Anda di halaman 1dari 8

807 Peningkatkan Kemampuan Motorik Halus ....

(Nur Halimah)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN


KOLASE DENGAN BERBAGAI MEDIA

IMPROVING FINE MOTOR SKILLS THROUGH CALLAGE ACTIVITY WITH VARIOUS MEDIA

Oleh: Nur Halimah, pgpaud/paud fip uny


Nurh38908@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan kolase di
kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian
adalah siswa kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro berjumlah 21 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan
lembar observasi dan alat bantu observasi berupa foto. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif. Kriteria keberhasilan penelitian ini 75% dari anak kelompok B3 berkembang dengan baik sesuai
harapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan motorik halus meningkat setelah adanya tindakan
melalui kegiatan permainan kolase yang memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar secara mandiri dan
tanpa adanya tekanan. Peningkatan tersebut terlihat dari data siklus I ke siklus II kemampuan motorik halus anak
meningkat, skor rata-rata akhir yang diperoleh kemampuan motorik halus adalah 100% pada kriteria Berkembang
Sesuai Harapan (BSH). Dapat dikatakan bahwa penelitian ini berhasil karena skor yang diperoleh sudah mencapai
angka yang ditentukan.

Kata kunci : motorik halus, kolase, Kelompok B

Abstract
This research aimed to improve fine motor skills through collage activity on group B of TK ABA Ngoro-
oro. The kind of the research is a classroom action research (PTK). The subjects were group B3 of kindergarten
children ABA Ngoro-oro numbered 21 children. The methods used are observation assesment and observation
tools. The data analitical technique is qualitative and descriptive. Criteria for the success of this research if the
aveage score of 75% the number of children developing. The result showed that fine motor skills to increase after
the action through collage activity that provide opportunities for children to learn independently and without
coercion. The increase was seen from the data Siklus I to Siklus II in the fine motor skills increases, the average
score obtained final fine motor skills 100 %.

