volume 11, Nomor
dalam merancang sebuah program, sehingga
3, September 2009. Jakarta: Kemenpora.
kekurangan dan hambatan yang begitu Islahuzzaman N. 2010. Identifikasi Bakat Usia Dini
komplek bisa diatasi. Selanjutnya agar lebih Siswa SD-SMP Surakarta. Jurnal: Paedagogia
bisa bekerjasama antar instansi maupun jilid 13 No 1, Februari 2010, Halaman 61-69.
organisasi olahraga agar sebuah pembinaan Surakarta: FKIP Olahraga UNS.
bisa berjalan secara berkesinambungan tanpa Junaidi, Said. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini.
terputus mulai dari lapisan bawah melalui Semarang: UNNES.
pemasalan, pembibitan dan pembinaan Syafii, Imam dan Mahfud Irsyada. 2011. Evaluasi
Penyelenggaraan Liga Pendidikan Indonesia
prestasi.
2009/2010. Jurnal IPTEK Olahraga, Vol.13,
No.1, Januari-April 2011:40-45. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Kemenpora.
Undang Undang Republik Indonesia No 3 Tahun
Balyi, Istvan. 2001. Journal: Sport System Building and 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Long-term Athlete Developmeni in British Nasional.
Columbia. Canada: SportMed BC. Wilman.,Gayatri.,Dinda B.,Ferdy. 2010. Sport
Boccaro, Kanters, Casper and Forrester.2008. Sport Akuatik. Majalah Olahraga & Wisata Air.
Physical Education, Extracurricular Sports, and No.18/Th.III/Nov-Desember 2010.
Lifelong Active Living. Journal of teaching in Bandung: Media Utama.
physical education,27,155-166.Canada: Human
Kinetics.
49
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 NO. 2 Edisi Oktober 2016 hal 433 - 440
Abstrak
Latar belakang pada penelitian ini adalah Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri
dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Pembinaan olah raga sepak bola penting dilakukan,
karena dapat mempengaruhi berkembang tidaknya olahraga sepak bola. Pembinaan olahraga sepak bola seorang
atlet tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan melalui berbagai proses dan tahapan dalam kurun waktu
tertentu. Pembinaan atlet dalam dunia olahraga hingga mendapat prestasi puncak erat kaitannya dengan sumber
daya manusia, sarana prasarana, dan program latihan yang ada.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pembinaan prestasi cabang olahraga sepakbola di
akademi Triple’s Kabupaten Kediri dan memiliki tujuan untuk mengetahui hasil pembinaan prestasi olahraga
sepakbola di akademi TRIPLE’S tersebut.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah SWOT
(strength, weakness, opportunity, threat). Dengan menggunakan metode SWOT diharapkan mendapat hasil yang
optimal dalam mengamati pembinaan sepakbola di akademi Triple’s Kabupaten Kediri. Jenis instrumen yang
digunakan adalah angket tertutup.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan bahwa sarana dan prasarana, program latihan dan sumber daya
manusia yang ada di Akademi Triple’s U-17 Kabupaten Kediri sudah sangat baik sehingga dapat mendukung
para atlet untuk berkompetisi dan berprestasi ditingkat kabupaten , karesidenan maupun tingkat provinsi.
Abstract
The background of this study was football is a team game, each team consists of eleven players and one
goalkeeper. The development of sport football is important to do, because it may affect the development of sport
football itself. The development of sport football of athletes can’t be done instantly, but through various
processes and stages within a certain time. The development of athletes in sport until getting many achievements
is strongly related with human resources, infrastructure, and training program.
The issue examined of this study was how achievement’s development on football division at Kediri regency of
Triple’s Academy was. This study aimed to analyze the result of achievement’s development on football division
at Triple’s Academy.
This study was a descriptive quantitative research and used SWOT (strength, weakness, opportunity, threat)
analysis method. By using SWOT method, it could optimize the result of analyzing the development of football at
Kediri Regency of Triple’s Academy. Instrument used in this study was closed questionnaire.
