Anda di halaman 1dari 14

JPEHS 3 (1) (2016)

Journal of Physical Education, Health and Sport


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpehs

Ekstrakurikuler Sebagai Dasar Pembinaan Olahraga Pelajar

Rasyono

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Jambi, Indonesia

Info Artikel Abstrak


____________________ ____________________________________________________________
Sejarah Artikel: Ekstrakurikuler merupakan wadah bagi siswa dalam menyalurkan minat dan bakatnya
Diterima April 2016 diluar pelajaran akademik disekolah. Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler anatara
Disetujui Mei 2016 lain bidang seni, kerohanian, kepemimpinan, jurnalistik dan tidak kalah populer dan
Dipublikasikan Juni 2016 hampir setiap sekolah ada adalah ekstrakurikuler bidang olahraga. Antuasias dan
____________________ peminat ekstrakuler olahraga disekolah sangatlah luar biasa. Kondisi ini didukung
Keywords: dengan banyaknya kompetisi dan kejuaraan antar sekolah dibidang olahraga bahkan
extracurricular, sports sampai pada level multi even yakni POPDA, O2SN, POPNAS, bahkan Kejurnas PPLP
coaching students yang basis atletnya merupakan pelajar disekolah. Potensi yang timbul dari iklim
kompetisi ini membuat keberadaan ekstrakurikuler disekolah sebagai lumbung atlet
pelajar menjadi sangat sentral dan harus dikelola dengan baik, terarah serta
berkesinambungan sebagai dasar pembinaan olahraga pelajar.

Abstract
____________________________________________________________
Extracurricular is a place for students to channel their interests and talents beyond
academic subjects in school. A wide variety of extracurricular activities among other
fields of art, spirituality, leadership, journalism and no less popular and almost every
school there are extracurricular sport. Enthusiastic and sports enthusiasts ekstrakuler
school is remarkable. This condition is supported by the many competitions and
championships between schools in the field of sports and even to the level of the multi
event POPDA, O2SN, Popnas, even the base PPLP Championship athletes are students
at school. Potential arising from this competitive climate makes the existence of
extracurricular school as the granary of student athletes being very central and must be
properly managed, focused and sustainable as basic sports coaching students.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2354-8231 (online)
Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Km. 15, Kota Jambi
ISSN 2354-7901 (cetak)
E-mail: rasyonounja@gmail.com

44
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)

PENDAHULUAN uraian tersebut maka kami menulis bagaimana


pentingnya ekstrakurikuler sebagai dasar
Prestasi olahraga yang tinggi tidak bisa pembinaan olahraga pelajar.
lepas dari adanya pembinaan yang dilakukan
sedini mungkin melalui pencarian dan Sistem Pembinaan Olahraga Nasional
pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan dan Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan
pelatihan olahraga yang didasarkan pada ilmu kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
pengetahuan dan teknologi secara lebih efektif. dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
Singkronisasi dengan menciptakan hubungan yang lebih baik. Para ahli olahraga seluruh
yang baik antar organisasi maupun stake holder dunia sependapat perlunya tahap-tahap
olahraga baik tingkat pusat maupun daerah pembinaan untuk menghasilkan prestasi
juga menjadi faktor penting dalam konsep olahraga yang tinggi, yaitu melalui tahap
pembinaan yang berkelanjutan. Pembinaan pemassalan, pembibitan dan pencapaian
olahraga sejak dini melalui program yang prestasi (Djoko Pekik Irianto, 2002:27).
terstruktur, berkesinambungan dan melalui Mencetak atlet potensial tidak bisa
konsep yang baik menjadi sebuah keharusan, dilakukan dengan cara instan, pembinaan
dimana sejak awal pembinaan olahraga perlu berjenjang, kompetisi rutin, pemberian jam
dikelola dengan baik sesuai dengan prinsip- terbang, ketersediaan dana pembinaan, fasilitas
prinsip pembinaan olahraga jangka panjang. serta perhatian dari pemerintah menjadi faktor
Usia sekolah merupakan sumber yang penting dalam upaya melahirkan bibit-
populasi dan potensi terbesar dalam pemasalan bibit atlet (Wibisono, 2011:5).
dan pembinaan olahraga, sehingga sistem Pembibitan dapat dilakukan dengan
pembinaaan olahraga tidak bisa dipisahkan dari melaksanakan identifikasi bakat (talent
jalur sekolah. Pembinaan olahraga pelajar identification)kemudian dilanjutkan dengan
merupakan salah satu program Kemenpora dan tahap pengembangan bakat(talent development).
instansi terkait dalam rangka pembinaan bibit- Cara seperti ini diharapkan menjadikan proses
bibit olahragawan pelajar berbakat untuk pembibitan akan lebih baik (Islahuzaman N.
menunjang peningkatan prestasi olahraga 2010:61-69).
nasional, selanjutnya dinyatakan bahwa Pembibitan adalah suatu pola yang
olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada diterapkan dalam upaya menjaring atlet
jalur pendidikan formal dan nonformal melalui berbakat yang diteliti secara alamiah (Junaidi,
kegiatan ekstrakurikuler dan/atau 2003:50). Pertimbangan penting untuk
intrakurikuler (UUSKN No 3 Thn 2005 pasal memperoleh bibit atlet unggul adalah :
18 ayat 2). 1) Bakat dan potensi tinggi yang dibawa
Feldman dan Matjasko (2005:202) juga sejak lahir mempunyai andil yang lebih
menyatakan “…..high rate of participation in dominan dibandingkan dengan proses
school-based extracurricular activities….”. pembinaan dan penunjang lainya, jadi
Banyaknya partisipan pada kegiatan mencari bibit atlet berpotensi sangat
ekstrakurikuler seperti kutipan tersebut, namun penting.
kelanjutan dari penyelenggaraan 2) Menghindari pemborosan dalam proses
ekstrakurikuler maupun klub-klub olahraga pembinaan apabila atlet yang dibina
terputus. Banyak harapan agar ada sistem memiliki potensi tinggi yang dibawa sejak
keberlanjutan pembinaan olahraga pelajar lahir (Hartono., dkk, 2009:259-278).
sebagai dasar pembinaan olahraga yang `Pembibitan olahraga merupakan sebuah
menaungi kelanjutan dari kegiatan tahap penting dalam pembinaan prestasi
ekstrakurukuler maupun klub olahraga, olahraga yang merupakan fondasi dari
sehingga pembinaan olahraga dapat terencana bangunan sistem pembinaan prestasi olahraga.
dan membentuk sistem yang baik. Berawal Sistem pembinaan prestasi olahraga yang