Keywords: fine motor, collage, and group B

PENDAHULUAN dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya,


Anak usia dini sebagai makhluk sosial sehingga pada usia dini ini disebut juga usia
yang kaya dengan potensi memiliki dunia serta emas (golden age), yang merupakan “masa
karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari peka” dan hanya datang satu kali sehingga
orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, menuntut pengembangan anak secara optimal
antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap (Depdiknas, 2007: 1).
apa saja yang dilihat dan didengarnya, serta Batasan tentang anak usia dini antara
seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Anak lain disampaikan oleh NAEYC (National
usia dini adalah sosok individu yang sedang Association for The Educatiaon of Young
menjalani proses perkembangan dengan pesat Children), mengatakan bahwa anak usia dini
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 9 Tahun ke 5 2016 808
adalah anak yang berada pada rentang 0-8 yaitu tentang keagamaan, moral dan sosial
tahun, yang tercakup dalam program pendidikan emosional, aspek bahasa, aspek kognitif, aspek
di taman penitipan anak, penitipan anak pada seni dan fisik motorik, yaitu berupa motorik
keluarga (family child carehome), pendidikan kasar dan motorik halus. Salah satu aspek
sekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD perkembangan yang ingin dikembangkan yaitu
(NAEYC: 1992). Pelayanan pendidikan aspek motorik halus yakni peningkatan
sebaiknya diberikan kepada seluruh manusia keterampilan motorik halus anak usia dini
tanpa memandang anak, baik anak normal melalui kegiatan kolase dengan berbagai media.
maupun anak yang berkebutuhan khusus. Keterampilan motorik halus adalah
Berkaitan dengan pendidikan anak usia pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-
dini, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi
ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia mata dengan tangan, keterampilan yang
Dini (PAUD) diselenggarakan bagi anak sejak mncakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk
lahir sampai enam tahun dan bukan merupakan bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan
prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit
Selanjutnya pada pasal 1 ayat 14 ditegaskan dan lain-lain (Sumantri, 2005: 143).
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak berbagai faktor yang mencakup kesiapan
sejak lahir sampai usia enam tahun yang belajar, kesempatan belajar, kesempatan
dilakukan melalui pemberian rangsangan berpraktik, model yang baik, bimbingan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan motivasi, dan dilakukan secara individu
perkembangan jasmani dan rohani agar anak (Depdiknas, 2007: 9).
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan Dalam permendiknas No 58 tahun 2009,
lebih lanjut. tingkat pencapain perkembangan motorik halus
Menurut Undang-undang Sisdiknas anak usia 5-6 tahun adalah menggambar sesuai
(2003), Pendidikan adalah usaha sadar dan dengan gagasannya, dapat meniru bentuk,
terencana untuk mewujudkan suasana belajar menciptakan sesuatu dengan berbagai media
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif (balok, plastisin, tanah liat), menggunakan alat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki tulis dengan tepat (sesuai pola). Salah satu
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian kegiatan yang ada di Taman Kanak-kanak yang
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, berkaitan dengan perkembangan motorik halus
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, adalah melalui kegiatan kolase. Kegiatan kolase
masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan salah satu kegiatan pembelajaran
anak usia dini dalam pembelajarannya yang ada di TK untuk meningkatkan
mengembangkan beberapa aspek perkembangan kemampuan motorik halus.
809 Peningkatkan Kemampuan Motorik Halus .... (Nur Halimah)
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas, serta
usaha untuk memberikan media yang lebih melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