The result of this study was infrastructure, training programs and human resources in football division at the
age of 17th years old at Kediri Regency of Triple’s Academy. have been good enough to support the athletes to
compete and get a lot of achievements in both residency and province level.
Sebagaimana yang tertera pada diagram yang ada di Akademi TRIPLE’S Kabupaten
dibawah ini. Kediri termasuk dalam kriteria baik dengan
angka persentase 96%.
Persentase Persepsi Atlet Terhadap Sarana dan d. Persepsi Pengurus Terhadap Sumber
Prasarana Daya Manusia (SDM)
Hasil angket / kusioner penelitian
60%
50% 48% persepsi pengurus terhadap sumber daya
40% manusia terdapat 26 pernyataan, berikut ini
20% adalah uraiannya. Responden yang memilih
0% 2% 0% 0%
sangat setuju (SS) 135 , setuju (S) 76,
SS s KS TS STS kurang setuju (KS) 6, tidak setuju (TS) 0,
Gambar 1.4 Diagram Persentase Persepsi sangat tidak setuju (STS) 4. Sebagaimana
Atlet Terhadap Sarana dan Prasarana yang tertera pada diagram dibawah ini.
sebuah prestasi pada atlet sepak bola di akademi ∑ Kurang disiplinya atlet
TRIPLE’S. pada saat jadwal
Indika Pengu Pel Juml Rata- latihan.
Atlet Weakness
tor rus atih ah rata 2 ∑ Jumlah bola sudah
85 (Kelemahan)
97% 88% 270% 90% mencukupi tetapi juga
SDM
% banyak yang rusak.
Saran
a 88 95,33 ∑ Banyak atlet yang
98% 100% 286%
Prasar % % berada di bawah
ana naungan akademi
Progr TRIPLE’S yang
am 93 96,33 mewakili Kab Kediri
96% 100% 289%
Latiha % % diajang kejuaraan
n tingkat daerah bahkan
nasional.
Opportunities
3 ∑ Peluang meraih prestasi
Tabel di atas merupakan hasil isian (Peluang)
yang lebih baik.
angket yang menunjukkan pembinaan prestasi di ∑ Memberi peluang untuk
akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediri dari segi menjadi atlet nasional.
indikator sumber daya manusia, Sarana dan ∑ Minat terhadap
prasarana serta program latihan yang ada. pembinaan olahraga
Responden yang mengisi angket ialah atlet, sepak bola di
pengurus, dan pelatih yang di akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri. Berdasarkan tabel di atas dapat meningkat.
diketahui bahwa pembinaan prestasi di akademi ∑ Motivasi atlet dalam
TRIPLE’S Kabupaten Kediri termasuk dalam bertanding maupun
kriteria sangat baik dengan angka persentase : latihan menurun karena
banyak yang mengikuti
?????% ? ?????% ? ??% Threats
= 4 kejuaraan lain.
? (Ancaman)
=
??????% ∑ Kalah bersaing dengan
? daerah lain yang
= 93,88% memiliki kekuatan
lebih merata.
Berikut table analisis SWOT (strength, weakness,
opportunities, threats)
PENUTUP
No. SWOT Rincian
∑ Kondisi keorganisasian A. Kesimpulan
yang kondusif.
Berdasarkan hasil penelitian dan
∑ Membina atlet dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat diambil
melaksanakan kegiatan simpulan sebagai berikut.
sesuai dengan program Pembinaan prestasi di Akademi
kerja yang telah dibuat. TRIPLE’S adalah sangat baik, karena bila dilihat
∑ Sistem kepengurrusan dari segi sumber daya manusia, sarana prasarana
berjalan dengan baik. dan program latihan sangat menunjang untuk
∑ Memiliki banyak pembinaan atlet sehingga atlet bisa meraih
prestasi yang telah prestasi. Pengurus, pelatih dan atlet selalu
diraih. berkoordinasi dengan baik. Pelatih telah memiliki
Strengths
1 ∑ Pelatih yang memiliki lisensi kepelatihan. Sarana dan prasarana yang
(Kekuatan)
standar kepelatihan atau dimiliki akademi TRIPLE’S baik dan lengkap
lisensi. untuk melakukan pembinaan prestasi. Program
∑ Sarana dan prasarana latihan sudah tersusun dan terlaksana dengan baik,
yang memadai. serta mendapat dukungan dari berbagai pihak.
