Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI

DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.102 DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.102.011

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TARI


PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN
KINESTETIK ANAK USIA DINI MELALUI METODE
PEMBELAJARAN AKTIF
( Pengembangan Model di Taman Kanak-Kanak Labschool Jakarta pada
Kelompok B)

ELINDRA YETTI1), INDAH JUNIASIH2)


1
Program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Jakarta
Email: elindrayetti@unj.ac.id
2
Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Jakarta
email: indahnya_albi@ymail.com

Abstract : This study aims to determine the effectiveness of dance learning model of education as
an increase in early childhood kinesthetic intelligence. This study uses research and development
method that conducted in Labschool kindergarten, Rawamangun, East Jakarta and the group B
students as the subjects. This study has steps as follows: (1) analysis of needs, (2) create design
models, (3) the development of the model, (4) the trial phase 1, (5) the revised model 1, (6) the
trial stage model 2, (7) the revised model 2, (8) the field trials, (9) the revision and finalization.
The results of the implementation model showed that the effectiveness of the model obtained an
average pre-test score was 1.89, while the average post-test score was 2,38. Changes score pre-
test and post-test showed significant improvement kinesthetic intelligence, so the dance learning
model of education is very effective for improving early childhood kinesthetic intelligence.

Keywords: Educational dance, kinesthetic intelligence, early childhood

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran tari
pendidikan sebagai upaya peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan pada siswa kelompok B
TK LabschoolJakarta, Rawamangun, Jakarta Timur. Penelitian ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut : (1) analisis kebutuhan, (2) membuat desain model, (3) pengembangan model, (4)
uji coba tahap 1, (5) revisi model 1, (6) uji coba model tahap 2, (7) revisi model 2, (8) uji coba
lapangan, (9) revisi dan finalisasi. Hasil penelitian implementasi model ini menunjukkan bahwa
efektivitas model diperoleh rata-rata skor pre-test adalah 1,89, sedangkan rata-rata skor pos-test
adalah 2,38. Perubahan skor pre-test dan post-test menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan
kinestetik secara signifikan, sehingga model pembelajarantari pendidikan sangat efektif untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini.

Kata Kunci: Tari pendidikan, kecerdasan kinestetik, anak usia dini

385
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

Anak adalah individu yang meningkat apabila praktisi anak usia


aktif. Selain asupan gizi dan nutrisi dini kembali mengingat pentingnya
yang baik untuk pertumbuhanya, gerakan bagi anak usia dini.
bergerak merupakan kebutuhan Penggalaman gerak anak berfungsi
utama setiap anak. Terutama dimasa meningkatkan respon motor.
golden age, dimana perkembangan Hal tersebut sudah mulai di
otaknya mencapai 90%, bergerak sadari oleh praktisi anak usia dini di
menjadi kebutuhan dalam Indonesia, khususnya yang terjadi di
mengoptimalkan fungsi kerja otak. Lembaga TK Labschool Jakarta.
Gerakan yang dilakukan oleh anak Pentingnya keterampilan gerak
dapat menyeimbangkan kedua untuk anak usia dini, merupakan
belahan otak kanan dan kiri. Ketika alasan TK Labschool Jakarta
kerja otak kanan dan kiri seimbang membuat program kegiatan sentra
maka perkembangan otak semakin outbound atau sentra kinestetik.
pesat. Guru yang bertanggungjawab
“New research in the merupakan guru profesional yang
development and function of the berlatar belakang Pendidikan Ilmu
human brain is encouraging early Keolahragaan. Berdasarkan hasil
childhood practitioners to revisit the observasi dan wawancara di dapati
importance of encouraging bahwa guru masih melihat
movement activities for young keterampilan kinestetik anak
children. The more movement kelompok B belum sepenuhnya
experiences children have, the more berkembang maksimal. Beberapa
efficient their brain become at anak ada yang masih memiliki
mutually enhancing process, and kendala saat melakukan kegiatan
using the neural muscullar disentra kinesteik.
mechanism facilities developmen.” Pengembangan kemampuan
(Crossley dalam Dietze, 2006: 80). fisik difokuskan pada pengembangan
Hasil penelitian tersebut kemampuan kinestetik anak usia 5 –
menyebutkan bahwa perkembangan 6 tahun karena pada usia ini anak
dan fungsi otak manusia akan dapat melakukan gerak melompat,

