Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol.

2 (2), 107-116

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK


DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SPONS DI PAUD ASSALAM KOTA BENGKULU

Helga Yunia,
helgayunia9@gmail.com
Sumarsih
sumarsihasiih@gmail.com
Wembrayarli
wembrayarli@yahoo.com

Abstract
The purpose of this research is to improve children’s fine motor skills through building activities
using sponge media in B1 PAUD Assalam group in Bengkulu City. The method used is a classroom
action research (CAR), conducted through two cycles and each cycle consists of three meetings.
Research subjects of children group B1 PAUD Assalam Bengkulu City which requires sixteen
children, consisting of six girl students and ten boy students. Data completion technique using
observation.Technique of data analysis using the average. The results showed an increase in fine
motor skills through development activities using sponge media. It’s recommended for further
researchers to improve the fine motor skills of children overcome the cutting aspect to be more
stimulated again.

Key word : Fine motor skills; forms; sponges media

PENDAHULUAN perkembangan fisik (koordinasi motorik halus


Pendidikan anak usia dini merupakan dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
masa yang sangat menentukan perkembangan kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial
dan pertumbuhan anak karena merupakan emosional (sikap dan prilaku serta beragama)
masa peka dan masa emas dalam kehidupan bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
anak. Selain itu, pendidikan anak usia dini keunikan dan tahap-tahap perkembangan
dapat mengoptimalkan kemampuan dasar yang dilalui oleh anak usia dini (Yuliani, 2013:7)
anak dalam menerima proses pendidikan Pendapat Yuliani senada dengan Hasnida
ditahap selanjutnya. Undang-Undang Nomor (2014:16) menyatakan bahwa pendidikan anak
20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang usia dini merupakan salah satu bentuk
sistem pendidikan nasional menyebutkan pendidikan yang menitik beratkan pada
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak perkembangan anak. Pada perkembangan
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun anak terdapat lima aspek perkembangan yaitu
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan aspek kognitif, aspek bahasa, aspek sosial
pendidikan untuk membantu pertumbuhan emosional, aspek agama dan moral, dan aspek
dan perkembangan jasmani dan rohani agar fisik motorik.
anak memiliki kesiapan dalam memasuki Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014
pendidikan lebih lanjut. pasal 10 ayat 1 tentang lingkup perkembangan
Pendidikan anak usia dini merupakan anak usia dini yang sesuai dengan tahapan dan
salah satu bentuk penyelenggaraan tingkat usia anak dapat dikembangkan melalui
pendidikan yang menitiberatkan pada 6 aspek perkembangan yaitu nilai agama dan
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