menarik dan mendukung dalam meningkatkan anak dalam mengerjakan tugas yang
kemampuan motorik halus anak usia dini pada berhubungan dengan motorik halus.
kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro. Anak Dengan demikian, penulis dalam
membutuhkan kegiatan pembelajaran yang penelitian tindakan kelas ini akan mengangkat
menyenangkan, bukan pembelajaran yang judul "Meningkatkan Keterampilan Motorik
monoton (mewarnai dan menggambar dengan Halus Melalui Kegiatan Kolase Menggunakan
krayon) yang membuat anak menjadi lebih Berbagai Media Pada Anak Kelompok B3 di
cepat bosan. Kemampuan motorik halus anak TK ABA Ngoro-oro Kecamatan Patuk
kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro masih Gunungkidul”.
rendah, karena peneliti mengamati pembelajaran Penelitian ini bertujuan untuk
yang sering diberikan kepada anak adalah mengetahui cara meningkatkan keterampilan
kegiatan menggambar, dan sebagainya. motorik halus anak melalui melalui kegiatan
Terkait dengan masalah tersebut, perlu kolase dengan berbagai media Kelompok B3
adanya perbaikan dalam metode pembelajaran TK ABA Ngoro-oro Kelompok B3 di TK ABA
yang diharapkan mampu mengoptimalkan Ngoro-oro, Patuk, Gunungkidul.
perkembangan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan latar belakang masalah
Untuk itu peneliti memilih metode melalui dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai
kegiatan kolase dengan berbagai media sebagai berikut:
sarana untuk meningkatkan kemampuan 1. Kurangnya keterampilan anak dalam
motorik halus anak usia dini. Kolase adalah menggunakan tangan kanan dan kiri dan
teknik menggabungkan beberapa objek menjadi melakukan koordinasi mata dan tangan
satu. Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat 2. Anak kurang konsentrasi, kurang tepat dan
dengan menggabunghkan tehnik melukis rapi, serta kurang sabar dalam mengerjakan
(lukisan tangan) dengan menempelkan bahan- kegiatan pembelajaran yang berkaitan
bahan tertentu bisa berupa bahan alam, bahan dengan motorik halus.
buatan, bahan bekas dan sebagainya. Misalnya 3. Kemampuan motorik halus anak
kertas berwarna, kertas koran, kertas kalender, berkembang kurang optimal.
kain prca, benang dan lain sebagainya. Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
(Sumanto, 2005: 94). maka permasalahan hanya dibatasi pada
Dengan menggunakan kegiatan kolase peningkatan kemampuan motorik halus anak
dengan berbagai media diharapkan dapat melalui kegiatan kolase dengan berbagai media
meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada anak kelompok B3 di TK Aisyiyah
terutama dalam melatih kemampuan jari-jemari Bustanul Athfal Ngoro-oro Patuk
tangan, keterampilan menggunakan tangan Gunungkidul”.
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 9 Tahun ke 5 2016 810
Penelitian ini bertujuan untuk kelas B3 TK ABA Ngoro-oro Patuk,
meningkatkan kemampuan motorik halus Gunungkidul.
anakkhususnya kemampuan mengontrol Target/Subjek Penelitian
gerakan tangan yang menggunakan otot halus Subjek dalam penelitian ini adalah anak
melalui kegiatan kolase dengan berbagai media Kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro yang
pada kelompok B3 TK Aisyiyah Bustanul berjumlah 21 anak terdiri dari 12 anak laki-laki
Athfal Ngoro-oro Patuk Gunungkidul. dan 9 anak perempuan. Sedangkan, objek dalam
penelitian adalah peningkatan keterampilan
METODE PENELITIAN motorik halus anak kelompok B3 TK ABA
Jenis Penelitian Ngoro-oro.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Prosedur
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kelas (PTK). Artinya, penelitian yang dilakukan
kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas. Prosedur penelitian ini mengacu
dalam sebuah kelas). Penelitian ini disusun pada model penelitian tindakan kelas dari
untuk memecahkan masalah dan diterapkan Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto,
dalam situasi yang sebanarnya dengan melihat 2010: 137). Yang disajikan dalam gambar
kekurangan dan kelebihan, serta melaksanakan berikut:
perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. PERENCANAAN