386
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

berlari, berguling, dan berputar bahwa kecerdasan kinestetik adalah


sambil mengontrol keseimbangan kemampuan seseorang untuk
gerak (Elizabeth Hurlock, 1978). membangun hubungan yang penting
Kecerdasan kinestetik merupakan antara pikiran dengan tubuh, yang
suatu kemampuan anak dalam memungkinkan tubuh untuk
menyelesaikan masalah yang memanipulasi objek atau
menggunakan seluruh badan menciptakan gerakan. Kemampuan
seseorang, atau sebagian badan untuk ini ditandai dengan keterampilan
bergerak (Gardner, 1987) motorik yang dimiliki yaitu
Kecerdasan kinestetik amat penting keseimbangan (balance), kecepatan,
karena bermanfaat untuk (a) kekuatan, koordinasi dan
Meningkatkan kemampuan ketangkasan.
psikomotorik anak, (b) Pendidikan anak usia dini
Meningkatkan kemampuan sosial adalah suatu upaya pembinaan yang
dan sportivitas, (c) Membangun rasa ditujukan kepada anak sejak lahir
percaya diri dan harga diri, dan (d) sampai dengan usia delapan tahun
Meningkatkan kesehatan. yang dilakukan melalui pemberian
Gardner menyatakan bahwa rangsangan pendidikan untuk
kinestetik merupakan suatu membantu pertumbuhan dan
kemampuan yang melibatkan perkembangan fisik dan psikis agar
perasaan berupa pemberian anak memiliki kesiapan dalam
kesadaran atas posisi gerak dengan memasuki pendidikan lebih lanjut.
pengontrolan yang dilakukan oleh Periode ini merupakan periode yang
otak. Kecerdasan kinestetik kondusif untuk menumbuh
berhubungan dengan gerakan tubuh kembangkan berbagai kemampuan
yang dihasilkan oleh otak berupa fisik, kognitif, bahasa, sosio
pengetahuan tentang pengaturan emosional, spiritual serta seni dan
gerak tubuh (Howard Gardner. 1983: kreativitas.
210). Tari pendidikan merupakan
Berdasarkan beberapa konsep tari yang berfungsi sebagai media
di atas dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang menekankan pada

387
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

kreatifitas siswa, yang berorientasi merupakan salah satu aspek


pada proses namun tidak berorientasi kecerdasan yang perlu
kepada hasil akhir yang berupa dikembangkan (Margareth Doubler,
pertunjukan megah atau pertunjukan 1985). Penerapan pembelajaran tari
yang mengandung nilai-nilai seni pendidikan menggunakan tahapan
yang tinggi. Aktivitas yang eksplorasi, improvisasi dan juga
menguntungkan dalam tari komposisi. Anak terlibat secara aktif
pendidikan yaitu dapat dalam proses pembelajaran terutama
menyumbang kepada perkembangan pada tahap eksplorasi dan
kepribadian, kreativitas, multi improvisasi. Dengan demikian
kecerdasan, dan berbagai potensi pembelajaran tari pendidikan
yang ada pada anak usia dini. berorientasi pada metode
Menurut Sedyawati (2002:6) di pembelajaran aktif.
dalam tari pendidikan faktor guru Pembelajaran aktif atau yang
memegang peranan penting, artinya biasa disebut Active Learning adalah
guru sebagai narasumber harus segala bentuk pembelajaran yang
memiliki bekal berupa kemahiran memungkinkan peserta didik
berpraktek seni tariyang memadai berperan secara aktif dalam
untuk mampu menggerakkan daya pembelajaran, baik dalam bentuk
kreasi tari pada siswanya. Selain itu interaksi antar peserta didik ataupun
agar mampu melaksanakan tugasnya peserta didik dengan guru dalam
dengan baik, seorang guru tari harus proses pembelajaran (Hamruni,
memiliki kemahiran tentang ilmu 2012). Active learning muncul
pendidikan. pertama kali diperkenalkan oleh Mel
Pembelajaran tari pendidikan Silberman. Active learning memiliki
salah satunya bertujuan mendidik nilai karekter inti yaitu peserta didik
anak agar mampu mengontrol dan mampu mengaktualisasikan diri
menginterpretasikan gerak tubuh, secara aktif dalam proses
memanipulasi benda-benda dan pembelajaran. Aktif di sini
menumbuhkan harmoni antara tubuh merupakan cerminan kerja keras,
dan pikiran. Kemampuan ini