45
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)

diikuti sistem pembibitan olahraga di Indonesia latihan jangka panjang mulai dari usia dini
adalah seperti terlihat pada gambar di bawah secara bertahap, kontinyu, meningkat dan
ini: berkesinambungan dengan tahapan
pembibitan/pemanduan bakat, spesialisasi
cabang olahraga, dan peningkatan prestasi.
Herbert Simon (dalam Balyi, Istvan, 2001:1)
seorang penerima nobel menyatakan "It takes 10
years of extensive training to excel in anything".
Pembinaan olahraga pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari pembangunan
keolahragaan nasional (Syafii, Imam dan
Mahfud Irsyada, 2011:40). Pembinaan dan
pengembangan olahraga pendidikan
Gambar 1. Bangunan Sistem Keolahragaan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi,
Nasional (Kemenpora, 2010:21). kemampuan, minat, dan bakat peserta didik
secara menyeluruh, baik melalui kegiatan
Pembinaan Olahraga Pendidikan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler (UU
Pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun SKN No 3 Th 2005 Pasal 25 ayat 4).
2005 dalam pasal 17 menyebutkan tentang Pembinaan olahraga di sekolah harus dapat
ruang lingkup olahraga meliputi 3 (tiga) bentuk dilakukan secara kontinyu dan
kegiatan olahraga yaitu Olahraga Pendidikan, berkesinambungan karena diharapkan nantinya
Olahraga Rekreasi, Olahraga Prestasi. Untuk dapat menghasilkan calon-calon atlet yang
mencetak menghasilkan prestasi tinggi dapat berprestasi hingga tingkat nasional
pembinaan olahraga tidak luput dari (Junaidi, 2003:55). Asdep Keserasian
pembinaan olahraga pendidikan dalah hal ini Kebijakan Pemda Kemenpora menyatakan
pada tingkat sekolah yakni pelajar sebagai “Olahraga pendidkan penting untuk
pelakuknya. melahirkan bibit-bibit atlet, jika pembibitannya
Program pembinaan olahraga tidak bisa baik, olahraga nasional akan bergerak kearah
dilakukan secara instant. Pembinaan harus yang prima.
dilakukan melalui proses yang benar dan
melaui tahap demi tahap secara kontinyu. Ekstrakurikuler
Pembinaan juga harus benar-benar terorganisir Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang
melalui kerjasama antar instansi, organisasi Standar Isi disebutkan bahwa kegiatan
maupun stake holder keolahragaan. ekstrakurikuler termasuk bagian dari kegiatan
Sistem keolahragaan nasional adalah pengembangan diri. Kegiatan ekstrakurikuler
keseluruhan aspek keolahragaan yang saling adalah kegiatan pendidikan di luar mata
terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan pelajaran dan pelayanan konseling untuk
berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang membantu pengembangan peserta didik sesuai
meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan mereka melalui kegiatan yang secara khusus
pengawasan untuk mencapai tujuan diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
keolahragaan nasional (UU SKN No 3 Th 2005 kependidikan yang berkemampuan dan
Pasal 1 ayat 3). berkewenangan di sekolah/madrasah
Balyi, Istvan (2001:1) mengungkapkan (Direktorat Pembinaan SMA, 2010:6). Visi
“We know that a long-term commitment to practice kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya
and training is required to produce elite potensi, bakat dan minat secara optimal, serta
players/athletes in all sports”. Pembinaan atlet tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan
menuju puncak prestasi memerlukan program

46
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)

peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, Keterlibatan aktif, Menyenangkan, Etos Kerja,
keluarga dan masyarakat. dan Kemanfaatan sosial (Depdiknas, 2007:21-
Ekstrakurikuler juga diartikan sebagai 22).
kegiatan yang diselenggarakan di luar jam
pelajaran yang tercantum dalam susunan Ekstrakurikuler Olahraga
program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Hasil penelitian yang disponsori oleh
sekolah berupa kegiatan pengembangan Welsh Assembly Govermment mengenai kegiatan
kepribadian, pengayaan dan perbaikan yang ekstrakurikuler menerangkan :
berkaitan dengan program kurikuler. Kegiatan- 1) Forty-seven percent of secondary age pupils take
kegiatan untuk lebih memantapkan kepribadian part in extracurricular sport regularly (at least
seperti palang merah remaja, olahraga, once a week); this is up 5 percentage points since
kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, 2004.
kesenian dan kegiatan lainya (Depdiknas. 2) The gender gap has closed, and there is now
2007:3). very little difference between boys’ and girls’
participation in extracurricular sporting
Dasar, Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan activity.
Ekstrakurikuler 3) The proportion of young people participating in
Mengingat terbatasnya jumlah jam extracurricular activity decreases with age
pelajaran setiap minggu yang tersedia dalam (Gan, Noddir and Lywordraeth Cynulliad
program kurikuler pada kelas I dan II serta Cymru, 2009: 45-70) .
tidak adanya program kurikuler pada kelas III Pernyataan di atas diartikan bahwa :
perlu disusun program ekstrakurikuler yang 1) Empat puluh tujuh persen murid usia
dilaksanakan di luar jam sekolah. Program sekolah menengah pertama ambil bagian
kurikuler lebih menekankan pada pemahaman dalam ekstrakurikuler olahraga secara
dan penguasaan kemampuan dan keterampilan teratur (setidaknya seminggu sekali), ini
cabang-cabang olahraga serta kebiasaan hidup adalah sampai 5 poin persentase sejak
sehat (Depdikbud,1993:4). tahun 2004.
Wechsler (dalam Bocarro, Jason et al., 2) Perbedaan gender telah ditutup, dan
2008:8) “Extracurricular physical activity programs sekarang ada sedikit perbedaan antara
have been used extensively in school in an attempt to anak laki-laki dan perempuan dalam
positively impact the physical activity of students”. partisipasi kegiatan ekstrakurikuler
Steinbeck (dalam Bocarro, Jason et al., 2008:8) olahraga.
suggested that physical activity programs within 3) Proporsi anak muda berpartisipasi dalam
schools can play a pivotal role in helping children kegiatan ekstrakurikuler menurun sesuai
acquire skills that promote long-term physical dengan usia.
activity. Weschler mengartikan bahwa program Partisipasi siswa yang tinggi dalam
ekstrakurikuler telah digunakan secara luas di kegiatan ekstrakurikuler pada penjelasan
sekolah sebagai upaya yang dapat memberi pertama dan sedikitnya perbedaan partisipasi
dampak positif bagi aktivitas fisik siswa. ekstrakurikuler antara anak laki-laki dan anak
Steinbeck juga menyarankan bahwa program- permpuan pada penjelasan kedua menunjukan
program aktivitas fisik disekolah dapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan
memaikan peran penting dalam membantu modal yang baik untuk pembibitan olahraga.
anak memperoleh keterampilan yang bisa Penjelasan ketiga menerangkan bahwa
mempromosikan aktivitas fisik jangka panjang. partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler meliputi menurun sesuai dengan usia, namun dalam
: Pengembangan, Sosial, Rekreatif, dan tingkatan ini siswa sudah pada tahap
Persiapan karir. Prinsip kegiatan pembinaan olahraga berikutnya dimana siswa
ekstrakurikuler meliputi : Individual, Pilihan,