107
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial anak yang berkaitan dengan keterampilan
emosional, dan seni. gerak jari-jemari dan koordinasi gerak mata
Berdasarkan 6 aspek perkembangan dan tangan anak yakni melalui kegiatan
anak usia dini, perkembangan motorik anak membentuk atau memanipulasi,
sangat penting untuk diperhatikan dan menggambar, mewarnai, menempel,
dikembangkan, karena aspek motorik meronce, dan menggunting. Pengembangan
merupakan dasar bagi individu untuk keterampilan motorik halus anak sangat
mencapai kematangan dalam aspek berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam
perkembangan lainnya, dan juga sebagai menulis (pengembangan bahasa), kegiatan
penunjang bagi anak dalam melakukan melatih koordinasi antara tangan dengan mata
aktivitas disekolah, seperti belajar dan yang dianjurkan dalam jumlah dan waktu yang
bermain. cukup meskipun menggunakan tangan secara
Perkembangan motorik adalah utuh belum tentu tercapai (Sumantri, 2005:
keterampilan mengendalikan gerak tubuh 145).
melalui kegitan terkoordinir antara susunan Berdasarkan kegiatan yang dapat
saraf, otot, otak, dan tulang sendi. mengoptimalkan pertumbuhan dan
Perkembangan motorik pada dasarnya perkembangan anak usia dini peneliti memilih
dibedakan menjadi 2 yaitu keterampilan kegiatan membentuk untuk meningkatkan
motorik halus dan motorik kasar. Motorik keterampilan motorik halus anak. Kegiatan
kasar adalah keterampilan gerak tubuh yang membentuk dipilih peneliti karena
menggunakan otot-otot besar, sebagian besar membentuk termasuk dalam salah satu
atau seluruh anggota tubuh dan diperlukan kegiatan yang dapat melatih perkembangan
agar anak dapat memfungsikan otot-otot motorik halus anak. Dalam kegiatan
tubuhnya dengan benar, seperti kemampuan membentuk gerak tangan yang dapat dilatih
duduk, menendang, berlari, naik turun tangga seperti gerak tangan dalam memegang spons,
dan sebagainya. Sedangkan motorik halus gerak tangan saat menggunting, gerak tangan
adalah gerakan yang menggunakan otor-otot saat menjimpit kuas, gerak tangan saat
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu menjumput dan gerak tangan saat mewarnai
(tangan dan jari-jari) dan dipergunakan untuk spons spons hingga terbentuk suatu hasil
memanipulasi lingkungan (Sunardi dan karya. Keterampilan motorik halus anak dapat
Sunaryo 2007:113). meningkat melalui kegiatan membentuk
Seperti yang dikemukakan oleh karena pada kegiatan membentuk anak
Mahendra dalam Sumantri (2005:143) mampu menggerakkan anggota tubuh yang
Keterampilan motorik halus adalah berhubungan dengan kemampuan gerak
kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil tangan dan gerak jari-jemari serta mampu
atau halus untuk mencapai pelaksanaan yang mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas
berhasil. Aktivitas pengembangan tangan.
kemampuan motorik halus anak usia dini Kegiatan membentuk dapat
bertujuan untuk melatih pengembangan menggunakan berbagai media yang bersifat
kemampuan motorik yang berhubungan lembut atau lunak seperti plastisin, sabun
dengan kemampuan gerak kedua tangan, batang, lilin, tanah liat, bubur kertas dan
mampu menggerakkan anggota tubuh yang spons. Dari macam-macam media yang dapat
berhubungan dengan gerak jari, mampu digunakan dalam melakukan kegiatan
mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas membentuk peneliti lebih tertarik memilih
tangan. media spons karena media spons tidak
Berdasarkan kegiatan yang dapat berbahaya, mudah di dapat dan ada disekitar
mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Selain itu juga media spons bertekstur

108
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

lembut dan halus yang mudah untuk anak meningatkan mutu (kualitas) proses
memegang, menggunting, menjimpit, dan pembelajaran dikelasnya melalui suatu
menjumput. Aktivitas ini sangat digemari anak tindakan (treatment) tertentu dalam suatu
dan membentuk termasuk juga dalam kategori siklus (Kunandar, 2010: 44)
pengembangan kreativitas yang menuntut Tempat dan Waktu Penelitian
imajinasi anak. Penelitian ini dilakukan di Kelompok B
Dengan demikian, judul dalam penelitian Paud Assalam Kota Bengkulu yang berada di
ini yaitu “Meningkatan Keterampilan Motorik Jalan WR. Supratman Gang. Cipta Baru RT 19
Halus Anak Melalui Kegiatan Membentuk RW 01, Pematang Gubernur, Muara
dengan Menggunakan Media Spons pada Bangkahulu, Kota Bengkulu. Penelitian ini
Kelompok B PAUD Assalam Kota Bengkulu”. dilaksanakan dari bulan Februari 2017 sampai
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dengan Oktober 2017.
dirumuskan tujuan penelitian adalah: Subjek Penelitian
1. Mendeskripsikan proses meningkatkan Subjek penelitian ini adalah anak
keterampilan motorik halus anak usia dini kelompok B1 Paud Assalam Kota Bengkulu
melalui kegiatan membentuk yang berjumlah 16 Orang, terdiri dari 6 anak
perempuan dan 10 anak lak-laki.
menggunakan media spons pada kelompok
Prosedur penelitian
B PAUD Assalam Kota Bengkulu. Penelitian yang akan dilaksanakan
Meningkatkan motorik halus anak adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
melalui kegiatan membentuk menggunakan dirancang dalam dua siklus. Prosedur
media spons pada kelompok B Paud Assalam penelitian ini menggunakan model penelitian
Kota Bengkulu tindakan kelas yang digunakan oleh Arikunto
METODE yang terdiri atas empat rangkaian kegiatan
Jenis Penelitian yaitu: 1. Perencanaan (Planning), 2.
Penelitian ini merupakan Penelitian Pelaksanaan (Acting), 3. Observasi
Tindakan Kelas (action research) yaitu (Observing), 4. Refleksi (Reflecting). Keempat
penelitian pembelajaran yang berkonteks tahapan tersebut saling terkait dan
kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk berkelanjutan, adapun rangkaian kegiatan
memecahkan masalah-masalah pembelajaran dalam penelitian ini adalah seperti pada
yang dihadapi oleh guru, untuk memperbaiki gambar 1.:
mutu pembelajaran dan mencoba hal- hal baru
dibidang pembelajaran demi meningkatkan
mutu dan hasil pembelajaran.
Arikunto dalam Suyadi, (2010:18)
mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas merupakan pencermatan dalam bentuk
tindakan terhadap kegiatan belajar yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan.
Penelitian tindakan kelas (PTK) suatu
penelitian tindakan yang dilakukan guru yang
sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau
bersama orang lain dengan merancang,
melaksanakan dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif yang
bertujuan untuk memperbaiki atau