∑ Pendanaan yang lancar. Oleh karena itu program pembinaan prestasi sepak
∑ Mendapat dukungan bola di akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediri
dari masyarakat, PSSI dapat berjalan dengan lancar.
Kab.Kediri, dan
DISPORA. B. Saran
∑ Memiliki program Dalam program pembinaan prestasi di
latihan yang jelas. akademi TRIPLE’S Kabupaten terbilang sangat
baik dengan prsesntase 93,88%. Akademi
Analisis Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Sepakbola Di Akademi
TRIPLE’S U-17 Kabupaten Kediri
TRIPLE’S harus mempertahankan program Muryadi, Agustanico Dwi. 2015. “Evaluasi Program
pembinaan tersebut dan juga kalau bisa di tambah Pembinaan Sepakbola Klub
agar lebih baik dan dapat sebagai panutan SSB Persijap Jepara”. Jurnal Ilmiah PENJAS.
(sekolah sepak bola) di seluruh Indonesia bahkan (Online) Vol. 1 (2): hal. 1-18.
dunia. Untuk semua aspek pendukung latihan (http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JIP/articl
sudah baik tetapi sarana dan prasarana yaitu bola e/view/323/318, diunduh pada 28 Januari
yang sudah tidak layak pakai harap di ganti degan 2016)
baru agar latihan lebih baik. Perkasa, Warman Yudha. 2013. Pembinaan Prestasi
Tenis Lapangan DKI Jakarta. Skripsi tidak
DAFTAR PUSTAKA diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas
Arikunto, Suharsini 2004. Prosedur Penelitian suatu Negeri Surabaya.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Rahmani, Mikanda. 2014. Buku Super Lengkap
Azwar, Syaifudin. 1998. Metode Penelitian. Olahraga. Jakarta: Dunia Cerdas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sucipto, dkk. 2000. Sepakbola. Jakarta: Depdiknas
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi
“Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, UNESA. Surabaya: Unesa.
Dan Ilmu Social Lainnya”. Jakarta: Tohar. 2002. Ilmu Kepelatihan Lanjut. PKLO FIK
Kencana. UNNES.
Firdaus, Kamal. 2011. “Evaluasi Program Pembinaan
Olahraga Tenis Lapangan di Kota Padang”.
Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia
(Online) Volume 1. Edisi 2. Halaman 127-
132. (
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/
article/download/2027/2141, diunduh pada
28 Januari 2016)
Hadi, Rubianto. 2007. Ilmu Kepelatihan Dasar.
Semarang PKLO FIK UNNES: Cipta Prima
Nusantara.
Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung:
Alfabeta.
Irianto, Djoko Pekik. 2002. Dasar Kepelatihan.
Yogyakarta: Andi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online),
(http://kbbi.web.id/bina, diakses pada 8
Januari 2016).
Kurniawan, Banyu Biru. 2015. Pembinaan Atletik
Pengcab Kabupaten Blitar. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas
Negeri Surabaya.
Kurniawan, Feri. 2011. Buku Pintar Olahraga ”Mens
Sana In Corpore Sano”. Jakarta: Laskar
Aksara.
Kusnanik, Nining Widyah. 2013. “Evaluasi Manajemen
Pembinaan Prestasi PRIMA Pratama
Cabang Olahraga Panahan di Surabaya”.
Jurnal IPTEK Olahraga. Vol. 15 (2): hal.
125-137.
Lutan, Rusli. dkk. 2000. Dasar – Dasar Kepelatihan.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara
D-III Tahun 2000..
Maksum, Ali. 2007. Metodologi Penelitian. Surabaya:
Unesa University Press
Moelong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Cetakan ke Dua Puluh Delapan.
Bandung: REMAJA ROSDAKARYA.