47
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)

dapat bergabung dengan klub olahraga di luar sekolah serta kejuaraan antar sekolah, dengan
sekolah. pemasalan melalui sekolah, diharapkan minat
Ekstrakurikuler olahraga dijelaskan juga siswa akan meningkat. Ujungnya upaya
bahwa “In particular, participation in pencarian bakat atau bibit-bibit muda potensial
extracurricular sports has been linked to higher self- lebih mudah dilakukan (Wibisono, 2011:14).
esteem” (Duda, 1989; Holland and Andre, 1994;
Jaffee and Ricker, 1993 in Binsinger., et al, Estrakurikuler Sebagai Dasar Pembinaan
2006:123-129). Dapat dijelaskan bahwa secara Olahraga Pelajar
khusus, partisipasi dalam ekstrakurikuler Uraian yang mengacu pada literatur serta
olahraga telah dikaitkan dengan harga diri yang kajian teori di atas menegaskan bahwa
lebih tinggi. pentingnya ekstrakurikuler sebagai dasar
Program ekstrakurukuler merupakan pembinaan olahraga pelajar merupakan
kelanjutan dari program intrakurikuler, dimana pemikiran yang sangat logis serta
gerak dasar dan keterampilan dasar cabang membutuhkan dukungan berbagai pihak yang
olahraga tertentu diajarkan, dengan demikian terlibat program ini untuk merumuskan
pengembangan kegiatan ekstrakurikuler harus kebijakan yang tertuang dalam peraturan
berdasarkan minat, bakat dan potensi siswa, perundang-undangan. Hal inilah yang menjadi
namun dalam pengorganisasian operasionalnya dasar pemikiran penulis merekomendasikan
merupakan program terpisah, sehingga perlu sebuah konsep pembinaan ekstrakurikuler
mendapatkan perhatian masalah pembiayaan, disekolah sebagai dasar pembinaan olahraga
tenaga guru/pelatih, sarana dan prasarana. pelajar yang harus dikaji ulang dalam sistem
Bentuk kegiatannya sudah harus dimasukan pelaksanaanya serta out put luaranya sebagai
kegiatan kompetisi, pertandingan/perlombaan bank bibit-bibit atlet pelajar yang menjadi
berjenjang (Sugijono,2000:70-84). harapan masa depan pencapaian prestasi
Usaha yang dilakukan dalam pembinaan Indonesia. Berikut adalah gambaran
olahraga pendidikan berupa pemasalan dan ekstrakurikuler sebagai dasar pembinaan
pembibitan dengan pengoptimalan pelaksanaan olahraga pelajar :
intrakurikuler dan ekstrakurikuler olahraga di

Gambar 2. Skema Ekstrakurikuler Sebagai Dasar Pembinaan Olahraga

SIMPULAN sekolah belum dilaksanakan sesuai mekanisme


yang baik. Muara dari sistem yang telah
Hampir setiap sekolah di Indonesia buming dilaksanakan belum dibarengi
melsaksankan kegiatan ekstrakurikuler kebijakan serta peraturan yang baik dalam
olahraga. Namun secara faktual pelaksanaan aplikasinya.
sistem pembinaan ekstrakurikuler sekolah-

48
Rasyono / Journal of Physical Education, Health and Sport 3 (1) (2016)

Melalui kesadaran akan pentinya Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Mata
keberadaan ekstrakurikuler sebagai dasar Pelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan.
pembinaan olahraga pelajar penulis Jakarta: Depdikbud
Depdiknas. 2007. Model Pengembangan Diri. Jakarta:
merekomendasikan agar : 1). Kementrian
P4TK Penjas dan BK.
pendidikan bersama kementrian pemuda dan
Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
olahraga bersinergi merumuskan regulasi Olahraga. 2010. Rencana Pembangunan Jangka
kebijakan terkait sistem pelaksanaan Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Bidang
ekstrakurikuler sebagai dasar pembinaan Olahraga. Jakarta: Bappenas.
olaharaga pelajar, 2). Dinas pendidikan Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis
melaksanakan kebijakan dari pusat dengan Penyusunan Program Pengembangan Diri
penuh antusias dan disesuaikan dengan potensi Melalui Ekstrakurikuler di SMA. Jakarta:
daerah masing-masing, 3). Sekolah sebagai Direktorat Pembinaan SMA.
Djoko pekik irianto. 2002. Dasar Kepelatihan.
pelaksana melaksanakan dan
Yogyakarta: Andi Offset.
menyelenggarakan ekstrakurikuler sesuai
Feldman, Amy F and Jennifer L. Matjasko 2005.
dengan minat siswa, 4). Pelatih yang Journal: The Role of School-Based Extracurricular
menangani ekstrakurikuler disekolah Activities in Adolescent Development: A
diharapkan memahami ilmu kepelatihan Comprehensive Review and Future Directions.
sehingga tidak terjadi malpraktik dalam Review of Educational Research
membina calon atlet masa depan. Summer.Vol.75,No2, 159-210. Austin:
Sebagai penutup melihat kenyataan di University of Texas.
lapangan, saran pada semua pihak yang dalam Hartono, M.,Taufiq Hidayat.,M.Anas. 2009. Pola
Pembinaan Sekolah Sepak Bola (SSB) Se-Jawa.
sistem pembinaan terkait harus lebih fokus lagi
Jurnal IPTEK Olahraga Volume 11, Nomor
dalam merancang sebuah program, sehingga
3, September 2009. Jakarta: Kemenpora.
kekurangan dan hambatan yang begitu Islahuzzaman N. 2010. Identifikasi Bakat Usia Dini
komplek bisa diatasi. Selanjutnya agar lebih Siswa SD-SMP Surakarta. Jurnal: Paedagogia
bisa bekerjasama antar instansi maupun jilid 13 No 1, Februari 2010, Halaman 61-69.
organisasi olahraga agar sebuah pembinaan Surakarta: FKIP Olahraga UNS.
bisa berjalan secara berkesinambungan tanpa Junaidi, Said. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini.
terputus mulai dari lapisan bawah melalui Semarang: UNNES.
pemasalan, pembibitan dan pembinaan Syafii, Imam dan Mahfud Irsyada. 2011. Evaluasi
Penyelenggaraan Liga Pendidikan Indonesia
prestasi.
2009/2010. Jurnal IPTEK Olahraga, Vol.13,
No.1, Januari-April 2011:40-45. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Kemenpora.
Undang Undang Republik Indonesia No 3 Tahun
Balyi, Istvan. 2001. Journal: Sport System Building and 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Long-term Athlete Developmeni in British Nasional.
Columbia. Canada: SportMed BC. Wilman.,Gayatri.,Dinda B.,Ferdy. 2010. Sport
Boccaro, Kanters, Casper and Forrester.2008. Sport Akuatik. Majalah Olahraga & Wisata Air.
Physical Education, Extracurricular Sports, and No.18/Th.III/Nov-Desember 2010.
Lifelong Active Living. Journal of teaching in Bandung: Media Utama.
physical education,27,155-166.Canada: Human
Kinetics.