109
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

rencana pembelajaran dan mengalokasi


waktu.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ini merupakan implementasi dari
perencana yang akan dibuat kemudian
perencanaan tersebut dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan
penelitian kegiatan mengacu pada rencangan
kegiatan harian yang telah dipersiapkan
sebelumnya, dan hasilnya diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas.
3. Pengamatan (Observasition)
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Observasi dalam hal ini yaitu mengamati
menurut Arikunto (2014:6) motorik halus anak pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Observasi dilakukan
Adapun rancangan tindakan yang dalam rangka mengumpulkan data
dilakukan yaitu: kemampuan motorik halus anak melalui
1. Perencanaan (Planning) kegiatan membentuk benda menggunakan
Tahap perencanaan ini disusun mencakup media spons data yang dikumpulkan pada
semua langkah tindakan secara rinci. Pada tahap ini berisi tentang pelaksananan tindakan
siklus I pertemuan pertama guru menyiapkan yang telah sudah dibuat.
rencana kegiatan mingguan (RPPM) 4. Refleksi (Reflection)
selanjutnya guru menyiapkan rencana Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kegiatan harian (RPPH) dengan tema diriku melihat kekurangan selama pelaksanaan
subtema kesukaanku, lembar observasi guru, tindakan. Tahapan ini merupakan tahap yang
lembar observasi anak, dan menyiapkan media penting untuk dilaksanakan karena sebagai
dan alat yang diperlukan dalam pelaksanaan bahan pertimbangan untuk memperbaiki pada
tindakan seperti: spons, gunting, kuas, lem fox, siklus selanjutnya jika siklus I ini belum dapat
kertas origami yang telah dipotong kecil-kecil, meningkatkan motorik halus anak.
dan pewarna makanan, selanjutnya Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
menentukan rencana pembelajaran dan Penilaian
mengalokasi waktu. Pada pertemuan pertama 1. Teknik Pengumpulan Data
kegiatan anak adalah membuat bentuk roti Penelitian yang dilakukan pada anak PAUD
untuk sarapan, pada pertemuan kedua Assalam Kelompok B Kota Bengkulu
kegiatan anak adalah membuat bentuk pizza, menggunakan teknik observasi. Observasi
dan pada pertemuan ketiga anak membuat digunakan untuk mengetahui peningkatan
bentuk es krim. Pada siklus II pertemuan keterampilan motorik halus anak dengan
pertama guru membuat rencana kegiatan membentuk menggunakan media spons.
mingguan (RPPM) selanjutnya guru Observasi ini dilakukan oleh peneliti dan
menyiapkan rencana kegiatan harian (RPPH) dibantu oleh teman sejawat.
dengan tema tanaman subtema buah-buahan, 2. Instrumen Penelitian
lembar observasi guru, lembar observasi anak, Instrumen yang digunakan dalam penelitian
dan menyiapkan media dan alat untuk yang tindakan kelas ini yaitu menggunakan lembar
dibutuhkan selama pelaksanaan tindakan observasi. Lembar observasi ini digunakan
seperti: spons, gunting, kuas, lem fox, dan untuk mengamati setiap perkembangan
pewarna makanan, selanjutnya menentukan kemampuan motorik halus anak dalam aspek