Penelitian ini dilakukan sebagai strategi


pemecahan dengan manfaat tindakan nyata, REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

kemudian melaksanakan refleksi terhadap hasil PENGAMATAN

tindakan. Hasil tindakan dan refleksi tersebut


PERENCANAAN

dapat dijadikan sebagai langkah pemilihan


REFLEKSI SIKLUS II PELAKSANAAN
tindakan berikutnya sesuai permasalahan yang
dihadapi. Pendapat lain tentang penelitian PENGAMATAN

tindakan kelas adalah Suharsimi Arikunto ?

(2010: 3) yang menjelaskan bahwa penelitian


Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan Kemmis dan Mc. Teggart (Suharsimi
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah Arikunto, 2010: 137)
Penelitian ini dilakukan dalam dua
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
siklus. Setiap siklus terdiri empat komponen
dalam sebuah kelas secara bersama.
yaitu perencanaan (plan), tindakan dan
Waktu dan Tempat Penelitian
pengamatan (action & observe), serta refleksi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei 2016 dan bulan Juni 2016. Sedangkan,
setting penelitian dilakukan di dalam ruang
811 Peningkatkan Kemampuan Motorik Halus .... (Nur Halimah)
(reflect). Sedangkan, pelaksanaan siklus kedua dianalisis menggunakan teknik deskriptif
terdiri dari revisi perencanaan (resived plan), kualitatif dan kuantitatif dengan persentase.
tindakan dan pengamatan (action & observe), Adapun rumus persentase menurut Suharsimi
refleksi (reflect) Prosedur penelitian ini Arikunto (2010: 236) adalah sebagai berikut:
mengacu pada model penelitian tindakan kelas
dari Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi
Arikunto, 2010: 137). Keterangan :
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan P = Persentase
Data N= jumlah anak yang peningkatan keterampilan
motorik halusnya baik/cukup/kurang
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini n = Jumlah anak keseluruhan yang hadir
adalah lembar observasi dan dokumentasi.
Metode observasi digunakan untuk mencatat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
secara langsung setiap perkembangan
Berdasarkan hasil observasi yang
keterampilan anak yang muncul dalam proses
dilakukan peneliti sebelum sebelum melakukan
pembelajaran. Peneliti mencatat perkembangan
tindakan penelitian, kondisi awal kemampuan
anak baik yang sudah mampu megerjakan
motorik halus anak pada kelompok B3 di TK
dengan baik maupun anak yang belum mampu
Aisyiyah Bustanul Athfal Ngoro-oro masih
mengerjakan sesuai petunjuk guru. Berikut
rendah, hal ini terlihat dari beberapa hal yang
merupakan lembar observasi keterampilan
umum diantaranya anak mengalami kesulitan
motorik halus yang digunakan.
dalam menggunakan tangan maupun jari-jemari
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi Tingkat
tangan dan koordinasi mata tangan dalam
Pencapaian Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia 5-6 Tahun melakukan gerakan yang agak rumit, seperti:
Variabel Sub Variabel Indikator
dalam mengancingkan baju, memasukkan tali
Kemampuan Terampil Anak terampil
motorik halus menggunakan menggunakan jari-jemari dalam lubang sepatu atau mengikat tali sepatu,
tangan kanan dan tangan kanan dan kiri dalam
kiri untuk aktivitas kolase memberi menggunting, memasukkan lubang dalam manik
melakukan lem pada pola gambar
aktivitas. sewaktu meronce, menganyam, dan membentuk
Anak terampil dalam
menggunakan jari-jemari suatu benda dengan plastisin/plydough.
tangan kanan dan kiri dalam
aktivitas kolase menyusun Hasil penelitian berikut menunjukkan
bahan kolase pada pola
kolase data hasil peningkatan keterampilan motorik
Anak terampil dalam
menggunakan jari-jemari halus anak kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro
tangan kanan dan kiri dalam
aktivitas kolase merekatkan melalui kegiatan kolase dengan berbagai media.
bahan kolase pada pola
kolase Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II
menunjukkan peningkatan pada keterampilan
Teknik Analisis Data
motorik halus anak. Peningkatan terlihat dari
Data yang diperoleh dalam penelitian
meningkatnya jumlah anak yang mencapai
ini berupa lembar observasi dalam proses
indikator ketercapaian yang diharapkan pada
pembelajaran. Data yang telah terkumpul akan
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 9 Tahun ke 5 2016 812
setiap aspek yang dikembangkan. Berikut tabel kriteria mulai berkembang (MB) yang awalnya
peningkatan yang terjadi pada siklus I dan siklus 7 anak pada Siklus II meningkat jadi 8 tetapi
II. pada Siklus II sudah tidak ada lagi dengan
Tabel 2. Ketercapaian Keterampilan Motorik kriteria tersebut. Kriteria berkembang sesuai
Halus Anak Kegiatan Kolase dari
harapan (BSH) mengalami peningkatan dari
Hasil Pelaksanaan Siklus I dan
Siklus II kondisi awal ada 5 anak, pada Siklus I naik
Kriteria Siklus I Siklus II
menjadi 13anak dan pada Siklus II lebih
Jml Anak (%) Jml Anak (%)
meningkat menjadi 21 anak
BSH 13 61,90 21 100
MB 8 38,09 0 0 Hasil pengamatan dapat diketahui
BB 0 0 0 0 bahwa rata-rata pencapaian dari keterampilan
motorik halus keterampilan motorik halus
Berikut ini adalah hasil rekapitulasi melalui keiatan kolase dengan berbagai media
ketercapaian ketrampilan motorik halus melalui sudah mengalami banyak peningkatan. Aktifitas
kegiatan kolase dengan berbagai media apabila kegiatan kolase mampu membelajarkan anak
disajikan dalam bentuk diagram. mengenai keterampilan motorik halus sehingga