49
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 NO. 2 Edisi Oktober 2016 hal 433 - 440

ANALISIS PEMBINAAN PRESTASI CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA DI AKADEMI


TRIPLE’S U-17 KABUPATEN KEDIRI

RANGGA ADITYA PUTRA


(Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya)
Adityarangga607@yahoo.co.id

Drs. Fatkur Rohman K, M.Pd

Abstrak
Latar belakang pada penelitian ini adalah Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri
dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Pembinaan olah raga sepak bola penting dilakukan,
karena dapat mempengaruhi berkembang tidaknya olahraga sepak bola. Pembinaan olahraga sepak bola seorang
atlet tidak dapat dilakukan secara instan, melainkan melalui berbagai proses dan tahapan dalam kurun waktu
tertentu. Pembinaan atlet dalam dunia olahraga hingga mendapat prestasi puncak erat kaitannya dengan sumber
daya manusia, sarana prasarana, dan program latihan yang ada.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pembinaan prestasi cabang olahraga sepakbola di
akademi Triple’s Kabupaten Kediri dan memiliki tujuan untuk mengetahui hasil pembinaan prestasi olahraga
sepakbola di akademi TRIPLE’S tersebut.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah SWOT
(strength, weakness, opportunity, threat). Dengan menggunakan metode SWOT diharapkan mendapat hasil yang
optimal dalam mengamati pembinaan sepakbola di akademi Triple’s Kabupaten Kediri. Jenis instrumen yang
digunakan adalah angket tertutup.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan bahwa sarana dan prasarana, program latihan dan sumber daya
manusia yang ada di Akademi Triple’s U-17 Kabupaten Kediri sudah sangat baik sehingga dapat mendukung
para atlet untuk berkompetisi dan berprestasi ditingkat kabupaten , karesidenan maupun tingkat provinsi.

Kata kunci : pembinaan prestasi,sepak bola, Akademi Triple’s Kabupaten Kediri.

Abstract
The background of this study was football is a team game, each team consists of eleven players and one
goalkeeper. The development of sport football is important to do, because it may affect the development of sport
football itself. The development of sport football of athletes can’t be done instantly, but through various
processes and stages within a certain time. The development of athletes in sport until getting many achievements
is strongly related with human resources, infrastructure, and training program.
The issue examined of this study was how achievement’s development on football division at Kediri regency of
Triple’s Academy was. This study aimed to analyze the result of achievement’s development on football division
at Triple’s Academy.
This study was a descriptive quantitative research and used SWOT (strength, weakness, opportunity, threat)
analysis method. By using SWOT method, it could optimize the result of analyzing the development of football at
Kediri Regency of Triple’s Academy. Instrument used in this study was closed questionnaire.
The result of this study was infrastructure, training programs and human resources in football division at the
age of 17th years old at Kediri Regency of Triple’s Academy. have been good enough to support the athletes to
compete and get a lot of achievements in both residency and province level.

Keywords: achievement’s development, football, Kediri Regency of Triple’s Academy


Analisis Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Sepakbola Di Akademi
TRIPLE’S U-17 Kabupaten Kediri

