Anda di halaman 1dari 6

Pembelajaran Motorik Halus….

(Pawit Mulatri) 1

STUDI KASUS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS KELOMPOK A DI TK ABA


WONOPETI KECAMATAN GALUR KULON PROGO

CASE STUDY FINE MOTOR LEARNING GROUP A IN TK ABA WONOPETI


Oleh: pawit mulatri, universitas negeri yogyakarta
pawit.mulatri@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran motorik halus kelompok A di TK ABA
Wonopeti. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus. Subjek penelitian ini adalah semua
anak kelompok A yang berusia 4-5 tahun di TK ABA Wonopeti yang berjumlah 16 anak, terdiri dari 11 anak
perempuan dan 5 anak laki-laki. Objek penelitian ini adalah pembelajaran motorik halus kelompok A. Data pada
penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik
deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus tunggal. Hasil penelitian ini mendeskripsikan perencanaan
pembelajaran TK ABA Wonopeti hanya menggunakan RPPH. Persiapan media dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Pelaksanaan kegiatan dapat berubah sesuai dengan kehendak guru yang terkadang tidak mengacu
pada RPPH yang sudah dibuat. Media yang digunakan belum terpusat pada anak seperti penggunaan lem kayu
sebagai perekat, penggunaan kertas HVS sebagai pengganti kertas origami. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
minimnya evaluasi yang dilakukan oleh TK ABA Wonopeti. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran motorik halus kelompok A di TK ABA Wonopeti belum ada perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran belum mengacu pada perencanaan.

Kata kunci: pembelajaran, motorik halus, anak

Abstract
The results of this study indicate that the planning of TK ABA Wonopeti learning only uses RPPH. Media
preparation is done when learning takes place. Implementation of activities can change according to the wishes of
teacher who sometimes do not refer to the RPPH that has been made. The media used has not been centered on
childrn such as the use of wood glue as an adhesve, the use of HVS paper as a substitude for origami paper. The
results of this study also indicate the lack of evaluation conducted by TK ABA Wonopeti. Thus, it can be consluded
that group A fine motor learning in TK ABA Wonopeti must still be improved, especially in planning and
implementing learning.