25
termasuk dalam kriteria baik. Peningkatan yang

20 dicapai pada siklus II telah memenuhi indikator


15 keberhasilan yakni 100%.
10 Siklus I Berdasar hasil data di atas
Siklus II
5 menunjukkan bahwa anak yang memiliki
0 keterampilan motorik halus berkembang dengan
Siklus Siklus
I II optimal pencapaian anak dalam mengikuti
kegiatan bermain kolase sesuai dengan tujuan
bermain yang dikemukakan oleh Tadkiroatun
Gambar 2. Ketercapaian Keterampilan Motorik
Halus melalui Kegiatan Kolase berbagai Musfiroh (2005: 15-19) yaitu bermain
media membantu anak membangun konsep dan
pengetahuan, membantu anak dalam
Berdasar tabel dan diagram di atas
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,
menunjukkan peningkatan pada keterampilan
mendorong anak untuk berpikir kreatif,
motorik halus melalui kolase berbagai media
meningkatkan kompetensi sosial anak,
kelompok B3 TK ABA Ngoro-oro. Siklus I dan
membantu mengenali diri anak sendiri, dan
siklus II hasil peningkatan terlihat yaitu
membantu mengatur/mengontrol gerak motorik.
menunjukan bahwa kemampuan motorik halus
Anak mampu menyelesaikan kegiatan
anak untuk kriteria belum berkembang (BB)
dengan baik karena anak mau memperhatikan
mengalami penurunan dari kondisi awal 9 anak
kemudian menirukan sesuai dengan arahan
pada Siklus I dan Siklus II sudah tidak ada lagi
guru. Hal tersebut sesuai dengan tahapan
anak dengan kriteria belum berkembang. Untuk
813 Peningkatkan Kemampuan Motorik Halus .... (Nur Halimah)
mempelajari keterampilan yang dikemukakan (BSH) kondisi awal tindakan sebesar 23,80%,
oleh Hurlock (1978: 158) yaitu anak belajar pada Siklus I meningkat menjadi 61,90% dan
coba dan ralat (trial and error), meniru, dan pada Siklus II meningkat menjadi 100%.
pelatihan. Kemampuan motorik halus anak dapat
Peningkatan motorik halus anak dalam meningkat setelah adanya penelitian yang
penelitian ini menunjukan adanya kesesuaian dilakukan, yaitu melalui kegiatan kolase dengan
antara teori dengan hasil penelitian. Menurut berbagai media. Media yang digunakan dalam
beberapa ahli yang telah dsimpulkan kegiatan kolase ini bervariasi, antara lain yaitu
perkembangan motorik halus adalah pengajaran pada Siklus I memakai biji sogo, manik- manik,
tentang rupa melalui alat indera, asas bekerja kulit telur. Sedangkan pada Siklus II
sendiri, dan latihan motorik halus menyebutkan menggunakan kapas, kulit telur dan manik-
bahwa anak-anak perlu diberi banyak manik. Peningkatan motorik halus
kesempatan dan latihan serta kebebasan menggunakan kegiatan kolase ini adalah ketika
berekspresi untuk mengembangkan kemampuan anak memberi lem pada pola dengan rapi tidak
motorik halusnya dengan bimbingan guru atau kebanyakan atau terlalu sedikit, menyusun
orang tua. Oleh karena itu apabila keterampilan bahan kolase dengan kreatif dan rapi, serta
anak dilatih secara terus-menerus mekalui tepatnya mereka dalam merekatkan bahan
kegiatan kolase akan meningkatkan kemampuan kolase tersebut dengan rapi dan tidak belepotan.
motorik halus yang dimiliki anak (Slamet
Saran
suyanto, 2005: 26). Keadaan tersebut
Berdasarkan hasil penelitian dan
membuktikan bahwa melalui kegiatan kolase
pembahasan, ada beberapa saran yang perlu
dengan berbagai media efektif digunakan untuk
disampaikan sebagai berikut:
meningkatkan kemampuan motorik halus anak
1. Bagi Pendidik
pada kelompok B3 TK ABA goro-oro.
Kegiatan kolase dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus anak
SIMPULAN DAN SARAN
dan bisa menjadi salah satu alternatif dalam
Simpulan
proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui
a. Keterampilan motorik halus itu aspek
kegiatan kolase dapat meningkatkan
penting bagi perkembangan anak sehingga
keterampilan motorik halus kelompok B3 TK
diharapkan peneliti selanjutnya membuat
ABA Ngoro- oro. Peningkatan tersebut dapat
penelitian mengenai keterampilan motorik
dicapai dalam setiap kegiatan yang telah
halus menggunakan media yang lain dengan
dilakukan pada Siklus I dan Siklus II yang
mempertimbangkan waktu yang diperlukan
terdiri dari tiga pertemuan. Hal tersebut dapat
sehingga dapat hasil kegiatan yang
dilihat pada kriteria berkembang sesuai harapan
maksimal.
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 9 Tahun ke 5 2016 814
b. Penerapan kolase dengan berbagai media Sumanto. (2005). Pengembangan kreativitas
seni rupa anak tk. Jakarta: Dirjen
yang ada di lingkungan sekitar dapat
Mendiknas.
digunakan sebagai referensi bagi penelitian
Sumantri. (2005). Model Pengembangan
yang terkait beberapa aspek perkembangan
Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
anak selain keterampilan motorik halus. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Direktorat
DAFTAR PUSTAKA Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Depdiknas. 2007). Pedoman pembelajaranp
pengembangan fisik/motorik di taman Takdiroantum Musfiroh. (2008). Cerita untuk
kanak-kanak. Jakarta: DPPO Provinsi anak usia dini. Yogyakarta: PT. Tiara
DIY. Wacana.

Hurlock, Elisabeth B. (1978). Perkembangan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


anak jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga Sistem Pendidikan Nasional.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010).


Peraturan menteri pendidikan nasional
republik indonesia nomor 58 tahun 2009
tentang standar pendidikan anak usia
dini (PAUD). Jakarta: Direktorat
Pembinaan TK dan SD.

Rochiati Wiriatmaja. (2005). Metode penelitian


tindakan kelas. Bandung: PT. Remaja
Rosdakara.

Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran untuk


anak. Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi .

Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian tindakan


untuk guru, kepala sekolah dan
pengawas. Yogyakarta. Aditya Media.

Anda mungkin juga menyukai