388
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

kemandirian, tanggung jawab dan menerima teori dan


hasrat ingin tahu. menghafalnya.
Karakteristik pembelajaran 5. Umpan balik dan proses
aktif adalah sebagai berikut dialetika yang lebih cepat akan
(Bonwell, 1995) : terjadi pada proses
1. Menekankan pada proses pembelajaran. Pembelajaran
pembelajaran, bukan pada yang dialogis, secara tidak
penyampaian materi oleh guru. langsung membentuk karekter
Proses pembelajaran tidak lagi peserta didik yang demokratis,
sekedar transfer of knowledge pluralis, menghargai perbedaan
atau transfer ilmu pengetahuan, pendapat, inklusif, terbuka dan
melainkan lebih kepada transfer humanitas tinggi.
of value atau transfer nilai. Nilai Karakteristik pembelajaran
yang dimaksud di sini adalah aktif tersebut dapat teraplikasi dalam
nilai-nilai karekter secara luas, pembelajaran tari pendidikan.
salah satunya adalah rasa ingin Melalui pengembangan tema yang
tahu. dalam pembelajaran tari
2. Peserta didik tidak boleh pasif, memungkinkan anak untuk teribat
tetapi harus aktif mengerjakan aktif selama proses pembelajaran.
sesuatu yang berkaitan dengan Tari pendidikan bukan menekankan
materi pembelajaran. pada keterampilan gerak semata
3. Penekanan pada eksplorasi nilai- melainkan proses kreatif anak saat
nilai dan sikap-sikap berkenaan mengimajinasikan sebuah tema
dengan materi pelajaran yang menjadi gerakan yang ekspresif.
dipandang selaras dengan Berdasarkan penjelasan di
pandangan hidupnya. atas, maka perlu dilakukan penelitian
4. Peserta didik lebih banyak pengembangan model dan
dituntut berfikir kritis, implementasi model tersebut yang
menganalisis dan melakukan bertujuan untuk mengetahui
evaluasi daripada sekedar efekivitas model pembelajaran tari
pendidikan sebagai upaya

389
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

peningkatan kecerdasan kinestetik pendidikan, yaitu tari sebagai sarana


anak usia dini melalui metode pendidikan yang menekankan kepada
pembelajaran aktif. kreatifitas siswa untuk menciptakan
sendiri tariannya. Dalam hal ini tari
Konsep Tari Pendidikan pendidikan khususnya ditujukan bagi
Tari pendidikan pertama kali siswa-siswa di sekolah umum
dicetuskan oleh Rudolf Laban (Sedyawati, 2002:2).
(modern educational dance) atau
yang dikenal juga dengan tari Kecerdasan Kinestetik Anak Usia
pendidikan (educational dance). Di Dini
dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan ini ditunjukkan
Modern Educational Dance, Laban oleh kemampuan seseorang untuk
(1976) menuangkan pemikirannya membangun hubungan yang penting
mengenai pendekatan untuk antara pikiran dengan tubuh, yang
mengajar tari di sekolah umum memungkinkan tubuh untuk
ditekankan pada pembelajaran kreatif memanipulasi objek atau
namun tidak berorientasi kepada menciptakan gerakan. Secara biologi
hasil akhir yang berupa pertunjukan ketika lahir semua bayi dalam
megah atau pertunjukan yang keadaan tidak berdaya, kemudian
mengandung nilai-nilai seni yang berangsur-angsur berkembang
tinggi, sebagaimana misalnya tarian dengan menunjukkan berbagai pola
yang diciptakan oleh seorang gerakan, tengkurap, merangkak,
koreografer. Dalam hal ini Laban berdiri, berjalan, dan kemudian
menekankan bahwa hal-hal yang berlari, bahkan pada usia remaja
menguntungkan dari aktifitas tari berkembang kemampuan berenang
kreatif hendaknya dapat dan akrobatik.
menyumbang kepada perkembangan Gardner menyatakan bahwa
kepribadian siswa. kinestetik merupakan suatu
Di Indonesia pembelajaran kemampuan yang melibatkan
tari secara kreatif dari Rudolf Laban perasaan berupa pemberian kesadaran
tersebut dikenal dengan istilah tari atas posisi gerak dengan