mengembangkan prestasi olahraga yang dipersiapkan


PENDAHULUAN untuk event-event olahraga baik di tingkat daerah,
Olahraga merupakan bagian dari prestasi suatu nasional bahkan internasional. Dengan adanya pola
bangsa yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan pembinaan yang baik dan benar akan dapat membuka
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh prestasi olahraga atlet sepakbola Kabupaten Kediri
karena itu, olahraga mempunyai peranan penting pada suatu kejuaraan serta dapat menuai hasil yang
sebagai salah satu media untuk menjembatani bagus dan maksimal pada suatu pertandingan.
pembanguna manusia seutuhnya. Secara umum Pencapaian prestasi Akademi TRIPLE’S
olahraga juga mempunyai fungsi untuk meningkatkan Kabupaten Kediri pada kelompok umur 17 tahun di 2
kesegaran jasmani, mental dan rohani serta ditujukan tahun terakhir yaitu : Juara 2 Piala CLEAR Nasional di
untuk membentuk sikap, kepribadian, disiplin dan Malang Tahun 2015, Juara 1 Piala Walikota Blitar
sportivitas tinggi sedangkan secara khusus olahraga Tahun 2014, Juara 1 Piala DISPORA Jatim Tahun
mempunyai tujuan untuk mencapai prestasi yang 2014, Juara 1 Piala TRIPLE’S Kediri Tahun 2015,
optimal sehingga dinamakan sebagai olahraga prestasi. Juara 1 Internal Asosiasi Kabupaten Kediri Tahun 2014
Sepakbola merupakan permainan beregu, dan 2015. Selama 2 tahun terakhir mengikuti turnamen
masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan akademi TRIPLE’S hanya gagal di 2 Turnamen yaitu
salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir Piala Wali Kota Kediri Tahun 2015 dan Liga Remaja
seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, Jawa Timur di Jember Tahun 2015 ( hanya masuk 16
kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan besar). Dari 2 tahun terakhir akademi TRIPLE’S
lenganya di daerah pinalti (Sucipto,dkk, 2000:7). mampu menorehkan prestasi yang bagus walaupun
Tujuan permainan sepakbola adalah memasukan bola gagal di 2 turnamen, maka fenomena inilah yang
ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan berusaha mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.
sekuat tenaga menjaga agar gawangnya tidak
kemasukan bola METODE
Cabang olahraga sepakbola sangat populer di Dalam melaksanakan sebuah penelitian,
kalangan masyarakat, Hal ini dapat dilihat dengan dibutuhkan suatu metode agar kegiatan penelitian dapat
banyaknya masyarakat baik pria maupun wanita yang tersusun secara terencana dan sistematis, sehingga
ke lapangan sepakbola. Kedatangan masyarakat tujuan penelitian dapat tercapai. Jenis penelitian ini
tersebut menggambarkan betapa besarnya animo menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
masyarakat terhadap cabang olahraga sepakbola, yaitu penelitian yang berbentuk data kualitatif yang
walaupun masing-masing memiliki alasan yang menghasilkan angka atau diangkakan (Sugiyono,
berbeda. Ada yang datang untuk bermain sepakbola 2003:14). Sedangkan menurut (Syaifudin Azwar,
sekedar mengisi waktu luang, meningkatkan 1998:7) Penelitian Deskriptif merupakan penelitian
keterampilan bahkan ada yang hanya ingin menonton yang menggambarkan secara sistematik dan akurat
permainan sepak bola tersebut fakta dan karakteristik mengenai populasi atau
Pembinaan merupakan faktor yang berperan mengenai bidang tertentu.
penting dalam dunia olahraga khususnya sepakbola, Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di
pembinaan olahraga sepakbola perlu dilakukan sedini tempat pelatihan cabang olahraga sepakbola Akademi
mungkin melalui pencarian dan pemandu bakat, TRIPLE’S yang berada di Desa Wonosari Kabupaten
pembibitan, pendidikan dan pelatihan olahraga yang Kediri dan waktu penelitian dilaksanakan setelah semua
didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara persyaratan selesai
efektif dan efisien, karena berkembang tidaknya Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus
olahraga itu tergantung pada pembinaan olahraga itu akademi TRIPLE’S yang berjumlah 2 orang, pelatih
sendiri. Pembinaan olahraga seorang atlet tidak dapat yang berjumlah 4 orang, dan atlet sepakbola di akademi
dilakukan secara instan, melainkan melalui berbagai TRIPLE’S yang berjumlah sebanyak 4 anak yang
proses dan tahapan dalam kurun waktu tertentu. mempunyai prestasi.
Oleh karena itu untuk melaksanakan program Instrumen Penelitian menurut Suharsimi
pembinaan diperlukan suatu wadah atau organisasi Arikunto (2006:151) adalah alat atau fasilitas yang
dalam bidang olahraga. Sekolah Sepak Bola TRIPLE’S digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
di kabupaten Kediri adalah salah satu wadah yang pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
digunakan sebagai sarana pembinaan dan dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
pengembangan bakat anak usia dini pada cabang sehingga lebih mudah diolah. Dalam pelaksanaannya
olahraga sepakbola. Tujuanya adalah membantu peneliti menggunakan satu jenis instrument yaitu
pemain meraih prestasi puncak. kuisioner tertutup yang diberikan kepada atlet, pelatih
Pencapaian hasil prestasi yang maksimal dan pengurus akademi TRIPLE’S U-17
didukung oleh peran pembinaan yang sesuai dan tepat, Analisis data adalah mengorganisasikan data.
pelatih yang berkompetensi, sarana dan prasarana yang Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
memadai, program pelatihan yang sesuai karakter, dan catatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambar, foto,
lain sebagainya. Di Kabupaten Kediri terdapat SSB dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan
(Sekolah Sepak Bola) TRIPLE’S, dimana TRIPLE’S sebagainya (Moelong, 2010: 280). Analisis data secara
ini bertujuan untuk membina, mendidik dan Deskriptif yaitu mengkaji secara mendalam tentang
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 NO. 2 Edisi Oktober 2016 hal 433 - 440

Analisis pembinaan prestasi olahraga sepakbola di


akademi TRIPLE’S U17 Kabupaten Kediri. Sesuai 500
dengan penelitian di atas, maka peneliti menggunakan 270
teknik analisis data sebagai berikut 69 6 2 0
0
Analisis deskriptif kuantitatif mencakup dua SS S KS TS STS
tahap yaitu tabulasi dan pengolahan analisis data
(Arikunto, 2004:28). Tabulasi data merupakan coding Gambar 1.1 Diagram Persepsi Atlet
sheet untuk setiap descriptor variable agar Terhadap SDM
memudahkan dalam analisis data. Dalam hal ini peneliti Hasil angket / kusioner persentase
memberikan kode untuk setiap data yang merupakan atlet terhadap sumber daya manusia yang
jawaban responden melalui angket. memilih sangat setuju (SS) 64%, setuju (S)
Kriteria skor data dalam analisis ini adalah: 33%, kurang setuju (KS) 2%, tidak setuju
1. Skor 1 Sangat Tidak Setuju (TS) 1%, sangat tidak setuju (STS) 0%.
2. Skor 2 Tidak Setuju Sebagaimana yang tertera pada diagram
3. Skor 3 Kurang Setuju dibawah ini.
4. Skor 4 Setuju
5. Skor 5 Sangat Setuju Persentase Persepsi Atlet
Untuk pernyataan dengan skor 1 dan 2 Terhadap SDM
termasuk ke dalam pernyataan negative (-). Sedangkan
untuk pernyataan dengan skor 4 dan 5 termasuk ke 100%
dalam pernyataan positif (+). Kemudian pernyataan 50% 64% 33%
2% 1% 0%
dengan skor 3 termasuk ke dalam pernyataan netral. 0%
Data-data yang siudah ada kemudian SS S KS TS STS
dikelompokkan dan selanjutnya dianalisis sesuai
Gambar 1.2 Diagram
dengan tujuan rumusan masalah, maka data yang sudah
PersentasePersepsi Atlet
terkumpul kemudian dicari persentasenya dengan
Terhadap SDM
rumus:
?
P = x 100 % Berdasarkan diagram persentase
?
Keterangan: persepsi atlet di atas maka sumber daya
P = persentase manusia (SDM) yang ada di Akademi
n = jumlah responden yang menjawab TRIPLE’S Kabupaten Kediri termasuk
N = jumlah seluruh jawaban dalam kriteria sangat baik dengan angka
(Maksum, 2007:8) persentase 97%.
Dalam kriteria yang dipaparkan sebagai b. Persepsi Atlet Terhadap Sarana dan
pijakan untuk mengkatagorikan persentase dalam Prasarana
analisis adalah sebagai berikut: Hasil angket / kusioner penelitian
1. Angka 0 % - 19,99 % = Tidak Baik persepsi atlet terhadap sarana dan prasarana
2. Angka 20 % - 39,99 % = Kurang terdapat 15 pernyataan, berikut ini adalah
Baik uraiannya. Responden yang memilih sangat
3. Angka 40 % - 59,99 % = Cukup Baik setuju (SS) 150, setuju (S) 116, kurang setuju
4. Angka 80 % - 100 % = Sangat Baik (KS) 3, tidak setuju (TS) 0, sangat tidak
setuju (STS) 0. Sebagaimana yang tertera
pada diagram dibawah ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian persepsi atlet, pengurus, dan Persepsi Atlet Terhadap Sarana dan
pelatih terhadap sumber daya manusia, sarana dan Prasarana
prasarana, serta program latihan adalah sebagai berikut
200
a. Persepsi Atlet Terhadap Sumber Daya
Manusia (SDM) 100 150 116
0 3 0 0
Hasil angket / kusioner penelitian persepsi atlet SS S KS TS STS
terhadap sumber daya manusia terdapat 21 pernyataan,
berikut ini adalah uraiannya. Responden yang memilih Gambar 1.3 Diagram Persepsi
sangat setuju (SS) 270, setuju (S) 69, kurang setuju AtletTerhadap Sarana
(KS) 6, tidak setuju (TS) 2, sangat tidak setuju (STS) 0. dan Prasarana
Sebagaimana yang tertera pada diagram dibawah ini.
Hasil angket / kusioner persentase
atlet terhadap sarana dan prasarana yang
memilih sangat setuju (SS) 50%, setuju (S)
48%, kurang setuju (KS) 2%, tidak setuju
(TS) 0%, sangat tidak setuju (STS) 0%.
Analisis Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Sepakbola Di Akademi
TRIPLE’S U-17 Kabupaten Kediri