110
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

memegang, menggunting, menjimpit, dan 1 Kurang


0-1,5
menjumput. sekali (KS)

Tabel 1. Lembar Observasi Perkembangan Motorik Halus


Anak Dalam Kegiatan Membentuk Spons
Teknik Analisis Data
Rat
Na a- Krete
Teknik analisis data tentang kemampuan
Keterampilan Yang Diamati
N ma rat ria motorik halus anak dianalisis dengan nilai rata-
o ana a
k Memega Menggun Menjimpi Menjump rata dan ketuntasan belajar, yang mempunyai
ng ting t ut
P P P P P P P P
rumus sebagai berikut:
R R R R
1 2 1 2 1 2 1 2 1. Nilai rata-rata
1
2
Rata-rata diperoleh dengan
3 menjumlahkan nilai yang diperoleh anak
Jumla dan dibagi dengan jumlah anak yang ada
h
Rata- dikelas yang diteliti sehingga diperoleh nilai
rata rata-rata. (Aqib dkk, 2009: 204-205)
Nilai rata-rata dapat dirumuskan sebagai
Keterangan: berikut:
P1 = Pengamat 1 (Peneliti)
P2 = Pengamat 2 (Teman Sejawat) ∑𝑥
r=Rata-rata X =
𝑁
Penilaian skor dalam penelitian ini yaitu Keterangan :
dilakukan dengan kriteria penilaian pada tabel X = Nilai rata-rata
2 sebagai berikut : ∑ x = Jumlah nilai
N = Jumlah anak
Tabel 2. Kriteria Penilaian (Aqib 2010:41)
Indikator Keberhasilan Tindakan
Skor Kriteria keberhasilan tindakan yang
Kriteria Penilaian
Penilaian dilakukan dikatakan berhasil apabila 75%
5 Baik Sekali (BS) jumlah anak pada kelompok B1 paud Assalam
4 Baik (B) Kota Bengkulu meningkat keterampilan
3 Cukup (C) motorik halus dengan membentuk
2 Kurang (K) menggunakan media spons dalam aspek
1 Sangat Kurang (SK) memegang, menggunting, menjimpit dan
menjumput.
Untuk memudahkan pengelolaan data
maka kriteria penilaian tersebut dimodifikasi
sebagai berikut:
Tabel 3. Kategori Skor Hasil Observasi Tiap Siklus

Interpretasi Kisaran Kriteria


Penilaian skor Penilaian
5 Baik Sekali
4,6-5
(BS)
4 3,6-4,5 Baik (B)
3 2,6-3,5 Cukup (C)
2 1,6-2,5 Kurang (K)

111
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

HASIL DAN PEMBAHASAN kegiatan ini mudah dilakukan dan


Hasil menyenangkan bagi anak.
Hasil observasi keterampilan motoric Selain mengamati aktivitas belajar anak,
halus anak melalui kegiatan membentuk siklus teman sejawat juga melakukan pengamatan
1 dapat dilihat pada tabel 4. terhadap aktivitas guru, yang disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus Anak Tabel 5. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Guru Pada
Melalui Kegiatan Membentuk Siklus I Siklus I