Keywords: learning, fine motor skills, children

PENDAHULUAN meliputi aspek nilai agama dan moral, kognitif,


Anak usia dini adalah anak yang berusia fisik-motorik, bahasa, sosial- emosional, serta
dari 0–6 tahun. Hal ini sesuai dengan Undang- seni. Menurut Husain dkk (Sumantri, 2005: 2),
Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 pembinaan dan pengembangan potensi anak
yang menjelaskan bahwa anak usia dini berusia bangsa dapat diupayakan melalui pembangunan
antara 0–6 tahun. Anak usia dini memiliki peran di berbagai bidang yang didukung oleh atmosfer
penting bagi perkembangan individu dan masyarakat belajar.
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia Anak usia dini memiliki peran penting
dini, berbagai aspek perkembangan anak bagi perkembangan individu dan kehidupan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbangsa dan bernegara. Pada usia dini, berbagai
pesat. Oleh karena itu, pengembangan secara aspek perkembangan anak mengalami
tepat di usia dini menjadi penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Oleh
perkembangan anak usia dini meliputi aspek karena itu, pengembangan secara tepat di usia
perkembangan bahasa, kognitif, nilai, agama dini menjadi penentu bagi perkembangan anak
moral, fisik motorik dan sosial emosional. Aspek usia dini meliputi aspek perkembangan bahasa,
perkembangan ini juga dipaparkan pada kognitif, nilai, agama moral , fisik motorik dan
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 7 sosial emosional. Aspek perkembangan ini juga
yang menjelaskan bahwa perkembangan anak dipaparkan pada Permendikbud Nomor 137
2 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 1 Tahun ke-9 2020
Tahun 2014 Pasal 7 yang menjelaskan bahwa Sehubungan dengan pembelajaran motorik maka
perkembangan anak meliputi aspek nilai agama pelaksanaan pebelajaran kriterianya terdapat
dan moral, kognitif, fisik-motorik, bahasa, sosial- dalam standar proses yang tertulis dalam
emosional, serta seni. Menurut Husain dkk Permendikbud nomor 137 tahun 2014 bab V
(Sumantri, 2005: 2), pembinaan dan pasal 11 yang menjelaskan bahwa standar proses
pengembangan potensi anak bangsa dapat mencakup: perencanaan pembelajaran,
diupayakan melalui pembangunan di berbagai pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
bidang yang didukung oleh atmosfer masyarakat pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran.
belajar. Perencanaan pembelajaran dilakukan
Anak usia dini mempunyai potensi yang dengan pendekatan dan model pembelajaran yang
demikian besar untuk mengoptimalkan segala sesuai dengan kebutuhan, karakteristik anak, dan
aspek perkembangannya, termasuk budaya lokal yang meliputi program semester
perkembangan motoriknya artinya perkembangan (Prosem), rencana pelaksanaan pembelajaran
keterampilan motorik sebagai perkembangan mingguan (RPPM), dan rencana pelaksanaan
unsur kematangan dan pengendali gerak tubuh. pembelajaran harian (RPPH). Perencanaan
Anak usia dini mempunyai potensi yang sangat pembelajaran disusun oleh pendidik pada satuan
besar untuk mengoptimalkan aspek atau program PAUD.
perkembangannya, termasuk perkembangan Berdasarkan observasi di Kelompok A
keterampilan motorik artinya keterampilan TK ABA Wonopeti koordinasi mata dan tangan
motorik sebagai perkembangan unsur anak masih lemah, seperti pada saat
kematangan dan pengendalian gerak tubuh menghubungkan titik-titik belum sesuai,
(Husain dkk. Dalam MS Sumantri, 2005: 3). menebalkan titik-titik menjadi pola gambar suatu
Perkembangan motorik menurut Hurlock (1978: benda masih samar-samar. Pada saat guru
159), adalah perkembangan dari unsur mengajarkan materi melipat anak-anak masih
kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak kesulitan dan belum lurus dalam melipat kertas.
sebagai pusat gerak. Pengoptimalan Dalam kasus ini, terdapat pula anak yang masih
perkembangan anak dapat dilakukan lewat jalur dibantu oleh orangtuanya, dan terdapat anak yang
pendidikan yaitu melalui kegiatan pembelajaran. tidak mau menyelesaikan tugasnya. Selain itu,
Aspek perkembangan yang tertulis dalam media yang digunakan guru berupa kertas HVS
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 7 sebagai ganti kertas origami, lem kayu yang
yang menjelaskan bahwa perkembangan anak digunakan untuk merekatkan kertas dengan