390
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

pengontrolan yang dilakukan oleh produk tertentu, dan menguji


otak. Kecerdasan kinestetik keefektifan produk tersebut
berhubungan dengan gerakan tubuh (Sugiyono, 2014 : 407). Dalam
yang dihasilkan oleh otak berupa penelitian ini implementasi model
pengetahuan tentang pengaturan untuk mengetahui efektivitas model
gerak tubuh (Howard Gardner. 1983 : pembelajaran tari pendidikan untuk
210). meningkatkan kecerdasan kinestetik
anak usia dini.
METODE Penelitian ini dilakukan pada Taman
Metode penelitian yang digunakan Kanak Kanak (TK) Kelompok B
dalam penelitian ini adalah Labschool Jakarta, Rawamangun,
penelitian dan pengembangan. Jakarta Timur, dengan rancangan
Penelitian dan pengembangan langkah-langkah penelitian berikut
merupakan sebuah penelitian yang ini.
digunakan untuk menghasilkan

Analisis Kebutuhan Desain Pengembangan Model

Uji Coba Model Tahap Revisi Uji Coba Model Tahap


II(small group valuation) I(one-to-one evaluation)

Uji Coba
Revisi Lapangan Revisi dan Finalisasi

Gambar 1.Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan Model

391
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

Rancangan alur di atas to-one try-out (uji coba satu-


dapat dijelaskan berikut satu). Uji coba ini dilakukan
ini: melalui telaah pakar untuk
mencermati model yang telah
a. Langkah awal yang dilakukan
dihasilkan, yaitu dengan pakar
dalam penelitian dan
tari pendidikan, pakar desain
pengembangan model ini adalah
pembelajaran, dan pakar PAUD.
mengetahui kebutuhan peserta
e. Langkah kelima, melakukan
didik melalui tahap analisis
revisi atau penyempurnaan
kebutuhan. Langkah ini
model yang dikembangkan
dilakukan dengan melakukan
berdasarkan hasil uji coba model
pengamatan kecerdasan
tahap I, yang merupakan hasil
kinestetik peserta didik
dari telaah pakar.
kelompok B TK Labschool
f. Langkah keenam, melakukan
Rawamangun.
uji coba model tahap II atau
b. Langkah kedua, membuat
Small Group Try-out (uji coba
perencanaan atau desain model
kelompok kecil). Uji coba ini
produk buku ajar tari pendidikan
dilakukan pada kelompok kecil
untuk anak usia dini. Desain ini
responden (10 orang siswa TK
didasarkan pada hasil dari
B). Uji coba ini dilakukan untuk
langkah pertama yang
mengetahui apakah model yang
merupakan studi pendahuluan
dikembangkan menarik, apakah
yang dikembangkan dalam
model dapat dilakukan dengan
penelitian ini.
baik, dan apakah model yang
c. Langkah ketiga,
dikembangkan terkait dengan
mengembangkan desain model
tujuan yang ditetapkan.
yang sudah tersusun dalam
g. Langkah ketujuh, melakukan
bentuk desain kegiatan.
revisi atau penyempurnaan
d. Langkah keempat, melakukan
model yang dikembangkan
uji coba model tahap I atau One
berdasarkan hasil uji coba model

392
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

tahap II. Pelaksanaan revisi ini meningkatkan kecerdasan


juga berdasarkan masukan dari kinestetik anak usia dini.
ahli desain pembelajaran dan Sebelum hasil final
ahli tari pendidikan, agar model diimplementasikan, maka
dapat digunakan dan bisa diperlukan uji efektivitas model
digunakan pada uji coba dengan melakukan pre-test dan
lapangan. post-test. Setelah model
h. Langkah kedelapan, melakukan dinyatakan signifi kan, maka
uji coba lapangan (Field Tryout). hasil final ini siap untuk
Tahap uji coba ini dilakukan diimplementasikan dalam
pada kelompok besar yaitu 30 konteks yang lebih luas.
murid TK B. Data yang
diperoleh melalui uji coba pada HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok besar ini di analisis Uji efektivitas model
melalui analisis kuantitatif dan dilaksanakan dengan melakukan pre-
kualitatif. Analisis data test dan pos-test, yaitu dengan
kuantitatif dilakukan dengan melakukan uji perbedaan antara pre-
metode deskriptif statistik, test dan pos-test.
sedangkan analisis data kualitatif
1. Pre-test (tes awal)
dilakukan berdasarkan model
Kecerdasan Kinestetik
Miles and Huberman dengan
Uji efektivitas dilakukan di TK B
tahap mulai reduksi data, display
Labschool Rawamangun, dimana
data, dan penarikan kesimpulan
responden terdiri dari 30 orang
(Emzir, 2010).
siswa. Hasil pre-test atau
i. Langkah kesembilan, revisi dan
kemampuan awal dari kecerdasan
finalisasi. Tahap ini dilakukan
kinestetik anak usia dini sebelum
perbaikan dan finalisasi model
penerapan model ini dapat dilihat
tari pendidikan untuk
pada table berikut ini.

393
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

Tabel 4.6. Hasil Pre-test Kecerdasan Kinestetik siswa TK B Labschool


Rawamangun

SKOR RATA-
NO. SISWA SKOR TOTAL
RATA
1. DR 29 2,07
2. BM 29 2,07
3. AQ 29 2,07
4. QE 26 1,86
5. MR 25 1,79
6. KVN 25 1,79
7. OZ 23 1,64
8. AM 25 1,79
9. YL 23 1,64
10. ZV 28 2,00
11. YR 39 2,79
12. OD 20 1,43
13. NB 38 2,71
14. NR 36 2,57
15. UN 30 2,14
16. YM 33 2,36
17. AY 33 2,36
18. NY 31 2,21
19. AK 29 2,07
20. WD 14 1,00
21. KZ 28 2,00
22. CC 23 1,64
23. GYA 25 1,79
24. HN 24 1,71
25. YN 26 1,86
26. AK 20 1,43
27. LC 20 1,43
28. RYO 21 1,50
29. FD 18 1,29
30. VT 25 1,79

2. Penerapan Model Pembelajaran dilanjutkan dengan penerapan


tari pendidikan setelah model pembelajaran tari
pengambilan tes awal (pre-test) pendidikan. Model
kecerdasan kinetetik siswa, pembelajaran tari pendidikan

394
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

terdiri atas tujuh tema yang proses kegiatan eksplorasi dan


dilaksanakan pada TK improvisasi gerak oleh anak
Labschool Rawamangun sesuai imajinasi dan gerak
kelompok B1, B2, dan B3. pribadi anak seperti yang terlihat
Setiap kelompok terdiri sepuluh pada gambar 1. Gerak hasil
(10) siswa, jadi jumlah semua eksplorasi dan improvisasi yang
responden adalah 30 siswa. dilakukan anak ditujukan untuk
Penerapan model dengan tema mengembangkan keseimbangan
“Tubuhku” dilakukan dengan gerak anak.

Gambar 1. Proses eksplorasi dan improvisasi tema “tubuhku”

Berikutnya penerapan model dengan eksplorasi dan improvisasi yang


tema “bermain”. Proses kegiatan dilakukan anak ditujukan untuk
eksplorasi dan improvisasi gerak mengembangkan koordinasi gerak
dilakukan oleh anak sesuai imajinasi anak, seperti yang terlihat pada
dan gerak pribadi anak. Gerak hasil gambar 2.

395
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

Gambar 2. Proses eksplorasi dan improvisasi tema “bermain”


Selanjutnya penerapan model pada gambar 3. Gerak hasil
dengan tema “Parade binatang”. eksplorasi dan improvisasi yang
Proses kegiatan eksplorasi dan dilakukan anak ditujukan untuk
improvisasi gerak dilakukan oleh mengembangkan koordinasi dan
anak sesuai imajinasi dan gerak keseimbangan gerak anak.
pribadi anak seperti yang terlihat

Gambar 3. Proses eksplorasi dan improvisasi tema “bermain

3. Pos-Test (Tes akhir) Kecerdasan Hasil tes akhir kecerdasan


Kinestetik kinestetik anak usia dini dapat
dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.6. Hasil Pos-test Kecerdasan Kinestetik siswa TK B


Labschool Jakarta

NO. SISWA Pre-Test Post-Test


1. DR 29 36
2. BM 29 37
3. AQ 29 32

396
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

4. QE 26 33
5. MR 25 34
6. KVN 25 35
7. OZ 23 30
8. AM 25 31
9. YL 23 32
10. ZV 28 30
11. YR 39 37
12. OD 20 32
13. NB 38 39
14. NR 36 39
15. UN 30 38
16. YM 33 30
17. AY 33 34
18. NY 31 31
19. AK 29 31
20. WD 14 22
21. KZ 28 38
22. CC 23 37
23. GYA 25 34
24. HN 24 40
25. YN 26 38
26. AK 20 30
27. LC 20 30
28. RYO 21 26
29. FD 18 25
30. VT 25 37
disimpulkan bahwa model
Hasil analisis data dengan pembelajaran tari
menggunakan uji-t berpasangan
menunjukkan nilai |thit|= 9,78 dan
nilai t table=2.045, maka tolak H0, pendidikan dapat meningkatkan

alias terima HA. Dengan demikian, kecerdasan kinestetik anak usia dini.
Kegiatan seni tari untuk anak
1≠ 2 yaitu nilai pre-test tidak sama
usia dini tidak hanya sekedar hiburan
dengan nilai post-test. Lebih lanjut,
atau mengisi kegiatan di sela-sela
dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
aktivitas bermain atau belajar, tapi
post-test lebih tinggi daripada nilai
kegiatan seni tari khususnya tari
pre-test. Secara lengkap, dapat
pendidikan sangat berperan dalam

397
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

mengoptimalkan tumbuh kembang kekuatan, koordinasi dan


anak usia dini, baik dari aspek ketangkasan.
kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial Dalam kegiatan pembelajaran
emosional, dan moral, serta potensi tari pendidikan yaitu suatu proses
lainnya yang dimiliki anak. yang dilaksanakan dengan
Tari pendidikan merupakan melakukan eksplorasi dan
tari yang berfungsi sebagai sarana improvisasi gerak berdasarkan
pendidikan yang menekankan kepada rangsangan gerak seperti tema/ide,
kreatifitas siswa, yang berorientasi suara, lingkungan dan suasana yang
pada proses namun tidak berorientasi diekspresikan melalui gerak pribadi
kepada hasil akhir yang berupa anak. Rangsangan gerak tersebut
pertunjukan megah atau pertunjukan melalui bimbingan guru diarahkan
yang mengandung nilai-nilai seni untuk melakukan gerakan yang
yang tinggi. Hal-hal yang melatih kemampuan koordinasi
menguntungkan dari aktifitas tari gerak, keseimbangan gerak, kekuatan
pendidikan yaitu dapat menyumbang gerak, kecepatan dan ketangkasan.
kepada perkembangan kepribadian, Gerak yang merupakan aspek dari
kreativitas, multi kecerdasan, dan kecerdasan kinestetik. Aktivitas
berbagai potensi yang ada pada gerak dalam tari pendidikan dilatih
siswa. terus menerus sehingga dapat
Kecerdasan kinestetik adalah meningkatkan kecerdasan kinestetik
kemampuan seseorang untuk anak usia dini.
membangun hubungan yang penting
antara pikiran dengan tubuh, yang KESIMPULAN
memungkinkan tubuh untuk Berdasarkan pengembangan model
memanipulasi objek atau awal sampai model final
menciptakan gerakan. Kemampuan pembelajaran tari pendidikan untuk
ini ditandai dengan keterampilan meningkatkan kecerdasan kinestetik
motorik yang dimiliki yaitu anak usia dini, maka dapat diperoleh
keseimbangan (balance), kecepatan, kesimpulan sebagai berikut :

398
Implementasi Model pembela . . .
Elindra, Indah

1. Model pembelajaran tari Kumorohadi. Surabaya : STK


pendidikan yang dikembangkan Wilwatika.

bertujuan untuk meningkatkan Emzir. 2009. Metodologi Penelitian


kecerdasan kinestetik anak usia Pendidikan. Jakarta : Rajawali
dini. Pers

Gardner, Howard. 1983. Frames of


2. Uji efektivitas dilakukan dengan Mind: The Theory of Multipple
melakukan uji-t berpasangan, Intelligences. New York: Basic
Books.
dapat dilihat bahwa rata-rata
nilai post-test lebih tinggi Gardner, Howard. 2003. Multiple
Intelligences. Alih bahasa
daripada nilai pre-test. Secara
Alexander Sindoro.Jakarta :
lengkap, dapat disimpulkan Interaksara.
bahwa model pembelajaran tari
Gardner, Howard. 1987. Multiple
pendidikan sangat efektif dan
Intelligences: The Theory in
signifikan dapat meningkatkan Practice A READER. USA:
kecerdasan kinestetik anak usia BasicBooks.
dini.
Gallahue, David L. and John C.
Ozmun. 1998. Understanding
DAFTAR PUSTAKA Motor Development. USA: The
McGraw-Hill Companies.
Bonwell, C.C. (1995). Active
Learning: Creating excitement
Hamruni. 2012. Strategi
in the classroom.Center for
Pembelajaran. Yogyakarta: Insan
Teaching and Learning, St.
Madani
Louis Collegeof Pharmacy
Hurlock, Elizabeth B. 1978.
Dietze, Beverlie. 2006. Foundation
Perkembangan Anak. Jakarta:
Of Early Childhood Education:
Penerbit Erlangga.
Learning Environment And
Childcare In Canada. New
Laban Rudolf. 1985. Modern
York: Pearson Prentice Hall.
Education Dance. London: Mac
Donald and Evans.
Doubler, Margaret N.H. 1985.
Dance A Creative Art
Muhammad Yaumi & Nurdin
Experience. Terjemahan
Ibrahim.2013.Pembelajaran

399
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 10 Edisi 2, November 2016

Berbasis Kecerdasan Jamak Smith, Jacqueline. 1994. The Art of


(Multiple Intelligences). Jakarta: Dance In Education. London : A
Kencana Prenadamedia Group. & C Black.

Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Sugiyono. 2014. Metode penelitian


Penelitian Pendidikan. Surabaya: kuantitatif, kualitatif dan R&D.
SIC Bandung: Alfabeta.

Sedyawati, Edi. 2002. Seni Toho Cholik Mutohir dan


Pertunjukan Buku Antar Bangsa Gusril.2004.Perkembangan
Untuk Grolier International, inc. Motorik pada Masa Anak-anak.
Jakarta: PT Widyadara. Jakarta: Depdiknas.

400

Anda mungkin juga menyukai