N Skor pengamatan Kriteri


Perte Perte Perte
N a Rata a
muan muan muan Keterangan
o m -rata Penila
1 2 3 Perte Perte Perte
a
ian
1 Pr 2,5 2,8 3,1 Meningkat muan 1 muan 2 muan 3
2 Kv 2,5 2,6 3,2 Meningkat
2,7 3 3,5 3,06 Cukup
3 Al 2,8 2,8 3,3 Meningkat
4 Af 2,7 3,1 3,5 Meningkat
5 Az 3,1 3,5 3,7 Meningkat Berdasarkan tabel 5 diperoleh data yang
6 Rd 3,5 3,6 4 Meningkat menunjukkan bahwa rata-rata dari hasil
7 Fn 3,7 4 4,1 Meningkat
A pengamatan terhadap aktivitas guru pada
8 2,5 2,6 3,1 Meningkat
m siklus I yaitu 3,06 dengan kategori cukup.
9 Ih 3,2 3,2 3,7 Meningkat
1 Kegiatan membentuk yang dilakukan guru
Ad 3,5 3,5 4,1 Meningkat
0 sudah mulai meningkat dari setiap
1
1
Ej 3,2 3,3 3,5 Meningkat pertemuannya.
1 Tabel 6. Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus Anak
Ah 2,6 3 3,2 Meningkat Melalui Kegiatan Membentuk Siklus II
2
1
Rf 3,2 3,2 3,5 Meningkat
3 Perte Perte Perte
No Nama Keterangan
1 muan 1 muan 2 muan 3
Cs 2,6 3 3,3 Meningkat
4 1 Pr 2,7 3,1 3.5 Meningkat
1
Jh 3 3,3 3,6 Meningkat 2 Kv 2,8 3,2 3.6 Meningkat
5
1
Ds 2,8 3,2 3,5 Meningkat 3 Al 3,2 3,5 3.7 Meningkat
6
Jumlah 47,4 50,7 56,4 Meningkat 4 Af 3,1 3,5 3.7 Meningkat
Rata-
2,96 3.16 3,52 Meningkat 5 Az 3,5 3,8 4 Meningkat
rata
Ketunt 6 Rd 3,8 4,2 4.3 Meningkat
asan 59,4% 63,2% 70,4% Meningkat
Klasikal 7 Fn 3,7 4,3 4.6 Meningkat

8 Am 2,7 3 3.3 Meningkat


Berdasarkan tabel 4, pada siklus I 9 Ih 3 3,5 3.8 Meningkat
pertemuan pertama, pertemuan kedua 10 Ad 3,8 4,2 4.6 Meningkat
maupun pertemuan ketiga hasil keterampilan 11 Ej 3,7 4 4.3 Meningkat
motorik halus anak melalui kegiatan
12 Ah 2,8 3,5 3.6 Meningkat
membentuk terus meningkat pada setiap
13 Rf 3,2 3,5 3.7 Meningkat
siklusnya hal tersebut dapat dilihat dari tabel
14 Cs 2,8 3,5 3,7 Meningkat
di atas. Rata-rata pada pertemuan pertama
2,96 dengan ketuntasan 59,4% pertemuan 15 Jh 3,3 3,8 4.1 Meningkat

kedua 3,16 dengan ketuntasan 63,2% dan 16 Ds 3,2 3,5 3.8 Meningkat
pertemuan ketiga 3,52 dengan ketuntasan Jumlah 51,3 8,1 62,3 Meningkat
70,4%. Rata-rata 3,20 3,63 3.89
Meningkat
Keterampilan motorik halus anak melalui Ketuntasan
64% 72,6% 77,8% Meningkat
kegiatan membentuk dengan menggunakan Klasikal

media spons mengalami peningkatan pada


setiap pertemuannya hal ini dikarenakan
112
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

Berdasarkan tabel 6 tersebut, pada siklus II 14 Cs 3,3 3,7 Meningkat


pertemuan pertama, pertemuan kedua dan 15 Jh 3,6 4.1 Meningkat
pertemuan ketiga melalui kegiatan 16 Ds 3,5 3.8 Meningkat
membentuk terus meningkat pada tiap Jumlah 56,4 62,3 Meningkat
siklusnya hal tersebut dapat dilihat dari tabel Rata-rata 3,52 3.89 Meningkat
di atas. Rata-rata pada pertemuan pertama Ketuntas
3,20dengan ketuntasan 64% pertemuan kedua an 70,4% 77,8% Meningkat
Klasikal
3,63 dengan ketuntasan 72,6% dan pertemuan
Berdasarkan tabel 8 hasil perbandingan
ketiga 3,89ketuntasan 77,8%, itu artinya
peningkatan keterampilan motorik halus anak
ketuntasan belajar anak sudah mencapai
antara siklus I dan siklus II mengalami
indikator keberhasilan yaitu 75%.
peningkatan yang baik.hal ini terlihat dari
Karena keterampilan motorik halus anak
setiap pertemuan siklus I dan siklus II yang
melalui kegiatan membentuk telah meningkat,
mengalami peningkatan. Pada siklus I
jadi peneliti dan teman sejawat memutuskan
pertemuan ketiga rata-ratanya mencapai
hanya sampai siklus II.
Tabel 7. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Guru Pada 3,52dengan ketuntasan 70,4% sedangkan
Siklus II pada siklus II pertemuan ketiga rata-ratanya
mencapai 3,89 dengan ketuntasan 77,8%.
Skor pengamatan
Pert Perte Perte
Rata- Kriteria Keterampilan motorik halus anak yang
rata Penilaian
Muan 1 muan 2 muan 3 meliputi aspek memegang, menggunting,
3,7 4,09 4,4 4,06 Baik menjimpit dan menjumput telah berkembang
secara maksimal. Terdapat 2 orang anak yang
Berdasarkan tabel 7 diperoleh data yang
berada pada kriteria sangat baikyaitu Fn dan
menunjukkan bahwa rata-rata dari hasil
Ad. Terdapat 12 anak berada pada kriteria baik
pengamatan terhadap aktivitas guru pada
yaitu Kv, Al, Af, Az, Rd, Ih, Ej, Ah, Rf, Cs, Jh dan
siklus II yaitu 4,06 dengan kategori baik.
Ds. Terdapat 2 orang anak yaitu Pr dan Am
Kegiatan membentuk yang dilakukan guru
berada pada kriteria cukup, tetapi jika dilihat
meningkat dari setiap pertemuannya.
secara individu, semuanya sudah
Tabel 8. Hasil Perbandingan Peningkatan Keterampilan menunjukkan peningkatam dari siklus I.
Motorik Halus Anak Antara Siklus I dan Siklus II
Pembahasan Hasil Penelitian
Siklus I Siklus II Hasil penelitian yang telah dilakukan
Na
No Perte Perte Keterangan oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat
ma
muan 3 muan 3
1 dan dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan
Pr 3,1 3.5 Meningkat
1 subjek penelitian anak kelompok B1 PAUD
2 Kv 3,2 3.6 Meningkat
Assalam Kota Bengkulu menunjukkan bahwa
3 Al 3,3 3.7 Meningkat
melalui kegiatan membentuk dengan
4 Af 3,5 3.7 Meningkat
menggunakan media spons dapat
5 Az 3,7 4 Meningkat
meningkatkan keterampilan motorik halus
6 Rd 4 4.3 Meningkat
anak di PAUD Assalam Kota Bengkulu.
7 Fn 4,1 4.6 Meningkat
A Pada siklus pertama kegiatan
8 3,1 3.3 Meningkat
m membentuk dengan menggunakan media
9 Ih 3,7 3.8 Meningkat
10 Ad 4,1 4.6 Meningkat
spons belum mencapai kriteria keberhasilan
yang diharapkan, karena terdapat kelemahan-
11 Ej 3,5 4.3 Meningkat
kelemahan pada siklus pertama, kelemahan
12 Ah 3,2 3.6 Meningkat tersebut diantaranya: 1) masih terdapat anak
13 Rf 3,5 3.7 Meningkat
yang belum bisa melakukan kegiatan
membentuk tanpa diberikan contoh oleh guru,
2) terdapat beberapa anak yang belum bisa
113
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

menggunting sesuai dengan pola yang telah belajar, cara mengajar guru, serta sistem
disediakan, 3) ada anak yang belum bisa pemberian umpan balik, dan sebagainya. Serta
menjimpit kuas tanpa bantuan guru, 4) masih faktor dari dalam anak mencakup kecerdasan,
ada anak yang belum dapat menjumput dan strategi belajar, motivasi, dan sebagainya.
menaburkan potongan kertas dengan rata dan Dari hasil pengamataan siklus I dan siklus
rapi, 5) pemberian contoh dan bimbingan yang II, aspek menggunting mendapat hasil
diberikan peneliti masih belum maksimal, 6) peningkatan yang paling kecil, hal ini karena
peneliti belum bisa membangun konsentrasi anak-anak masih kaku dalam menggunting
anak. sehingga anak-anak masih membutuhkan
Secara umum peningkatan keterampilan bantuan dan bimbingan dari guru. Sedangkan
motorik halus anak antara siklus I dan siklus II aspek keterampilan yang paling menonjol
mengalami peningkatan yang sangat baik. hal yaitu aspek memegang hal ini terjadi karena
ini terlihat dari setiap pertemuan dari siklus I anak sudah lentur dalam memegang. Hal ini
dan siklus II. Hal ini dikarenakan, selama senada dengan pendapat Yamin (2012:101)
kegiatan membentuk peneliti selalu yang menyatakan bahwa anak dapat
meningkatkan cara mengajar dengan lebih memegang benda-benda besar dan benda-
baik, seperti: 1) peneliti menjelaskan materi benda kecil, semakin tinggi kemampuan
dan langkah-langkah proses kegiatan motorik halus anak, maa ia mampu memegang
membentuk dengan perlahan dan lebih detail benda-benda kecil. Dilihat dari setiap hasil
serta mencontohkan langsung kepada anak perolehan nilai rata-rata dan hasil perolehan
yang mengalami kesulitan dalam melakukan ketuntasan klasikal anak pada setiap
kegiatan, sehingga apa yang disampaikan oleh pertemuan siklus I dan siklus II bahwa terdapat
peneliti dapat diterima dengan baik oleh anak- suatu peningkatan yang baik untuk anak dalam
anak dan anak akan menjadi lebih paham keterampilan motorik halus.
dengan apa yang disampaikan peneliti, 2) Dilihat dari hasil akhir siklus II pertemuan
peneliti memberikan penguatan dan 3 secara individual terdapat peningkatan yang
penghargaan kepada semua anak, sehingga sangat signifikan yaitu terdapat 2 orang anak
anak lebih bersemangat melakukan kegiatan yang mendapat kriteria sangat baik Fn dan Ad.
pembelajaran yang diberikan, 3) peneliti Hal ini dikarenakan dari awal pertemuan, Fn
memperbanyak kegiatan yang dapat melatih dan Ad memang memiliki kemampuan yang
konsentrasi dan kefokusan anak, 4) peneliti menonjol dibandingkan dengan anak lainnya.
langsung mempraktekkan kegiatan Ketika proses pembelajaran berlangsung Fn
menggunting, menjimpit dan menjumput dan Ad mengikuti pembelajaran dengan baik,
dengan cara memegang langsung tangan anak memperhatikan ketika peneliti menjelaskan
yang masih mengalami kesulitan, 5) peneliti kegiatan, memiliki semangat pada saat
duduk didekat anak yang masih mengalami melakukan kegiatan terlihat pada saat
kesulitan melakukan kegiatan, 6) peneliti lebih kegiataan memegang Fn dan Ad sudah sangat
memperhatikan anak yang masih mengalami baik, pada saat kegiatan menggunting Fn dan
kesulitan membentuk. dengan strategi yang Ad sudah sangat terampil dalam
dilakukan oleh peneliti ini sehingga membuat memfungsikan gunting sehingga hasil
anak-anak melakukanya dengan semangat dan guntingannya sudah rapi dan mengikuti pola,
antusias yang baik. pada saat kegiatan memegang, menjimpit dan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat menjumput FN dan Ad sudah sangat baik serta
Danim (2011:49) yang menyatakan bahwa bentuk yang dihasilkan rapi dan bagus,
keberhasilan belajar anak dipengaruhi oleh sehingga dengan melakukan kegiatan
banyak faktor yang berasal dari dalam maupun membentuk dapat mengoptimalkan
luar kelas. Faktor luar misalnya, Fasilitas