meliputi aspek nilai agama dan moral, kognitif, kertas, benang yang terlalu kecil untuk kegiatan
fisik-motorik, bahasa, sosial emosional, serta membuat hiasan dinding dan guru kurang
seni. Keterampilan motorik halus sangat memperhatikan anak-anak yang kurang minat
diperlukan oleh anak-anak dalam mempersiapkan dalam mengerjakan tugasnya.
tugas-tugas disekolah maupun dirumah karena Hasil observasi dan wawancara yang telah
setiap hari mereka akan menggunakan dilakukan pada kelompok A TK ABA Wonopeti
kemampuan motorik halus di setiap kegiatannya. menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus
Searah dengan pernyataan Sumantri (2005: 146) anak masih rendah, sementara di gugus VII TK
tujuan dari perkembangan motorik halus adalah lain berhasil mengembangkan motorik halus
anak mampu mengembangkan keterampilan menggunakan stimulasi media yang bervariatif,
motorik halus yang berhubungan dengan gerak perencanaan dan pelaksanaan yang sesuai dengan
kedua tangan, anak mampu menggerakkan acuan yang sudah dibuat, sehingga peneliti
anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak tertarik untuk mencari sebab mengapa di TK
jari-jemari seperti: kesiapan menulis, ABA Wonopeti hal ini tidak berhasil. Oleh
menggambar, dan memanipulasi benda. karena itu, maka penelitian ini berjudul “Studi
Memberikan bimbingan untuk belajar Kasus Pembelajaran Motorik Halus kelompok A
motorik halus adalah anak dapat berkembang di TK ABA Wonopeti Pedukuhan Wonopeti,
dengan cara menstimulus jari-jari tangan anak Kelurahan Karangsewu, Kecamatan Galur Kulon
agar perkembangan motorik halus anak dapat Progo”.
berkembang secara optimal. Salah satu upaya
dalam memberikan stimulus pada anak yaitu METODE PENELITIAN
melalui kegiatan yang ada disekolah seperti Jenis Penelitian
menggambar, mewarnai, menghubungkan titik, Jenis penelitian yang digunakan adalah
menganyam, menulis dan melipat/origami. penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus
Pembelajaran Motorik Halus….(Pawit Mulatri) 3
tunggal yang dibatasi lingkup pedukuhan. Kisi-kisi pedoman observasi
Penelitian deskriptif terhadap pelaksanaan Indika
Teknik Pengambilan Data
No Pertanyaan Obser Wawan Doku-
pembelajaran motorik halus pada anak usia dini tor
vasi cara mentasi
di TK ABA Wonopeti diarahkan untuk Peren Bagaimana RPPH
canaan yang berhubungan
menjabarkan pembelajaran motorik halus anak pembe dengan kegiatan
kelompok A yang berpedoman pada standar 1 lajaran motorik ?
proses. Bagaimana media
yang akan digunakan
dalam pembelajaran?
Waktu dan Tempat Penelitian Pelak Bagaimana media
sanaan yang digunakan
Penelitian dilakukan pada bulan maret pembe dalam pembelajaran?
2019 di kelas A TK ABA Wonopeti, Pedukuhan lajaran Bagaiman kegiatan
pembelajaran yang
Wonopeti, Kelurahan Karangsewu, Kecamatan dilakukan?
Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa 2
Bagaimana evaluasi
pembelajaran?
Yogyakarta. Pemilihan TK ABA Wonopeti. Apakah supervisi
pendidikan
dilakukan secara
Subjek Penelitian berkala minimum
Subjek penelitian hanya di fokuskan pada satu kali dalam satu
bulan?
pembelajaran motorik halus di kelompok A di TK
ABA Wonopeti.
Teknik penelitian data yang digunakan
Prosedur
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Prosedur penelitian ini dimulai dengan
melakukan observasi yang didukung dengan
1. Observasi
wawancara dan dokumentasi situasi apa saja yang
Menurut Sugiyono (2015: 204) observasi
ada di TK ABA Wonopeti, kemudian
merupakan kegiatan pemuatan penelitian
disimpulkan dengan menggunakan triangulasi.
terhadap suatu objek.Apabila dilihat pada proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah
Instrumen penelitian menurut Suharsimi
observasi partisipatif yang artinya peneliti terlibat
Arikunto (2006: 149) adalah alat pada waktu
dalam kegiatan sehari-hari orang atau kelas yang
penelitian menggunakan sesuatu metode. Pada
sedang diamati.
penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen
Teknik pengumpulan data dengan
adalah peneliti sendiri dibantu dengan panduan
observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat
observasi. Peneliti sebagai human instrument
melihat langsung kondisi nyata mengenai proses
akan mengamati proses pembelajaran di kelas.
pembelajaran di Kelompok A TK ABA Wonopeti
Moleong (2011: 168) menjelaskan manusia
dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