Sebagaimana yang tertera pada diagram yang ada di Akademi TRIPLE’S Kabupaten
dibawah ini. Kediri termasuk dalam kriteria baik dengan
angka persentase 96%.
Persentase Persepsi Atlet Terhadap Sarana dan d. Persepsi Pengurus Terhadap Sumber
Prasarana Daya Manusia (SDM)
Hasil angket / kusioner penelitian
60%
50% 48% persepsi pengurus terhadap sumber daya
40% manusia terdapat 26 pernyataan, berikut ini
20% adalah uraiannya. Responden yang memilih
0% 2% 0% 0%
sangat setuju (SS) 135 , setuju (S) 76,
SS s KS TS STS kurang setuju (KS) 6, tidak setuju (TS) 0,
Gambar 1.4 Diagram Persentase Persepsi sangat tidak setuju (STS) 4. Sebagaimana
Atlet Terhadap Sarana dan Prasarana yang tertera pada diagram dibawah ini.

Berdasarkan diagram persentase Persepsi Pengurus Terhadap SDM


persepsi atlet di atas maka sarana dan
prasaranan yang ada di Akademi TRIPLE’S 200
Kabupaten Kediri termasuk dalam kriteria 135
76
baik dengan angka persentase 98% . 6 0 4
0
c. Persepsi Atlet Terhadap Program Latihan SS S KS TS STS
Hasil penelitian persepsi atlet
Gambar 1.7 Diagram Persepsi Pengurus
terhadap program latihan dalam angket
Terhadap SDM
terdapat 23 pernyataan, berikut adalah
uraiannya. Responden yang memilih sangat
Hasil angket / kusioner persentase
setuju (SS) 275, setuju (S) 132, kurang
pengurus terhadap sumber daya manusia
setuju (KS) 6, tidak setuju (TS) 0, sangat
yang memilih sangat setuju (SS) 52%, setuju
tidak setuju (STS) 2. Sebagaimana yang
(S) 36%, kurang setuju (KS) 4%, tidak setuju
tertera pada diagram dibawah ini.
(TS) 0%, sangat tidak setuju (STS) 8%.
Sebagaimana yang tertera pada diagram
Persepsi Atlet Terhadap Program Latihan
dibawah ini.
500 275 Persentase Persepsi Pengurus Terhadap
132
0 6 0 2 SDM
SS S KS TS STS
100%
Gambar 1.5 Diagram Persepsi Atlet 52%
TerhadapProgram Latihan 36% 4% 8%
0% 0%
SS S KS TS STS
Untuk persentase hasil penelitian
indikator persepsi atlet terhadap Gambar 1.8 Diagram Persentase
program latihan yang memilih sangat Persepsi Pengurus Terhadap SDM
setuju (SS) 60%, setuju (S) 36%,
kurang setuju (KS) 19%, tidak setuju Berdasarkan diagram persentase
(TS) 0%, sangat tidak setuju (STS) 2%. persepsi pengurus di atas maka sumber daya
Sebagaimana yang tertera pada diagram manusia (SDM) yang ada di Akademi
dibawah ini. TRIPLE’S Kabupaten Kediri termasuk
Persentase Persepsi Atlet dalam kriteria sangat baik dengan angka
Terhadap Program Latihan persentase 88%.

100% e. Persepsi Pengurus Terhadap Sarana


60% dan Prasarana
50%
36% Hasil angket / kusioner penelitian
0% 19% 0% 2% persepsi pengurus terhadap sarana dan
SS S KS TS STS prasarana terdapat 17 pernyataan, berikut ini
adalah uraiannya. Responden yang memilih
Gambar 1.6 Diagram Persentase Persepsi sangat setuju (SS) 70, setuju (S) 80, kurang
Atlet Terhadap Program Latihan setuju (KS) 0, tidak setuju (TS) 0, sangat
tidak setuju (STS) 0. Sebagaimana yang
Berdasarkan diagram persentase tertera pada diagram dibawah ini.
persepsi atlet di atas maka program latihan
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 NO. 2 Edisi Oktober 2016 hal 433 - 440

Untuk persentase hasil penelitian


Persepsi Pengurus Terhadap persepsi pengurus terhadap program
Sarana dan Prasarana latihan yang memilih sangat setuju (SS)
35%, setuju (S) 65%, kurang setuju
100 (KS) 0%, tidak setuju (TS) 0%, sangat
70 80 tidak setuju (STS) 0%. Sebagaimana
50
yang tertera pada diagram dibawah ini.
0 0 0 0
SS S KS TS STS Persentase Persepsi Pengurus
Terhadap Program Latihan
Gambar 1.9 Diagram Persepsi Pengurus
Terhadap Sarana dan Prasarana
100%

Hasil angket / kusioner persentase 50% 65%


pengurus terhadap sarana dan prasarana yang 35% 17%
memilih sangat setuju (SS) 59%, setuju (S) 0% 0% 0%
41%, kurang setuju (KS) 0%, tidak setuju SS S KS TS STS
(TS) 0%, sangat tidak setuju (STS) 0%.
Sebagaimana yang tertera pada diagram Gambar 1.12 Diagram Persentase Persepsi
dibawah ini. Pengurus Terhadap ProgramLatihan