114
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

perkembangan keterampilan motorik meningkat pada siklus II rata-rata nilai anak


halusnya. 3,89 dengan kriteria baik. Hasil tersebut
Sedangkan ada dua anak yakni Pr dan menunjukkan bahwa setiap siklusnya
Am mendapat nilai yang paling rendah dari
meningkat yang berarti bahwa kegiatan
teman-temannya hal ini dikarenakan dari
pertemuan awal Pr dan Am memang masih membentuk dengan menggunakan media
mengalami kesulitan ketika melakukan spons dapat meningkatkan keterampilan
kegiatan. Pada saat melakukan kegiatan motorik halus anak.
menggunting Pr dan Am belum terampil dalam
menggunakan gunting dan tergesa-gesa dalam Saran
melakukan kegiatan sehingga hasil guntingan Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian
Pr dan Am masih belum tepat dan rapi. tersebut, maka peneliti memberikan saran
Menurut Suyanto (2005:127) kegiatan sebagai berikut:
menggunting membutuhkan keterampilan 1. Bagi Guru
menggerakkan otot-otot tangan dan jari-jari Berdasarkan hasil penelitian
untuk berkoordinasi dalam menggunting menunjukkan bahwa melalui kegiatan
sehingga bisa memotong kertas, kain atau membentuk dengan menggunakan media
yang lain sesuai dengan keinginan. spons dapat meningkatkan keterampilan
Berdasarkan uraian pembahasan motorik halus anak, dengan demikian
tersebut bahwa melalui kegiatan membentuk melalui penelitian ini diharapkan dapat
dengan menggunakan media spons dapat diterapkan oleh guru dalam
meningkatkan keterampilan motorik halus mengembangkan keterampilan motorik
anak. Kegiatan membentuk dapat melatih halus melalui kegiatan membentuk dan
keterampilan motorik halus anak terutama guru dapat lebih mengadakan peningkatan
dalam aspek memegang, menggunting , keterampilan motorik halus anak terutama
menjimpit dan menjumput dalam aspek menggunting, menjimpit dan
KESIMPULAN menjumput.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 2. Bagi Sekolah
dilakukan pada kelompok B1 PAUD Assalam Hendaknya dari pihak sekolah dapat
Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa: memberikan dukungan dan kesempatan
1. Proses kegiatan dilakukan dengan cara kepada para pendidik untuk
membentuk berbagai jenis makanan dan mengembangkan keterampilan motorik
buah-buahan. Kegiatan dimulai dengan halus anak dan menyediakan berbagai
memegang spons yang akan dibentuk, media pembelajaran. Pihak sekolah juga
kemudian menggunting spons sesuai dapat menyediakan media pembelajaran
dengan pola yang diinginkan, selanjutnya yang dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus anak sehingga dengan media
anak menjimpit kuas untuk mewarnai dan
pembelajaran yang menarik akan membuat
memberi lem serta yang terakhir anak anak lebih bersemangat dalam melakukan
menjumput potongan kertas origami yang proses pembelajaran.
akan ditempelkan pada permukaan spons. 3. Bagi Peneliti
2. Kegiatan membentuk dengan Selanjutnya Berdasarkan penelitian yang
menggunakan media spons dapat telah dilakukan dan dari hasil penelitian
meningkatkan keterampilan motorik halus yang diperoleh, ditemukan bahwa melalui
kegiatan membentuk dengan
anak. Pada siklus I rata-rata nilai anak 3,52
menggunakan media spons dapat
dengan kriteria cukup, kemudian meningkatkan keterampilan motorik halus
115
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli
Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol. 2 (2), 107-116

anak, dari empat aspek keterampilan


motorik halus anak yang telah diteliti aspek
keterampilan menggunting mengalami
peningkatan yang rendah. Oleh karena itu,
diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus anak terutama dalam aspek
menggunting agar lebih stimulasi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal Dkk (2009). Penelitian Tindakan
Kelas untuk Guru. Bandung:
CV Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi dkk (2014). Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara

Danim, Sudarwan & Khairil (2011). Profesi


Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Hasnida (2014). Analisis Kebutuhan Anak


Usia Dini. Jakarta: Luxima

Slamet, Suyanto (2005). Dasar-Dasar


Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Sujiono, Yuliani Nurani (2013). Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks

Sumantri (2005). Model Pengembangan


Keterampilan Motorik Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas

Sunardi & Sunaryo (2007). Intervensidini


Anak Berkebutuhan Khusus. DIKTI

Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak


Usia Dini. Yogyakarta :
PEDAGOGIA.

Yamin, Martinis & Sanan, Jamilah S (2012).


Panduan PAUD Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Referensi

116
Helga Yunia, Sumarsih dan Wembrayarli

Anda mungkin juga menyukai