sebagai instrumen penelitian karena manusia
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media yang
sebagai perencana, pelaksana pengumpul data,
digunakan sampai dengan evaluasi pembelajaran
analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi
motorik halus anak kelompok A TK ABA
pelapor hasil penelitian. Instrumen penelitian
Wonopeti.
dalam penelitian deskriptif pelaksanaan
pembelajaran motorik halus di TK ABA
2. Wawancara
Wonopeti.
Teknik wawancara dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan penelitian
menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin.
kualitatif dengan jenis studi kasus tunggal.
Arikunto (2013: 199) menjelaskan bahwa
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
wawancara bebas terpimpin adalah wawancara
menekankan analisisnya pada proses
yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
penyimpulan induktif serta pada analisis terhadap
secara bebas namun masih tetap berada pada
dinamika antar fenomena yang diamati, dengan
pedoman wawancara yang sudah dibuat.
menggunakan logika ilmiah.
Pertanyaan akan berkembang pada saat
melakukan wawancara.
Teknik wawancara digunakan untuk
menggali informasi secara mendalam dari
4 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 1 Tahun ke-9 2020
narasumber, pada penelitian ini guru kelas yang Berdasarkan hasil wawancara, observasi
sekaligus menjadi kepala sekolah yang akan dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa guru
menjadi narasumber penelitian. Wawancara yang belum menyiapkan media dan menggantinya
dilakukan terkait pembelajaran motorik halus dengan menggunakan LKA. Guru kelompok A
Kelompok A TK ABA Wonopeti. juga tidak memberikan batasan waktu kepada
persiapan guru tari yang sedang mengajar. Guru
3. Dokumentasi tari diberikan waktu dari awal setelah pembukaan
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: sampai istirahat. Pelaksanaan ekstra tari
329) adalah suatu cara yang digunakan untuk dilakukan bersama-sama dengan kelompok B.
memperoleh data dan informasi dalam bentuk Setelah istirahat kemudian anak melanjutkan
buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar kegiatan menebalkan dan mewarnai tugas yang
yang berupa laporan serta keterangan yang dapat ada di LKA. Guru menggunakan lem kayu untuk
mendukung penelitian. Dokumen merupakan kegiatan menempel, HVS yang digunakan untuk
cacatan peristiwa yang sudah terjadi. Dokumen melipat, gunting yang terlalu besar untuk anak-
dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya dari anak, tali nilon yang terlalu kecil untuk membuat
seseorang. Dokumen merupakan pelengkap dari hiasan dinding spidol warna yang sudah kering
penggunaan metode observasi dan wawancara dan tidak ada tutupnya masih digunakan untuk
dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi yang kegiatan menebalkan.
digunakan pada penelitian ini adalah RPPH, hasil Berdasarkan hasil wawancara, observasi
karya anak dan kegiatan pembelajaran anak. dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa senam
fantasi sudah pernah dilakukan di tema-tema
Teknik Analisis Data sebelumnya, guru juga sudah mempelajari senam
tersebut sejak lama. Akan tetapi karena guru lupa
Miles dan Hubermen (1984), untuk melihat video senam fantasi yang
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis terdahulu, kemudian guru memutuskan untuk
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan melatih senam anak dengan gerakan yang sebisa
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, dan seingat guru. Guru juga menambah tugas
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data anak dengan memberikan kegiatan yang kemarin
ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau belum sempat dilaksanakan yaitu estafet balon.
informasi baru. Aktivitas dalam analisis Guru merubah kegiatan yang sudah direncanakan
meliputi reduksi data (data reduction), penyajian dalam RPPH.
data (data display) serta Penarikan kesimpulan Pelaksanaan kegiatan yang menunjukkan
dan verifikasi (conclusion drawing /verification). antar kegiatan kelompok A dan kelompok B
sama. Ketika kelompok A membuat balon udara
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dengan kertas, kelompok B juga membuat hal
Hasil Penelitian yang sama, dengan kerumitan yang sama. Peneliti