Persentase Persepsi Pengurus Terhadap Berdasarkan diagram persentase


Sarana dan Prasarana persepsi pengurus di atas maka program
latihan yang ada di sekolah sepakbola
100% TRIPLE’S Kabupaten Kediri termasuk
59% dalam kriteria sangat baik dengan angka
50% 41% persentase 100%.
0% 0% 0% 0%
g. Persepsi Pelatih Terhadap Sumber Daya
SS s KS TS STS Manusia (SDM)
Gambar 1.10 Diagram Persentase Persepsi Hasil angket / kusioner penelitian
Pengurus persepsi pelatih terhadap sumber daya
Terhadap Sarana dan manusia terdapat 13 pernyataan, berikut ini
Prasarana adalah uraiannya. Responden yang memilih
sangat setuju (SS) 80, setuju (S) 112, kurang
Berdasarkan diagram persentase setuju (KS) 9, tidak setuju (TS) 10, sangat
persepsi pengurus di atas maka sarana dan tidak setuju (STS) 0. Sebagaimana yang
prasaranan yang ada di Akademi TRIPLE’S tertera pada diagram dibawah ini.
Kabupaten Kediri termasuk dalam kriteria
sangat baik dengan angka persentase 100%. Persepsi Pelatih Terhadap SDM
f. Persepsi Pengurus Terhadap Program
Latihan 200
Hasil penelitian persepsi pengurus
100 112
terhadap program latihan dalam angket 80
terdapat 27 pernyataan, berikut adalah 9 10 0
0
uraiannya. Responden yang memilih sangat SS S KS TS STS
setuju (SS) 95, setuju (S) 140, kurang setuju
(KS) 0, tidak setuju (TS) 0, sangat tidak
setuju (STS) 0. Sebagaimana yang tertera Gambar 1.13 Diagram Persepsi Pelatih
pada diagram dibawah ini. Terhadap SDM

Persepsi Pengurus Terhadap Program Hasil angket / kusioner persentase


Latihan pelatih terhadap sumber daya manusia yang
memilih sangat setuju (SS) 31%, setuju (S)
200 54%, kurang setuju (KS) 6%, tidak setuju
(TS) 9%, sangat tidak setuju (STS) 0%.
95 140
Sebagaimana yang tertera pada diagram
0 0 0 0
dibawah ini.
SS S KS TS STS

Gambar 1.11 Diagram Persepsi Pengurus


Terhadap Program Latihan
Analisis Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Sepakbola Di Akademi
TRIPLE’S U-17 Kabupaten Kediri

Persentase Persepsi Pelatih Kabupaten Kediri termasuk dalam kriteria


Terhadap SDM sangat baik dengan angka persentase 88%.
60%
54% i. Persepsi Pelatih Terhadap Program
40%
31% Latihan
20%
6% 9% 0% Hasil penelitian persepsi pelatih
0%
SS S KS TS STS
terhadap program latihan dalam angket
terdapat 27 pernyataan, berikut adalah
Gambar 1.14 Diagram Persentase uraiannya. Responden yang memilih sangat
Persepsi Pelatih Terhadap SDM setuju (SS) 130, setuju (S) 269, kurang
setuju (KS) 21, tidak setuju (TS) 2, sangat
Berdasarkan diagram persentase tidak setuju (STS) 0. Sebagaimana yang
persepsi pelatih di atas maka sumber daya tertera pada diagram dibawah ini.
manusia (SDM) yang ada di Akademi
TRIPLE’S Kabupaten Kediri termasuk Persepsi Pelatih Terhadap Program
dalam kriteria sangat baik dengan angka Latihan
persentase 85%.
h. Persepsi Pelatih Terhadap Sarana 300 296
Prasarana 200 130
Hasil angket / kusioner penelitian 100
persepsi pelatih terhadap sarana dan 0 21 2 0
prasarana terdapat 17 pernyataan, berikut ini SS S KS TS STS
adalah uraiannya. Responden yang memilih Gambar 1.17 Diagram Persepsi Pelatih
sangat setuju (SS) 60, setuju (S) 192, kurang Terhadap Program Latihan
setuju (KS) 24, tidak setuju (TS) 0, sangat
tidak setuju (STS) 0. Sebagaimana yang Untuk persentase hasil penelitian
tertera pada diagram dibawah ini. persepsi pelatih terhadap program
latihan yang memilih sangat setuju (SS)
Persepsi Pelatih Terhadap 24%, setuju (S) 69%, kurang setuju
Sarana dan Prasarana (KS) 6%, tidak setuju (TS) 1%, sangat
200
tidak setuju (STS) 0%. Sebagaimana
yang tertera pada diagram dibawah ini.
192
100 Persentase Persepsi Pelatih
60
24 Terhadap Program Latihan
0 0 0
SS S KS TS STS
100%
Gambar 1.15 Diagram Persepsi Pelatih 69%
Terhap Sarana dan Prasarana 24%
0% 6% 1% 0%
SS S KS TS STS
Hasil angket / kusioner persentase
pelatih terhadap sarana dan prasarana yang Gambar 1.18 Diagram Persentase Persepsi
memilih sangat setuju (SS) 18%, setuju (S) Pelatih Terhadap Program Latihan
70%, kurang setuju (KS) 12%, tidak setuju
(TS) 0%, sangat tidak setuju (STS) 0%. Berdasarkan diagram persentase persepsi
Sebagaimana yang tertera pada diagram pelatih di atas maka program latihan yang ada di
dibawah i Akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediritermasuk dalam
kriteria sangat baik dengan angka persentase 93%.
Persentase Persepsi Pelatih Terhadap
Sarana dan Prasarana PEMBAHASAN
80%
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan
60% penelitian, dan hasil penelitian tentang pembinaan
70% sepak bola di akademi TRIPLE’S Kec. Pagu
40%
20% 18% Kabupaten Kediri, maka hasil penelitian diketahui
12% 0% 0%
0% bahwa faktor penunjang keberhasilan dalam
SS s KS TS STS pembinaan sepak bola di sekolah sepak bola
Gambar 1.16 Diagram Persentase Persepsi tersebut dapat diidentifikasi 3 faktor, yaitu 1)
Pelatih Terhadap Sarana dan Prasarana sumber daya manusia (SDM), 2) sarana dan
prasarana, dan 3) program latihan. Faktor-faktor
Berdasarkan diagram persentase tersebut tidak dapat dipisahkan, karena
persepsi pelatih di atas maka sarana dan keberadaannya saling mendukung atas terciptanya
prasarana yang ada di Akademi TRIPLE’S
Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 06 NO. 2 Edisi Oktober 2016 hal 433 - 440

sebuah prestasi pada atlet sepak bola di akademi ∑ Kurang disiplinya atlet
TRIPLE’S. pada saat jadwal
Indika Pengu Pel Juml Rata- latihan.
Atlet Weakness
tor rus atih ah rata 2 ∑ Jumlah bola sudah
85 (Kelemahan)
97% 88% 270% 90% mencukupi tetapi juga
SDM
% banyak yang rusak.
Saran
a 88 95,33 ∑ Banyak atlet yang
98% 100% 286%
Prasar % % berada di bawah
ana naungan akademi
Progr TRIPLE’S yang
am 93 96,33 mewakili Kab Kediri
96% 100% 289%
Latiha % % diajang kejuaraan
n tingkat daerah bahkan
nasional.
Opportunities
3 ∑ Peluang meraih prestasi
Tabel di atas merupakan hasil isian (Peluang)
yang lebih baik.
angket yang menunjukkan pembinaan prestasi di ∑ Memberi peluang untuk
akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediri dari segi menjadi atlet nasional.
indikator sumber daya manusia, Sarana dan ∑ Minat terhadap
prasarana serta program latihan yang ada. pembinaan olahraga
Responden yang mengisi angket ialah atlet, sepak bola di
pengurus, dan pelatih yang di akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri. Berdasarkan tabel di atas dapat meningkat.
diketahui bahwa pembinaan prestasi di akademi ∑ Motivasi atlet dalam
TRIPLE’S Kabupaten Kediri termasuk dalam bertanding maupun
kriteria sangat baik dengan angka persentase : latihan menurun karena
banyak yang mengikuti
?????% ? ?????% ? ??% Threats
= 4 kejuaraan lain.
? (Ancaman)
=
??????% ∑ Kalah bersaing dengan
? daerah lain yang
= 93,88% memiliki kekuatan
lebih merata.
Berikut table analisis SWOT (strength, weakness,
opportunities, threats)
PENUTUP
No. SWOT Rincian
∑ Kondisi keorganisasian A. Kesimpulan
yang kondusif.
Berdasarkan hasil penelitian dan
∑ Membina atlet dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat diambil
melaksanakan kegiatan simpulan sebagai berikut.
sesuai dengan program Pembinaan prestasi di Akademi
kerja yang telah dibuat. TRIPLE’S adalah sangat baik, karena bila dilihat
∑ Sistem kepengurrusan dari segi sumber daya manusia, sarana prasarana
berjalan dengan baik. dan program latihan sangat menunjang untuk
∑ Memiliki banyak pembinaan atlet sehingga atlet bisa meraih
prestasi yang telah prestasi. Pengurus, pelatih dan atlet selalu
diraih. berkoordinasi dengan baik. Pelatih telah memiliki
Strengths
1 ∑ Pelatih yang memiliki lisensi kepelatihan. Sarana dan prasarana yang
(Kekuatan)
standar kepelatihan atau dimiliki akademi TRIPLE’S baik dan lengkap
lisensi. untuk melakukan pembinaan prestasi. Program
∑ Sarana dan prasarana latihan sudah tersusun dan terlaksana dengan baik,
yang memadai. serta mendapat dukungan dari berbagai pihak.
∑ Pendanaan yang lancar. Oleh karena itu program pembinaan prestasi sepak
∑ Mendapat dukungan bola di akademi TRIPLE’S Kabupaten Kediri
dari masyarakat, PSSI dapat berjalan dengan lancar.
Kab.Kediri, dan
DISPORA. B. Saran
∑ Memiliki program Dalam program pembinaan prestasi di
latihan yang jelas. akademi TRIPLE’S Kabupaten terbilang sangat
baik dengan prsesntase 93,88%. Akademi
Analisis Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Sepakbola Di Akademi
TRIPLE’S U-17 Kabupaten Kediri

TRIPLE’S harus mempertahankan program Muryadi, Agustanico Dwi. 2015. “Evaluasi Program
pembinaan tersebut dan juga kalau bisa di tambah Pembinaan Sepakbola Klub
agar lebih baik dan dapat sebagai panutan SSB Persijap Jepara”. Jurnal Ilmiah PENJAS.
(sekolah sepak bola) di seluruh Indonesia bahkan (Online) Vol. 1 (2): hal. 1-18.
dunia. Untuk semua aspek pendukung latihan (http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JIP/articl
sudah baik tetapi sarana dan prasarana yaitu bola e/view/323/318, diunduh pada 28 Januari
yang sudah tidak layak pakai harap di ganti degan 2016)
baru agar latihan lebih baik. Perkasa, Warman Yudha. 2013. Pembinaan Prestasi
Tenis Lapangan DKI Jakarta. Skripsi tidak
DAFTAR PUSTAKA diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas
Arikunto, Suharsini 2004. Prosedur Penelitian suatu Negeri Surabaya.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Rahmani, Mikanda. 2014. Buku Super Lengkap
Azwar, Syaifudin. 1998. Metode Penelitian. Olahraga. Jakarta: Dunia Cerdas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sucipto, dkk. 2000. Sepakbola. Jakarta: Depdiknas
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi
“Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, UNESA. Surabaya: Unesa.
Dan Ilmu Social Lainnya”. Jakarta: Tohar. 2002. Ilmu Kepelatihan Lanjut. PKLO FIK
Kencana. UNNES.
Firdaus, Kamal. 2011. “Evaluasi Program Pembinaan
Olahraga Tenis Lapangan di Kota Padang”.
Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia
(Online) Volume 1. Edisi 2. Halaman 127-
132. (
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/
article/download/2027/2141, diunduh pada
28 Januari 2016)
Hadi, Rubianto. 2007. Ilmu Kepelatihan Dasar.
Semarang PKLO FIK UNNES: Cipta Prima
Nusantara.
Husdarta. 2010. Psikologi Olahraga. Bandung:
Alfabeta.
Irianto, Djoko Pekik. 2002. Dasar Kepelatihan.
Yogyakarta: Andi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online),
(http://kbbi.web.id/bina, diakses pada 8
Januari 2016).
Kurniawan, Banyu Biru. 2015. Pembinaan Atletik
Pengcab Kabupaten Blitar. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas
Negeri Surabaya.
Kurniawan, Feri. 2011. Buku Pintar Olahraga ”Mens
Sana In Corpore Sano”. Jakarta: Laskar
Aksara.
Kusnanik, Nining Widyah. 2013. “Evaluasi Manajemen
Pembinaan Prestasi PRIMA Pratama
Cabang Olahraga Panahan di Surabaya”.
Jurnal IPTEK Olahraga. Vol. 15 (2): hal.
125-137.
Lutan, Rusli. dkk. 2000. Dasar – Dasar Kepelatihan.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara
D-III Tahun 2000..
Maksum, Ali. 2007. Metodologi Penelitian. Surabaya:
Unesa University Press
Moelong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Cetakan ke Dua Puluh Delapan.
Bandung: REMAJA ROSDAKARYA.

Anda mungkin juga menyukai