Berdasarkan hasil wawancara, observasi juga mendapati guru tidak membagi waktu sesuai
dan dokumentasi menunjukkan persiapan guru dengan RPPH sehingga kegiatan yang seharusnya
yang dilakukan dengan membuat RPPH. Di TK dalam waktu satu hari dilakukan harus ditunda di
ABA Wonopeti, peneliti hanya menemukan hari selanjutnya. Seperti pada saat guru meminta
RPPH dikarenakan TK belum mempunyai anak membuat balon udara menggunakan kertas,
hardfile Prota dan RPPM. RPPH dibuat bersama guru memberikan waktu dimulai setelah
dengan guru dari TK lain pada saat diklat guru pembukaan sampai melewati batas jam istirahat
sekecamatan Galur. Guru membuka kembali anak, sehingga untuk kegiatan selanjutnya
RPPH pada saat jam pelajaran akan dimulai, dan ditunda hari kemudian. Dalam memberikan tugas
tidak menjadikan RPPH sebagai acuan yang melipat, guru meminta anak untuk membuat lebih
utama. guru mengecek RPPH sehari sebelum dari sepuluh lipatan kecil-kecil menggunakan
pelajaran atau pagi hari sebelum pelajaran kertas HVS membentuk kipas. Guru meminta
dimulai. Peneliti juga tidak menemukan RPPM anak untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
dan Prota, hanya RPPH saja. Guru menggunakan contoh dan instruksi dari guru. Guru juga tidak
kertas HVS sebagai pengganti kertas origami, memberi tindakan dan membiarkan orangtua
guru meninggalkan kelas membuat media untuk yang menunggu membantu mengerjakan tugas
kegiatan selanjutnya dan beberapa orangtua ikut anaknya.
memasuki ruang kelas membantu anaknya yang Berdasarkan hasil wawancara, observasi
sedang mengerjakan tugas dari guru. dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa guru
5
Pembelajaran Motorik Halus….(Pawit Mulatri)
memberikan penilaian tidak mengacu pada hasil pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui
penilaian anak sebelumnya, guru hanya melihat bermain secara interaktif, inspiratif,
dari hasil anak, bagaimana proses anak menyenangkan, kontekstual dan berpusat pada
mengerjakan, dan hasil karya anak dibantu orang anak.
lain atau tidak. Guru tidak dapat melakukan Kegiatan yang dilakukan di TK berubah-
penilaian karena harus menghadiri rapat bersama ubah sesuai dengan kehendak guru dikarenakan
guru TK yang lain, sehingga meminta anak untuk guru menganggap bahwa yang terpenting anak-
mengumpulkan tugas yang sudah selesai anak diberi kegiatan. Kegiatan ekstrakulikuler
dikerjakan di atas meja guru dan akan dinilai guru diselipkan diantara jam pelajaran dikarenakan
keesokan harinya.Kegiatan mengingat kembali menyesuaikan jadwal pengajar tari, dan guru
apa saja yang sudah dipelajari dilakukan di akhir tidak membatasi waktu untuk ekstrakulikuler,
pembelajaran sebelum anak-anak pulang. Guru sehingga kegiatan yang seharusnya dilekukan hari
juga memaparkan bahwasanya pada hari sabtu tersebut ditunda untuk esok hari. Senam fantasi
jarang diadakan kegiatan tersebut dikarenakan yang dilakukan juga tidak mengacu pada senam
waktu anak sudah habis untuk makan bersama, yang sudah diajarkan dan hanya sesuai dengan
dan setelah anak selesai makan suatu waktu ada kemampuan guru.
anak yang pulang lebih awal tanpa ijin terlebih Hal tersebut tidak sesuai dengan Permendikbud
dahulu kepada guru. Guru tidak mempunyai nomor 137 tahun 2014 yang menerangkan bahwa
lembar penilaian, dan hanya dapat menunjukkan pelaksanaan merupakan kegiatan mengatur apa
lembar penilaian yang masih kosong yang saja yang sudah di rencanakan untuk
barusaja dibuat. Peneliti juga menemukan bahwa mengefektifkan dan mengefisiensikan
lembar penilaian, lembar ceklis harian, lembar pendayagunaan sumber-sumber pendidikan.
komplikasi penilaian harian ke mingguan, lembar Permendikbud nomor 137 tahun 2014 pasal 13
komplikasi penilaian mingguan, lembar rekap ayat 1 juga menjelaskan bahwa pelaksanaan
komplikasi penilaian semester, lembar hasil pembelajaran dilakukan melalui bermain secara
karya, dan catatan anekdot anak belum pernah interaktif, inspiratif, menyenangkan, kontekstual
diisi oleh guru. dan berpusat pada anak.
Evaluasi yang dipahami oleh guru adalah
Pembahasan dengan memberikan penilaian terhadap tugas
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk yang dikerjakan siswa. Lembar penilaian, lembar
deskriptif. Analisis dan interpretasi hasil ini ceklis harian, lembar komplikasi penilaian harian
diperlukan sebelum dibahas. ke mingguan, lembar komplikasi penilaian
Media yang digunakan TK dibuat secara mingguan, lembar rekap komplikasi penilaian
mendadak, dan hanya menggunakan barang yang semester, lembar hasil karya, dan catatan anekdot
ada tidak mempetimbangkan keamanan dan juga baru dibuat pada saat peneliti menanyakan
kebutuhan anak. Media yang digunakan juga lembar penilaiannya. Guru memberikan penilaian
kurang bervariasi. Guru tidak melakukan inovasi tidak mengacu pada hasil penilaian anak
dikarenakan sudah terbiasa dengan media yang sebelumnya, guru hanya melihat dari hasil anak,
monoton sejak dulu, dan jikalau tidak dapat bagaimana proses anak mengerjakan, dan hasil
membuat media guru dapat memanfaatkan LKA karya anak dibantu orang lain atau tidak. Hal ini
sebagai penggantinya. Guru menggunakan lem jelas kurang sesuai dengan Permendikbud nomor
kayu untuk kegiatan menempel, HVS yang 137 tahun 2014 pasal 16 ayat 1 bahwa evaluasi
digunakan untuk melipat, gunting yang terlalu mencakup evaluasi proses dan hasil pembelajaran
besar untuk anak-anak, tali nilon yang terlalu yang dilakukan oleh pendidik untuk menilai
kecil untuk membuat hiasan dinding spidol warna keterlaksanaan rencana pembelajaran. Evaluasi
yang sudah kering dan tidak ada tutupnya masih hasil pembelajaran dilaksanakan oleh pendidik
digunakan untuk kegiatan menebalkan. Hal dengan membandingkan antara rencana dan hasil
tersebut tidak sesuai dengan Permendikbud pembelajaran. Hasil evaluasi sebagai dasar
nomor 137 tahun 2014 yang menerangkan bahwa pertimbangan tindak lanjut pelaksanaan
pelaksanaan merupakan kegiatan mengatur pengembangan selanjutnya.
pelaksanaan apa saja yang sudah di rencanakan
untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan SIMPULAN DAN SARAN
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan. Simpulan
Permendikbud nomor 137 tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dan
pasal 13 ayat 1 juga menjelaskan bahwa pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
6 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 1 Tahun ke-9 2020
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada anak. Kegiatan yang dilakukan sebaiknya
motorik halus di TK ABA Wonopei belum mengacu pada RPPH yang sudah dibuat.
berhasil dikarenakan media yang digunakan Diharapkan guru dapat melakukan evaluasi secara
kurnag bervariatf dan berpusat pada anak, selain berkelanjutan untuk memantau perkembangan
itu pelaksanaan yang dilakukan tidak sinkron motorik halus anak.
dengan persiapan pembelajaran motorik halus 2 . Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
yang sudah dibuat. Hal ini dipengaruhi juga oleh melakukan penelitian tindakan kelas untuk
evaluasi yang jarang dilakukan karena persepsi memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan
guru tentang evaluasi hanya tentang penilaian, media yang digunakan di TK ABA Wonopeti
dan TK hanya dapat melakukan evaluasi
menggunakan RPPH saja dikarenakan tidak DAFTAR PUSTAKA
mempunyai Prosem dan RPPM. Persiapan media
yang digunakan pada saat sebelum pelajaran dan Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak.
saat pembelajaran berlangsung dengan guru Jakarta: Erlangga.
meninggalkan kelas untuk mempersiapkan media Sumantri. (2005). Model pengembangan
yang selanjutnya. Media yang digunakan belum keterampilan motorik anak usia dini. Jakarta:
berpusat pada anak. Evaluasi yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
sangat minim, hal ini terlihat dari beberapa Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
lembar penilaian yang masih kosong. Pembinaan Pendiikan Tenaga Kependidikan
Dan Tenaga Perguruan Tinggi.
Saran Sugiyono. (2009). Metode penelitian kualitatif
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang dan R&D. Bandung: Alfabeta.
telah dipaparkan di atas, maka saran yang dapat Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen
disampaikan adalah sebagai berikut. penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
1. Bagi guru di TK ABA Wonopeti, Galur, Kulon ----------------------. (2006). Prosedur penelitian
Progo, sebaiknya dapat membuat perencanaan suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.
pembelajaran yang matang, dapat membuat atau Rineka Cipta.
menggunakan media yang aman dan berpusat Permendikbud nomor 137 tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai